Oleh:
i
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum ............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................. 4
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan …...........................…............................................... 45
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
2
2010 sampai 2017. Sebanyak 239 juta kasus malaria pada tahun 2010.
Sementara itu, tahun 2017 turun menjadi 219 kasus malaria di dunia
dari data diambil dari 91 negara. (infodatin, 2018)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan pada studi pustaka ini adalah
“Bagaimana kejadian malaria pada ibu dan anak?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dalam pembahasan ini adalah memperoleh informasi
tentang definisi, perjalanan penyakit, pengobatan, pencegahan dan factor
yang menyebabkan maria pada ibu dan anak.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi, patofisiologi terjadinya malaria pada
ibu dan anak
b. Mengetahui pengobatan dan pencegahan malaria pada ibu
dan anak
c. Mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya malaria
pada ibu dan anak
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini dapat diharapkan memiliki manfaaat sebagai beriku :
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapakan adalah penulisan dapat menjadi
rujukan bagi upaya pengembangan ilmu penyakit menular dan kronis
khususnya tentang penyakit malaria dan pengaruhnya pada kesehatan ibu
dan anak.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam kepenulisan ini diharapkan memperluas wawasan
sekaligus gambaran tentang penyakit malaria pada kesehatan ibu dan anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Definisi malaria
Malaria adalah penyakit protozoa yang disebarkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina aktif. Protozoa penyebab malaria adalah genus
Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia maupun serangga. Infeksi
malaria, yang sebagian besar tersebar di daerah tropis, merupakan penyakit
yang berpotensi mengancam jiwa. Nama malaria mulai dikenal sejak zaman
kekaisaran Romawi, dan berasal dari kata Italia malaria atau “udara kotor”
dan disebut juga demam Romawi. Diduga penyakit ini berasal dari Afrika
dan menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia melalui pantai
Mediterania, India dan Asia Tenggara.(Sulaeman, 2012 dan Bruce, 2010)
2.1.2 Epidemiologi malaria
Setiap spesies Plasmodium memiliki daerah endemik tertentu walaupun
seringkali memiliki geografi yang saling tumpang tindih. Infeksi malaria
tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika Selatan,
Amerika Tengah, Hispaniola, India, Timur Tengah dan daerah Oceania dan
Kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria
dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta
pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat,
Canada, negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong,
Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari
malaria karena vektor kontrolnya yang baik. Walaupun demikian, di negara
tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang diimpor karena
pendatang dari negara malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-
daerah malaria (Bruce, 2010).
6
Gambar 2.1. Peta penyebaran infeksi malaria (Diambil dari Wolf, 2002)
Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya dijumpai
pada semua negara dengan malaria. Di Afrika, Haiti dan Papua Nugini
umumnya Plasmodium Falciparum. Adapun Plasmodium Vivax banyak di
Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan
India umumnya Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax.
Plasmodium Ovale biasanya hanya di Afrika (Harijanto, 2014).
Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah
sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa
Tenggara Timur serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria
dengan Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax. Beberapa daerah
di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam kasus malaria
cenderung meningkat (Harijanto, 2014).
2.1.3 Etiologi malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina (Harijanto, 2014)..
menurun seiring jumlah paritas karena kekebalan pada ibu telah dibentuk
dan meningkat. (Chahaya, 2003)
Perempuan dewasa yang belum pernah terkena parasit dalam jumlah banyak
(tinggal di daerah epidemik atau transmisi malaria rendah), seringkali
menjadi sakit bila terinfeksi oleh parasit pertama kali. Ibu hamil yang
tinggal di daerah dengan transmisi rendah mempunyai resiko 2 sampai 3
kali lipat untuk menjadi sakit yang berat dibandingkan dengan perempuan
dewasa tanpa kehamilan. Kematian ibu hamil biasanya diakibatkan oleh
penyakit malarianya sendiri atau akibat langsung anemia yang berat.
Masalah yang biasa timbul pada kehamilannnya adalah meningkatnya
kejadian berat bayi lahir rendah, prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, infeksi malaria dan kematian janin. (Harijanto, 2014)
Pada daerah dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi, kebanyakan
ibu hamil telah mempunyai kekebalan yang cukup karena telah sering
mengalami infeksi. Gejala biasanya tidak khas untuk penyakit malaria.
