Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

OLEH :

TEGUH GAMA ZARKASYI

020.02.1135

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

a) PENGERTIAN

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006). STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana s
el selnya tidak tumbuh seperti kanker. Soft Tissue Tumor adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma
(Brunerr and Suddart, 2011).

Tumor adalah benjolan/pembengakakan abnormal dalam tubuh tetapi dalam


artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma dan
nonplasma. Neoplasma dapat bersifat jinak atau ganas, neoplasma ganas/kanker
terjadi karena timbul berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel
tumbuh terus merus bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.Neoplasma jinak
tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup , tidak merusak, tetapi membesar dan
menekan jaringan sekitarnya (ekspansif).
b) ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
(Muttaqin, 2008).

c) MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya
terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf – saraf tepi. (Muttaqin, 2008).

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. . (Muttaqin, 2008).

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong j
aringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak. .
(Muttaqin, 2008).
d) PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal
Nyeri
Bercak – Resiko tinggi
Kurang
bercak merah infeksi
pengetahuan
Tidur terganggu
Cemas Kerusakan
Kesulitan memulai tidur integritas
kulit
Gangguan pola tidur

e) PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh.Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally,
meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas
anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh (Muttaqin, 2008).

f) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan,
selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan
dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan
kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya
infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT
scan, MRI atau PET scan.
b)Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue
tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus
dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade
dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
c) Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft
tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-
guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak
pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik
masih belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas
yang harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko
anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga
memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada
neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
d) Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih
diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan
tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian
interpretasi dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai
tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya (Sjamsuhidajat, 2010).
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan
antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak
jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial,
sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk
tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir (Sjamsuhidajat, 2010).
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan
lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha,
tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau
invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat, 2010).
g) PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

h) KOMPLIKASI

Tumor jinak bisa berubah menjadi tumor ganas/kanker, penyebaran atau


metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru ke liver,
dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening (Muttaqin, 2008).
Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak. Pada kanker
jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan
setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah
operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa
metastasis di paru, liver atau tulang.
i) PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan,


pekerjaan, no rm, diagnose medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
nama penanggung jawab, alama, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

b. Status Kesehatan

- Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri pada bagian paha, nyeri bertambah apabila


beraktivitas berat, adanya nyeri tekan pada daerah benjolan.

- Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya benjolan besar dan nyeri pada daerah benjolan.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Awalnya hanya benjolan kecil, lama-lama benjolan bisa bertambah besar


dan muncul nyeri

- Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji riwayat keluarga, karena biasanya penyakit ini merupakan penyakit


