Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMBELAJARAN BILANGAN DAN OLAHDATA

“ BILANGAN PRIMA, FPB, DAN KPK”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bilangan dan Olahdata
Dosen Pengampu:
Trimurtini, S. Pd., M. Pd.
Disusun oleh:
1. Berlian Hariratul Mahya (1401420032)
2. Laysa Astri Rosemarry (1401420082)
3. Uswatun Hasanah (1401420142)
4. Salsa Sayyidatul Ummah (1401420162)
5. Dita Aryani (1401420232)
6. Shofidhatul Wakhidah (1401420322)
7. Ika Rahmawati (1401420392)
8. Helen Everiany Pasaribu (1410121071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. Definisi Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan yang tepat mempunyai dua pembagi, yaitu 1 dan
bilangan itu sendiri. Kata “tepat” bermakna bahwa pembaginya hanya ada dua dan tidak ada
pembagi yang lain. Pembagi dapat juga disebut faktor. Contoh bilangan prima adalah 2, 3, 5,
7, 11, 13, 17, 19, 23, 31, 37, dan 43. Bilangan prima ada yang genap dan ada yang ganjil.
Bilangan prima genap adalah 2, dan 2 merupakan satu-satunya bilangan prima genap. Selain
2, semua bilangan prima adalah bilangan ganjil.
Jika suatu bilangan mempunyai pembagi selain 1 dan bilangan itu sendiri, maka
disebut bilangan komposit. Contoh bilangan komposit adalah 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, dan
16. Bilangan komposit dapat berupa bilangan genap atau bilangan ganjil. Bilangan 1 hanya
mempunyai satu pembagi, yaitu dirinya sendiri, maka 1 bukan bilangan bilangan prima dan
bukan bilangan komposit. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka himpunan bilangan asli
terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu 1, bilangan prima, dan bilangan komposit. Sekarang
akan dikaji makna bilangan prima secara matematika. Perhatikan tabel berikut untuk melihat
perbedaan bilangan prima dan bilangan komposit.

Tabel Perbandingan Bilangan Prima dan Komposit Berdasar Pembaginya

Prima Komposit

Bilangan Pembagi Bilangan Pembagi

7 1, 7 9 1, 3, 9

11 1, 11 10 1, 2, 5, 10

17 1, 17 20 1, 2, 4, 5, 10, 20

29 1, 29 30 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30

97 1, 97 100 1, 2, 4, 5, 10, 20, 25, 50, 100

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa ketika bilangan prima difaktorkan dan
faktornya dijejer mulai yang terkecil sampai yang terbesar akan diperoleh bilangan prima
tersebut selalu berdekatan dengan 1. Tidak ada pembagi lain yang menghalangi bilangan
prima itu sendiri dengan 1. Sebaliknya, pada bilangan komposit diperoleh bahwa bilangan
itu selalu dihalangi oleh pembagi lain untuk dekat dengan 1. Semakin besar bilangan
komposit tersebut, maka penghalang antara bilangan itu dengan 1 cenderung semakin
banyak. Jadi, bilangan prima selalu dekat dengan 1, sedangkan bilangan komposit
mempunyai penghalang untuk dekat dengan 1.

Metode Menentukan Bilangan Prima


Beberapa metode yang dapat diajarkan kepada siswa SD untuk menentukan bilangan
prima diantaranya yaitu :
1. Metode Sieve of Eratosthenes. Sebagai contoh, untuk menentukan bilangan cacah sampai
100 dapat dimulai dengan mencoret 1, karena bukan prima, kemudian melingkari 2 dan
mencoret kelipatannya (4, 6, 8, 10, ...). Selanjutnya, melingkari 3 dan mencoret
kelipatannya (6, 9, 12, 15, ...). Kemudian, melingkari 5 dan 7 serta mencoret kelipatannya