Yang paling sering adalah berupa anemia berat dan ditemukan parasit dalam
plasentanya. Janin biasanya mengalami gangguan pertumbuhan dan selain
itu menimbulkan gangguan pada daya tahan neonatus (Harijanto, 2014).
2.2.2 Pengaruh pada janin
Seorang ibu yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti
peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal.
Bila terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat
menembus plasenta dan masuk ke sirkulasi darah janin sehingga terjadi
malaria kongenital. Beberapa peneliti menduga hal ini terjadi karena adanya
kerusakan mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan
permeabilitas plasenta yang meningkat akibat demam akut dan akibat
infeksi kronis. (Harijanto, 2014)
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit ke janin. Oleh sebab
itu pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi
transmisi malaria intra-uretrin ke janin walaupun mekanisme transplasental
dari parasit ini masih belum diketahui. (Harijanto, 2014)
14
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi
pada malaria berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali, walaupun
apa yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas juga masih belum
diketahui. Malaria maternal dapat menyebabkan kematian janin karena
terganggunya transfer makanan secara transplasental, demam yang tinggi
(hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia. Kemungkinan lain adalah
Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di
aktivasi oleh antigen merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan
berbagai kelainan pada malaria, antara lain demam, kematian janin dan
abortus. (Ukaga, 2009)
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepi. Kortmann
(1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang
terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit.
Hal ini mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit
berkembang biak, seperti pada kapiler alat dalam lainnya. (Bargaji, 2011)
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan
berkurangnya berat badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama. Hal
ini mungkin akibat gangguan pertumbuhan intra-uretrin, persalinan
prematur atau keduanya akibat berkurangnya transfer makanan dan oksigen
dari ibu ke janin. Namun patofisiologi pertumbuhan lambat intra-uretrin
pada malaria adalah multifaktor. (Bargaji, 2011)
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi
pada primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan
peningkatan paritas ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh
paritas ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multigravida kekebalan pada
ibu telah dibentuk dan meningkat. (Bargaji, 2011)
2.2.3 Imunitas wanita hamil yang terinfeksi malaria
Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi parasit banyak ditemukan di plasenta
sehingga diduga respon imun terhadap parasit di bagian tersebut mengalami
supresi. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistem imun baik humoral
maupun seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus
sebagai "benda asing" di dalam tubuh ibu. Supresi sistem imun selama
15
2.2.5.1 Anemia
Menurut defini WHO, anemia dalam kehamilan adalah bila kadar
hemoglobin (Hb) < 11 g/dL. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa
penurunan kadar Hb dalam darah hubungannya dengan parasetimia,
terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai dengan peningkatan
paritas. Malaria dapat menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini
disebabkan:
a. Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasite
b. Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
c. Penekanan hematopoeisis
d. Peningkatan klirens sel darah merah oleh limpa
e. Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat yang mampu
memperberat anemia.
Anemia yang disebabkan oleh malaria lebih sering dan lebih berat antara
usia kehamilan 16-29 minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya
dapat memperberat anemia ini. Brabin (1990) menyatakan bahwa makin
besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya, dan anemia yang terjadi
pada trimester I kehamilan sangat menentukan apakah wanita tersebut akan
melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan
pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan.
Seiring dengan berlangsungnya infeksi, parasit tersebut dapat menyebabkan
trombositopenia. Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh
terhadap morbiditas ibu hamil dan secara tidak langsung dapat
menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus
yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan. (Sulaeman, 2012)
Anemia meningkatkan kematian perinatal dan morbiditas serta mortalitas
maternal. Kelainan ini meningkatkan risiko edema paru dan perdarahan
pasca persalinan secara tidak langsung akibat perubahan hemodinamik.
Transfusi yang terlalu cepat, khususnya whole blood dapat menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler dan edema paru berat. (Suparman, 2014).
