Anda di halaman 1dari 20

TELAAH KURIKULUM

VIONA IMOIA KAROLINE BR P


2203342021
PEND.SENI MUSIK 2020
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Tugas Rutin Telaah Kurikulum TA. 2021/2022
SOAL
1. Jelaskan pengertian kurikulum menurut para ahli (minimal 10 ahli)
2. Jelaskan kedudukan kurikulum dalam pendidikan
3. Jelaskan fungsi dan peranan kurikulum
4. Sebutkan komponen kurikulum
5. Jelaskan model-model konsep kurikulum
6. Identifikasikan hubungan antara aliran pendidikan dan model konsep kurikulum yang
digunakan
7. Jelaskan hakikat pengembangan kurikulum.
8. Jelaskan peranan pengembangan kurikulum
9. Jelaskan perbedaan antara pengembangan dan pembinaan kurikulum
10. Jelaskan proses perubahan kurikulum
11. Jelaskan azas-azas pengembangan kurikulum
12. Jelaskan model-model pengembangan kurikulum
13. Identifikasikan pendekatan pengembangan kurikulum
14. Jelaskan hubungan antara orientasi pengembangan kurikulum dan pendekatan pengembangan
kurikulum
15. Jelaskan pengertian evaluasi kurikulum
16. Identifikasikan aspek kurikulum yang dinilai dalam evaluasi kurikulum
17. Jelaskan model-model evaluasi kurikulum
18. Jelaskan kurikulum sekolah yang digunakan pada masa Awal Kemerdekaan /Masa Orde
Lama
19. Jelaskan kurikulum sekolah yang digunakan pada masa Kurikulum Orde Baru
20. Jelaskan kurikulum sekolah yang digunakan pada masa Masa Reformasi dengan cermat dan
bekerjasama
21. Identifikasikan dasar hukum pengembangan kurikulum sekolah yang berlaku
22. Sebutkan pengertian penelitian berbasis kurikulum menurut para ahli (minimal 10 ahli)
23. Identifikasikan permasalahan kurikulum dalam penelitian
JAWABAN
1. Berikut saya lampirkan :
Menurut Daniel Tanner Dan Laurel Tanner
Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan terencana secara terstuktur dan
tersusun melalui proses rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada
dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Menurut Inlow ( 1966 )
Kurikulum adalah usaha menyeluruh dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid
memperoleh hasil dari pelajaran yang telah ditentukan.
Menurut Hilda Taba ( 1962 )
Pengertian kurikulum sebagai a plan of learning yang berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta didik.
Menurut Kerr J. F ( 1968 )
Pengertian kurikulum adalah sebuah pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan
individu dan berkelompok baik diluar maupun di dalam sekolah.
Menurut George A. Beaucham ( 1976 )
Pengertian kurikulum ialah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar
kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Neagley Dan Evans ( 1967 )
Pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
Menurut UU. NO 20 Tahun ( 2003 )
Pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Menurut Good V. Carter ( 1973 )
Pengertian kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang
dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor.
Menurut Grayson ( 1978 )
Pengertian kurikulum ialah suatu perencanaan untuk mendapatkan pengeluaran ( out-comes ) yang
diharapkan dari suatu pembelajaran.
Menurut Murray Print
Pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana diberikan secara
langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati
semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.
2. Berikut Jawabannya :
Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, maka dari itu
kurikulum juga berperan penting dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum itu sendiri
bertujuan sebagai arah, pedoman,atau juga sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum memegang peran kedudukan yang sangat penting
dalam dunia pendidikan, antara lain :
-Peran konservatif, yaitu kurikulum bertugas menyimpan dan mewarisi nilai-nilai luhur budaya,
dengan itu sekolah juga sebagai lembaga sosial yang dapat mempengaruhi dan juga membina
tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat.
-Peran kreatif, yaitu kurikulum harus bisa memberikan dorongan kepada siswa agar mereka
berkembang daya kreatifnya. Kurikulum sangat membantu setiap individu untuk
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya, maka kurikulum menciptakan pelajaran,
pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru dan juga bermanfaat bagi
masyarakat.
-Peran kritis dan evaluative, yaitu kurikulum berperan sebagai alat untuk menilai dan juga
sekaligus memperbaiki masyarakat. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan keadaan di masa
mendatang dihilangkan dan perlu diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu
mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria yang ada.
3. Berikut jawabannya :
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu
berfungsi sebagai pe-doman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi siswa sebagai
subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum sebagai berikut: (a) fungsi penyesuaian, (b)
fungsi integrasi, (c) fungsi diferensia-si, (d) fungsi persiapan, (e) fungsi pemilihan, dan (f) fungsi
diagnostik.
-Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fi-sik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemam-puan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan-nya.
-Fungsi Integrasi.
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh kare-na itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
-Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan indivi-du siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan,
baik dari aspek fisik maupun psi-kis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
-Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jen-jang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mem-persiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena se-suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
-Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Fung-si pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya ke-
sempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.

-Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat mema-hami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemah-an yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sen-
diri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kele-mahannya.
Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat strategis
dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan Kurikulum yang dinilai
sangat penting, yaitu: (a) peranan konser-vatif, (2) peranan kreatif, dan (3) peranan kritis/evaluatif
(Oemar Hamalik, 1990).
-Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-misikan nilai-nilai
warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan
kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat men-dasar,
disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses sosial. Salah
satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang hidup di ling-kungan masyarakatnya.
-Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembang-kan sesuatu yang baru
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebu-tuhan-kebutuhan masyarakat pada masa
sekarang dan masa mendatang. Kuri-kulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu
setiap siswa mengem-bangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahu-
an-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan
dalam kehidupannya.
-Peranan Kritis dan Evaluatif.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup
dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, se-hingga pewarisan nilai-nilai dan budaya
masa lalu kepada siswa perlu disesu-aikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain
itu, perkembang-an yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai
dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya me-wariskan nilai dan
budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru yang terjadi, melainkan juga
memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Da-lam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau
filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini
dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
4. Berikut jawabannya :
Komponen-komponen utama kurikulum yaitu 1) tujuan; (2) materi; (3) strategi pembelajaran; (4)
organisasi kurikulum, dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang
erat dan tidak bisa dipisahkan.
5. Berikut jawabannya :

1. Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu

sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh

atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena
kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat intelektual,
nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu,

seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.

Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis

yaitu:

a. Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan.

b. Studi yang bersifat integratif.

c. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

2. Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini

berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey

(progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih memberikan

tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/siswa adalah yang pertama

dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan.

Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya

untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Oleh karena itu, peran guru yang

diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.

2. Menghormati individu peserta didik,

3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum Rekonstruksi social berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum

ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.

Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan
upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan
hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-

orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini

siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju

pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Pandangan rekonstruksi social di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold

Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan
antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan
konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah

social.

4. Kurikulum Teknologi

Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berbasis

komputer, sistem pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran. Banyak pihak yang

kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal

pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.

Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan
material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum

dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.

Ciri-ciri kurikulum teknologis

a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk

perilaku.

b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses

mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang

diharapkan maka respon tersebut diperkuat.

c. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,

tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi.

d. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu

unit ataupun semester.

Teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan memberi kontribusi

mengenai keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau perkembangan peserta

didik. Oleh karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif yang

selaras dengan perkembangan teknologi. Meskipun biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan
kurikulum teknologi ini cukup besar, tapi sebanding dengan nilai yang didapat dan pembelajaran
bagi para siswa saat model ini diterapkan.

Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada penerapan

dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektifitas produk

saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi sekolah,

sikap guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.

