Anda di halaman 1dari 20

Bulan Oktober ditetapkan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan bangsa Indonesia

memperingatinya setiap tahun. Sempena dengan itu, Salmah Creative Writing (SCW) menghelat Lomba
Pidato Baca Puisi tingkat Pelajar se-Indonesia.

PANDUAN LOMBA PIDATO BERBAHASA INDONESIA

Syarat & Ketentuan :

1. Tema bebas (Karya Sendiri tidak plagiat, jika plagiat, maka peserta akan didiskualifikasi
2. Peserta merupakan Pelajar se-Indonesia
3. Wajib Mendaftar melalui https://tinyurl.com/LombapidatoSC (Pidato).
4. Peserta menampilkan pidato tanpa teks (Tidak melihat konsep) peserta hanya boleh
memperkenalkan nama.
5. Durasi video maksimal 5 menit dengan format video MP4
6. Format File (Nama_Asal kota_ Video Lomba Pidato)
7. Peserta mengirim video original tanpa editan yang sudah diupload ke drive peserta masing-
masing, kemudian peserta mengirimkan link ke No. Whatsapp (081267130478)
8. Batas pengiriman video sampai tanggal 25 Oktober 2021 (00.00 WIB)
9. Peserta wajib subscribe/follow Youtube (Salmah_Creative TV), IG @Salmah_Publishing dan FB
Salmah Creative Writing
10. Pengumuman pemenang tanggal 1 November 2021
11. Seluruh peserta mendapatkan sertifikat

KRITERIA PENILAIAN :

 Vocal dan Artikulasi


 Intonasi & Aksentuasi
 Gaya / Gestur & Mimik
 Materi

PENDAFTARAN

 Biaya pendaftaran 50K/ Lomba/Peserta (Boleh mengikuti 2 cabang perlombaan)


 Melalui bank BRI : 146201005402509 (a.n Futeri Addini)
 Pendaftaran melalui google form link :
 https://tinyurl.com/lombapidatoSC
 Peserta yang sudah terdaftar akan tergabung dalam WA /Telegram

HADIAH JUARA

JUARA 1, 2 & 3
 Uang tunai
 Mendali
 Sertifikat

JUARA FAVORIT

Hadiah Juara Favorit berdasarkan “like” terbanyak akan diberikan:

 Bingkisan
 Mendali
 Sertifikat
 Dll.

PANDUAN LOMBA BACA PUISI

Syarat & Ketentuan :

1. Puisi ditentukan oleh Panitia


2. Peserta merupakan Pelajar se-Indonesia
3. Wajib Mendaftar melalui https://tinyurl.com/LombaBPSC (Baca Puisi)
4. Peserta memilih salah satu puisi dan membacakannya
5. Durasi video maksimal 5 menit dengan format video MP4
6. Format File (Nama_Asal kota_ Video Lomba Baca Puisi)
7. Peserta mengirim video original tanpa editan yang sudah diupload ke drive peserta masing-
masing, kemudian peserta mengirimkan link ke No. Whatsapp (081267130478)
8. Batas pengiriman video sampai tanggal 25 Oktober 2021 (00.00 WIB)
9. Peserta yang dinyatakan lolos melaju ke babak Final akan diberikan puisi pilihan dan kembali
mengirim video
10. Peserta wajib subscribe/follow Youtube (Salmah_Creative TV), IG @Salmah_Publishing dan
FB Salmah Creative Writing
11. Pengumuman pemenang tanggal 1 November 2021
12. Seluruh peserta mendapatkan sertifikat

KRITERIA PENILAIAN :

 Interpretas
 Vokal
 Artikulasi
 Intonasi
 Diksi
 Power
 Ekspresi (Mimik dan Gesture)
 Totalitas (Penyajian secara keseluruhan).

PENDAFTARAN

 Biaya pendaftaran 50K/ Lomba/Peserta (Boleh mengikuti 2 cabang perlombaan)


 Melalui bank BRI : 146201005402509 (a.n Futeri Addini)
 Pendaftaran melalui google form link : https://tinyurl.com/LombaBPSC
 Peserta yang sudah terdaftar akan tergabung dalam WA /Telegram

HADIAH JUARA

JUARA 1, 2 & 3

 Uang tunai
 Mendali
 Sertifikat

JUARA FAVORIT

Hadiah Juara Favorit berdasarkan “like” terbanyak akan diberikan:

 Bingkisan
 Mendali
 Sertifikat
 Dll.
PUISI PILIHAN ( PENYISIHAN )

Sutardji Colzoum Bachri


    BATU

                                        batu mawar

batu langit

batu duka

batu rindu

batu jarum

batu bisu

kaukah itu

            teka

                       teki

yang

tak menepati janji?

Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan

hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan

seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?

Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa

gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk

diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai se-

dang lambai tak sampai. Kau tahu?

 
batu risau

batu pukau

batu Kau-ku

batu sepi

batu ngilu

batu bisu

kaukah itu

                       teka

            teki

            yang

tak menepati

            janji?
Isbedi Setiawan ZS
PERJALANAN PELAUT
karena laut mengajarkan rahasia badai
aku pun setia berlayar. dari pulau asing
ke pulau asing aku tebarkan benih pelaut
dan lalu meninggalkan ratusan rumah
yang memendam kesepian
rumah hanya istirah bagi kejenuhan kapal. oh,
laut yang terapit oleh pulau-pulau
di mana tubuhku sesekali dibaringkan?
dari pulau asing ke pulau asing
aku pahami rahasia badai, aku tebarkan
benih pelaut. sementara pada kedalaman laut
kubur mengajarkan rahasia paling akhir

1987 
Marhalim Zaini
LANUN LAUT

kau merampok sayap rumah orang laut, tuan


hingga ikan-ikan merayau mencari tuhan

tiap petang ada saja yang patah dayung


tiap lengang ada saja yang cari untung

matahari kian renta dalam lubang jala senja


matamu tak berlampau dan silau pada cahaya

siapa yang memikul kayu kapal karam itu


siapa pula yang menikam-nikam batu-batu

pergilah jauh ke ceruk sunyi tubuhmu


aku sedang menakik luka masa lalu

demam seluruh kampung disuntik waktu


sampai terlupa mengaji kitab rindu
Bode Riswandi

ENAM BAIT STANZA UNTUK INDONESIA

Di sepanjang jalan

Dalam ingar lagu-lagu kemerdekaan

Pada sederet baliho yang memadat

Di setiap tikungan atau pertigaan

Juga pada  papan nama toko-toko

Aku mencium peluhmu yang kecut

Disuling dari rahim kampung

Juga padang-padang gambut

Di pasar-pasar induk

Pada jongko-jongko

Pada papan dan tempayan

Semua impian digantang

Di sini kuhirup napas petani

Menangkap dengus nelayan

Seperti hidup dalam mitos

Kebun dan laut kian hampos

Tapi di muka jalan raya

Bocah-bocah kencur berbaris riang


Mereka gembalakan kegembiraan

Pada beton dan tiang-tiang pancang

Tempat kampung nenek moyangnya

Dikaram paksa lantaran desakan waktu

Digada lantaran manisan kekuasaan

—Tumpur 

Dari candu televisi dan koran

Dari kudapan lubuk kecemasan

Aku ingin mengubur diri sendirian

Menghayati segenap kenyataan

Sambil tersenyum dalam gelap

Terbayang sudah bocah-bocah sekolah

Dengan daki mengendap di kerah

Bermain layangan, kelereng dan galah

Tapi kenyataan belingsatan tak karuan

Ia hinggap di reranting nestapa

Jadi iklan bius beribu pesakitan

Ada yang berdoa dengan setumpuk kepasrahan

Dan menabung harap dalam selembar amalan

Lalu didaraslah baris-baris nubuat

Bagi jerat-jerat nasib dan pukat tabiatnya

—Pasrah
 

Kepada bedeng-bedeng tepi kali

Lambung-lambung yang berkarat

Suara-suara parau dari jantung kemiskinan

Tegaklah kalian dari sirkus kemerdekaan

Dari kelonan rayuan pulau kelapa

Dari mimbar dan mikrofon yang sakit jiwa

Setabah batu  kucintai kalian

Yang terus bernyanyi meski ditekan majikan

2017
Kunni Masrohanti
MENIMANG IBU LAUT
jika ada yang lebih pasang dan surut
kaulah itu, ibu dari segala laut
dadamu tempat sembunyi segala rahasia
asin kau tebar, debur kau tepikan
sejuk di kedalaman kau kenyam sendirian
pulang, pulanglah ke dadaku segala aduh
katamu diam-diam

tundukku paling pelan


menghunjam ke dalam paling liang
aku telah menjadi laut, tempat pulang pasang dan surut
akulah itu, hanya ibu setepi laut
sedang kau, ibu dari segala laut
ku timang sepanjang kenang

Pekanbaru, 2020
Joko Pinurbo
BAJU BULAN

Bulan, aku mau lebaran. Aku ingin baju baru,


tapi tak punya uang. Ibuku entah di mana sekarang,
sedangkan ayahku hanya bisa kubayangkan.
Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam?
Bulan terharu: kok masih ada yang membutuhkan
bajunya yang kuno di antara begitu banyak
warna-warni baju buatan. Bulan mencopot bajunya
yang keperakan, mengenakannya pada gadis kecil
yang sering menangis di persimpangan jalan.
Bulan rela telanjang di langit, atap paling rindang
bagi yang tak berumah dan tak bisa pulang.