17
2.2.5.2 Hipoglikemia
Mekanisme terjadinya hipoglikemi sangat kompleks dan belum diketahui
secara pasti. Komplikasi hipoglikemia lebih sering ditemukan pada wanita
hamil daripada yang tidak hamil. Diduga pada wanita hamil terjadi
perubahan metabolisme karbohidrat yang cenderung menyebabkan
terjadinya hipoglikemia, terutama trimester akhir kehamilan. Selain itu,
parasit memperoleh energinya hanya dari glukosa dan organisme tersebut
memetabolisme 70—75 kali lebih cepat sehingga menyebabkan
hipoglikemia dan asidosis laktat serta pada wanita hamil terjadi peningkatan
fungsi sel B pankreas terhadap stimulus sekresi (misalnya guinine) sehingga
pembentukan insulin bertambah. (Sulaeman, 2012)
Hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut dapat tetap asimtomatik
dan dapat luput terdeteksi karena gejala-gejala hipoglikemia juga
menyerupai gejala infeksi malaria, yaitu: takikardia, berkeringat, menggigil
dll. Akan tetapi sebagian pasien dapat menunjukkan tingkah laku yang
abnormal, kejang, penurunan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma
yang hampir menyerupai gejala malaria serebral. Bila sebelumnya
penderita sudah dalam keadaan koma karena malaria serebral maka
komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau
diinfus dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi
karena hiperinsulinemi, keadaan hipoglikemi dapat kambuh dalam beberapa
hari. Oleh karena itu semua wanita hamil yang terinfeksi malaria
falciparum, khususnya yang mendapat terapi quinine harus dimonitor kadar
gula darahnya setiap 4-6 jam sekali dan sebaiknya monitor kadar gula darah
harus konstan dilakukan (Sulaeman, 2012).
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan laktat asidosis
dan pada keadaan seperti ini risiko mortalitas akan sangat meningkat.
Hipoglikemia maternal juga dapat menyebabkan gawat janin tanpa ada
tanda-tanda yang spesifik. (Suparman, 2014).
2.2.5.3 Edema paru akut
Mekanisme terjadinya edema paru masih belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh
18
dengan sel darah merah yang terinsfeksi. Keadaan edema paru akut bisa
ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi setelah beberapa hari dalam
perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester 2 dan 3 dan setelah
persalinan. (Suparman, 2014).
Edema paru akut bertambah berat karena adanya anemia sebelumnya dan
adanya perubahan hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat
meningkatkan risiko mortalitas. Gejalanya mula-mula frekuensi pernafasan
meningkat, kemudian terjadi dispneu dan penderita dapat meninggal dalam
waktu beberapa jam (Sulaeman, 2014)
2.2.5.4 Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi
menjadi lebih sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria
sendiri dapat menekan respon imun. Perubahan hormonal selama kehamilan
menurunkan sintesis imunoglobulin.Penurunan fungsi sistem
retikuloendotelial adalah penyebab imunosupresi dalam kehamilan. Hal ini
menyebabkan hilangnya imunitas didapat terhadap malaria sehingga ibu
hamil lebih rentan terinfeksi malaria. Infeksi malaria yang diderita lebih
berat dengan parasitemia yang tinggi. Pasien juga lebih sering mengalami
demam paroksismal dan relaps. (Bardaji, 2011)
Infeksi sekunder (infeksi saluran kencing dan pneumonia) dan pneumonia
algid (syok septikemia) juga lebih sering terjadi dalam kehamilan karena
imunosupresi ini. (Bardaji, 2011)
2.2.5.5 Gagal ginjal
Hemoglobinuri (blackwater fever) merupakan kondisi urin yang berwarna
gelap akibat hemolisis sel darah merah dan parasitemia yang hebat dan
sering merupakan tanda gagal ginjal. (Bruce,2010)
2.2.6 Risiko terhadap janin
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam,
insufisiensi plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain
dapat menimbulkan efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan
P. falciparum dapat menimbulkan masalah bagi janin, akan tetapi jenis
infeksi P. falciparum lebih serius (dilaporkan insidensinya mortalitasnya
19
f) Hemoglobinuria
g) Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Rujuk segera
Gambar 2.1 Skema Penemuan Dan Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil
b) Pengobatan anak
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja
dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
28
dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi
usia < 6 bulan. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:
dipulangkan harus kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama
mendapatkan obat anti malaria. (Harijanto, 2014)
2.4.6 Kriteria keberhasilan pengobatan
Kriteria keberhasilan pengobatan antara lain:
a. Sembuh
Penderita dikatakan sembuh apabila gejala klinis (demam) hilang dan
parasit aseksual tidak ditemukan pada hari ke-4 pengobatan sampai
dengan hari ke-28.
b. Gagal pengobatan dini/Early treatment failure
1) Menjadi malaria berat pada hari ke-1 sampai hari ke-3 dengan
parasitemia
2) Hitung parasit pada hari ke-2 > hari ke-0
3) Hitung parasit pada hari ke-3 ≥ 25% hari ke-0
4) Ditemukan parasit aseksual dalam hari ke-3 disertai demam
c. Gagal pengobatan kasep/Late treatment failure
Gagal kasep pengobatan klinis dan Parasitologis
1) Menjadi malaria berat pada hari ke-4 sampai ke-28 dan parasitemia
2) Ditemukan kembali parasit aseksual antara hari ke-4 sampai hari
ke-28 disertai demam
d. Rekurensi
Ditemukan kembali parasit aseksual dalam darah setelah pengobatan
selesai. Rekurensi dapat disebabkan oleh :
1) Relaps : rekurensi dari parasit aseksual setelah 28 hari pengobatan.
Parasit tersebut berasal dari hipnozoit P. vivax atau P. ovale
2) Rekrudesensi : rekurensi dari parasit aseksual selama 28 hari
pemantauan pengobatan. Parasit tersebut berasal dari parasit
sebelumnya (aseksual lama)
30
BAB III
KRONOLOGIS MASALAH
3.1 Kerangka Teori
Lingkungan Fisik
Dalam rumah
Suhu Imunitas Status gizi
Jarak rumah dengan
breeding place
Sinar Matahari
Kelembapan Acoured of immunity
Pencahayaan
Tempat tidur
Genangan air Imunitas
Vektor
Luar rumah
Dinding rumah
Ventilasi
Kepadatan Agent
Penggunaan kawat
Nyamuk
kasa Gigitan
Lantai rumah nyamuk yang Kejadian
mengandung Malaria
Lingkungan Kimia
sporozoit
Air tawar Yankes
Air payau Penyuluhan
Air garam Penyemprotan
pengobatan
Lingkungan Biologi
Kandang hewan besar
Sosial Ekonomi
Demografi
Pekerjaan
Pendidikan Umur
Penghasilan Jenis kelamin
Suku
Perilaku
Kebiasaan
menggunakan ON
Kebiasaan keluar
rumah malam hari
Penggunaan kelambu
41
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional yang bersifat analitik.
Penelitian observasional yaitu penelitian yang tidak memberikan perlakuan
sama sekali tetapi hanya melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek
penelitian.
Penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis
dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek.
Sehingga yang dimaksud penelitian analitik observasional adalah suatu
pengamatan ataupun pengukuran yan mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi tanpa dilakukan manipulasi atau
intervensi apapun yang kemudian di analisis.
4.2 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan dan proses pengumpulan
karakteristik sampel yang diperlukan dalam suatu penelitian yang terbagi
menjadi data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder.
Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan sumber
buku, laporan, maupun jurnal yang terakit dengan tuberculosis.
Beberapa strategi pencarian digunakan untuk mengidentifikasi studi yang
relevan. Pencarian data dan informasi menggunakan situs elektronik sebagai
sumber data. Hasil pencarian artikel selanjutnya menghilangkan artikel yang
tidak relevan dengan kriteria identifikasi, penyaringan, kelayakan, dan akhirnya
mengunduh artikel yang relevan.
Seleksi dokumen menggunakan kata kunci “Malaria in preagnancy” OR
“Malaria in child” pada jurnal di mesin pencarian google. Kami menemukan
Dokumen berdasarkan full text akses dokumen gratis, Dokumen, berdasarkan
tahun publikasi (10 tahun) dan berdasarkan Bahasa inggris dan Indonesia,
Kemudian menyeleksi jurnal berdasarkan judul dan abstrak 29 Dokumen dan
seleksi secara keseluruhan (full text) 4 dokumen untuk di analisis
43
Skrining
Tidak ada document ganda berdasarkan judul dan abstrak
Skrining
Tidak ada document ganda berdasarkan judul dan abstrak
Eligibility
Full text dinilai untuk eligibility
Include
Studi terpilih dianalisis
Laporan
Gambar 4.1. Kerangka kerja penyusunan studi pustaka malaria pada ibu dan anak
43
BAB V
PEMBAHASAN
Dari penelitian di Manokwari, berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga,
tingginya kejadian malaria lebih banyak dialami oleh balita yang memiliki orangtua
berumur kurang dari 35 tahun, memiliki jumlah anggota keluarga kecil, pendidikan
orangtua rendah, dan ibu tidak bekerja. Kejadian malaria yang tinggi lebih banyak
dialami oleh balita berumur dua sampai tiga tahun, berjenis kelamin perempuan,
dan memiliki berat badan lahir yang normal. (Nofianti, 2014)
Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian malaria.
Banyaknya anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan dalam
keluarga, sebagaimana yang dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara besar keluarga dan kejadian kurang gizi pada masing-masing keluarga.
Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan
semakin tidak merata. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi sehingga berhubungan erat
dengan status gizi. (Suhardjo, 2003)
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang
mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini disebabkan tingkat
pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan keluarga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu memiliki pendapatan keluarga di
bawah UMR Provinsi Papua Barat yakni kurang dari Rp 1.450.000. Sebagian besar
pendapatan keluarga yang tinggi berasal dari masyarakat pendatang, balita asal
pendatang atau non-asli Papua lebih rentan terhadap malaria dibandingkan balita
dari suku asli Papua. (Nankabirwa, 2011)
Selanjutnya, ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian malaria. Ibu yang
tidak bekerja umumnya berpendidikan rendah dan memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai praktik dan pencegahan malaria dibandingkan ibu yang bekerja
sehingga kejadian malaria lebih banyak dialami oleh anak-anak yang berasal dari
ibu yang tidak memiliki pekerjaan. Namun, ada juga ibu bekerja yang membawa
anaknya ketika bekerja tanpa melindungi mereka dari gigitan nyamuk. Sebagian
besar ibu belum menerapkan praktik pencegahan malaria yang baik. Praktik
44
Hasil tinjauan sistematis dan meta analisis kami menunjukkan bahwa infeksi
malaria selama kehamilan meningkatkan keseluruhan risiko malaria pada
anak. Meskipun heterogenitas prediktor spesifik, hubungan mereka dengan
peningkatan risiko malaria pada anak cukup konsisten. Temuan ini menyoroti
kebutuhan mendesak untuk menerapkan strategi yang aman dan efektif untuk
mencegah malaria selama kehamilan. (Ferenchick, 2018)
Sekarang saatnya untuk memfokuskan kembali upaya. Pembaruan terbaru di
Rekomendasi WHO tentang Perawatan Antenatal untuk yang Pengalaman
Kehamilan yang positif menyajikan kesempatan untuk memperkuat Malaria dalam
kehamilan sebagai masalah inti kesehatan ibu dan anak dan memposisikan
pencegahan sebagai prioritas. Dari perspektif operasional, ada beberapa peluang
untuk memperkuat komponen pemberian layanan pencegahan Malaria pada
kehamilan. Kehadiran ANC awal harus menjadi prioritas diarahkan untuk
memastikan bahwa perempuan menerima dan menggunakan jaring yang diberi
insektisida dimulai pada trimester pertama, dan mereka diberitahu tentang gejala
malaria dan pentingnya manajemen kasus yang cepat.
Di wilayah transmisi SSA sedang hingga tinggi, kontak ond harus mengikuti sedini
mungkin untuk memastikan pemberian dosis pertama. Mereka juga harus didukung
untuk memperbaiki keterampilan mereka untuk memperkirakan usia kehamilan
dini. Kehadiran terus menerus ANC sangat penting sehingga perempuan menerima
intervensi untuk malaria dalam kehamilan sebagaimana direkomendasikan dalam
panduan WHO saat ini.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tingginya kejadian malaria lebih banyak dialami oleh balita yang memiliki
orangtua berumur kurang dari 35 tahun, memiliki jumlah anggota keluarga kecil,
pendidikan orangtua rendah, dan ibu tidak bekerja. Kejadian malaria yang tinggi
lebih banyak dialami oleh balita berumur dua sampai tiga tahun, berjenis kelamin
perempuan, dan memiliki berat badan lahir yang normal.
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang
mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan balita. Ibu yang tidak bekerja
umumnya berpendidikan rendah dan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
praktik dan pencegahan malaria dibandingkan ibu yang bekerja sehingga kejadian
malaria lebih banyak dialami oleh anak-anak yang berasal dari ibu yang tidak
memiliki pekerjaan.
Pengetahuan mengenai cara pencegahan malaria ini sangat penting mengingat
program pencegahan malaria dengan menggunakan kelambu pada masyarakat tidak
begitu tepat dilakukan.
Anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat
dibandingkan anak yang bergizi buruk. Prevalensi malaria lebih tinggi pada anak-
anak yang belum menerima suplemen vitamin A dibandingkan dengan anak yang
telah mendapatkan suplemen vitamin A.
Sementara dari penelitian meta-analisis menyimpulkan bahwa malaria selama
kehamilan meningkatkan risiko anak terserang malaria, namun mekanisme yang
tepat dari risiko yang tinggi masih belum jelas. Namun, risiko yang relatif lebih
rendah untuk bayi perempuan primigravida dibandingkan dengan multigravida.
Hasil tinjauan sistematis dan meta analisis kami menunjukkan bahwa infeksi
malaria selama kehamilan meningkatkan keseluruhan risiko malaria pada
anak. Meskipun heterogenitas prediktor spesifik, hubungan mereka dengan
peningkatan risiko malaria pada anak cukup konsisten. Temuan ini menyoroti
kebutuhan mendesak untuk menerapkan strategi yang aman dan efektif untuk
mencegah malaria selama kehamilan.
47
48
Adhroey AL, Nor ZM, Mekhlafi AL, Mahmud R. Opportunities and obstacles to
the elimination of malaria from Peninsular Malaysia: knowledge,
attitudes and practices on malaria among aboriginal and rural
communities. Malar J 2010;9:137
Babba, I. (2007). ( Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura ) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG.
Bardaji A, Sigauque B, Sanz S, et al. Impact of Malaria at the End of Pregnancy on
Infant Mortality and Morbidity. USA Journal of Infectious Disease;
2011. p.691-99.
Bruce LJ, Chwatt. Malaria and pregnancy. England: British Medical Journal; 2010.
Volume 286. p.1457-458
Chahaya I. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. Available from
www.Usudigitallibrary.pdf. Last update in 2003.
Desai, M., Gutman, J., Hill, J., ter Kuile, F. O., Fernandes, S., Webster, J., … ter
Kuile, F. O. (2018). Series Malaria in pregnancy 2 Prevention of
malaria in pregnancy. Lancet Infect Dis, 18(18), 119–151.
https://doi.org/10.1016/S1473-3099(18)30064-1
Ferenchick, E. K., Roman, E., Wolf, K., Florey, L., Youll, S., Mangiaterra, V., …
Gutman, J. (2018). A renewed focus on preventing malaria in
pregnancy.
Gunawan S, Epidemiologi Malaria dalam Malaria : Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis, & Penanganannya, dikutip oleh Harijanto P.N,
EGC, Jakarta, 2000
Harijanto, N Paul. Malaria. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi
VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2014
Hanretty KP. Obstetric Illustrated. 6th Ed. British: Crurchill Livingstone; 2003.
p.152-55.
Kakkilaya. Pregnancy dan malaria,malaria dalam kehamilan. 2010
Kementerian Kesehatan. Pedoman Tata Laksana Malaria. Jakarta: Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Tatalaksana Kasus
Malaria.Jakarta: 2017
Knirsch DGH. The Malaria. In: Parasitic Disease. 5th Ed. USA: Apple Trees
Productions L.L.C.NY; 2007. p:50—68.
Kinung’hi SM, Mashauri F, Mwanga JR, Nnko SE, Kaatano GM, Malima R,
Kishamawe C, Magesa S, Mboera LE. Knowledge, attitudes and
practices about malaria among communities: comparing epidemic
and non-epidemic prone communities of Muleba District, North-
Western Tanzania. BMC Public Health 2010;10:395.
Krishnan S, Cheripalli P, Tangella K. Placental Malaria . [online]. 2009 diakses
dari: http://www.turner-white.com.
Perez EV, Jorge. Malaria. [online]. 2012. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/221134-overview.
49
50