6. Berikut jawabannya :
kurikulum adalah alat yang yang berisikan tujuan, isi, proses dan hasil, yang dijadikan sebagai
acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika bagaimanapun bentuk
kurikulumnya haruslah sesuai dengan tujuan awal pendidikannya. Namun bagaimanapun juga
bentuk kurikulumnya maka tidak akan banyak berguna jika digunakan pada zaman yang salah.
Mengapa diakatakan zaman yang salah, hal ini berkaitan dengan kehidupan manusia yang kian
lama kian maju dan semakin canggih. Oleh karenanya akan tidak relevan menggunakan
kurikulum tradisional ditengah zaman modern seperti sekarang ini. Tak berarti juga kurikulum
harus berpatok pada tekhnologi mengingat masih banyak daerah-daerah yang perkembangan
tekhnologinya masih tertinggal. Dengan kata lain penggunaannya masih harus disesuaikan
dengan lingkungan sekitar peserta didik dan tempat pelaksanaan proses belajar mengajar. Namun
harus tetap mampu menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang akan datang.
7. Berikut jawabannya :
Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan
pendidikan yang diharapkan karena berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari
luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa
depannya dengan baik.
8. Berikut jawabannya :
PERANAN PENGEMBANGAN KURIKULUM adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya
masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut.
dan identitas masyarakat akan terpelihara dengan baik. dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat yang cepat berubah.
9. Berikut jawabannya :
Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum dengan
lainya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Pengembangan Kurikulum adalah upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang
telah di laksanakan sesuai dengan kurikulum potensial dan merupakan tahap lanjutan dari
kegiatan Pembinaan. Sedangkankan pembinaan kurikulum adalah kegiatan mempertahankan dan
menjaga pelaksanaan kurikulum yang ada dengan maksut untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Pembinaan kurikulum adalah menjaga dan mempertahankan agar pelaksanaan Kurikulum sesuai
dengann ketentuan yang telah ditetapkan dalam Kurikulum ideal atau potensial, dengan kata lain
upaya menyesuaikan kurikulum aktual dengan kurikulum potensial sehingga tidak terjadi
kesenjangan.
Pada hakekatnya pembinaan dan Pengembangan kurikulum tidak dapat di pisahkan satu dengan
yang lainnya. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum yang di lakukan dapat bersifat dasar
dan bersifat teknis. Bersifat dasar jika kegiatan tersebut terjadi pada kurikulum itu sendiri.
Bersifat teknis jika kegiatan tersebut muncul pada waktu membahas pelaksanaan kurikulum di
sekolah.
10. Berikut jawabannya :
Perubahan terjadi dalam tiga fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan,
denagan menjelaskan sifatnya, tujuan, dan luasnya perubahan yang ingin dicapai : fase legimitasi,
saatnya orang menerima ide itu dan fase kongruensi, saat orang mengapdosinya, menyamakn
pendapat sehingga selaras dengan pemikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan
nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.Untuk mencapai kesamaan pendapat, sebagai
cara yang dapat digunakan, misalnya motivasi intristik dengan janji kenaikan gaji atau pangkat,
memperoleh kredit, dapat juga, paksaan keras atau halus, dengan menggunakan otoritas atau
indoktrinasi. Dapat juga dengan membangkitkan motifasi intristik dengan menjalankan sikap
ramah, akrab, penuh kesabaran dan pengertian, mengajak turut berpatisipasi, mengemukakan
perubahan sebagai masalah yang dipecahkan bersama. Perubahan akan lebih berhasil bila dari
pihak guru dirasakan kekuranangan dalam keadaan, sehingga sehingga timbul hasrat untuk
memperbaikinya demi kepentingan bersama. Peruhan yang terjadi atas dari pihak atasan , biasanya
tidak dapat bertahan lama, segera luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah. Menjadikan
perubahan sebagai masalah, melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah,
pengumpulan data, menguji alternative, dan selanjutanya mengambil kesimpulan berdasarkan
percobaan, dianggap lebih mantap dan meresap dalam hati guru. Akan tetapi karena prosedur ini
memakan waktu dan tenaga yang banyak, dan selain iu diinginkan perubahan yang uniform di
semua sekolah, maka sering dijalankan cara otoriter, indoktrinatif, tampa mengakui kemampuan
guru untuk berpikir sendiri dan hanya diharuskan menerima saja. Cara ini efisien namun untuk
dalam jangka waktu yang panjang tidak efektif. Dan bila ada perubahan atau perbaikan baru, yang
lama ditinggalkan saja tampa membekas.
11. Berikut jawabannya :
Secara umum, kurikulum pendidikan memiliki asas-asas yang menjadi landasan dasar dalam
pelaksanaanya dalam dunia pendidikan. setidaknya ada empat asas penting dalam kurikulum
pendidikan antara lain :
1.Asas Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah rumusan yang didapatkan dari hasil
berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan,
membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana
(tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.
2. Asas Psikologis
Kontribusi psikologi terhadap studi kurikulum memiliki dua bentuk sebagai berikut:
1) model konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan pendidikan,
2) berisikan berbagai metodologi yang dapat diadaptasi untuk penelitian pendidikan.
Psikologi sangat membantu dalam memilih pengalaman belajar yang akurat Teori belajar, teori
kognitif, pengembangan emosional, perbedaan kemampuan individu, kepribadian, motivasi, dll,
semuanya relevan untuk merencanakan pengalaman pendidikan
3. Asas Organisatoris
Asas oraganisatoris adalah asas yang berkitan dengan organisasi kurikulum. bagaimana
kurikulum bisa berjalan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar. kerjasama yang baik antar
komponen kurikulum. guna mengantar pada kesuksesan pencapaian tujuan ahir pendidikan.
dalam banyak hal asas organisatoris sering dikatakan sebagai asas yang paling mendasar dalam
pelaksanaan kurikulum pendidikan.
4. Asas Sosiologis
Asas sosiologi berperan penting dalam mengembangkan kurikulum, karena kurikulum
mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan masyarakat. Dalam mengambil suatu
keputusan mengenai kurikulum, harus merujuk pada lingkungan, merespons berbagai kebutuhan
dalam masyarakat, dan memahami tuntutan pencantuman nilai-nilai falsafah pendidikan bangsa.
Landasan sosiologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat. Kekuatan-kekuatan
itu berkembang dan selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kekuatan itu
dapat berupa kekuatan yang nyata maupun yang potensial, yang berpengaruh dalam
perkembangan kebudayaan seirama dengan dinamika masyarakat.
12. Berikut jawabannya :
Masing-masing kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh
Sukmadinata.
1. Model Zais Robert S.Zais mengemukakan empat macam model pengembangan kurikulum.
Antara lain: a. Model Administratif Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang
paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staf karena
inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari administrator pendidikan dan mengunakan
prosedur administrasi. Model pengembangan ini bersifat sentralisasi. Cara kerjanya yaitu atasan
– bawahan (top – down) Kerjanya model ini adalah pejabat pendidikan membentuk panitia
pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti.
Panitia pengarah ini bertugas merencanakan memberikan pengarahan tentang garis besar
kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai pekerjaan
tersebut mereka menunjuk kelompok kerja sesuai dengan keperluan anggota, kelompok kerja
umumnya terdiri atas staf pengajar dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan
khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang
perlu, akan diadakan uji coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Dari uraian mengenai
model pengembangan kurikulum administratif kita dapat menandai ada 2 kegiatan di dalamnya
yaitu kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan agar dapat
melaksanakan kurikulum dengan baik, dan kegiatan evaluasi.
2. Model Grass Roots Model Grass Roots dimulai dari bawah, yaitu gagasan guru-guru sebagai
pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan
dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai
dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya: 1)
guru harus memiliki kemampuan yang propesional; 2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan
kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum; 3) guru harus terlibat langsung dalam
perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi; 4) seringnya pertemuan
pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya
sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara
demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak
mengabaikan kebijakan dari pusat. (E. Mulyasa, 2006: 99 – 100)
3. Model Terbalik Hilda Taba Model yang dikemukakan Hilda ini berbeda dengan cara lazim
yang bersifat deduktif karena caranya bersifat induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model
terbalik.Model ini diawali justru dengan percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian
penerapan. Hal ini dimaksudkan untuk meneukan antara teori dan praktek. Pengembangan model
ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu: - Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan
diujicobakan oleh staf pengajar - Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan
kegiatan belajar mengajar. - Menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta
mengkonsolidasikannya. - Menyusun kerangka teroritis. - Menyusun kurikulum yang
dikembangkan secara menyeluruh dam mengumumkannya.
13. Berikut jawabannya :

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang
lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku,
sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam tersebut ternyata


mengalami perubahan-perubahan paradigma, walau dalam beberapa hal tertentu paradigma
sebelumnya tetap dipertahankan hingga sekarang. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa
pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of learning
opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extent to
which these change have taken place.

Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan
menilai hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap peserta didik.

Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum
di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi,
dan pendekatan rekonstruksi social, Namun disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni
pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
14. Berikut Jawabannya :
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang
lebih baik. Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dua tahun sebelum pendidikan di
Indonesia di katakan telah belajar walaupun masih apa adanya. Pendidikan tidak akan terlepas
dari proses pembelajaran yang dilalui dalam setiap jenjang pendidikan, atau yang biasa disebut
dengan Kurikulum Pendidikan. Begitu pun pada awal berdiri pendidikan di Indonesia kurikulum
masih belum rapih. Dari waktu kewaktu kurikulum di Indonesia selalu berusaha untuk
disempurnakan, untuk mengarah pada penyempurnaan kurikulum. Orientasi setiap kurikulum
yang berlaku dalam pendidikan di Indonesia berbeda-beda, yang tidak terlepas dari konsep
perancang awal kurikulum
15. Berikut jawabannya :

evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan
efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen
kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum
tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode
penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan
untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan
mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan
yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk
menguji teori atau membuat teori baru.
16. Berikut jawabannya :
Evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat. Evaluasi kurikulum
dalam implementasinya baik dalam teori dan praktik pendidikan terdiri dalam berbagai aspek
yaitu:
1. Keterkaitan Antara Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
a. Evaluasi Kurikulum dan Sistem Kurikulum
Secara fungsional evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem kurikulum. Sistem kurikulum
memiliki tiga fungsi yaitu pengembangan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi efek
sistem kurikulum.
Adapun fokus yang diembang evaluasi kurikulum meliputi empat bidang yaitu evaluasi terhadap
penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan sistem kurikulum. Pada dasarnya
setiap aspek yang terkait dengan kurikulum harus dievaluasi seperti seleksi pengorganisasian
pihak-pihak pengembangan kurikulum, fungsi koordinator dalam tim penyusunan, pengaruh
tingkat guru dan kondisi pengajaran terhadap kurikulum.
b. Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik pengembangan meliputi kegiatan untuk melaksanakan percobaan
evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih baik.
Kriteria evaluasi kurikulum sangat bervariasi dan rumit dalam penyusunan dan perancangan
kurikulum. Sehingga untuk mengembangkan fungsi dan makna evaluais kurikulum terhadap
pengembangan kurikulum harus menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Apabila dalam desain kurikulum sama sekali tidak terdapat rancangan evaluasi, desain ini tidak
perlu dilaksanakan.
2) Apabila dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan tujuan evaluasi.
3) Apabila tidak menghiraukan kesimpulan dan penilaian evaluais yang telah ada.
4) Evaluasi sering kali digunakan sebagai alat didik, yang justru sebenarnya harus menimbulkan
kepercayaan diri pada peserta didik.
2. Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum
Adapun prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah:
a. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan secara jelas dan spesifik serta tujuan tersebut harus mengarahkan pada proses
pelaksanaan evaluasi kurikulum.
b. Bersifat objektif, artinya evaluasi kurikulum berorientasi pada realita dilapangan, bersumber
dari data yang nyata dan akurat, dan diperoleh dari intrumen yang handal.
c. Bersifat komprehensif, artinya evaluasi kurikulum mencangkup seluruh aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum. seluruh aspek kurikulum harus mendapatkan perhatian dan
pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan. Tanggung jawab berhasilnya suatu
pelaksanaan dan keberhasilan evaluasi kurikulum adalah tanggung jawab seluruh pihak yang
terlibat dalam proses pendidikan yang didalamnya bukan hanya murid dan guru beserta unsur-
unsur sekolah melainkan orang tua dan masyarakat ikut bertanggung jawab.
e. Efisien, dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan perlatan yang menjadi unsur penunjang.
Hasil evaluasi kurikulum diupayakan agar lebih tinggi atau paling tidak seimbang secara materi
yang digunakan.
f. Berkesinambungan. Karena evaluasi kurikulum adalah untuk perbaikan sistem pendidikan
disekolah yang tidak hanya memiliki hubungan ke dalam melainkan adanya tuntutan dari luar
seklah sekolah, sehingga peran guru sangatlah diperlukan karena guru adalah yang paling
mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.
3. Jenis-jenis Strategi Evaluasi
Dalam melaksanakan evalusi, perlu adanya petimbangan-pertimbangan. Pertimbangan tersebut
dicerminkan dengan keputusan, berikut adalah empat jenis keputusan yang berkaitan dengan
pertimbangan dalam menilai suatu program:
a. Keputusan-keputusan perencanaan yang ditunjukan bagi perbaikan yang dibutuhkan pada
daerah tertentu, tujuan umum dan tujuan khusus.
b. Keputusan-keputusan pemograman khusus yang berkenaan dengan prosedur, personel, fasilitas,
anggaran biaya, dan tuntutan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
c. Keputusan-keputusan pelaksanaan (implementasi) dalam mengarahkan kegiatan yang telah
diprogram.
d. Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai kegiatan perubahan,
penerusan, terminasi dan sebaginya.
Selain empat jenis keputusan yang telah diungkapkan di atas, berikut adalah empat jenis strategi
evaluasi diantaranya yaitu:
a. Strategi pertama berkaitan dengan penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat
berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari
timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan.
b. Strategi kedua yaitu pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan yang relevan.
strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus.
c. Strategi ketiga yaitu pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain
procedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program.
d. Strategi keempat berkaita dengan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui
pengukuran dan penafsiran hasil-hasilyang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih
strategi yang tepat.
Dalam kajian-kajian lain strategi evaluasi dibedakan menjadi:
a. Evaluasi reflektif
Dipergunakan untuk menyebutkan jenis evaluasi yang memusatkan perhatiannya terutama
terhadap kurikulum sebagai ide. Jenis evaluasi ini mencoba mengkaji mengenai ide yang
dikembangkan dan diajadikan landasan bagi kurikulum dalam dimensi lainnya.
Evaluasi terhadap ide tersebut dapat dilakukan pada waktu pertama kali suatu ide dikemukakan
seseorang, atau pada waktu kurikulumsebagai rencana telah selesai ditulis, atau dapat pula
dilakukan apabila kurikulum dalam setiap dimensinya telah dikembangkan. Persoalan evaluasi
terhadap ide tidak akan pernah mengalami kehabisan bahan selama masyarakat terus berkembang
dan penemuan-penemuan baru dalam pengetahuan terus berlangsung.
b. Evaluasi rencana
Merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan sekarang terutama setelah banyak inovasi
diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum, dan setelah teknologis pengembangan kurikulum
sebagai rencana menghasilkan format-format tertentu. Proses pengembangan tujuan, umpamanya,
telah berkembang sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai jenjang tujuan yang harus
diperhatikan, baik tujuan yang bersifat ideal maupun tujuan yang bersifat operasional. Teknis-
teknis yang demikian harus diikuti dengan seksama oleh pengembang kurikulum sebagai rencana.
Demikian pula dengan proses pengembangan belajar (baik konten maupun proses) yang dimiliki
suatu kurikulum sebagai rencana, bahkan alat evaluasi hasil belajar yang tercantum dalam
kurikulum sebagai rencana tersebut.
Seperti juga evalusi reflektif, evaluasi rencana dapat dilakukan baik pada waktu proses penulisan
kurikulum sebagai rencana sedang berlangsung maupun pada waktu penulisan itu telah selesai
dilaksanakan.
c. Evaluasi proses
Kadang-kadang disebut pula dengan istilah evaluasi implementasi kurikulum. Di sini
dipergunakan istilah proses untuk memperkuat pengertian kurikulum sebagai suatu proses, sebagai
sesuatu yang terjadi di sekolah. Lagipula, istilah evaluasi proses dianggap lebih memberikan
kedudukan yang sama antara dimensi kurikulum sebagai ide, rencana, hasil dan kurikulum sebagai
kegiatan. Tetapi tidak dalam suatu nuansapun pengertian evaluasi proses dibedakan dengan
pengertian evaluasi implementasi. Jadi kedua istilah itu dapat saja dipergunakan secara bergantian.
Evaluasi proses berkembang sangat cepat sejak tahun 70-an. Adanya kesadaran bahwa proses
ternyata banyak menentukan keberhasilan suatu kurikulum merupakan dorongan yang kuat untuk
memberikan perhatian yang seksama terhadap evaluasi proses.
Dalam evalusi proses ini perhatian evaluator telah diarahkan tidak saja kepada apa yang terjadi
dengan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluator telah pula mencoba melihat mengenai berbagai
faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluasi terhadap
kepemimpinan kepala sekolah, pengetahuan dan siakap serta kegiatan guru, faktor siswa serta
peralatan belajar dianggap fokus yang penting.
d. Evaluasi hasil
Merupakan jenis evaluasi kurikulum yang paling tua. Bahkan pada mulanya yang dimaksudkan
dengan evaluasi identik dengan evaluasi hasil ini. Demikian pula yang dimaksudkan dengan
evaluasi kurikulum sering diartikan sebagai evaluasi hasil.
Lebih lanjut, hasil yang dimaksud adalah hasil belajar dalam pengertian pengetahuan. Jumlah
pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan indikator keberhasilan suatu kurikulum.
4. Prosedur Strategi Evaluasi
a. Evaluasi Kebutuhan dan Feasibility
Evaluasi kebutuhan dan feasibility ini dapat dilakukan oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. dan prosedur yang dilakukan diantaranya yaitu:
1) Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang disampaikan.
2) Menetapkan program yang dibutuhkan.
3) Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes intelegensi, dan tes sikap yang ada.
4) Menilai riset yang telah ada, baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau
berhubungan.
5) Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada
(manusiawi dan materil).
6) Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan.
7) Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkontribusi pada sistem sekolah
atau sekolah setempat.
b. Evaluasi Masukan (Input)
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat
merumuskan pemecahan masalah. pemecahan masalah haruslah dilihat dari hubungannya dengan
hambatannya contoh: penerimaan pemecahan masalah oleh guru dan siswa, kecakapan kerja
(plaksanaan pemecahan masalah dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana usaha
pemecahan masalah tersebut), dan biaya ekonomi (berkaitan dengan biaya pemecahan masalah
dengan hasil yang diharapkan).
Maka, evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang
dalam pembuatan keputusannya sangat dibuthkan informasi yang akurat. bukan hanya itu evaluasi
masukan juga berusaha mengenali dimana terjadi atau adanya masalah sehingga dapat diawasi
selama berlangsungnya implementasi.
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses yaitu sistem pengolahan informasi dalam upaya membuat keputusan yang
berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan klarifikasi strategi pemecahan atau
penyelesaian masalah. dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang sangat penting,
karena mereka secara langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan
program, serta memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
d. Evaluasi Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil program dan kaitannya dengan
tercapainya tujuan. berbagai variable yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap,
perbakan kemampuan, dan perbaikan tingkat kehadiran.
Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut. Tetapi yang sering
terjadi karena keaadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua komponen mendapat perhatian
