Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

1. Konsep Dasar Medis

A. Definisi

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru sofian,

2012 dalam Huda Amin N, dkk. 2015).

Sectio Caesarea adalah tindakan paling konservatif dalam kebidanan.

Seksio sesaria terasa makin meningkat sebagai tindakan akhir dari

berbagai kesulitan dalam menolong persalinan (Manuaba Ida Ayu, dkk,

2013).

B. Klasifikasi

Jenis-jenis operasi seksio sesarea menurut Huda Amin N, dkk. 2015.:

1. Seksio sesarea abdomen

Seksio secarea transperitonealis

2. Seksio sesarea vaginalis

Menurut sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai

berikut :

- Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig

- Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr

- Sayatan huruf T (T-incision)


3. Seksio sesarea klasik (Corporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-

kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena

memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi

berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat

dipertimbangkan.

4. Seksio sesarea ismika (Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen

bawah rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.

C. Etiologi

1) Etiologi yang berasal dari ibu yaitu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua

disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/

panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat

kesempitan panggul, Placenta previa terutama pada primigravida,

solutsio placenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-

eklamsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung,

DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya) (Huda Amin N, dkk. 2015).


2) Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Huda Amin N, dkk.

2015).

D. Manifestasi Klinis

1. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

2. Panggul sempit

3. Disporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala

dan ukuran panggul

4. Rupture uteri mengancam

5. Partus lama (prolonged labor)

6. Partus tak maju (obstructed labor)

7. Distosia serviks

8. Pre-eklamsia dan hipertensi

9. Malpresentasi janin

- Letak lintang

- Letak bokong

- Presentasi dahi dan mukaa (Letak defleksi)

- Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil

- Gemeli (Huda Amin N, dkk. 2015).


E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2. Pemantauan EKG

3. JDL dengan diferensial

4. Elektrolit

5. Hemoglobin/Hematokrit

6. Golongan darah

7. Urinalisis

8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

10. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998 dalam Huda

Amin N, dkk. 2015).

2. Konsep Dasar Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu sistem perencanaan pelayanan asuhan

keperawatan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Maksud dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

a. Data Umum Klien

1) Identitas klien dan suami

Identitas meliputi nama, umur, status perkawinan, pekerjaan,

pendidikan terakhir.
2) Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

a) Meliputi riwayat persalinan yang lalu jika ibu sudah pernah

melahirkan sebelumnya

b) Pengalaman menyusui dan berapa lama menyusui

b. Riwayat kehamilan saat ini

1. Jenis persalinan

2. Jenis kelamin bayi

3. Perdarahan

4. Masalah dalam persalinan

c. Riwayat Ginekologi

Meliputi masalah ginekologi dan riwayat KB

d. Data umum Kesehatan Saat Ini

Meliputi status G P A H, tanda – tanda vital ibu dan pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa keperawatan

Menurut Huda Amin N, dkk. 2015:

1. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur


pembedahan, harapan, regimen pascaoperasi b/d kurang
pemajanan/tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
2. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi
interpersonal.
3. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah situasional b/d kegagalan yang
dialami dalam hidup.
4. Ketidakberdayaan b/d interaksi intrpersonal, persepsi terhadap aturan
yang berhubungan dengan penyakit, keputusasaan gaya hidup.
5. Risiko terhadap terjadinya nyeri b/d peningkatan/ kontraksi otot yang
lebih lama, reaksi psikologis.
6. Risiko terhadap infeksi b/d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan
kulit, penurunan hemoglobin (Hb), pemajanan pada patogen.
7. Risiko tinggi terhadap terjadinya kerusakan pertukaran gas b/d
perubahan aliran darah ke plasenta dan/atau melalui tali pusat.
8. Risiko tinggi cedera thd ibu b/d trauma jaringan, pelambatan motilitas
gastric, perubahan mobilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
9. Risiko tinggi penurunan curah jantung b/d penurunan aliran balik vena
10. Perubahan sensori perseptual b/d rangsang lingkungan multipel
C. Rencana / intervensi keperawatan
Menurut Huda Amin N, dkk. 2015:
1. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur
pembedahan, harapan, regimen pascaoperasi b/d kurang
pemajanan/tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran
sesaria. Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

Intervensi :

 Kaji kebutuhan belajar;


R/ Metode kelahiran alternatif ini didiskusikan pada kelas
persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal menyerap
informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada
waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran sesaria tidak
dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil
melahirkan sebelumnya.

 Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak


R/ mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima
informasi.
 Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana.
Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan pemahaman mereka;
R/ memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep.
Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman
klien/pasangan terhadap situasi.

 Mandiri : Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan


alternatif kelahiran; R/ perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran
melali operasi sesaria; seharusnya dilihat sebagai alternatif bukan
cara yang abnormal, untuk menigkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/janin.
 Mandiri : Gambarkan prosedur preoperative dengan jelas, dan
berikan rasional dengan tepat
R/ informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan
memahami alasan intervensi/tindakan.

 Berikan penyuluhan pascaoperasi, termasuk instruksi latihan kaki,


batuk dan napas dalam (teknik pembebatan dan latihan pengetatan
abdomen;
R/ memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang
berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik, dan
menurunkan stress pada sisi operasi. Pengetatan abdomen
menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan pembentukan
gas dan distensi abdomen.

 Mandiri : Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan


dan periode pemulihan;
R/ mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang “normal”
membantu mencegah maslah yang tidak perlu.
2. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi
interpersonal.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien
danjanin, mendiskusikan parasaan tentang sesaria, tampak benar-
benarrileks, menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.

Intervensi :

 Mandiri : Kaji respons psikologis pada kejadian dan


ketersediaan system pendukung;
R/ makin klien merasakan ancaman, makin bersar tingkat
ansietas.

 Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak dirancanakan;


R/ pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan,
klien/pasangan biasanya tidak mempunyai waktu untuk
persiapan secara psikologis dan fisiologis. Bahkan bila
direncanakan, kelahiran sesaria dapat membuat ketakutan
klien/pasangan karena ancaman fisik actual atau dirasakan pada
ibu dan bayi yang berhubungan dengan prosedur dan
pembedahan itu sendiri.

 Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara paerlahan. Tunjuk


empati;
R/ membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal, dan
mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/pasangan.

 Beri penguatan aspek postif dari ibu dan kondisi janin;


R/ memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir
dan membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke
dalam perpektif.
 Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan dan/atau
mengekspresikan perasaan (menangis);
R/ membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negatif dan
memberikan kesempatan untuk membatasi perasaan ambivalen
atau tidak teratasi/berduka. Klien dapat juga merasakan
ancaman emosional pada harga dirinya, karena perasaannya
bahwa ia telah gagal, bahwa ia sebagai wanita lemah, dan bahwa
harapannya tidak terpenuhi. Pelatih dapat meragukan
kemampuan sendiri dalam membantu klien dan memberikan
dukungan yang dibutuhkan.

 Dukung/arahkan kembali mekanisme koping yang


diekspresikan;
R/ mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik,
meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan, dan
menurunkan ansietas.

 Diskusikan pengalaman/harapan kelahiran anak pada masa lalu,


bila tepat;
R/ klien dapat mengalami penyimpangan memori dari
melahirkan masa lalu atau persepsi tidak realitas dari
abnormalitas kelahiran sesaria yang akan meningkatkan
ansietas.

 Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan,seperti


jumlah orang yang ada, sesuai indikasi keinginan klien;
R/ memungkinkan kesempatan bagi klien/pasangan untuk
menginternalisasi informasi, menyusun sumber-sumber, dan
mengatasi dengan efektif.
3. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah situasional b/d kegagalan
yang dialami dalam hidup.
Tujuan : mengidentifikasikan dan mendiskusikan perasaan
negatif. Mengungkapkan percaya diri pada dirinya dan pada
kemampuannya.

