I. PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu bahan pokok potensial yang sejarahnya telah
bahan baku industri pangan dan pakan nasional. Tanaman jagung (Zea mays .L)
bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah padi
(AAK, 1993).
jagung sebanyak 60% dari produksi nasional (Hakim, 2008), sehingga menuntut
kebutuhan jagung yang semakin besar. Namun sampai saat ini Indonesia masih
belum bisa memenuhi kebutuhan jagung nasional, bahkan data impor jagung
tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan, tahun
2011 produksi jagung sebesar 13,645 ton/ha. Saat ini petani sangat akrab sekali
dengan pupuk buatan berbahan kimia sehingga tanpa mereka sadari pemakaiannya
dengan pupuk yang semakin banyak maka produksinya juga akan meningkat
(Djojosuwito,2004).
(N), Fosfat (P), dan Kalium (K). Harga pupuk yang tinggi mengakibatkan biaya
rendah. Salah satu cara memperkecil biaya produksi tanaman jagung untuk
yang mengandung unsur hara yang tinggi yaitu 3,5 % N, 0,37 % P, 4,1 K, dan
pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar
hampir di seluruh Dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai pupuk hijau maupun
unsur hara yang tinggi dan juga berfungsi untuk meningkatkan pH tanah,
2007).
tanaman dan bobot kering tanaman sampai 30% (Premono ET AL, 1991). Pada
meningkatkan bobot kering tanaman jagung sampai 20%, dan mikroba ini stabil
sampai lebih dari 4 bulan pada media pembawa zeolit, tanpa kehilangan
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini yaitu
sebagai berikut:
Manfaan PUM
Untuk lebih jelasnya peningkatan populasi ayam dari tahun ke tahun dapat
diketahui dari perkembangan jenis usaha yang menggunakan komoditi ini seperti
usaha peternakan ayam petelur dan pedaging yang menggunakan jagung pipilan
Persentase
Populasi Populasi ayam % peningkatan
peningkatan
Tahun ayam petelur pedaging populasi ayam
populasi ayam
(ekor / thn) (ekor / thn) petelur
pedaging
2006 3.728.659 706.886 - -
2007 3.934.111 663.337 5,51 -6,16
2008 4.058.991 954.986 3,17 43,97
2009 4.734.598 3.463.800 16,64 262,71
2010 4.858.940 4.080.680 2,63 17,81
Rata-rata 6,99 79,58
Sumber: Data Balai Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota (2011)
kebutuhan jagung pipilan untuk seekor ayam petelur sebanyak 25 % dari 120 gr
makanannya per hari. Sedangkan untuk ayam pedaging juga diambil 25 % dari
125 gr pakan per hari. Untuk tahun 2011 datanya tidak dimasukkan karena ada
data pertumbuhan ayam pedaging yang terlalu tinggi/ begitu melonjak sehingga
tidak terpakai, maka data yang sangat meningkat tidak digunakan. Dari data yang
diperoleh ini dapat dicari proyeksi populasi ayam dan kebutuhan jagung pipilan
ayam petelur dan pedaging untuk tahun 2012 – 2017 seperti pada Tabel dibawah
ini (Tabel 1 ).
Tabel 2. Proyeksi populasi ayam petelur dan pedaging dan kebutuhan jagung di
Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2012 – 2017
Permintaan
Populasi Populasi Permintaan Total
jagung u/
ayam ayam jagung u/ permintaan
Tahun ayam
petelur pedaging ayam petelur jagung
pedaging
(ekor/thn) (ekor/thn) (ton/thn) (ton/thn)
(ton/thn)
2012 5.561.961 13.159.775 61.181,57 144.757,53 205.939,10
2013 5.950.742 23.632.324 65.458,16 259.955,56 325.414,72
2014 6.366.699 42.438.927 70.033,69 466.828,20 536.862,88
2015 6.811.731 76.211.825 74.929,04 838.330,07 913.259,11
2016 7.287.871 136.861.195 80.166,58 1.505.473,15 1.585.639,73
2017 7.797.293 245.775.334 85.770,22 2.703.528,67 2.789.298,89
Sumber: Hasil olahan data BPS Kabupaten Limapuluh Kota ( 2011 )
suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut
dengan melihat penawaran suatu produk dari 5 tahun sebelumnya. Adapun tujuan
Persentase Peningkatan=
∑ penawaran ta hun X −∑ penaw aran tah un ( X −1 ) ×100 %
∑ penawaranta h un ( X−1 )
Penawarantahun X penawaran tahun( x−1)+¿
ditentukan proyeksi peluang pasar. Proyeksi peluang pasar adalah selisih antara
pasar jagung pipilan di Kabupaten Limapuluh Kota dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5. Proyeksi peluang pasar jagung pipilan untuk tahun 2012 – 2017 di
Kabupaten Limapuluh Kota.
2.1.4 Penjualan
Jagung pipilan kering hasil Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini dijual
lansung pada peternakan ayam dengan harga Rp. 3.300,-/Kg, dengan cara
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Genus : Zea
Sistem perakaran jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar
udara. Akar koronal merupakan akar yang tumbuh dari bagian dasar pangkal
batang. Akar – akar ini tumbuh ke arah atas dari jaringan batang setelah plumula
muncul. Akar udara merupakan akar yang tumbuh dari buku–buku di atas
permukaan tanah, tetapi dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara berfungsi
1997)
10–40 ruas. Panjang batang jagung bervariasi berkisar antara 60 cm – 300 cm,
tergantung pada tipe jagung. Ruas – ruas batang bagian atas berbentuk silindris
dan ruas – ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang
yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang
terdiri atas sel – sel parenchyma, yaitu seludang pembuluh yang diselubungi oleh
Daun jagung tumbuh melekat pada buku – buku batang. Struktur daun
jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula), dan helaian
daun. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel – sel bullifor. Bagian
bawah daun pada umumnya tidak berbulu. Salah satu keunggulan dari tanaman
jagung (C4) ini dari tanaman C3 yaitu dari daya hantar stomata (fotosintesis),
daya hantar stomata tanaman jagung tidak akan menurun walaupun ukuran daun
jagung sudah maksimal (Lakitan, 1996). Jumlah daun tiap tanaman bervariasi
antara 8 – 48 helai. Ukuran daun berbeda – beda yaitu panjang 30 – 150 cm dan
lebar daun mencapai 15 cm. Letak daun atau duduk daun pada batang termasuk
pada ujung batang dan bunga betina terletak pada bagian tengah batang pada salah
satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang
lebih dahulu 1 – 2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat
secara lurus atau berkelok – kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan
embrio
Biji jagung terletak pada tongkol yang tersusun rapi memanjang. Biji
jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp, bagian kedua
pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari
Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman,
a. Faktor Klimatik
subtropis atau tropis yang basah. Beberapa faktor yang dibutuhkan dalam
kemiringan tanah.
tetapi temperatur optimum adalah antara 23–270C (AAK, 1993). Suhu minimum
untuk tanaman jagung 10C dan suhu optimum 450C (Suprapto, 1993). Temperatur
suatu daerah merupakan salah satu syarat tumbuh tanamn jagung, pada proses
dalam proses asimilasi dari hasil fotosintesis pada daun (AAK, 1993). Karena
b. Faktor Edafik
Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang berstruktur
remah, aerase dan draenasenya baik, sehingga cukup air. Bila keadaan tanah
subur, gembur, dan kaya akan bahan organik maka tanaman akan tumbuh dan
Sedangkan penanaman jagung pada tanah – tanah yang kekurangan air akan
ialah 5,5 – 6,5. Tanaman jagung toleran terhadap keasaman tanah pada kisaran
Di Indonesia jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai daerah
c. Faktor Biotik
terdapat flora dan fauna yang dapat menambah kesuburan tanah dan yang dapat
Pertanian Universitas Andalas tempat dilaksanakannya PUM ini yaitu tikus dan
belalang, Heliothis zea (penggerek tongkol). Ada juga ditemukan fauna yang
terdapat diantaranya adalah gulma yang berdaun lebar, alang- alang, bayam
untuk ternak ayam petelur yang pada tahun 2008 sebanyak 870 unit (Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota, 2009). Hasil produksi
jagung dijual lansung pada peternak ayam petelur yang ada di daerah Tanjung Pati
dan sekitarnya dengan harga Rp 3.300,-/kg dalam bentuk pipilan kering. Dalam
ketentuan konsumen terlebih dahulu melihat mutu jagung pipilan dan mengukur
kadar air jagung dari sampel yang mereka ambil. Sumber modal untuk
mendapatkan tenaga kerja tidak begitu sulit karena pada umumnya masyarakat
mau bekerja dan disiplin. Untuk kebutuhan tenaga kerja akan dijalin kerjasama
mengandung unsur hara yang cukup tinggi untuk tanaman jika dibuat dalam
bentuk pupuk hijau ataupun kompos. Daun gulma tithonia mengandung unsur
hara yang cukup tinggi yaitu 3,5 4,0% N; 0,35 0,38 % P; 3,5 4,1 % K; 0,59 % Ca
dan 0,27 % Mg. Maka tanaman ini dapat dijadikan sebagai sumber unsur hara,
terutama N dan K.