yang penuh. sehingga administrator program harus pintar dalam memilih aspek mana yang harus
mendapatkan perhatian yang lebih atau intensif. berdasarkan evaluasi tersebut akan didapatkan
informasi dan data yang valid dan dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program
perbaikan.
5. Komponen Desain Evaluasi
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan analisis data untuk
membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum.
6. Proses Evaluasi Kurikulum
Jika dikategorikan secara pesonal, evaluasi ini berupa evalusi eksternal dan internal. Evaluasi
internal dilaksanakn oleh pengembang kurikulum, dan berhubungan dengan model desain
kurikulum yang bertujuan untuk memperbaki proses perkembangan kurikulum. Tugasnya
terutama untuk menegaskan apakah tujuan awal telah tercapai atau belum. Adapun evaluasi
eksternal dilaksanakan oleh pihak selain pengembang kurikulum, dengan cara tes dan observasi.
Apabila dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah proses pengembang kurikulum memperoleh data untuk
memperbaiki dan merevisi kurikulum agar lebih evektif. Evaluasi dituntut dilaksanakan sejak awal
dan sepanjang proses pengembang kurikulum. Adapun evaluasi sumatif bertujuan untuk
memeriksa kurikulum, dan diadakan setelah pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi
secara keseluruhan. Evaluasi sumatif menggunakan tehnik secara numerik, dan menghasilkan
kesimpulan berupa data yang diperlukan guru dan administrasi pendidikan.
7. Rencana Evaluasi Kurikulum
Rencana evaluasi kurikulum menyangkut beberapa aspek pengembangan kurikulum, termasuk
sejumlah metode dan tehnik yang sedang dipakai dalam bidang lain selain bidang pendidikan.
Evaluasi ini tidak hanya menggunakan satu atau dua metode saja, melainkan menggunakan
beberapa metode evaluasi secara terpadu. Dalam hal ini, evaluasi bersifat terbuka. Metode evaluasi
dianggap cocok jika dapat menghasilkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Evaluasi yang lengkap meliputi cara pengumpulan dan pengolahan data, analisis terpadu, dan
laporan kesimpulan evaluasi. Dalam hal ini pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, pembagian kuesioner dan sebagainnya.
Pada saat pemilihan teknik evaluasi kurikulum, terutama yang berkaitan dengan evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif, terdapat beberapa perbedaan pendapat. Ada pihak yang
berpendapat bahwa pemilihan kuantitatif dan kualitatif adalah kriteria penilaian evaluasi tersebut.
Namun, adapula pendapat yang mengatakan bahwa evaluasi kurikulum memerlukan seperangkan
teknik penilaiaan evaluasi. Dalam hal ini, tidakalah mungkin semua data ditujukan dengan angka,
karena pada kenyataannya banyak data yang terdiri atas pendapat guru, ahli atau pengembang
kurikulum. Menurut pendapat ini, dibandingkan dengan angka-angka, kesimpulan yang bersifat
analisis akan lebih bernilai terhadap perbaikan kurikulum. Oleh karena itu, secara umum dapat
disimpulkan bahwa tehnik kuantitatif dan kualitatif harus digunakan secara terpadu
17. Berikut jawabannya :
Berikut dijelaskan empat model evaluasi kurikulum.
1) Model Studi Kasus
Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam evaluasi kualitatif. Evaluasi model
studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan
pendidikan. Unit tersebut dapat berupa satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang guru
atau kepala sekolah
Dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama yang harus dilakukan
evaluator adalah familiarilisasi dirinya terhadap kurikulum yang dikaji. Apabila evaluator belum
familiar dengan kurikulum dan satuan pendidikan yang mengembangkannya, evaluator dilarang
melakukan evaluasi. Setelah familiarilisasi, evaluator bisa melanjutkan observasi lapangan
dengan baik. Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang sangat dianjurkan dalam model
studi kasus. Selain observasi, pengumpulan data dapat dilakukan dengan kuesioner dan
wawancara (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 94-95).
2) Model Iluminatif
Model ini mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi sosial. Model ini juga memberikan
perhatian tidak hanya di kelas namun suatu inovasi kurikulum yang dilaksanakan.
Dasar konsep yang digunakan model ini adalah:
a) Sistem instruksi, diartikan sebagai katalog, perpekstus, dan laporanlaporan kependidikan yang
secara khusus berisi berbagai macam rencana dan pernyataan yang resmi berhubungan dengan
pengaturan suatu pengajaran.
b) Lingkungan belajar adalah lingkungan sosial-psikologis dan materi ketika guru dan peserta
didik berinteraksi
Kegiatan pelaksanaan model evaluasi iluminatif memiliki tiga langkah kegiatan yaitu observasi,
inkuiri lanjutan dan usaha penjelasan (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 95).
3) Model Responsif
Model responsif (Ratnawulan, Elis dan Rusdiana, 2015: 96) sangat menekankan pada kedudukan
pertanyaan, dan masalah yang ditemui oleh perhatian para pendengar yang berbeda di bawah
program evaluasi. Menurut Scriven, model evaluasi responsif mengambil dua orientasi mayor
(utama) yang saling melengkapi satu sama lain:
a) Pembatasan terhadap kegunaan atau manfaat yang ada dan sedang dievaluasi,
b) Pembatasan terhadap nilai-nilai yang ada dan sedang dievaluasi
4) Model CIPP
Model ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam. Sesuai dengan
namanya, CIPP memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi context (konteks), evaluasi input
(masukan), evaluasi process (proses), dan evaluasi produk (hasil) (Ratnawulan dan Rusdiana,
2015: 93).
Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan.
Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja,
suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh
terhadap kurikulum.
Evaluasi input untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks
pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai hal ini menjadi dasar bagi evaluator untuk
menentukan perlu adanya revisi atau pergantian kurikulum.
Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator
mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai
kekuatan, dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh
variabel input terhadap proses.
18. Berikut jawabannya :

