Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan makalah
yang berjudul “GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN : ASUHAN
KEPERAWATAN KANKER PARU”.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari salah satu
dosen mata kuliah Kerawatan Medical Bedah. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca unuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesian makalah
ini. Akhir kata,semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru
atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang
abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga
menjalar keorgan yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal
karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin
meningkat (Hansen, 2008).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan
disebabkan oleh kanker paru sebesar 30%. (Depkes RI, 2004).
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker paru
sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat
dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan
sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita (PDPI, 2003).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
Untuk Mengetahui epidemiologi dari Ca. Paru
Untuk Mengetahui definisi Ca. Paru
Untuk mengetahui etiologi dari ca paru
Untuk mengetahui gejala dari ca paru
Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
Untuk mengetahui bentuk pengendalian dari ca paru
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat
(abnormal) di dalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel.
(dr. Maya I, 2009).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami poliferasi dalam
paru (Underwood, 2000).
Menurut beberapa pengertian kanker paru di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker
paru adalah keganasan atau abnormalitas dari sel-sel yang mengalami poliferasi pada
jaringan paru, yaitu pada lapisan epitel saluran nafas.
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru
( Sudoyo, et al. 2007 )
1. Merokok
Seorang perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar terserang kanker paru jika dibandingkan pada perokok ringan.
Hidrokarbon karsinogenik yang telah ditemukan dalam tar (dari tembakau rokok)
dapat menimbulkan tumor. Asap rokok mengandungsekitar 60 macam karsinogen,
seperti benzen, nitrosamin, dan oksidan yang dapat menyebabkan mutasi DNA.
2. Radiasi
Insiden kanker paru yang tinggi pada penambang kobalt dan radium (lebih dari 50%
meninggal akibat kanker paru). Hal itu dikarenakan bahan-bahan tersebut berkaitan
dengan adanya radioaktif dalam bentuk radon.
5. Genetik.
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan, yakni:
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme
6. Diet.
Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya
resiko terkena kanker paru (Sudoyo, Aru W, 2007)
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu,
Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari
80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma,
squamosa dan karsinoma sel besar.
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum
Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Infeksi saluran nafas bawah berulang
Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Kelelahan
Suara serak
Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan metastasis
Perubahan epitel termasuk metaplasia dan dysplasia akibat merokok jangka panjang
secara khas mendahului timbulnya tumor. Biasanya timbul di central di sekitar hilus
dan menonjol ke dalam bronki besar. Tumor cenderung menyebar secara langsung ke
kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Gejala yang ditimbulkan
batuk, dan hemoptisis akibat iritasi dan ulcerasi, pneumoni, dan pembentukan abses
akibat obtruksi dan infeksi skunder. Akibat obtruksi bronkus timbul mengi local dan
dipsnue ringan, nyeri dada timbul akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum.
(Price, Sylvia A. 2005)
2.6 Stadium
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker paru-paru: (American Joint Committee on Cancer,
1983)
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan CT scan pada thoraks dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan
diameter minimal 3 mm, serta untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
c. Positron Emission Tomography (PET) untuk dapat membedakan tumor benigna dan
melignant berdasarkan perbedaan biokimia dalam metabolisme glukosa, protein, dan
asam nukleat. Tumor yang berdiameter kurang dari 1 cm sulit dideteksi dengan PET.
f. Pemeriksaan Histopatologi
Bronkoskopi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus, memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian, dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui)
Ultrasound Bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer, endobronkial, kelenjar
getah bening mediastinum dan lesi daerah hilus
Trans-Bronchial Needle_Aspiration (TBNA) untuk nodul getah bening dihilus atau
mediastinum
h. Torakoskopi
Dilakukan untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura visceralis. Komplikasi yang
terjadi sangat kecil.
i. Mediastinoskopi
Dilakukan untuk mendapatkan tumor metastasis ke mediastinum melalui kelenjar getah
bening.
j. Torakotomi
Untuk diagnostik kanker paru yang dilakukan bila prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pada pembedahan kanker paru untuk mengangkat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena
kanker.
1. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.
4. Reseksi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Reseksi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji
(potongan es).
6. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris).
B. Radiasi
Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah ;
Pasien dengan tumor yang operabel tetapi karena resiko tinggi maka pembedahan t
idak dapat dilakukan.
Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang inoperabel yang
diketahui terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan
mediastinal.
Pasien dengan karsinoma bronkus dengan histology sel gandum atau anaplastik pada
satu paru tetapi terdapat penyebaran nodul pada kelenjar getah bening dibawah
supraklavikula.
Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi tanpa bukti penyebaran
diluar rongga dada.
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan biasa juga
sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplkasi, seperti mengurangi efek
obsrtuksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau brokus. Dosis umum 5000-
6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu, pengobatan dilakukan dalam lima kali
seminggudengan dosis 180-200 rad/ hari. Komplikasi:
Esofagitis, hilang 7 – 10 hari sesudah pengobatan
Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat.
C. Kemoterapi
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien (hubunganya dengan
tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)
b. Keluhan Utama
Sesak nafas
f. Riwayat Psikososial
cemas, takut, menarik diri
2. Pemeriksaan Fisik
B1: Breathing
Inspeksi : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum, RR meningkat > 20x/menit, nafas pendek, hemoptisis.
Palpasi : peningkatan fremitus taktil menunjukkan konsolidasi.
Perkusi : adanya suara redup menandakan adanya massa
Auskultasi : krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/mengi: penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi), stridor
local karena obstruksi bronkus.
B2: Blood
JVD (obstruksi vena kava), disritmia, tachikardi, bunyi jantung: gesekan pericardial
(menunjukkan efusi).
B3: Brain
Jika sesak semakin berat pasien gelisah, bisa terjadi penurunan kesadaran, nyeri dada
B4: Blader
Pada pasien dengan penurunan kesadaran di pasang kateter
B5: Bowel
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan
B6: Bone
Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin.
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah/viskositas secret
paru ditandai dengan:
Perubahan frekuensi/ kedalaman pernafasan
Suara nafas tidak normal (rhonki/ whezzing)
Batuk tidak efektif
Dispnea
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(hipoventilasi) ditandai dengan
Dispnea
Hipoksemia
Intervensi:
a. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional: Penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernafas dan jarkan batuk efektif
c. Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/atau purulen.
e. Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
f. Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek
samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis/pilihan obat.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(hipoventilasi)
Tujuan:
Pertukaran gas jaringan paru optimal
Kriteria hasil:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/situasi
Intervensi:
a. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan
atau perubahan pola nafas.
Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
b. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels,
mengi.
Rasional: Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels
adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas
sehubungan dengan mukus/edema serta tumor.
c. Kaji adanmya sianosis
Rasional: Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari
“organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
d. Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e. Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf
internal.
Tujuan:
Kebutuhan rasa nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria hasil:
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi:
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0-10.
Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional: Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan/keefketifan intervensi.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional: Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional: Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
e. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: mengurangi nyeri
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap
rokok.
3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit
kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara
makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan Q
sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat memahami isi makalah
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.