Intervensi :

 Mandiri : Tentukan perasaan yang biasanya dari klien tentang diri


sendiri dan kehamilan; rasional : mendiagnosa perasaan diri
didasarkan pada pengetahuan persepsi diri masa lalu dan
pengalaman. Kelahiran sesaria, apakah direncanakan atau tidak,
mempunyai potensi untuk mengubah perasaan klien terhadap
dirinya sendiri. Klien melihat bahwa rencana kelahiran telah
diubah, dan intervensi pembedahan diperlukan untuk melahirkan
bayi, sementara kebanyakan wanita mampu melahirkan tanpa
adanya intervensi ini.
 Anjurkan pengungkapan perasaan; rasional : mengidentifikasi
area yang diatasi. Reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan
giagnosa pada periode praoperasi. Perasaan citra diri negatif
berhubungan dengan kekecewaan akibat pengalaman melahirkan
dapat mengganggu aktivitas pascapartum uang berhubungan
dengan keberhasilan menyusui dan perawatan bayi.
 Anjurkan untuk bertanya dan memberikan informasi/penguatan
pembelajaran sebelumnya; Rasional : meningkatkan pemahanam
dan memperjelas kesalahan konsep.
 Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai metode alternatif kelahiran
anak; rasional : istilah-istilah “seksi C” dan “melahirkan normal”
menunjukan bahwa kelahiran sesaria berbeda dan tidak alamiah,
sehingga klien tidak normal karenanya.
 Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi.
Informasi tertulis dapat diberikan pada waktu selanjutnya;
rasional : bila masalah harga diri timbul pada klien, ini dapat
menjadi berat pada periode pascapartum. Selama periode
praoperasi, klien difokuskan pada saat ini dan disini serta tidak
siap untuk membaca dan menerima informasi tambahan.
 Identifikasi pasangan/sumber lain sebagai rujukan setelah
melahirkan; rasional : pada waktu penting ini, sifat situasi
biasanya tidak memungkinkan untuk berbicara dengan orang lain
yang telah mengalami pengalaman yang sama. Namun, aktivitas
ini tidak menguntungkan pada masa depan untuk membantu
resolusi perasaan/persepsi.
 Kolaborasi : Anjurkan keberadaan pasangan pada saat melahirkan
sesuai kebutuhan; rasional : memberikan dukungan bagi ibu,
meningkatkan ikatan orang tua, dan memberikan asupan
tambahan pada peningatan klien akan pengalaman kelahiran,
karena lebih umum pada masa krisis memori hilang.
 Anjurkan klien/pasangan berpartisipasi dalam aktivitas ikatan di
ruang melahirkan (misalnya, menyusui dan menggendong bayi);
rasional : emberikan penguatan pengalaman kelahiran dan
menghilangkan suasana pembedahan terhadap kelahiran.
4. Ketidakberdayaan b/d interaksi intrpersonal, persepsi terhadap aturan
yang berhubungan dengan penyakit, keputusasaan gaya hidup.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut dan perasaan kerentanan,
mengekspresikan kebutuhan/keinginan individu.

Intervensi :

 Mandiri : Kaji faktor-faktor yang menyebabkan rasa keputusasaan;


rasional : kelahiran sesaria tidak direncanakan (dan kadang-kadang
direncanankan) dapat dikarakterisitikan oleh rasa kehilangan
kontrolklien/pasangan terhadap pengalaman kelahiran. Kloien
menjadi subjek untuk prosedur dan peralatan yang akan digunakan
pada penyakit. Untuk klien-klien tersebut yang baru pertama kali
mengalami perawatan di rumah sakit, yang melibatkan rasa takut
karena ketidaktahuan, ketidakberdayaan merupakan faktor stres
utama.
 Mandiri : Berikan pilihan-pilihan dalam perawatan bila mungkin
(misalnya ilihan anestesi, pemasangan I.V, dan penggunaan
cermin); rasional : memungkinkan klien atau pasangan untuk
memiliki beberapa rasa asupan/kontrol terhadap situasi.
 Mandiri : Identifikasi harapan dan keinginan klien/pasangan
berkenaan dengan pengalaman melahirkan; rasional : memberikaan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
pengalaman positif.
 Berikan ruang pribadi dan waktu menyendiri untuk pasangan
sebelum pembedahan. (Catatan : tetap bersama klien bila pasangan
tidak ada); rasional : menciptakan rasa kontrol dan memungkinkan
pasangan mempunyai waktu untuk membicarakan situasi mereka.
Meninggalkan klien sendiri dapat mengakibatkan perasaan ditolak
dan peningkatan tingkat ansietas.
5. Risiko terhadap terjadinya nyeri b/d peningkatan/ kontraksi otot yang
lebih lama, reaksi psikologis.
Tujuan : mengungkapkan penurunan ketidaknyaman/nyeri.

Intervensi :

 Mandiri : Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri khususnya saat


berhubungan dengan indikasi seksio sesaria; rasional : menandakan
ketepatan pilihan tindakan. Klien yang mennggu kelahiran sesaria
iminen dapat mengalami berbagai derajat ketidaknyamanan,
tergantung pada indikasi terhadap prosedur.
 Mandiri : Hilangkan faktor-faktor yang mangakibatkan ansietas
(misalnya kehilangan kontrol), berikan informasi akurat dan
anjurkan keberadaan pasangan; rasional : tingkat toleransi ansietas
adalah individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ansietas
berlebihan trhadap berbagai pada respon terhadap situasi darurat
dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena rasa takut, tegang,
dan nyeri yang saling berhubungan dan merubah kemampuan klien
untuk mengatasi.
 Mandiri : Instruksikan teknik relaksasi, posisikan senyaman
mungkin. Gunakan sentuhan terapeutik; rasional : dapat membantu
dalam reduksi ansietas dan ketegangan dan meningkatkan
kenyamanan.
 Kolaborasi : Berikan sedatif, narkotik, atau obat praoperatif;
rasional : meingkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.
Mempunyai potensial kerja agent anestetik.
6. Risiko terhadap infeksi b/d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan
kulit, penurunan hemoglobin (Hb), pemajanan pada patogen.
Tujuan : Bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan
luka tampa komplikasi.

Intervensi :

 Mandiri :Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebeluymnya.


Catat waktu pecah ketuba; rasional : kondisi dasar ibu, seperti
diabetes, hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk. Risiko korioamnionitis meningkat
dengan berjalannya waktu, membuat ibu dan janin pada berisiko.
Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko kontaminasi
janin.
 Mandiri : Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (misalnya peningkatan
suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/waran rabas vagina);
rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan
dapat mengubah penyembuhan luka.
 Berikan perawatan perineal sedikitnya setai 4 jam bila ketuban
telah pecah; rasional : menurunkan risiko infeksi ascenden.
 Kolaborasi : Lakukan persiapan kulit preoperaif, scrub sesuai
protocol; rasional : menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki
insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.
 Kolaborasi : Dapatkan kultur darah, vagian, dan plasenta sesuai
indikasi; rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi
dan tingkat keterlibatan.
 Kolaborasi : Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat
perkiraan kehilangan darah selamam prosedur pembedahan;
rasional : risiko pasca-melahirkan dan penyembuhan yang buruk
meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
(Catatan : makin besar kehilangan darah dihubungkan dengan insisi
klasik daripada insisi uterus segmen bawah).
 Kolaborasi : Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada
praoperasi; roasinal : antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk
mencegah terjadinay proses infeksi atau sebagai pengobatan pada
infeksi yang teridentifikasi khususnya jika klien mengalami pecah
ketuban yang lama. (Catatan : penelitian menunjukan pemberian
antibiotik sampai 2 jam sebelum memulai prosedur memberikan
perling\dungan paling baik terhadap infeksi)
7. Risiko tinggi terhadap terjadinya kerusakan pertukaran gas b/d
perubahan aliran darah ke plasenta dan/atau melalui tali pusat.
Tujuan : menunjukan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal.
Memanifestasikan variabilitas normal pada strip pemantau. Bebas dari
deselerasi variable lambat atau lama.

Intervensi :

 Mandiri : Perhatikan adanya pada ibu factor-faktor yang secara negatif


mempengaruhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin; rasional :
Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta
menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
 Lanjutan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut
atau deselerasi selama dan setelah kontraksi; rasional : Distres janin
dapat terjadi, karena hipoksia, mungkin dimanifestasikan dengan
penuruna variabilitas, deselerasi lambat, dan takikardia. (catatan :
infeksi dan pecah ketuban meningkatkan DJJ).
 Perhatikan adanya variable deselerasi, perubahan posisi klien dari sisi
ke sisi; rasional : kompresi tali pusat diantara jalan lahir dan bagian
presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi.
 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban;
rasional : distress janin pada presentasi dengan kandungan mekonium,
yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia.
 Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban; rasional : prolaps terlihat
atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks penuh
dapat memerlukan kelahiran sesaria.
 Pantau respons jantung janin untuk obat praoperasi atau anestesi
regional; rasional : narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan
memerluka pemberian nalokson (Narcan) setelah melahirkan untuk
memperbaiki depresi pernapasan narkotik. Hipotensi maternal pada
respons terhadap anesthesia secara umum memyebabkan bradikardia
janin sementara, menurunkan variabilitas, dan tidur.
 Kolaborasi : Berikan lead internal, dan pemantauan janin elektronik
sesuai indikasi; rasional : memberikan pengukuran lebih akurat dari
respon dan kondisi janin.
 Kolaborasi : Bantu dokter dengan peninggian verteks, bila diperlukan;
rasional : prubahan posisi dapat menghilangkan tekanan pada tali
pusat.
 Kolaborasi : Atur adanya dokter anak dan perawat perhatikan intensif
neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan kelahiran sesaria
darurat; rasional : bayi mungkin praterm atau dapat mengalami
perubahan respons, karena kondisi dasar maternal dan/atau perubahan
proses kelahiran, memerlukan perawatan segera/resusitasi.
8. Risiko tinggi cedera thd ibu b/d trauma jaringan, pelambatan motilitas
gastric, perubahan mobilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
Tujuan : bebas dari cedera.

Intervensi :

 Batasi masukan oral bila keputusan kelahiran sesaria dibuat


R/ menurunkan kemungkinan aspirasi karena muntah

 Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih,


haluaran, penampilan dan waktu berkemih pertama
R/ dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan
cairan atau dehidrasi pada klien yang sedang bersalin

 Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling.


Perhatikan adanya darah dan urin
R/ menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan
trauma kandung kemih berkenaan dengan prosedur pembedahan

 Bantu pengubahan posisi untuk anesthesia; sokong kaki pada


pemindahan pasca operasi ke brankar. Perhatikan respon klien selama
dan setelah anesthesia
R/ penting untuk penempatan anesthesia. Klien dengan blok sadel atau
anesthesia spinal tidak mampu untuk bergerak atau mendeteksi suhu
ekstrem pada ekstremitas bawah. Respon idiosinkratik pada anesthesia
dapat terjadi, seperti anafilaksis atau paralysis pernafasan bila blok
anastetik meningkat terlalu tinggi.

 Pertahankan penghitungan peralatan dan spon secara akurat pada


waktu kritis selama penutupan berkenaan dengan protocol rumah sakit
R/ menjamin bahwa semua peralatan dan spon dihitung dan tidak
tertinggal tanpa sengaja pada tubuh klien
 Dapatkan specimen urine untuk analisis rutin, protein dan berat jenis.
Yakinkan bahwa hasil laboratorium tersedia sebelum pembedahan
dimulai
R/ risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan
hipertensif ada

 Pasang kateter indweling untuk kontinuitas sistem drainase gravitasi


tepat sebelum proseur pembedahan atau pada ruang operasi
R/ menurunkan risiko cedera kandung kemih selama prosedur
pembedahan

 Berikan obat pra prosedur (mis:atropin)


R/ menurunkan sekresi oral, membatasi risiko aspirasi

9. Risiko tinggi penurunan curah jantung b/d penurunan aliran balik vena
Tujuan : tetap normotensif dan kehilangan darah kurang dari 800 ml

Intervensi :

 Catat lama persalinan, bila dapat dilakukan. Kaji terhadap dehidrasi


atau kelebihan kehilangan cairan intrapartal
R/ penurunan masukan dan /atau peningkatan kehilangan cairan
mengarah pada penurunan volume sirkulasi

 Hapus cat kuku pada jari/ibu jari


R/ memungkinkan visualisasi yang jelas dari dasar kuku untuk
pengkajian status sirkulasi

 Pantau pernafasan, TD dan nadi sebelum, selama dan setelah


pemberian anesthesia
R/ hipotensi adalah efek samping yang diantisipasi dari anesthesia
regional (snesthesia spinal) karena anesthesia ini merelakskan otot
polos dalam dinding vaskular, mempengaruhi volume sirkulasi dan
menurunkan perfusi plasenta
 Tempatkan handuk atau penyokong dibawah panggul kanan klien
R/ menggeser uterus dari vena cava inferior dan meningkatkan aliran
balik vena. Kompresi yang disebabkan oleh obstruksi vena cava
inferior dan aorta oleh uterus gravid dalam posisi telentang dapat
menyebabkan penurunan curah jantung sebanyak 50%

 Perhatikan perubahan prilaku atau status mental atau sianosis membran


mukosa
R/ defisit oksigen dimanifestasikan pertama kali dengan perubahan
status mental, selanjutnya sianosis

 Berikan suplemen oksigen melalui kabula nasal sesuai indikasi


R/ meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan ibu dan janin

 Lakukan penginfusan IV larutan elektrolit. Berikan bolus sesuai


indikasi
R/ meningkatkan volume sirkulasi; sebagai rute untuk pemberian obat
darurat pada saat kejadian komplikasi

 Perhatikan perubahan tanda vital; bantu ahli anestesi sesuai kebutuhan.


Perkiraan dan catat kehilangan darah
R/ kehilangan darah berlebihan dan hemoragi selama persalinan dan
periode intraoperatif dapat menurunkan curah jantung dan
meningkatkan vasokonstriksi dengan pirau darah pada organ utama.
Penurunan curah jantung dan syok dimanifestasikan oleh penurunan
TD, pningkatan atau nadi lemah dan kulit dingin/lembab.

 Bantu dengan penggantian cairan isotonik dengan penggunaan darah


lengkap, ekspander plasma, kriopresipitat, trombosit atau packed cell
R/ mengganti kehilangan cairan, meningkatkan volume darah sirkulasi
dan meningkatkan kapasitas pembawa oksigen

 Siapkan dan berikan infus oksitosin


R/ membantu kontraksi miometrium dan menurunkan kehilangan arah
dari pemajanan pembuluh darah endometrial saat melahirkan bayi dan
plasenta selesai.

10. Perubahan sensori perseptual b/d rangsang lingkungan multipel


Tujuan : Klien tampak rileks, mengungkapkan pemaham tentang
kebutuhan untuk meningkatkan tingkat aktifitas, mempertahankan fokus
serta tidak memperhatikan distraksi tambahan

Intervensi :

 Kaji lingkungan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kelebihan


beban sensori
R/ mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat atau tidak dapat
dikontrol. Melahirkan secara sesaria perlu banyak aktivitas medis dan
keperawatan untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Klien
cenderung untuk berfokus pada prosedur yang sedang dilakukan dan
perbincangan. Pengalaman kelahiran dapat terganggu oleh metode
tehnik invasif, memindahkan fokus dari kelahiran bayi ke prosedur
pembedahan

 Berikan informasi tentang rutinitas pembedahan, termasuk bunyi-


bunyian, lampu, pakaian dan instrumen
R/ pengetahuan tentang prosedur, instrumen dan alarm dapat
membantu menurunkan ansietas

 Kurangi tingkat kebisingan, batasi percakapan, dan gunakan


peralatan/alarm secara bijak
R/ klien mungkin sangat peka terhadap bunyi, percakapan, kebisingan
dari peralatan dan alarm dapat menyebabkan ansietas yang tidak perlu
terjadi

 Libatkan klien/pasangan dalam percakapan diruang operasi atau diam,


dengan menggunakan komunikasi yang memberi perhatian
R/ mengabaikan klien dapat meningkatkan rasa takut yang
menghalangi mengalami kelahiran positif

 Pertahankan kontak mata, khususnya bila menggunakan masker


R/ menunjukkan perhatian dan melibatkan klien/pasangan dalam
aktivitas/percakapan
DAFTAR PUSTAKA

Ahern Nancy R. Dkk. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


Jakarta : EGC

Huda Amin N, dkk. 2015.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta.

Manuaba Ida Ayu, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB
Edisi 2. Jakarta : penerbit buku kedokteran

Anda mungkin juga menyukai