Orde Lama dimulai dengan penerapan kurikulum 1974. Pada masa itu kurikulum berganti
sebanyak tiga kali hingga tahun 1964.

Kurikulum 1947

Dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, diterapkan pada tahun 1950 Bentuknya memuat
dua hal pokok:

• a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,


• b. Garis-garis besar pengajaran.

Kurikulum 1947 peran pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Orientasi Rencana Pelajaran
tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Kurikulum 1952

kurikulum 1952 merupakan kurikulum pertama yang memiliki dasar hukum operasional. setelah
tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1950
disahkan pada tahun 1954 sebagai UU No. 12 Tahun 1954. Dari situlah dikenal undang-undang
pendidikan yang pertama kali, yaitu No. 4 Tahun 1950 jo. No. 12 Tahun 1954.

Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947,
dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran. kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai
Rencana Pelajaran Terurai 1952.

Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan hidup para siswa,
sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika ditengah masyarakat. setiap guru mengajar satu
mata pelajaran, maka memiliki keuntungan untuk lebih menguasai bidang pengajarannya dengan
lebih baik, dari pada mengajar berbagai mata pelajaran.

Pada masa kurikulum 1952 dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah
Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.

Kurikulum 1964

Atau disebut dengan istilah Rentjana Pendidikan 1964, Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana
berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Kurikulum 1964 Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:

• moral,
• kecerdasan,
• emosional/artistik,
• keprigelan (keterampilan),
• dan jasmaniah.
19. Berikut jawaban :
Kurikulum pada masa orde baru terdiri dari kurikulum 1968 berisi kelompok pembinaan
pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus, penekananya hanya dalam segi intelektual
lalu ada kurikulum 1975 ditekankan agar lebih efektif dan efisien berdasarkan MBO
(Management by objective) selanjutnya kurikulum 1984 berisi proccess skill approach model
CBSA (cara belajar siswa aktif) atau SAL (Student Active Learning), kurikulum 1994 berisi
muatan nasional dan muatan lokal. Jenis pendidikan pada masa orde baru terdiri atas pendidikan
formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Jalur pendidikan pada masa orde baru
terdapat jalur sekolah dan jalur luar sekolah. Jenjang pendidikan pada masa orde baru terdiri dari
jenjang pra sekolah, jejang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang
pendidikan tinggi. Sistem pendidikan pada masa orde baru terdapat perubahan dari orde lama
pada pelaksanaannya kegiatan kependidikan pada era ini difungsikan sebagai instrumen
pembangunan ekonomi nasional, kebijakan pendidikan semuanya terpusat, pendidikan di
selenggarakan dengan otorita kekuasaan administratif birokratis dan penyeragaman kurikulum
juga diikuti dengan penyeragaman metode mengajar dan sistem evaluasi, yaitu Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA).
20. Berikut jawabannya :
Orde Reformasi di mulai pada tahun 2004 sampai dengan sekarang, system pendidikan pun
mengalami perubahan yaitu dengan berubahnya penerapan kurikulum untuk perbaikan mutu
pendidikan.
Merujuk pada UU Reformasi Pendidikan : Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20/2003 menjadi dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. UU
tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi untuk
mewujudkan pendidikan bermutu agar relevan dengan masyarakat dan berdaya saing global.
Pendidikan diharapkan dapat memperkuat persatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, memberi kesempatan yang sama kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam
pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara mengembangkan potensi diri.
Penerapan kurikulum pada orde reformasi dimulai dengan Kurikulum 2004 (KBK) berganti pada
tahun 2006 menjadi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), tahun 2013 yaitu kurikulum
2013, dan menyusul Kurikulum Nasional yang akan diterapkan tahun 2018 mendatang.
Kurikulum 2004
Kurikulum 2004, mulai diterapkan sejak tahun 2004 Secara materi, kurikulum 2004 tidak jauh
berbeda dari Kurikulum 1994.
Perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Kurikulum 1994, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum
2004, para siswa dikondisikan dalam sistem semester, Kurikulum 1994 para murid hanya belajar
pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004,
para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa
meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi.
Kurikulum 2004 peran guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan
yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,
namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. mulai di berlakukan pula wajib pramuka
sebagai nilai tambah ekstrakulikuler.
KTSP 2006
Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.
Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan
dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan para guru belum
memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum yang sulit mencapai
tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah
dan digantikan dengan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6
tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan
beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan.
Penerapan Pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan
untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI.
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan
aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan
adalah materi Matematika.
Belum genap setahun peneraapan Kurikulum 2013 dinilai mulai diragukan efektivitasnya.
Pertama, guru tidak siap mengajarkan kurikulum ini. Kedua, infrastruktur kurikulum belum
tersedia sepenuhnya. Kurikulum yang secara serentak diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015
di semua jenjang sekolah, mulai dasar hingga menengah ini dinilai terlalu dipaksakan untuk
diterapkan.
Berbagai masalah muncul ketika banyak sekolah mengeluh karena belum tersedianya buku paket
untuk murid maupun pegangan guru. Masalah lainnya adalah minimnya kesiapan guru dalam
menerapkan kurikulum ini karena banyak guru yang belum mendapat pelatihan.
Pada tanggal 5 Desember 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan,
menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru
melaksanakan kurikulum ini selama satu semester. Nanun bagi sekolah yang sudah menetapkan
Kurikulum 2013 selama 3 semester yaitu sejak tahun pelajaran 2013/2014. Sekolah-sekolah itu
diharapkan tetap menerapkan Kurikulum 2013 dan dijadikan sebagai sekolah pengembangan dan
percontohan Kurikulum 2013.
Amburadulnya pelaksanaan Kurikulum 2013, membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) berencana akan menghapus Kurikulum 2013 dan mengganti dengan Kurikulum
Nasional pada tahun 2018 mendatang.
Kurikulum Nasional
Materi di Kurikulum 2013 sangat baik tetapi karenakan mepetnya persiapan pelaksanaan
kurikulum 2013 membuat banyak kekurangan.
Pada tahun 2018 mendatang kurikulum 2013 akan diganti menjadi kurikulum nasional setelah
seluruh sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013. Pergantian ini sebagai perbaikan atau
penyempurnaan kurikulum 2013 karena selama ini masih banyak kekurangan.
Tetapi sampai saat ini masih belum dilakukan sosialisasi kurikulum nasional karena masih
difokuskan pada perbaikan kurikulum 2013.
21. Berikut jawabannya :
• Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indoensia Nokor 4301);
• Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 No 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723);
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indoensia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bendana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
• Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 242);
• Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 971)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
37 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1692);
• Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus;
• Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 125/U/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang
Kalender Pendidikan dengan jumlah jam efektif di Sekolah/Madrasah
• Keputusan bersama antara Menteri Agama, Mentri Ketenagakerjaan dan Mentri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 642 Tahun 2020 dan
Nomor 4 Tahun 2020 tentang hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2021
• Keputusan Bersama Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Mentri Agama, Mentri
Kesehatan dan Mentri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di
Masa Pandemic Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
• Peraturan Gubernur Bali Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan
Hukum Protokol Kesehatan sebagai upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru
• Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 003.1/15191/PK/BKD tanggal 3 Nopember 2020,
Prihal Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi hari Raya Suci Hindu di Bali
Tahun 2021
• Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali Nomor
420/1636/BPTP/Disdikpora tentang Kalender Pendidikan Provinsi Bali Tahun Pelajaran
2021/2022
• Peraturan Bupati Karangasem Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru Pada Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar dan Menegah Pertama
• Peraturan Bupati Karangasem Nomor 42 Tahun 2020 Tentang Penerapan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai upaya Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru
• Surat Edaran Bupati Karangasem, Nomor 37/SatgasCovid-19/2021, Tanggal 8 Maret 2021,
Tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Berbasis Masyarakat Berbasis
Desa/Kelurahan dan Desa Adat dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Kabupaten
Karangasem
• Surat Edaran Bupati Nomor Karangasem Nomor 800/66/SatgasCovid19/2021 tentang
Rekomendasi Pembelajaran Tatap Muka;

22. Berikut jawabannya :


Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut pendapat-
pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang
dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh
para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah
proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.
3. Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.
4. Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi
keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
5. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang
termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.
6. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang
diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga
yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun
seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
7. Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni
: (1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ; (2)
sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide,
didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu
pembelajaran ; (3) sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil,
yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan
kurikulum terhadap peserta didik.
8. Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan
dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
9. George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan
seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
10. Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus
ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
23. Berikut jawabannya :

Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-
masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum yang ditemui:

• Pada guru: guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan


beberapa hal yaitu kurang waktu, kekurang sesuaian pendapat, baik dengan sesama guru
maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
• Dari masyarakat: untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat, baik
dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan
ataupun kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
• Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan eksperimen baik
metode isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.
• Kepala sekolah : dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang
mendalam tentang teori dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang
penting dalam pengembangna kurikulum.
• Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di Kanwil dan juga orang tua maupun tokoh- tokoh
masyarakat. Kepala sekolah dan stafnya tidak dapat bekerja dalam kerangka patokan yang
ditetapkan oleh Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai