Anda di halaman 1dari 3

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

2 Maret 2020 , secara resmi presiden jokowi mengumumkan secara resmi kasus pertama positif
covid 19 di indonesia . virus covid 19 ini atau yang akrab disebut virus chorona pertama kali
menyebar di negara china pada 31 desember 2019 . virus chorona adalah kumpulan virus yang
bisa menginfeksi sistem pernapasan.1 Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia) , virus ini memiliki penyebaran yang sangat cepat
sehingga dapat dengan cepat menular ke berbagai negara .

Pandemi koronavirus di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit coronavirus 2019
(COVID-19) pada 2 Maret 2020. Hingga 4 Mei, telah terkonfirmasi 11.192 kasus positif
COVID-19 dengan 8.471 kasus aktif, 1.876 kasus sembuh, dan 845 kasus meninggal. Sebagai
tanggapan terhadap pandemi ini, beberapa wilayah telah memberlakukan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB).

Peraturan menteri Kesehatan (Permenkes) tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ,
Aturan itu diterbitkan dalam upaya menekan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) semakin meluas. 2Sebab, penyebaran Corona dengan jumlah kasus dan kematian telah
meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Isi yang diberlakukan dalam PSBB , yaitu : karantina dan isolasi diri di rumah dilakukan di
seluruh dunia, bahkan dengan isolasi atau karantina wilayah.

Keppres 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional ditetapkan Presiden Joko Widodo di Jakarta pada tanggal 13 April 2020. Setelah beberapa
waktu yang lalu menetapkan

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_di_Indonesia
2
Permenkes 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Covid 19
3
Keppres 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid 19 ,
sebagai berikut :

a. COVID-19 telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada
aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia;
b. bahwa World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic tanggal 11 Maret 2020;4
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

Wabah dari virus corona COVID-19 ini telah menjadi pandemic bagi warga masyarakat
Indonesia , 5terkhusunya setiap aspek sektor bisnis yang sektor bisnis nya telah terganggu .
karena dampak nya bisa menjadi alasan para debitur untuk mengingkari perjanjian dengan
alasan keadaan memaksa atau  force majeur alias overmacht.

Salah satu aktivitas sektor bisnis yang mengakibatkan terjadi nya , wanprestasi dalam
perjanjian ialah 6bisnis transportasi yang mengalami penurunan pendapatan sebesar 50% dari
pendapatan dikarenakan kebijakan pemerintah yang ditindaklanjuti dengan sosialisasi massif
kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas selama wabah corona , sehingga segala
pemuatan mulai dari penumpang dan barang yang biasa nya menggunakan jasa tranportasi ini
, tidak dapat berjalan sampai pemerintah mengeluarkan izin agar bisnis dapat beroperasi
kembali . Secara hukum perjanjian dalam sektor bisnis ini , disebut sebagai Force Majeur
atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan keadaan kahar telah sering kita dengar dalam
setiap perjanjian atau kontrak . 7 klausul force majeur ini hampir selalu ada dalam setiap

3
Keppres 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid 19
4
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-virus-corona-covid-19-sebagai-
pandemi-global?page=2
5
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e70df2e855cf/masalah-hukum-penundaan-kontrak-akibat-
penyebaran-covid-19/
6
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4225719/pendapatan-sektor-transportasi-anjlok-50-persen-gara-gara-
corona
7
Rachmat S.S. Soemadipradja. Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa. Gramedia Jakarta 2010. Hal. 32.
perjanjian yang dibuat. Perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih .

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat agar dapat
memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya. Hal tersebut adalah :
1. Sepakat meraka yang mengikatkan dirinya . Syarat pertama merupakan awal dari
terbentuknya perjanjian , yaitu adanya kesepakatan antara para pihak tentang isi perjanjian
yang akan mereka laksanakan. Oleh karena itu timbulnya kata sepakat tidak boleh
disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya unsur paksaan, penipuan, dan adanya kekeliruan.
Apabila perjanjian tersebut dibuat berdasarkan adanya paksaan dari salah satu pihak, maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Pada saat penyusunan kontrak, para pihak
khusunya manusia secara hukum telah dewasa atau cakap berbuat atau belum dewasa tetapi
ada walinya . Di dalam KUHPerdata yang disebut pihak yang tidak cakap untuk membuat
suatu perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa dan mereka yang berada dibawah
pengampunan.
3. Mengenai suatu hal tertentu. Secara yuridis suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu yang
telah disetujui. Suatu hal

Anda mungkin juga menyukai