N/ha menghasilkan pipilan kering 4 ton/ha sedangkan yang dipupuk dengan urea
Tanaman jagung tumbuh sangat baik dan optimal baik dari segi tubuh tanaman
( Hartatik, 2007 ). Laporan ICRAF diketahui bahwa tithonia juga efektif dalam
kg N tanpa KCl diperoleh hasil sebanyak 4,6 ton/ha. Berarti Tithonia dapat
(Mukuralinda, 2006).
(0,27-0,38% P). Kosentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang ditemukan
pada tumbuhan polong kira-kira sebesar 0,15-0,20% posfor (Hakim, dkk, 2008)..
Menurut Hartatik (2007) bahwa pemberian pupuk hijau T. diversifolia pada tanah
Dari penelitian yang telah dilakukan Hakim, dkk. (2008). Pupuk hijau T.
ukuran sel 0.5 – 1.0 x 1.5 – 5.0 μm, motil dengan satu atau lebih flagella, gram
negatif, aerob , tidak membentuk spora dan katalase positif, menggunakan H2,
atau karbon sebagai sumber energinya, beberapa spesies bersifat patogen bagi
tanaman, kebanyakan tidak dapat tumbuh pada kondisi masam (pH 4.5)
(Buntan, 1992).
bentuk tidak tersedia menjadi bentuk yang tersedia sehingga dapat diserap oleh
terhadap penyakit dan dapat mencegah tanaman dari patogen fungi yang berasal dari
tanah. Tanaman jagung menghisap unsur P dalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha
dan memperoleh hasil bobot basah jagung mencapai 4200 kg/ha. Pada tanaman
tanaman sampai 30% (Premono et al, 1991). Pada percobaan lain (Buntan,1992,
meningkatkan bobot kering tanaman jagung sampai 20%, dan mikroba ini stabil
sampai lebih dari 4 bulan pada media pembawa zeolit, tanpa kehilangan
pada tanaman jagung dapat meningkatkan bobot kering tanaman jagung sebesar
29% (Buntan,1992).
Bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan PUM ini antara lain
benih Pioner 21, T. difersifolia, P. fluorescens, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk
Benih yang digunakan pada pelaksanaan PUM ini adalah benih yang
bersertifikat yang dibeli di toko pertanian. Benih yang digunakan ialah benih
atau 0,75 kg untuk luasan 300 m2 sudah termasuk dengan benih untuk
penyulaman.
bongkahan tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerase.
Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-
potong atau dicincang kira-kira 3-5 cm , disebarkan di atas lahan secara merata
kebutuhan pupuk hijau T. divesifolia ini diberikan dengan dosis 10 ton/ha atau
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal dengan jarak tanam yaitu
pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya
4.3.5 Penanaman
tutup dengan tanah. Dosis P. fluorescens per hektar adalah 300 liter, maka untuk
luas lahan 300 m2 yaitu di berikan sebanyak 9 liter dengan kosentrasinya 1,8
ml/300 m2.
3.3.6 Pemeliharaan
a). Pemupukan
tanam dengan jarak antara 8-10 cm. Pupuk yang diberikan adalah 50 % pupuk
Urea dari dosis pupuk anjuran yaitu Urea 150 kg/ha, adanya pengurangan dosis
pupuk urea karena pada pupuk hijau Tithonia terkandung 3,5 % - 4 % unsur N.
KCl 25 kg/ha kemudian untuk SP36 diberikan setengah dosis anjuran yaitu SP36
75 kg/ha . Maka pupuk yang diberikan untuk luasan 300 m2 yaitu Urea 4,5
kg/300 m2, SP-36 2,25 kg/300 m2, dan KCl 0,75 kg/300 m2. Pemberian pupuk
urea dilakukan 2 kali saat tanam ½ dosis dan ½ dosis diberikan saat tanaman
yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang
benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam.
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu
penanaman.
c). Penyiangan
dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam, dan penyiangan kedua dilakukan
d). Pembumbunan
rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya erosi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur
dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman.
penyakit yang ditemukan dilapangan yaitu penyakit bulai dan karat daun, namun
pada kenyataannya Pengendalian hama dan penyakit tidak ada dilakukan karena
OPT yang ada belum melewati ambang toleransi dan belum menurunkan hasil
Panen dilakukan saat jagung berumur 103 hari setelah tanam, Waktu
panen dipengaruhi oleh cuaca dan derajat masak. Kegiatan pemanenan ini
dilakukan pada waktu cuaca nya cerah dan mendukung yang mana pada saat itu
harinya panas. Jagung merupakan komoditi yang sangat mudah rusak sehingga
Ciri jagung yang siap dipanen memiliki kriteria yang mana telah berumur
86-96 hari setelah tanam, kemudian jagung siap dipanen dengan tongkol atau
kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji
bagian lembaga dan Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak
membekas. Cara panen jagung yang dilakukan dilapangan adalah dengan cara
manual ( menggunakan tangan saja ) yang mana kegiatan nya dilakukan dengan
g). Pemasaran
jagung tersebut dengan konsumen peternak ayam petelur. Kesepakatan yang telah
disepakati dengan konsumen peternak ayam petelur adalah harga jual sebesar Rp
ketempat.
4.1 Hasil
a. Produksi
produksi jagung ini menghasilkan jagung pipilan kering sebanyak 129 kg / 300
b. Biaya
dan biaya non operasional. Biaya operasi terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga
kerja dan biaya lain-lain. Biaya operasi pada budidaya tanaman jagung adalah
sebagai berikut:
Tabel 6 : Kebutuhan biaya sarana produksi budidaya jagung untuk luasan 300 m2
Harga
No Nama Bahan Satuan Kebutuhan Satuan Total
(Rp)
1 Benih Kg 0,75 60.000 45.000
2 P. fluorescens ltr 7,5 12.500 93.750
3 Pupuk SP 36 Kg 2,25 3.000 6.750
4 Pupuk KCL Kg 0,75 6.000 4.500
5 Pupuk Urea Kg 4,5 2.500 11.250
6 Tali Plastik gulung 1 1.500 1.500
7 Karung Buah 4 1.500 6.000
Jumlah 168.750
Usaha Mandiri, mulai dari pengolahan tanah sampai pasca panen, sedangkan
Tabel 7 : Biaya tenaga kerja budidaya Jagung dengan luas lahan 300 m²
Harga
Satua Kebutuha
No Jenis Kegiatan Satuan Total
n n
(Rp)
1 Pengolahan Tanah I dan II HKP 1 40.000 40.000
Pengambilan Thitonia dan
2 HKP 0,5 40.000 20.000
Pengangkutan
4 Pemberian Tithonia HKP 0,25 40.000 10.000
Penanaman dan pemupukan
5 HKP 0.5 40.000 20.000
dasar
Penyulaman dan
6 HKP 0,25 40.000 10.000
pembumbunan
7 Pemupukan susulan HKP 0,14 40.000 5.600
8 Penyiangan HKP 0,5 40.000 20.000
Pengendalian hama dan
9 HKP 0 40.000 0
penyakit
10 Panen dan pasca panen HKP 0,5 40.000 20.000
12 Pemasaran HKP 0.07 40.000 2.800
Jumlah 148.400
Total biaya operasi = Biaya sarana produksi + Biaya tenaga kerja+ biaya peralatan
= Rp. 317.150,-
Tabel 8. Biaya penyusutan alat untuk budidaya jagung dengan luas 300 m²
Umur Depresiasi
Harga
No Jenis Alat Satuan Jumlah Ekonomis periode
Satuan
(tahun) tanam
1 Cangkul Unit 1 60.000 5 4.000
2 Garu Unit 1 25.000 2 4.166
3 Ember Unit 1 15.000 1 5.000
4 Tugal Unit 1 2.000 3 222
5 Meteran Unit 1 2.500 2 417
Total 13.805
= Rp. 20.000
= Rp. 17.547,-
Biaya Total lain –lain = Biaya sewa lahan + Biaya bunga modal
= Rp 37.547,-
Biaya total (TC) = Biaya operasi + Biaya non operasi + B. total lain-lain
= Rp 368.502,-
c. Penerimaan (TR)
Laporan PUM 2013
24
Hasil yang didapat dari budidaya jagung dengan luasan lahan 300 M2
adalah 129 kg biji kering, yang dijual dengan harga Rp. 3.300,-/kg.
= Rp. 425.700,-
= Rp. 57.198,-
a. Analisa Finansial
Profitabilitas = TR – TC x 100%
TC
= 15,5 %
R.C ratio = TR
TC
= Rp. 425700
Rp. 368.502
= 1,15
BEP Harga = TC
Hasil
Laporan PUM 2013
25
= Rp. 368.502
129 kg
BEP Hasil = TC
Harga/Kg
= Rp. 368.502
Rp. 3.300/kg
= 111 kg
TR
= 259 m2
4.2. Pembahasan
Rencana Realisasi
Nama
No
Bahan
Harga Harga
Kebutu Kebu selisih
Satuan Satuan Total Satuan Total
han tuhan biaya
(Rp) (Rp)
1 Benih Kg 0,75 60.000 45.000 0,75 60.000 45.000 0
2 P.fluorescens liter - - - 7,5 12.500 93.750 93.750
3 Pupuk Urea Kg 4,5 2.500 11.250 4,5 2.500 11.250 0
4 Pupuk Kcl kg 0,75 6000 4.500 0,75 6.000 4.500 0
Pupuk
5 Sp 36 Kg 2,25 3000 6.750 2,25 3.000 6.750 0
Tali rafia gulung
6 1 2.500 2.500 1 1.500 1.500 1000
Karung Buah
7 12 2.000 24.000 4 1.500 6.000 18.000
Jumlah 94.000 168.750 -74.750
Biaya sarana produksi pada perencanaan lebih rendah dari realisasi yaitu
sebelumnya. Selain itu kebutuhan karung juga berbeda dimana pada saat
buah, pada saat realisasi di lapangan karung yang digunakan hanya 4 buah karung
dengan harga 1.500/buah, sudah dapat menampung seluruh tongkol jagung yang
telah dipanen dan dibuka klobotnya. Selain itu kebutuhan tali rafia pada
perencanaan dan realisasinya sama namun, harganya yang berbeda yang mana
realisasinya adalah Rp. 1.500,/buah, hal ini dikarenakan kebutuhan tali rafia
dilapangan tidak terlalu banyak sehingga tali rafia yang dibeli ukuran sedang.
Tabel 10: Perbandingan perencanaan dan realisasi biaya tenaga kerja budidaya
jagung untuk luasan 300 m2
Pengambilan
2 Tithonia dan HKP - 40.000 - 0,5 40.000 20.000 20.000
pengangkutan
Pemberian
3 HKP - 40.000 - 0,25 40.000 10.000 10.000
tithonia
Penanaman dan
4 pemupukan HKP 1 40.000 40.000 0,5 40.000 20.000 20.000
dasar
Penyulaman
5 dan HKP 0,28 40.000 11.200 0,25 40.000 10.000 1.200
pembumbunan
Pemupukkan
6 HKP 0,14 40.000 5.600 0,14 40.000 5.600 0
susulan
7 Penyiangan HKP - 40.000 - 0,5 40.000 20.000 20.000
Pengendalian
8 hama dan HKP - 40.000 - - 40.000 - 0
penyakit
9 Panen HKP 1 40.000 40.000 0,25 40.000 10.000 30.000
10 pasca panen HKP 1 40.000 40.000 0,25 40.000 10.000 30.000
11 Pemasaran HKP 0,07 40.000 2.800 0,07 40.000 2.800 0
Jumlah 169.600 148.400 21.200
perubahan (Tabel 10). Hal ini terlihat pada Biaya tenaga kerja pengolahan tanah
tanah yang dilakukan hanya membuat alur untuk membuatan lobang tanam sesuai
dengan jarak tanam. Sedangkan pada biaya tenaga kerja pengambilan tithonia
pada realisasinya jumlah hari kerjanya yang terpakai adalah 0,5 HKP
aplikasi tithonia. Biaya tenaga kerja untuk penanaman dan pemupukkan dasar
juga mengalami perubahan, dimana pada perencanaanya jumlah hari kerja yang
mengalami penurunan yaitu 0,28 HKP (Rp.11.200,-) pada perencanaan dan 0,25
HKP (Rp.10.000,-) pada realisasi, hal ini dikarenakan hampir 90% jagung tumbuh
dengan baik, jadi hanya sedikit yang disulam sehingga waktu yang dibutuhkan
perencanaan dan realisasinya tidak mengalami perubahan jumlah hari kerja yaitu
0,14 HKP (Rp.5.600,-) dan realisasi juga sama. Pada saat perencanaan tenaga
kerja untuk penyiangan tidak terhitung, namun pada realisasi HKP yang
penulis beranggapan bahwa gulma yang terdapat dilahan tersebut tidak terlalu
banyak, karena lahan penulis merupakan lahan yang tanahnya bertekstur keras,
begitu juga pada realisasinya kegiatan ini tidak dilakukan dan tidak
dikeluarkannya biaya dikarenakan OPT yang terdapat pada lahan belum melewati
ambang ekonomis.
Pada perencanaan biaya panen dan pasca panen juga mengalami perubahan
yang cukup jauh yang mana pada perencanaan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk Panen dan Pasca panen adalah 2 HKP (Rp.80.000,-), namun realisasinya
hanya membutuhkan 0,5 HKP (Rp.20.000,-) untuk kedua kegiatan tersebut, ini
disebabkan karena produksi yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan pada pasca
panen digunakan mesin pemipil jagung dengan satuan biaya yaitu Rp 100,-/kg ,
jika di kalkulasikan untuk 129 kg jagung maka biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerjanya, yang mana pada perencanaan sama dengan realisasi di lapangan
Tabel 11: Perbandingan perencanaan dan realisasi biaya penyusutan alat budidaya
jagung untuk luasan 300 m2
Rencana Realisasi
Jenis Satu Umur Umur
Alat an Harga Jumlah Harga Jumlah
Jumlah Ekono ekono
Satuan Biaya satuan Biaya
mis mis
Cangkul Unit 1 60.000 5 4.000 40.000 5 4.000
Garu Unit 1 25.000 2 4.167 15.000 2 4.167
Ember Unit 1 15.000 1 5.000 7.500 1 5.000
Tugal Unit 1 2000 3 222 4.000 3 222
Meteran Unit 0 2.500 2 0 2.500 2 417
Total 13.388 13.805
sedikit berbeda dari perencanaan nya, pada perencanaan budidaya jagung tidak
tanamnya adalah Rp. 417. Hal ini menyebabkan penaikkan jumlah total
biaya. Jumlah biaya lain-lain pada realisasi menurun, seperti bunga modal yang
diakibatkan pada realisasi perhitungan biaya tak terduga tidak dihitung lagi
sehingga bunga modal menurun, dengan menurunnya bunga modal juga berakibat
pada turunnya jumlah biaya lain-lain serta biaya total. Untuk biaya penerimaan
total menurun karena produksi jagung pipilan yang diperoleh juga menurun
Tabel 13: Perbandingan analisa finansial antara rencana dengan realisasi budidaya
jagung luasan 300 M2
Biaya lain-lain
No Uraian kebutuhan Satuan Selisih
Rencana Realisasi
1 Profitabilitas % 23,63 15,5 35,46
2 R.C ratio 1,23 1,15 0,3
3 BEP harga Rp/kg 2.183 2.856 -197
4 BEP hasil Kg 148 111 10,8
5 BEP lahan M2 242,64 259 -55,96
Biaya antara perencanaan dengan realisasi juga berbeda, dimana
penerimaan yang diperoleh pada saat realisasi rendah. Untuk BEP harga
meningkat pada saat realisasi, hal ini dikarenakan harga jual jagung pipilan/kg
produksi jagung yang diperoleh menurun tidak sesuai dengan perencanaan, dan
produksi jagung. Untuk memulai proyek ini, maka hal pertama yang dilakukan
pelaksanaan proyek. Setelah itu dilakukan pengukuran lahan seluas 300 m2.