(2003)
Warih Wisatsana

DALAM SIUL ANAK-ANAK

Kelak bila akhir kalimatku

membentuk sungai

         Napas angin tercekik

         bunga terisak

Seekor kupu menggelepar liar!

Yang manakah gerimis

yang manakah tangis?

               Seekor kupu menggelepar liar

               di taman nasib masa kanakku

               Menyerap mimpi buruk

               tak percaya langit terbuka.

Dan seseorang menari dalam lamunan

Memanggil nama kecilku

         di taman

Tempat di mana dulu

Tangga sorga sesaat kubayangkan

         berayun di awan,

Dan sebuah gubuk mungil


perlahan menjelma di langit

Dalam siul anak-anak

Kelak bila nasib baik menjengukku

Datang menyamar serupa mawar

membisikkan jalan pulang

         dan alamat ibuku

Maka maut bersiul dalam gelap

dalam siul anak-anakku

1987
Mezra E. Pellondou

SUPUL

Kau datang lagi mempertanyakan

wajahku yang lama tersimpan

pada biru bening

air telaga

tenang tak bernama

matahari kampung Supul

mengirimkanmu padaku

antara Lakat dan Niki -Niki

terlalu lama madu Polen

membawa cerita

apel dan jeruk Soe jadi sejarah

tapi sebuah telaga?

mungkinkah air biru itu

menjadi madu saat pesta matahari

mengrimkan kupu- kupu dan bunga

rumput dalam tidurku?

mata akan sulit terpejam


antara kehijauan rumput dan

ayunan daun jagung

di jantungmu klason mobil

tak punya cerita

paru-parumu tanpa asap kendara

dan sampah yang terbakar

di sini tak ada mimpi yang gombal

kerena kamu begitu nyata

pada masa depan nanti

tak ada satu huruf sejarah

akan memahat keindahanmu

kecuali sebuah puisi

Kampung Supul, Antara Lakat dan Niki –Niki 2019


Khairil Anwar
KEPADA KAWAN

Sebelum ajal mendekat dan menghianat

Mencengkam dari belakang ketika kita tidak melihat

Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa

Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada

Tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam

Layar merah berkibar hilang dalam kelam

Kawan, mari kita putuskan kini di sini

Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri

Jadi

Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan

Tembus jelajah dunia ini dan balikkan

Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu

Pilih kuda yang paling liar, pacu laju

Jangan tembatkan pada siang dan malam

Dan

Hancurkan lagi apa yang kau perbuat

Hilang sonder pusaka, sonder kerabat

Tidak minta ampun atas segala dosa

Tidak memberi pamit siapa saja

Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi

Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi

Sekali lagi kawan, sebaris lagi

Tikamkan pedangmu hingga ke hulu

Pada siapa yang mengairi kemurnian madu..!!


Taufik Ikram Jamil 

DI SUNGAI SIAK

tak peduli aku siapa pun engkau


sebab telah kubenamkan jiwamu
di dasar sungai siak
yang menyedot kisah kasih
tempat cerita timbul tenggelam
berkecipak di antara kedalaman idam

matamu akan menjelma jadi daun rengas


tekun menatap arus waktu
hilir mudik nasib yang mengapung
sebelum kiambang bertaup
dilewati tongkang berdayung loba
sebelum engkau tahu
bagai air pasang
betapa deritaku tak pernah surut

akan kaujulurkan kakimu panjang


bersangga pada tebing ketika petang
cuma udang yang berkulit bimbang
setelah diburu merkuri dan zat besi
menganggap tungkaimu sebagai pancang
di situ tertambat selaksa sayang
harapan yang kuyup oleh kenang

rambutmu hitam menjurai


akan ditiup angin sampai menderai
engkau pun mengepangnya dalam syair
mengebatnya beriring dendang
yang di telinga nelayan
di pendengaran penduduk bertubuh sangsai
menjadi dodoi beratus tahun menghilir
ketika mantra dan pantun
justeru tercemar kata-kata
dalam gilingan pabrik tercabik-cabik

engkau ingin telanjang


dalam cium sejarah yang kalah
tapi hidup bukanlah sekedar keikhlasan
sebaliknya seperti asin dan tawar
membancuh rasa sepanjang alur
singgah di lidahmu terkecap payau
hiba yang tiba-tiba beriak
dipukul gelombang yang diciptakan sampah

tak peduli aku siapa pun engkau


sebab telah kubenamkan jiwamu
di dasar sungai siak
yang menyedot kisah kasih
tempat cerita timbul tenggelam
berkecipak di antara kedalaman idam
sekedar engkau paham
aku tak pernah merasa sia-sia

Anda mungkin juga menyukai