Anda di halaman 1dari 10

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TEKNIS

CABANG LOMBA BACA PUISI SMANDA OLYMPIC 2023

A. Deskripsi
Puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang berasal dari hasil suatu perasaan yang
diungkapkan oleh penyair dengan bahasa yang menggunakan irama, rima, bait dan
penyusunan lirik yang berisi makna. Dengan puisi kita dapat mengungkapkan ide, gagasan,
kritik, kemarahan, hingga nasihat akan berbagai aspek kehidupan di sekitar kita. Melalui
kompetisi Smanda Olympic 2023 ini diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa dalam
bidang literasi.

B. Persyaratan Perlombaan
1. Peserta merupakan pelajar aktif SMA/SMK/MA/Sederajat di Seluruh Indonesia
(dibuktikan dengan surat keterangan aktif atau kartu pelajar).
2. Setiap sekolah maksimal mengirimkan 5 peserta lomba.
3. Peserta yang akan mengikuti perlombaan diwajibkan mengisi formulir pendaftaran.
4. Uang pendaftaran wajib dibayarkan pada saat mendaftar dan tidak dapat ditarik
kembali jika peserta mengundurkan diri dengan alasan apapun.
5. Melampirkan pas foto 3x4 sebanyak 1 (satu) lembar.
6. Melampirkan fotocopy kartu pelajar atau surat rekomendasi sekolah.
7. Biaya pendaftaran sebesar Rp. 75.010,- /orang.

C. Ketentuan Perlombaan.

1. Peserta diharapkan Bergabung ke Zoom Meeting untuk menghadiri Technical Meeting.

2. Peraturan yang belum diatur dalam petujuk pelaksanaan dan teknis akan disampaikan
pada saat Technical Meeting..

3. Peserta wajib menyetujui seluruh keputusan akhir Technical Meeting.


4. Peserta hanya diperbolehkan membacakan puisi yang telah disediakan oleh panitia.
5. Panitia acara memiliki hak penuh untuk menggunakan foto dan video dari para peserta
untuk keperluan acara baik sebelum dan sesudah kompetisi.
6. Dewan juri adalah pihak yang berwenang untuk memberikan penilaian sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan dalam lomba.
7. Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan dapat dipertanggung jawabkan.
8. Setiap peserta diwajibkan mengikuti akun Instagram @smandaolympic &
@osissman2bdl

D. Teknis Perlombaan
1. Peserta Wajib menggunakan seragam sekolah masing-masing di dalam video
2. Video Berdurasi Maksimal 5 menit.
3. Orientasi Video landscape
4. Video Harus Stabil (Tidak boleh bergerak-gerak dan direkomendasikan untuk
menggunakan Tripod).
5. Perekaman video tidak boleh dipotong/di-cut serta tidak melalui proses editing, seperti
penambahan animasi atau iringan music (backsound)
6. Audio Harus terdengar jelas oleh Audiens
7. Format File Video adalah MP4, kualitas HD dengan resolusi 720p

8. Peserta tidak diperbolehkan mengurangi atau menambahkan apa pun baik berupa
nyanyian, musik, gambar (film), pengulangan larik, dan pengulangan bait tertentu pada
puisi yang dibacakan

9. Peserta tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu apapun, baik berupa iringan
music maupun alat bantu lainnya, seperti topeng, efek suara, atau riasan yang
berlebihan yang membuat wajah berubah atau tidak dikenali.

10. Peserta tidak diperbolehkan membaca puisi tanpa teks (menghafal). Pada saat
pembacaan puisi, peserta wajib MEMEGANG teks puisi yang dibacakan.

11. Penilaian dilakukan berdasarkan :


 Interpretasi (pemahaman), meliputi pengungkapan maksud puisi, penjiwaan atau
pemaknaan.
 Vokal, penyajian secara lisan, meliputi kenyaringan,ketetapan artikulasi,dan
intonasi.
 Penampilan membawakan puisi, meliputi sesuatu yang berhubungan dengan cara
pembawaan, penyampaian atau pengungkapan puisi, yaitu ekspresi, kreativitas,
dan improvisasi.
 Gestur, menggunakan bahasa tubuh yang tepat untuk menunjang penyampaian
puisi.
12. Pemberian piagam penghargaan dan penyerahan piala dilaksanakan pada Closing
Ceremony Smanda Olympic 2023.

E. Pengumpulan Karya
1. Peserta mengunggah hasil karya nya ke Google Drive dengan setting public
2. Peserta mengunggah link Google Driver hasil karya video sesuai format yang telah ditentukan
melalui link yang tertera berikut
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfV2pLfC-
SgLEWFjyoAbUFRkPseRREX0pmn5RV4N8CaHc-_sw/viewform?usp=sf_link
3. Format penamaan file baca puisi adalah sebagai berikut :
Bidang lomba_Nama peserta_ Asal sekolah_Judul puisi
Misalnya: Baca Puisi_ Nurul Rezki_SMA Negeri 2 Bandar Lampung_Catatan Jakarta.
4. Waktu pengumpulan karya terakhir pada tanggal 13 September 2023 pukul 23.59 WIB.
Pilihan Puisi
NO. JUDUL PUISI PENYAIR
1. Catatan Jakarta Hartojo Andangdjaja
2. Catatan Tahun 1946 Chairil Anwar
3. Nyanyian Kemerdekaan Ahmadun Yosi Herfanda
4. Jangan Baca Puisi Ini Iswadi Pratama
5. Kepada Jakarta Ajip Rosidi
6. Sagu Ambon W.S Rendra

F. Jadwal Kegiatan

1. Pendaftaran : Senin, 17 Juli 2023 – Selasa, 5 September 2023

2. Technical Meeting
Hari & Tanggal : Rabu, 6 September 2023
Tempat : Via Zoom Meeting

3. Batas Pengumpulan Karya


Hari & Tanggal : Kamis, 13 September 2023
Waktu : 23.59 WIB

G. Hadiah
Hadiah yang diperebutkan :
 Juara 1 : Uang Pembinaan + Trophy + Sertifikat
 Juara 2 : Uang Pembinaan + Trophy + Sertifikat
 Juara 3 : Uang Pembinaan + Trophy + Sertifikat

Contact Person
Cahya
WA : 0813-8703-9797
Line : cyaa13
KUMPULAN PUISI SMANDA OLYMPIC 2023

CATATAN JAKARTA
Untuk mendiang Chairil Anwar
(Karya. Hartojo Andangdjaja)

Di sini dulu kau jalan


di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
di sini dulu tanganmu memahatkan
dalam baris syair
bangsa muda lahir
baru bisa berkata:
merdeka, merdeka
Kita punya tanah air

Chairil. Berjuta suara padamu memanggil


di sini dulu ketika kau jalan
di hari-hari pertama kemerdekaan

Berjuta suara padamu memanggil


ketika rakyat bangkit, tanah air dibebaskan
ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi bedil

Dan kini aku berada di sini, di Jakarta


di sini juga kudengar suara
tapi kini ialah deru berjuta
rakyat yang bekerja

Aku di sini bersama mereka


yang bekerja
di panas matahari katulistiwa
bersama rakyat
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi debu, batu dan keringat

Aku berada di sini, bekerja dan menyaksi


segala yang berjalan, yang tumbang, yang tumbuh berkembang
Aku berada di sini, bekerja dan menyaksi
di tanah tercinta suatu bangsa sedang berjuang
CATATAN TAHUN 1946
(Karya. Chairil Anwar)

Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai


Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.

Kita — anjing diburu — hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang


Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.

Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu


Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat.
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!

NYANYIAN KEMERDEKAAN
(Karya. Ahmadun Yosi Herfanda)

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan


Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu tak mampu lagi menyebut namamu

Berabad-abad aku terlelap


Bagai laut kehilangan ombak
Atau burung-burung
Yang semula Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Yang terkunci pintu-pintunya
Tak lagi bebas mengucapkan kicaunya

Berikan suaramu, kemerdekaan


Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang dipilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia

Orang asing itu berabad-abad


Memujamu di negerinya
Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka
“Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar dari genggaman itu.”
Suaramu sayup di udara
Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan


Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar kuterjang pintu-pintu terkunci itu
Atau mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap udara yang tak bertiup
Dari rahimmu, kemerdekaan

Jantungku hampir tumpas


Karena racunnya

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan


Di antara pahit manisnya isi dunia

(Matahari yang kita tunggu


Akankah bersinar juga
Di langit kita?)
JANGAN BACA PUISI INI
(Karya. Iswadi Pratama)

Kalau kubilang betapa puisiku hanyalah bentuk yang mudah remuk

Jangan kira gampang bagimu menghantamkan palu di tubuhnya yang berlekuk

Bahkan kau tak sebanding dengan jedanya yang bersih, tuturnya yang jernih

Jangan ge-er hendak menakar makna, kau akan bingung di lanskap tak berujung

Tersaruk limbung di teka teki teks yang terus bersambung, merana ditampar kata tak terduga

Sungguh telah teramat rendah puisi itu menundukkan dirinya di hadapanmu

Ketika kau menjadi pembenciku yang gemar memamerkan kilau pisau pemotong bakpau

Berharap kau insyaf dan segera betobat meninggalkan mala frasa dan kalimat

Menjauhkan dirimu dari godaan rima yang tak seberapa, dari syahwat memburu tema

Tapi kau tetap kufur pada kitab bahasa, tak hirau pada sabda nabi nabinya di seantero dunia

Lalu kau anggap aku tak mengenali khasanahku sendiri

Kau angkat tongkatmu tinggi tinggi supaya aku jeri

Memamerkan belas kasihmu yang palsu, simpatimu yang keliru,

Mengibar ngibarkan jubah kepenyairan yang kau curi dari toko klontongan

Ingatlah, bahkan sebiji kata di sini, bisa membuatmu demam berhari hari

Sebab aku puisi yang melahirkan penyair yang sok kenal denganku ini

Maafkan bila membuatmu malu, aku mah memang begitu


KEPADA JAKARTA
(Karya. Ajip Rosidi)

Kukutuk kau dalam debu keringat kota


Karena di balik keharuan paling dalam
Mengintip malaria

Kucinta kau kala senja


Mentari mengubur sinar menyirat bukit-bukit atap
Menari di kening-kening rumah, membelai perut sungai
Lalu lintas bergegas, kelip lampu beca
Semua makin pudar, semua jadi samar
Lahir kembali dalam kecerlangan malam
Mengambang mobil-mobil hitam di aspal hitam

Kucinta kau dalam ketelanjangan malam


Penuh warna dalam keriahan gemilang
Sibuk dalam kelengangan arah
Menjauhi sudut jiwa paling sepi
Menyaruk-nyaruk jalan menyusur kali
Becermin di permukaan air kemilau
Bulan rendah seolah terjangkau

Kucinta kau kalau dinihari


Redam batuk memecah sunyi
Dan nyanyian tukang beca
Mengadukan nasib pada langit
Dan bintang yang tak mau ngerti

Kucinta Jakarta
Karena kau kota kelahiran kedua
SAGU AMBON
(Karya. W.S. Rendra)

Ombak beralun, o, mamae.


Pohon-pohon pala di bukit sakit.
Burung-burung nuri menjerit.
daripada membakar masjid
daripada membakar gereja
lebih baik kita bakar sagu saja.

Pohon-pohon kelapa berdansa.


Gitar dan tifa.
Dan suaraku yang merdu.
O, ikan
O, taman karang yang bercahaya.
O, saudara-saudaraku,
lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.

Tanpa 'ku sadari


laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.

Laut sepi tanpa kapal layar.


Bumi meratap dan terluka.
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.
Luka saudara lukaku juga.

Anda mungkin juga menyukai