cangkul hal ini dikarenakan pekerjaan pengolahan tanah mudah dilakukan hanya
membuat alur penanaman untuk pembuatan lobang tanam saja. Perbedaan waktu
akibatnya proses peksanakaan kegiatan budidaya terlambat dari jadwal yang telah
ditetapkan, akibatnya waktu panen lebih cepat dari kriteria panen yang sudah
direncanakan (kadar air masih tinggi). Apabila panen dengan kadar air yang agak
tinggi menyebabkan banyak biji jagung yang pecah saat pemipilan. Menurut
Suprapto (1997), pada saat pemungutan hasil panen sebaiknya jatuh pada saat
tidak hujan agar kadar air nya tidak terlalu tinggi, sehingga pada proses pemipilan
jagung biji jagung tidak pecah maupun hancur yang mana kadar airnya sudah
Pada saat penanaman T. diversifolia ini sudah melapuk, meskipun tidak dilakukan
cukup efektif, karena pupuk hijau T. diversifolia merupakan tanaman yang mudah
sangat mudah lapuk dan berperan aktif terhadap penigkatan Ph tanah dan
kedalam tanah, maka proses pelapukannya terjadi sangat cepat ( 1 minggu sudah
nampak pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah dimana apabila hujan tanah terlihat
lengket dan apabila musim kemarau tanah kering dan keras terutama pada lahan
yang miring. Hal ini disebabkan pupuk hijau yang diberikan tercuci, menurut
Hartatik (2007), proses pelapukkan tithonia akan lebih aktif apabila kondisi aerase
dan draenase tanah stabil (lahan mring dan bersifat liat) yang mana apabila tidak
stabil kondisi tanahnya maka tithonia yang telah lapuk tersebut akan mengalami
proses pencucian oleh air hujan dengan mudah, begitu juga dengan P. fluorescens
Benih yang digunakan pada budidaya jagung ini adalah jenis benih hibrida
Pioneer P-21. Kebutuhan benih pada saat perencanaan sama dengan realisasi
dilapangan yaitu 0,75 kg sudah termasuk dengan benih untuk penyulaman, yang
hanya dilakukan 1 kali saja, dikarenakan hampir 90% jagung tumbuh dengan
baik, dikarenakan mutu benih yang baik, jadi hanya sedikit yang disulam sehingga
Rukmana, R (1997), adapun benih jagung yang baik untuk ditanam dilahan
pertanian yaitu benih yang unggul yang mana mempunyai daya tumbuhnya tinggi
yaitu 85-90% sehingga hasil produksi yang didapat nantinya sesuai dengan
potensi hasil yang telah direncanakan. Dengan tingginya daya tumbuh ini,
sebelumnya.
dilakukan karena pada saat itu sudah mulai memasuki musim hujan. Menurut
musim hujan menyebabkan kandungan unsur hara yang telah diberikan tercuci
yang diakibatkan oleh derasnya hujan yang terjadi di lahan budidaya tersebut.
di perhitungkan begitu juga pada realisasinya kegiatan ini tidak dilakukan dan
tidak dikeluarkannya biaya dikarenakan OPT yang terdapat pada lahan belum
Panen dilakukan lebih cepat 9 hari dibandingkan umur panen yang ada pada
diskripsi yaitu 110 hari. Namun kenyataannya pada saat tanaman umur 98 hari
panen lebih cepat dilakukan karena melihat kondisi pasar yang menunjukkan
diperoleh tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu 183 kg / 300 m2
setara dengan 5,49 ton/ Ha. Namun pada realisasinya hanya 129 kg / 300 m2
dan berkaitan juga dengan keadaan iklim pada saat pelaksanaan PUM ini. Pada
rendah, sehingga embrio yang terdapat pada biji jagung sulit untuk berkecambah,
dan energi untuk menembus tanah berkurang. Jika dilihat dari kondisi lahan juga
yang ada di sekitar lahan tersebut sehingga tanaman jagung sulit untuk melakukan
tanaman yang ternaungi cukup besar yaitu sekitar 35% dari persentase tanaman
Tanaman jagung yang kecil dan tidak tumbuh seragam diakibatkan adanya
kondisi iklim atau cuaca pada saat penanaman tidak sesuai, pada saat tanaman
kemarau), namun pada saat tanaman membutuhkan cahaya yang tinggi untuk
pertumbuhan dan pembentukan buah kondisi iklim pada saat itu sering turun
cahaya yang diterima tanaman jagung sedikit. Awan yang mendatangkan hujan
jika lapisan awan tebal maka penyerapan dan pemantulan dari awan itu sendiri
2012)
dalam proses asimilasi dan hasil fotosintesis pada daun, tanaman jagung
mendapatkan sinar matahari lansung. Dengan demikian hasil yang diperoleh akan
mempengaruhi produksi biji jagung yang dihasilkan kurang baik, bahkan tidak
terbentuk buah.
kedalam tanah liat, apabila hujan deras terdapat bagian lahan tertentu yang tidak
batu-batu kecil.
hijau yang mengandung unsur hara N, P dan K yang tinggi dan terdekomposisi
sangat cepat sehingga tanah menjadi gembur dan dapat dijadian sumber N, P, dan
kurang 4 bulan pada media pembawa zeolit, tanapa kehilanagan sefat genetisnya
serapan P tanaman dan dapat menhasilkan bobot kering tanaman samapai 30%
5.1 Kesimpulan
hasil pertumbuhan jagung pada fase vegetatif sangat bagus hingga fase
2) Produksi jagung yang diperoleh rendah dari yang diharapkan, namun tidak
tidak sama, namun pada kenyataan nya jika dilihat R/C rationya 1,15
untuk dilaksanakan.
yang berbeda tetapi tidak signifikan, yang mana biaya yang banyak
5.2 Saran
dengan teknologi penggunaan pupuk hayati cair dan pupuk kandang kotoran ayam
curah hujan tinggi mengakibatkan awan banyak diatsmosfir dan hal itu
DAFTAR PUSTAKA
Kresnatita Susi, 2009. Aplikasi pupuk organik dan nitrogen pada jagung manis
Application of organic manure and nitrogen on sweetcorn. Penebar
swadaya. Yogyakarta; 143 hlm
Premono, 1991. Peningkatan bobot kering pada jagung dengan proses aplikasi
bakteri pelarut fosfat. Penebar swadaya. Jakarta.
Suryani. Sri, 2009. Pembuatan pupuk hijau. http:// bengkulu. litbang. Deptan.
go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=80:pembuatan-tithonia-
diversifoliai&catid=14:alsin.
Gambar 4: umur jagung 3 minggu Gambar 5: Tongkol jagung Gambar 6: Penjemuran jagung pipilan
sebelum panen
Pasca panen
Pemasaran
Lokasi proyek
Keterangan :
U : Utara
Lampiran 3: Data curah hujan dari bulan september 2012 sampai januari 2013
satuan dalam milimeter