2. Men yelidiki apakah bilangan tersebut memiliki


sembarang faktor selain 1 dan dirinya sendiri, yakni dengan membaginya dengan
bilangan prima (2, 3, 5, 7, ...) dan tidak perlu membaginya dengan bilangan komposit (4,
6, 8, 9, ...). Sebagai contoh, jika 4 pembagi sebuah bilangan, tentunya 2 juga pembagi
dari bilangan tersebut. Dengan kata lain, jika 2 tidak membagi habis suatu bilangan, maka
4 tidak membagi habis bilangan tersebut. Begitupun bilangan komposit lainnya tidak
perlu dilakukan pembagian.
3. Melakukan Pengujian, misalnya, untuk menentukan apakah bilangan 367 adalah prima
atau tidak, dapat dilakukan seperti berikut. Pertama, menguji 367 habis dibagi dengan 2,
3, 5, dan 7. Apabila pengujian yang anda lakukan teliti, 367 tidak habis dibagi dengan 2,
3, 5 dan 7 (buktikan!). Kedua, melakukan trial and error (coba-coba) dengan mengambil
nilai 21 x 21 = 441 yang lebih dari 367. Jadi, faktor prima yang masih memungkinkan
adalah 11, 13, 17, elan 19. Namun, karena tidak terdapat faktor prima yang memenuhi,
maka 367 adalah bilangan prima.
Faktorisasi Prima
Suatu faktorisasi yang memuat hanya bilangan-bilangan prima disebut faktorisasi
prima. Terdapat dua metode untuk menentukan semua faktor prima dari sebuah bilangan.
Metode pertama adalah dengan melakukan pembagian berulang prima yang dimulai dengan
bilangan prima terkecil ke yang terbesar: 2, 3, 5, dan diteruskan sampai bilangan yang dibagi
menjadi faktor prima itu sendiri. Metode kedua adalah melakukan pemfaktoran bilangan ke
dalam sebarang dua faktor yang memenuhi dan kemudian memfaktorkan faktor-faktor
tersebut. Dalam mencari faktor pada metode kedua didasarkan pada perhitungan mental
yang memungkinkan anak untuk mengaplikasikan daya ingatnya.
Contoh: Tentukan pemfaktoran prima dari 60 menggunakan kedua metode yang telah
dibicarakan. Penyelesaian: Metode pertama

Metode kedua

60 = 6.10, dengan 6 = 2.3 dan 10 = 2.5, sehingga 60 = 2.3.2.5 = 22 .3.5. Kedua metode pada
jawaban soal di atas dapat dirangkmn dan dituangkan ke dalam gambar yang dikenal dengan
pohon faktor, seperti berikut.
Anak dapat diperkenalkan dengan blok prima berpola untuk mencari faktor prima
(Burkhart, 2009). Blok prima berpola merepresentasikan strategi perkalian mental. Berikut
ditampilkan faktor prima dari 1 sampai 50 dengan setiap model disusun dengan aturan setiap
prima yang lebih besar ditempatkan di atas prima yang lebih kecil (Burkhart, 2009).

B. Media yang dapat


digunakan dalam Mengajar Bilangan Prima di SD
Media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sangtalah penting yaitu untuk
mewujudkan suatu proses belajar yang efektif dalam pembelajaran materi bilangan prima.
Media pembelajaran tersebut bisa diperoleh oleh guru dengan mengimplementasikan sejarah
suatu konsep matematika. Salah satu bentuk implementasi sejarah dalam pembelajaran dapat
berupa sumber materi primer, yaitu menggunakan manuskrip kuno, alat hitung kuno yang
biasa dijadikan sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran tersebut salah satunya
adalah media Saringan Erastosthenes, Dalam sejaran perkembangan bilangan prima telah
ditemukan beberapa algoritma dalam pencarian deret prima, seperti Steve of Erastosthenes
dan Steve of Afkin. Saringan Erastosthenes sendiri ditemukan oleh Erastosthenes seorang
matematis Yunani Kuno yang membuat proses klasifikasi bilangan tahun 200 Sm (Muhsetyo,
Subari, Dan Suhandiyono, 1985 : 101). Saringan Erastosthenes adalah metode algoritma
yang mempelajari tentang cara menemukan semua bilangan prima diantara 1 sampai dengan
n, dengan menggunakan media pembelajaran tertentu, misalnya media gambar.
Salah satu cara untuk menentukan bilangan prima antara 1-100 adalah dengan menggunakan
media Saringan Erastosthenes. Cara ini ditemukan oleh Erastosthenes, ilmuan dari Yunani
Kuno. Caranya, sebagai berikut :
1. Tulis bilangan 1-100
2. Beri tanda pada bilangan 1
3. Tandai semua kelipatan 2
4. Tandai semua keliapatan 3
5. Tandai juga semua kelipatan 5
6. Last, tandai kelipatan 7
7. Bilangan yang tersisa adalah bilangan prima.

Jadi, bilangan prima antara 1-100 adalah : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43,
47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, dan 97. Nah, jadi semua totalnya ada 25 bilangan
prima.

C. Kesulitan dalam Pembelajaran Bilangan Prima SD


Permasalahan yang dihadapi di SD dalam mengajarkan konsep dari faktor, kelipatan
dan bilangan prima adalah anak kurang hafal perkalian dan pembagian bilangan, sehingga
sukar bagi anak untuk mencari faktor, kelipatan maupun bilangan prima secara tepat dan
cepat. Oleh karena itu terdapat beberapa solusi untuk  mengatasinya yaitu dengan :
1. Diharapkan kepada guru yang mengajar dikelas awal atau bawah untuk memantapkan
perkalian dan pembagian.
2. Anak disuruh menghafal perkalian dasar 1 sampai 10.
3. Anak diajarkan cara mencari perkalian cepat dengan menggunakan jari jari tangannya.

D. Definisi KPK dan FPB


Dalam matematika, kita mengenal yang namanya operasi bilangan atau disebut KPK
dan FPB. Apa perbedaan KPK dan FPB?
KPK atau Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah bilangan kelipatan terkecil yang
sama dari banyaknya suatu bilangan tertentu.
Sedangkan FPB atau Faktor Persekutuan Terbesar adalah faktor persekutuan yang
nilainya terbesar di antara faktor-faktor persekutuan lainnya.
 Faktor dan Kelipatan Bilangan
Faktor Bilangan adalah suatu bilangan yang mampu membagi bilangan lain dengan
habis. Tentunya bilangan yang di maksud adalah anggota bilangan prima.
Contoh: Faktor Bilangan dari 6 = 1, 2, 3, 6
Keempat bilangan tersebut merupakan faktor dari bilangan 6.
Contoh lain: apakah 2 termasuk faktor bilangan dari 5?
Jawabannya tidak, karena 2 tidak bisa membagi bilangan 2 dengan habis.

Kelipatan Bilangan adalah hasil perkalian suatu bilangan. Kelipatan dari suatu
bilangan adalah hasil perkalian bilangan tersebut dengan bilangan asli.
Contoh :
Tentukan kelipatan dari 4!
Penyelesaian :
1x4=4
2x4=4+4=8
3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12
4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 = 16, dan seterusnya.
Jadi, kelipatan dari 4 adalah 4, 8, 12, 16, ....
 Kelipatan persekutuan
Kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama (bersekutu) dari dua bilangan atau
lebih. Kelipatan persekutuan dapat ditentukan dengan cara menuliskan kelipatan setiap
bilangan, lalu melingkari kelipatan bilangan yang sama (bersekutu).

Contoh :
Tentukan kelipatan persekutuan dari 4 dan 6!
Penyelesaian :

Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, ....
Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, ....
Jadi, kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36, ....
 Faktor Persekutuan
Faktor persekutuan adalah faktor yang sama (bersekutu)dari dua bilangan atau lebih.
Contoh :
Tentukan faktor persekutuan dari 18 dan 24!
Penyelesaian :

Faktor dari 18 =1, 2, 3, 6, 9, 18


Faktor dari 24 = 1, 2, 3, 4,6, 8, 12, 24
Jadi, faktor persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, dan 6.
 KPK dan FBP dari dua bilangan
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah kelipatan persekutuan dari dua bilangan
yang nilainya paling kecil di antara kelipatan persekutuan lainnya.

Faktor persekutuan terbesar adalah faktor persekutuan dari dua bilangan yang nilainya
paling besar di antara faktor persekutuan lainnya.

Cara menentukan KPK dan FPB dapat dilakukan dengan pohon faktor atau teknik
sengkedan.

Pohon Faktor Teknik Sengkedan

KPK Mengalikan semua faktor prima. Mengalikan semua faktor


Jika ada faktor prima yang sama, prima yang ada.
pilih faktor prima dengan pangkat
terbesar.
FPB Mengalikan semua faktor prima Mengalikan semua faktor
yang sama dengan pangkat prima yang dapat membagi
terkecil. habis kedua bilangan tersebut.
Contoh :
Tentukan KPK dan FPB dari 30 dan 42!
Penyelesaian :
a. Menggunakan pohon faktor
30 42
30 = 2 x 3 x 5
42 = 2 x 3 x 7
2 15 2 21 FPB = 2 x 3
KPK = 2 x 3 x 5 x 7

3 5 3 7
b. Menggunakan teknik sengkedan

30 42

2 15 21

3 5 7

5 1 7

7 1 1

Catatan :
Lingkarilah bilangan prima yang membagi habis kedua bilangan.
FBP :2 x 3 = 6
KPK : 2 x 3 x 5 x 7
E. Media yang dapat digunakan dalam Mengajar FPB dan KPK di SD
Media pembelajaran adalah alat bantu yang berfungsi untuk menjelaskan pembelajaran
yang sulit dijelaskan secara verbal sehingga komunikasi akan berlangsung secara efektif
antara guru dan siswa serta dapat memeberikan rangsangan bagi siswa dalam proses
pembelajaran. Jenis media yang dapat digunakan dalam mengajar materi FPB dan KPK
adalah media berupa benda konkrit yaitu dakon bilangan.
Khusus dalam pembelajaran KPK dan FPB, teori yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah teori Bruner. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan
kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan
pengetahuan, dan menstransformasi pengetahuan. Dalam tahap enaktif, penyajian yang
dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek. Jika diterapkan dalam penggunaan dakon bilangan yaitu: a) siswa diberikan
dakon bilangan dan kelereng dua warna. b) siswa harus memasukkan 1 kelereng pada tiap-
tiap lubang dakon c) siswa memasukkan kelereng tersebut pada faktor atau kelipatan
bilangan sesuai dengan soal yang ditanyakan.
Media “dakon bilangan” dapat dipakai untuk membantu anak belajar konsep bilangan
prima dan menentukan bilangan prima, menentukan faktor-faktor pembagi suatu bilangan,
menentukan kelipatan suatu bilangan, menentukan factor persekutuan atau kelipatan
persekutuan dua bilangan atau lebih, serta mencari kelipatan persekutuan terkecil dan faktor
persekutuan terbesar dari dua bilangan atau lebih. Permainan dakon bilangan terdiri atas
papan dakon dan kelereng 2 warna. Syarat untuk melakukan kegiatan permainan dalam
topik kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah anak harus menguasai kelipatan bilangan.
Untuk menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB), anak harus menguasai faktor
bilangan. Maka, pertama kali hal yang perlu guru sampaikan kepada siswa berkaitan dengan
istilah faktor adalah pembagi habis bilangan asli oleh bilangan asli, jadi apersepsi yang
diberikan berupa penguasaan dasar perkalian dan pembagian. KPK dari dua bilangan adalah
kelipatan persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling kecil. Ada 2 cara
mencari KPK yaitu dengan mencari kelipatan persekutuan dan dengan faktorisasi prima.
FPB adalah faktor persekutuan bilangan-bilangan yang nilainya paling besar. Ada dua cara
mencari faktor persekutuan terbesar yaitu dengan menuliskan semua factor bilangan yang
akan dicari FPB –nya dan dengan faktorisasi prima atau perkalian faktor-faktor prima.
Selian itu, media yang dapat digunakan dalam pembelajaran KPK dan FPB yang lain
adalah dengan media Dekak-dekak. Kegunaan media dalam pembelajaran materi KPK dan
FPB yaitu untuk memperjelas konsep atau materi dalam matematika, media yang dipakai
untuk mempermudah memahami, penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sikap pasif anak didik (menimbulkan kagairahan belajar, memungkinkan
interaksi yang lebih langsung dengan lingkungan dan kenyataan). Dekak-dekak adalah alat
yang digunakan sebagai alat peraga yang berfungsi untuk memodelkan bilangan secara
konkrit, dekak-dekak yang berbentuk bangun balok dari kayu, dituliskan bilangan-bilangan.
Alat bantu dekak-dekak yang digunakan adalah yang terbuat dari kayu dengan tiang-tiang
dari paku, setiap tiang berisikan karet gelang yang bisa bongkar pasang. Dekak-dekak
merupakan alat untuk mencari berupa deretan bilangan bulat.

(gambar dekak-dekak)
(ilustrasi penggunaanya)
F. Kesulitan dalam Pembelajaran FPB dan KPK di SD
Miskonsepsi yang sering terjadi pada pembelajaran KPK dan FPB, yaitu siswa salah
dalam melakukan perhitungan karena bermula dari konsep awal yang salah mengenai KPK
dan FPB dan akan mengakibatkan pada kesalahan perhitungan KPK dan FPB. Dan dari situ
siswa akan mengalami kebingungan mengenai KPK dan FPB.
Biasanya yang terjadi adalah siswa tidak mengetahui dan paham akan konsep awal
dalam mencari konsep kelipatan bilangan, kesalahan dalam menjumlahkan bilangan, konsep
faktor diartikan sebagai kelipatan, kesalahan dalam melakukan perkalian, tidak teliti dalam
memahami soal, nilai dalam menentukan kelipatan dua bilangan terlalu besar, kesulitan
mengambil kesimpulan dalam menentukan bilangan yang merupakan kelipatan persekutuan,
kesulitan mengambil kesimpulan dalam menentukan bilangan yang merupakan faktor
persekutuan, tidak mengetahui bilangan prima serta tidak dapat membagi bilangan dengan
faktor prima.
Ada cara untuk membuat anak agar lebih paham mengenai Soal Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB), dengan menggunakan permainan
dekak-dekak dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada umumnya siswa senang
belajar menggunakan dekak-dekak karena memudahkan siswa menemukan hasil dari KPK
dua bilangan dan hasil dari FPB pada dua bilangan. Ketika mengerjakan tugas kebanyakan
siswa berlama-lama dalam mengerjakannya. Menghabiskan waktu yang lama ketika siswa
mengerjakan LKS dan menggunakan dekak-dekak.
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2008. Pribadi Bilangan Prima. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Faiz, Muhammad. 2017. Bilangan Prima. Dimuat dalam


https://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-bilangan-
prima.html diunduh pada 6 September 2021
https://cloud8824.wordpress.com/tag/media-pembelajaran-matematika/ diunduh pada 6
September 2021
https://jasaguru.wordpress.com/2008/03/09/pembelajaran-bilangan-prima-sd/ diunduh pada 6
September 2021

https://pdfcoffe.com/implementasi-sejarah-bilangan-prima-bentuk-media-pembelajaran-
saringan-erastosthenes-dalam-pembelajaran-matematika-kelas-v-sd-dewi-safina-pdf-
free.html diunduh pada 6 September 2021
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:1SKukiP1j9oJ:https://www.ima-
jateng-diy.com/web/wp-content/uploads/2020/09/MATERI-MATEMATIKA-KELAS-
4-BAB-3.pdf+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d diunduh pada 6
september 2021
https://www.adminsekolah.com/2020/10/materi-dan-soal-latihan-kpk-dan-fpb.html diunduh pada
6 september 2021
Itsnaini, Faqihah Muharroroh. 2021. Dimuat dalam https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5379049/apa-perbedaan-kpk-dan-fpb-ini-penjelasannya diunduh pada 6 september 2021
Lesthary, Diah, dkk. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Menggunakan Media Dakon Bilangan Di SD. Pontianak: Universitas Tanungpura
Unaenah, Een, dkk. 2020. Miskonsepsi Materi Tentang FPB dan KPK Pada Siswa SD Di Kelas
Tinggi. Tangerang: Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Wahyuningtyas, Dyah Tri. 2016. Pembelajaran Bilangan untuk PGSD. Malang: Ediide
Infografika

Anda mungkin juga menyukai