OLEH :
020.02.1135
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
a) PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006). STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana s
el selnya tidak tumbuh seperti kanker. Soft Tissue Tumor adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma
(Brunerr and Suddart, 2011).
c) MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya
terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf – saraf tepi. (Muttaqin, 2008).
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. . (Muttaqin, 2008).
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong j
aringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak. .
(Muttaqin, 2008).
d) PATHWAYS KEPERAWATAN
Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal
Nyeri
Bercak – Resiko tinggi
Kurang
bercak merah infeksi
pengetahuan
Tidur terganggu
Cemas Kerusakan
Kesulitan memulai tidur integritas
kulit
Gangguan pola tidur
e) PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh.Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally,
meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas
anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh (Muttaqin, 2008).
f) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan,
selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan
dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan
kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya
infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT
scan, MRI atau PET scan.
b)Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue
tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus
dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade
dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
c) Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft
tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-
guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak
pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik
masih belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas
yang harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko
anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga
memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada
neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
d) Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih
diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan
tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian
interpretasi dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai
tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya (Sjamsuhidajat, 2010).
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan
antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak
jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial,
sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk
tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir (Sjamsuhidajat, 2010).
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan
lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha,
tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau
invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat, 2010).
g) PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
h) KOMPLIKASI
Pengkajian
b. Status Kesehatan
- Keluhan Utama
c. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
TD : biasanya normal
N : biasanya normal
R : biasanya normal
S : biasanya normal
- Kepala
- Mata
- Telinga
- Mulut
- Leher
- Dada
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Sonor
- Abdomen
Perkusi : Timpani
Inspeksi : Bersih
- Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris
- Ekstremitas Bawah
j) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja