A. KETENTUAN UMUM
1. Lomba Baca Puisi, Lomba Berpidato, Lomba Mendongeng, dan Lomba Poster tingkat
SMP se-Kabupaten Cirebon adalah rangkaian kegiatan Bulan Bahasa tahun 2022.
2. Peserta adalah siswa SMP yang ada di Kabupaten Cirebon dan telah mendaftarkan diri
serta tercatat sebagai peserta oleh panitia.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tanggal Agenda Tempat/ Media
4. Peserta melakukan pendaftaran secara daring dengan mengisi formulir dan mengunggah
berkas pendaftaran di tautan.
5. Setiap sekolah mengirimkan satu peserta untuk setiap mata lomba.
6. Teknis penjurian akan disesuaikan dengan jumlah peserta.
7. Pakaian peserta lomba adalah seragam sekolah kecuali lomba mendongeng ( dapat
menyesuaikan dengan kontens dongeng )
8. Penjelasan Teknis akan dilaksanakan tanggal 26 Oktober 2022 pada saat kegiatan Bulan
Bahasa pertama di Gedung PGRI Sumber melalui guru pelajaran Bahasa Indonesia yang
hadir dalam kegiatan .
9. Penilaian dan keputusan Dewan Juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
10. Hal-hal yang belum tertera menjadi kebijakan panitia.
B. KETENTUAN KHUSUS
a. Lomba Baca Puisi
1. Pembacaan puisi hanya dilakukan satu kali dalam satu babak kecuali ada ketentuan
lain seperti yang tercantum pada ketentuan umum nomor 6.
2. Peserta mengenakan seragam sekolah.
3. Peserta tidak diperkenankan menggunakan alat pengiring, baik dimainkan sendiri
atau dimainkan orang lain saat pembacaan puisi.
4. Setiap peserta membacakan 1 (satu) puisi pilihan dari 5 (lima) puisi yang ditentukan
panitia, 5 (lima) puisi tersebut yaitu :
1) Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar (teks terlampir),
2) Seorang Tukang Rambutan Kepada Istrinya Karya Taufik Ismail (teks terlampir),
3) Tanah Air Mata Karya Sutardji Calzoum Bachri (teks terlampir),
4) Asmaradana Karya Goenawan Mohamad (teks terlampir),
5) Dalam Doaku Karya Sapardi Djoko Damono (teks terlampir),
b. Lomba Berpidato
1. Tema pidato yang disampaikan adalah “Melestarikan Budaya Daerah untuk
Memperkokoh Budaya Bangsa”.
2. Peserta mengenakan seragam sekolah.
3. Isi pidato meliputi: 1) Pembukaan, 2) Isi Pidato, dan 3) Penutup.
4. Durasi pidato minimal 5 menit dan maksimal 7 menit terhitung setelah peserta
memberikan salam.
5. Pidato hanya disampaikan satu kali kecuali karena hal lain sesuai yang tercantum pada
ketentuan umum nomor 6.
6. Teknik penyampaian pidato tanpa membawa naskah.
7. Setiap peserta wajib menyerahkan Teks Pidato kepada juri saat akan tampil dengan
menyertakan nama peserta dan sekolah asal.
c. Lomba Mendongeng
1. Naskah Lomba Mendongeng dapat diambil dari cerita dongeng, cerita rakyat, fabel,
ataupun legenda.
2. Tema Lomba Mendongeng adalah “Menggali Khasanah Nilai-nilai Budaya
Nusantara”.
3. Durasi minimal 5 menit dan maksimal 7 menit (salam, isi dongeng, penutup)
terhitung setelah peserta memberikan salam.
4. Kekurangan atau kelebihan waktu dari durasi yang telah ditentukan akan berakibat
pengurangan nilai
5. Mendongeng hanya disampaikan satu kali kecuali karena hal lain sesuai yang
tercantum pada ketentuan umum nomor 6.
6. Peserta diperbolehkan membawa properti pendukung untuk menunjang penampilan.
Catatan :
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam Juklak dan Juknis akan diinformasikan pada saat
pelaksanaan Pengarahan Teknis Lomba.
D. LAMPIRAN NASKAH PUISI
Puisi 1
1966
Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar muka di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
“Hidup tukang rambutan!” “Hidup tukang rambutani
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
Hidup pak rambutan sorak mereka
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
“Hidup pak rambutan!” sorak mereka
Terima kasih, pak. terima kasih!
Bapak setuju karni, bukan?
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
Doakan perjuangan kami, pak,
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!”
Saya tersedu, bu. saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
Puisi 3
TANAH AIR MATA
Karya : Sutarji Calzoum Bachri
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bimasakti, yang jauh.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok
pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia
tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak
berani
lagi.
DALAM DOAKU
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak
memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima
cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan
menerima suara-suara
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang
mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis. yang hinggap di
ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu. yang
tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat
perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan
menyentuh-menyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi.
dan bulu-bulu mataku