genetik

c. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital

TD : biasanya normal

N : biasanya normal
R : biasanya normal

S : biasanya normal

Pemeriksaan Head to Toe

- Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas

- Mata

Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor

Palpasi : Tidak ada gangguan

- Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen

Palpasi : Tidak ada gangguan

- Mulut

Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi

- Leher

Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada benjolan

- Dada

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Tidak ada gangguan

Perkusi : Sonor

- Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak


Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

- Genetalia dan Anus

Inspeksi : Bersih

- Ekstremitas Atas

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak ada gangguan

- Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Simetris, ada benjolan

Palpasi : Nyeri tekan

j) DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Post Op

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
k) PERENCANAAN

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
a. Gelisah mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih menunjukkan tehnik mengetahui tujuan
f. Fokus pada diri untuk mengontrol cemas dan prosedur tindakan
g. Kekhawatiran c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas R/ mengurangi
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya kecemasan - Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif
Batasan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
Karakteristik : a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
verbal atau mampu menggunakan faktor presipitasi
nonverbal tehnik nonfarmakologi R/ mengetahui
b. Fakta dari untuk mengurangi nyeri, tindakan dan obat yang
observasi mencari bantuan) akan diberikan
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari berkurang dengan nonverbal dari
nyeri) menggunakan ketidaknyamanan
d. Gerakan manajemen nyeri R/ mengetahui tingkat
melindungi c. Mampu mengenali nyeri nyeri pasien
e. Tingkah laku (skala, intensitas, - Gunakan teknik
berhati-hati frekuensi dan tanda komunikasi terapeutik
f. Muka topeng nyeri) untuk mengetahui
(nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur setelah nyeri berkurang pasien
(mata sayu, e. Tanda vital dalam R/membantu pasien
tampak capek, rentang normal mengungkapkan
sulit atau gerakan perasaan nyerinya
kacau, - Evaluasi bersama
menyeringai) pasien dan tim
h. Terfokus pada kesehatan lain tentang
diri sendiri ketidakefektifan
i. Fokus menyempit kontrol nyeri masa
(penurunan lampau
persepsi waktu, R/untuk memberikan
kerusakan proses intervensi yang tepat
berpikir, - Kontrol lingkungan
penurunan yang dapat
interaksi dengan mempengaruhi nyeri
orang lain dan seperti suhu ruangan,
lingkungan) pencahayaan dan
j. Tingkah laku kebisingan
distraksi, contoh R/membantu
jalan-jalan, mengurangi nyeri
menemui orang pasien
lain dan atau - Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri
perubahan (farmakologi, non
tekanan darah, farmakologi dan inter
perubahan nafas, personal)
nadi dan dilatasi R/ membantu
pupil mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan pasien
otonom dalam - Kaji tipe dan sumber
tonus otot nyeri untuk
(mungkin dalam menentukan intervensi
rentang dari R/ memberikan
lemah ke kaku) intervensi yang tepat
m. Tingkah laku - Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh non farmakologi
gelisah, merintih, R/mengurangi nyeri
menangis, dengan cara
waspada, iritabel, pengobatan non
nafas farmakologis
panjang/berkeluh - Berikan analgetik
kesah untuk mengurangi
n. Perubahan dalam nyeri
nafsu makan dan R/ nyeri dapat
minum berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor Yang kontrol nyeri
Berhubungan : R/ nyeri terkontrol
Agen injury (biologi, - Tingkatkan istirahat
kimia, fisik, R/ menguragi nyeri
psikologis) b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous a. Wound care
dengan adanya luka Membranes - Anjurkan pasien
post operasi Wound Healing :primary untuk menggunakan
and secondary intention pakaian yang longgar
Batasan karakteristik R/ menjaga integritas
: Kriteria Hasil : kulit pasien
a. Gangguan pada a. Integritas kulit yang baik - Jaga kulit agar tetap
bagian tubuh bisa dipertahankan bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa (sensasi, elastisitas, R/agar kulit tetap
kulit (dermis) temperatur, hidrasi, lembab
c. Gangguan pigmentasi) - Hindari kerutan pada
permukaan kulit b. Tidak ada luka/lesi pada tempat tidur
(epidermis) kulit R/ menjaga integritas
c. Perfusi jaringan baik kulit tetap baik
Faktor yang d. Menunjukkan - Mobilisasi pasien
berhubungan : pemahaman dalam proses (ubah posisi pasien)
perbaikan kulit dan setiap dua jam sekali
Eksternal : mencegah terjadinya R/ membantu agar
a. Hipertermia atau sedera berulang pasien nyaman
hipotermia e. Mampu melindungi kulit - Monitor kulit akan
b. Substansi kimia dan mempertahankan adanya kemerahan
c. Kelembaban kelembaban kulit dan R/ mengetahui
udara perawatan alami kondisi integritas
d. Faktor mekanik f. Tidak ada tanda-tanda kulit
(misalnya : alat infeksi - Oleskan lotion atau
yang dapat g. Menunjukkan terjadinya minyak/baby oil pada
menimbulkan luka, proses penyembuhan derah yang tertekan
tekanan, restraint) luka R/ agar kulit tetap
e. Immobilitas fisik terjaga tidak terjadi
f. Radiasi luka baru
g. Usia yang - Monitor aktivitas dan
ekstrim mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit R/ membantu pasien
i.Obat-obatan agar bisa mobilisasi
- Monitor status nutrisi
Internal : pasien
a. Perubahan status R/ mengawasi pasien
metabolik agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol nutrisi
c. Defisit imunologi - Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang hangat
berhubungan : R/mempertahankan
a. Gangguan personal higyene
sirkulasi pasien
b. Iritasi kimia - Observasi luka
(ekskresi dan :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh, kedalaman luka,
medikasi) karakteristik, warna
c. Defisit cairan, granulasi,
cairan,kerusakan jaringan nekrotik,
mobilitas fisik, tanda-tanda infeksi
keterbatasan lokal.
pengetahuan, R/ menguragi tanda-
faktor mekanik tanda infeksi
(tekanan, - Lakukan teknik
gesekan) perawatan luka
kurangnya dengan steril
nutrisi, radiasi, R/mencegah adanya
faktor suhu (suhu infeksi
yang ekstrim)

3. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)
luka post operasi control - Bersihkan lingkungan
c. Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor lain
resiko : Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
a. Prosedur Infasif a. Klien bebas dari tanda infeksi
b. Ketidakcukupan dan gejala infeksi - Pertahankan teknik
pengetahuan b. Mendeskripsikan proses isolasi
untuk penularan penyakit, factor R/ menurunkan resiko
menghindari yang mempengaruhi kontminasi silang
paparan patogen penularan serta - Batasi pengunjung bila
c. Trauma penatalaksanaannya, perlu
d. Kerusakan c. Menunjukkan R/ menurunkan resiko
jaringan dan kemampuan untuk infeksi
peningkatan mencegah timbulnya - Instruksikan pada
paparan infeksi pengunjung untuk
lingkungan d. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
e. Ruptur membran batas normal berkunjung dan setelah
amnion e. Menunjukkan perilaku berkunjung
f. Agen farmasi hidup sehat meninggalkan pasien
(imunosupresan) R/ mencegah terjadinya
g. Malnutrisi kontaminasi silang
h. Peningkatan - Gunakan sabun
paparan antimikrobia untuk
lingkungan cuci tangan
patogen R/ mencegah terpajan
i. Imonusupresi pada organisme
j. Ketidakadekuatan infeksius
imun buatan - Cuci tangan setiap
k. Tidak adekuat sebelum dan sesudah
pertahanan tindakan keperawatan
sekunder R/ menurunkan resiko
(penurunan Hb, infeksi
Leukopenia, - Pertahankan
penekanan respon lingkungan aseptik
inflamasi) selama pemasangan
l. Tidak adekuat alat
pertahanan tubuh R/ mempertahankan
primer (kulit teknik steril
tidak utuh, - Tingkatkan intake
trauma jaringan, nutrisi
penurunan kerja R/ membantu
silia, cairan tubuh meningkatkan respon
statis, perubahan imun
sekresi pH, - Berikan terapi
perubahan antibiotik bila perlu
peristaltik) R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi


2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai