Anda di halaman 1dari 7

PETUNJUK TEKNISI LOMBA BACA PUISI

PAC IPNU IPPNU KADUR MASA KHIDMAT 2021-2023


 
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal   : 14 November 2021
Waktu             : 08.00 WIB - Selesai
Tempat            : Auditorium STAIFA PAMEKASAN

PENGERTIAN

 Lomba Baca Puisi adalah kegiatan membaca puisi disertai penghayatan yang
menyeluruh sehingga maksudnya dapat tersampaikan secara tidak langsung
terhadap penikmat puisi.

 
KETENTUAN TEKNIS

 Lomba bersifat individual dan tidak diperkenankan mendapat bantuan dari siapapun
saat perlombaan berlangsung.
 Setiap peserta hanya memiliki kesempatan untuk membacakan puisi wajib dan
mengambil 1 judul puisi pilihan yang telah di sediakan oleh panitia.
 Pemanggilan peserta sesuai nomor undian yang diberikan pada saat technical
meeting pada 12 November 2021
 Pemanggilan peserta dilaksanakan maksimal 3 kali berturut-turut. Apabila tidak
hadir, peserta dinyatakan gugur, kecuali dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Juri menentukan pemenang lomba berdasarkan urutan skor yang didapatkan peserta
saat tampil.
 Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
 Pendamping peserta diharapkan membawa alat dokumentasi sendiri untuk
mengantisipasi timbulnya kendala pada alat dokumentasi panitia.
 Hal-hal yang mungkin belum tercantum pada ketentuan perlombaan akan
disampaikan saat technical meeting.

 
 
PERSYARATAN TEKNIS

 Siswa SMP/MTs Se-derajat Dan SMA/MA Se-derajat Se-Kabupaten Pamekasan.


 Melakukan pendaftaran di link yang sudah di disediakan panitia atau mendaftarkan
langsung pada Contact Person dengan format Nama_Asal sekolah_
 Membayar HTM 20K
 Setiap peserta membaca satu puisi wajib dan membacakan satu puisi pilihan.
 Pembacaan puisi disampaikan di hadapan juri dan peserta lain (membawa teks)
 Pembacaan puisi tanpa memakai alat pengeras suara.

 
KRITERIA PENILAIAN

1. Penafsiran (Pemahaman isi puisi)


2. Penghayatan (Ketepatan emosi, Konsentrasi, Ekspresi)
3. Vokal (artikulasi, tempo, dinamika membaca, ritme)
4. Penampilan (keutuhan penampilan)
NARAHUBUNG

 082338676640 ( Rekan Alfan Fahrizal )


 081909881386 ( Rekan Moh. Riskiyadi)

 
 Puisi 1

Sebuah Jaket Berlumur Darah


Karya taufiq ismail

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai ke mana-mana

Melalui kendaraan yang melintas


Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN!

(Tirani, 1966)

DOA SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG

Karya: W.S. Rendra

Tuhanku,

WajahMu membayang di kota terbakar

Dan firmanMu terguris di atas ribuan

Kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti

Sempurnalah sudah warna dosa

Dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku

Adalah satu warna


Dosa dan nafasku

Adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

Kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan

Oleh bibirku yang terjajah ?

Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai

Mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

(Mimbar Indonesia. Th. XIV, No. 25. 18 Juni 1960

SURABAYA

Oleh KH. Ahmad Mustofa Bisri

Jangan anggap mereka kalap

Jika mereka terjang senjata Sekutu yang lengkap

Jangan kira mereka nekat

Karena mereka Cuma berbekal semangat melawan seteru yang hebat

Jangan sepelekan senjata di tangan mereka

Atau lengan yang mirip kerangka

Tengoklah baja di dada mereka

Jangan remehkan sesobek kain di kepala


Tengoklah merah-putih yang berkibar di hati mereka

Dan dengar pekik mereka

Allahu Akbar!

Dengarlah pekik mereka

Allahu Akbar!

Gaungnya menggelegar

Mengoyak langit

Surabaya yang murka

Allahu Akbar!

Menggetarkan setiap yang mendengar

Semua pun jadi kecil

Semua pun tinggal seupil

Semua menggigil.

Surabaya,

O, kota keberanian

O, kota kebanggaan

Mana sorak-sorai takbirmu

Yang membakar nyali kezaliman?

Mana pekik merdekamu

Yang menggetarkan ketidakadilan?

Mana arek-arekmu

Yang siap menjadi tumbal kemerdekaan

Dan harga diri

Menjaga ibu pertiwi dan anak-anak negeri?


Ataukah kini semuanya

Ikut terbuai lagu-lagu satu nada

Demi menjaga keselamatan

Dan kepuasan diri sendiri?

Allahu Akbar!

Dulu arek-arek Surabaya

Tak ingin menyetrika Amerika

Melinggis Inggris

Menggada Belanda

Murka kepada Gurka

Mereka hanya tak suka

Kezaliman yang angkuh merajalela

Mengotori persada.

Mereka harus melawan

Meski nyawa yang menjadi taruhan

Karena mereka memang Pahlawan.

Surabaya,

Dimanakah kau sembunyikan

Pahlawanku?

1414

Pahlawan Tak Dikenal

Karya Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang


Sebuah lubang peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang

Kedua lengannya memeluk senapang

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang

Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah

Menangkap sepi padang senja

Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu

Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun

Orang-orang ingin kembali memandangnya

Sambil merangkai karangan bunga

Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.

Anda mungkin juga menyukai