Bapak-bapak, ibu-ibu panitia penyelenggara kegiatan ini, Bapak dan Ibu dewan juri, serta teman- teman dan hadirin yang saya hormati, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taalla karena berkat ridhonyalah kita semua masih diberikan kesehatan dan keselamatan. Dewan juri yang saya hormati. Perkenalkan nama saya berasal SMA N 1 Damar kabupaten Belitung Timur Propins Kepulauan Bangka Belitung. Di sini saya akan menyampaikan pidato dengan judul Mari “Bersama Memerangi Wabah Covid 19”. Awal mulanya pandemi virus korona atau yang sering kita sebut dengan covid-19 terjadi Wuhan, China, warga awalnya seluruh dunia menganggap serangan virus ini tidak begitu membahayakan dan bersifat sangat local dan terbatas di satu wilayah. Ilmuan mengira mutasi virus korona dianggap hanya evolusi minor dari virus-virus yang telah muncul sebelumnya seperti H1N1, Ebola, dan SARS yang dampaknya tiak semengerikan sekarang ini. Kondisi ini terjadi hampir seluruh Negara. Hampir banyak Negara gagab dan tidak memiliki persiapan yang cukup dalam menghadapi pertumbuhan korban termasuk Indonesia. Awalnya data korona hanya tersebar di wuhnan saja, tetapi dalam satu minggu awal ditemukannya korban korona virus tersebut langsung menyebar ke satu Negara dan sekarang merambat ke Negara- negara lainnya. Lonjakan yang drastis ini membuat kondisi krisis khsusnya Indonesia dan kita sekarang berada dalam kondisi yang demikian. Sahabat Muda yang berbahagia Lalu, kapan korona akan berakhir dan kapan data para korban akan menurun? Pertanyaan ini bisa kita jawab dengan “situasi wabah seperti sekarang ini bias kitaa lawan sasal kita mau bekerja sama nasional maupun internasional. Di situasi yang sepert sekarang ini tahun 1962 Adlai Stevenson pernah berkata "would rather light a candle than curse the darkness" (Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan). Sahabat muda yang berbahagia Menyebarnya wabah korona ini juga berpengaruh pada kesehatan mental masyarakat di seluruh dunia. Anjuran pembatasan kontak social (social distancing) telah secara langsung membatasi gerak dan jarak antarwarga. Tidak ada lagi ikattan batin antar sesama karena saling mengurung diri. Kelompok maupun individu menutup ruang berkomunikasi secara langsung sebab khawatir tertular virus korona ini. Akibatnya mucul ketidakpercayaan sosial (social distrusi) pada antar masyarakat, saling curiga, merasa tak aman dan panic jika ada orang lain yang batuk, pilek dan flu. Dampak psikologis seperti ini perlu di netralisasi dan di lakukan beberapa parenting ataupun penyuluhan secara online. Kaum muda sekalian Wabah korona ini menjasi sepertisiklus 100 tahunan wabah yang ada di seluruh dunia dan ini bukan hanya menjadi tugas berat bagi Negara kita Indonesia bahkan seluruh dunia. Untuk itu sudah sepatutnya kita bersama memerangi wabah ini meskipun menyusakan sedih dan kekawatiran. Kerja sama, inovasi dan kerjasama yang matang akan dapat menetralisir resoko wabah. Selebihnya kita harus tetap waspada, karantina mandiri, menjaga kebersihan, dan melakukan pembatasan kerumunan yang berlebihan, sebab kita semua, saya dan anda sedang berkontribusi bagi dunia dan Negara Indonesia dalam memerangi wabah. Badai pasti berlalu. Semoga. Demikian pidato yang dapat saya sampaikan, saya akhiri wassallamuallaikum wr.wb