Disusun oleh:
Febrian Halim
01071170084
Pembimbing:
Dr. dr. Rusli Muljadi, Sp. Rad (K)
1.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder melalui rekam medis di
Siloam Hospitals Lippo Vilage.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan untuk melakukan kontrol dengan keluhan terkadang black out
Riwayat Kebiasaan/Sosial
Pasien tidak memiliki kebiasaan tertentu
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak memiliki Riwayat pengobatan rutin
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 105/60 mmHg
Pernapasan : 87x/menit
Nadi : 17x/menit
Suhu : 36,4 C
Saturasi O2 : 100%
Status Generalis
Organ Hasil Pemeriksaan
Kepala Normosefali, deformitas (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2 mm/2
mm, edema palpebral (-/-)
Hidung Betuk dan ukuran normal, deviasi septum (-), pernapasan cuping
hidung (-/-), sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Telinga Bentuk dan ukuran normal, sekret (-/-), serumen (-/-), pus (-/-),
perdarahan (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Abdomen • Inspeksi : luka (-), jejas (-), luka bekas operasi (-), cembung (-
) , massa (-), Cullen sign (-), grey turner sign (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-),
splenomegaly (-)
• Perkusi : shifting dullness (-), nyeri ketuk CVA (-)
• Auskultasi : bising usus (-), metallic sound (-), bruit (-)
Ekstremitas Akral hangat tangan dan kaki, CRT <2 detik, edema (-), ROM
baik, motorik 5555 5555
5555 5555
Lymphocyte 26 % 25 – 40
Monocyte 5 % 2–8
Platelet count 229,00 103 / μL 150 – 440
ESR 12 mm/jam 0 – 10
MCV 85,70 fL 80 – 100
MCH 29,00 pg 26 – 34
MCHC 33,99 g/dL 32 – 36
Biochemistry
Ureum 21,0 mg/dL <50,0
Creatinine 0,68 mg/dL 0,5 – 1,3
eGFR 126,2 mL/mnt/1.72 m2 ≥ 60
SGOT 11 U/L 0 – 40
SGPT 5 U/L 0 – 41
Blood random glucose 114 mg/dL 60-100
Electrolytes
Sodium (Na) 143 mmol/L 137 – 145
Potassium (K) 4,2 mmol/L 3,6 – 5,0
Chloride (Cl) 108 mmol/L 98 – 107
Konklusi : ditemukan adanya peningkatan ESR dan Blood random glucose
Tanggal : 24/03/2021
Test Result Unit Reference Range
Hematology
Haemoglobin 11,3 L g/dL 11,70 – 15,50
Hematocrit 32,8 L % 35,0 – 47,0
Erythrocyte (RBC) 3,82 106 / μL 3,80 – 5,20
White blood cell 13,68 H 103 / μL 3,80 – 10,60
Platelet count 210,00 103 / μL 150 – 440
MCV 85,9 fL 80 – 100
MCH 29,6 pg 26 – 34
MCHC 34,5 g/dL 32 – 36
Electrolytes
Sodium (Na) 138 mmol/L 137 – 145
Potassium (K) 3,5 L mmol/L 3,6 – 5,0
Chloride (Cl) 105 mmol/L 98 – 107
Immunology
CRP 6 mg/L 0–6
Konklusi: Terdapat penurunan Hb, HT, K dan peningkatan WBC
1.4.2. Histopatologi
Tanggal 23/03/21
Makroskopik: Diterima keping – keping jaringan warna coklat, konsistensi kenyal,
volume kurang lebih 0.8 cc. Semua cetak satu kaset.
Mikroskopik: Sediaan menunjukan tunor tersusun atas proliferasi asinus- asinus
diantara sinusoid, hiperkromatik, sitoplasma jernih, eosinofilik, dan
basofilik. Mitosis tidak di temukan
Kesimpulan: Histologik sesuai dengan Adenoma hipofise
1.4.3. Pencitraan
A. MRI Brain with contrast (23/12/2020)
Pasien telah melakukan pemeriksaan MRI Brain with pada tanggal
23/12/2020. Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan sebagai berikut.
Dari pemeriksaan MRI Brain Head with IV, ditemukan kelenjar hipofise
agak membersar (ukuran +/- 0,84 x 0,94 x 0,88 cm) dan menonjol ke
suprasellar, tetapi tidak menekan chiasma optikum dengan DD hyperplasia
makroadenoma.
B. CT Non Contrast (23/03/2021)
1.5. Resume
Perempuan, 14 tahun datang untuk melakukan kontrol pasca operasi endoscopy endonasal
transsphenoidal pada tanggal 23 Maret 2021. Pasien mengatakan terkadang black out. Setelah
itu pemeriksaan MRI Brain dengan IV Gadovist 1 mmol/ml sebanyak 5 ml, ditemukan sisa
kapsul kelenjar hipofise (saat ini +/- 0,3cm3, volume sebelumnya +/- 0,7 cm3) yang sedikit
menonjol ke suprasellar, tetapi tidak menekan chiasma optikum. Tidak tampak lesi yang
terlambat menyengat kontras pada hipofisis. Dibandingkan dengan MRI kepala tanggal 23-12-
2020: Volume mengecil dari 0,7 cm3 menjadi 0,3.
Medika mentosa
- Kenalog orabase
- CTM 4 Mg
- Zyproz 0.5 mg bezo diazepine
- Broadced 2 gr
- Nexium
- Torasic
- Solu cortef
- Tramadol
- Pct
- Rhinofed
- Neurobion
1.8. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Adenoma hipofise merupakan tumor yang sering muncul 10-20% dari semua kejadian tumor
intracranial yang tumbuh pada hipofise anterior. Tumor ini merupakan salah satu tumor yang
jinak dengan pertumbuhan lambat. Pertumbuhan tumor dapat meningkatkan sekresi hormon
pada pada bagian hipofise anterior dan penekanan pada struktur – struktur di sekitarnya yang
menyebabkan kekurangan hormone serta gejala efek massa.1, 2
2.2. Epidemiologi
Adenoma Hipofise muncul sebanyak 10-15% dari tumor intracranial. Insidental Adenoma
hipofisi ditemukan sebanyak 10% dari autopsi.3
Insiden terjadinya acromegali pada adenoma hipofise sebanyak 3 per jutaan. Serta insiden
dari adenoma hipofise di seluruh dunia.4
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Shereen Ezzat, M.D pada tahun 2004, dari data
referensi dari tahun 1981 sebagai acuan, Prevalensi Adenoma hipofise sebesar 16,7%, pada
autopsy 14,4%, pada tes radiologi 22.5%. Kasus Makroadenoma ditemukan 1 dari 600
orang.5
2.3. Klasifikasi
Adenoma Hipofise dapat di klasifikasikan berdasarkan ukuran atau asal sel dan tipe sel.
Klasifikasi adenoma berdasarkan ukuran:5
1. Mikroadenoma: Tumor berukuran kurang dari 10 mm.
2. Makroadenoma: Tumor berukuran lebih dari 10 mm.
3. Tumor Hipofise Raksasa: Tumor berukuran lebih dari 40 mm.
Lactrotroph adenoma
Tyrotroph adenoma
Corticotroph adenoma
Gonadotroph adenoma
Null-cell adenoma
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Minouk J. Schoemaker pada tahun 2009 terdapat
peningkatan resiko adenoma hipofise dengan menopause yang diinduksi dengan Tindakan
pembedahan, mengalami menopause pada usia muda, melahirkan anak pertama di usia yang
muda.10
2.5 Patofisiologi
1. Unrestrained Cell Cycle Progression
Proses kemajuan yang tidak terkontrol pada siklus sel merupakan hal utama pada
pertumbuhan adenoma hipofise. P16/CDKN2A, sebuah tumor suppressor penting yang
menghentikan kemajuan melalui G1/S checkpoint, dimana diturunkan regulasinya pada 56%
kasus adenoma hipofise. Dihipotesiskan kerusakan pada p16 merupakan sebuah kejadian
awal. P16 sangat jarang ditemukan bermutasi dan selalu dimatikan oleh epigenetic silencing
(melalui methylation).
Jalur Retinoblastoma (Rb), yang meregulasi proses melalui G1/S checkpoint, lebih sering
tidak teregulasi pada adenoma hipofise. Cyclin D1, Dimana mengaktivkan CDK4/6 dan
memberi proses persetujuan melewati G1/S checkpoint, juga menjadi meningkat regulasinya
pada adenoma hipofise. Cyclin D1 yang berekspresi berlebihan mungkin ada untuk
mengganggu dalam siklus sel dan mungkin besinergi dengan mutasi lain pada protein siklus
sel. Berdasarkan studi telah dibuktikan sebanyak 50% adenoma hipofise didemostrasikan
ekspresi yang berlebihan oleh Cyclin D1.
Deregulasi pada jalur Rb/p16/ cyclin D1/ CDK4 terjadi pada 80% kasus adenoma hipofise.
Hal ini dikarenakan oleh fungsi utama G1/S checkpoint untuk mengijinkan sel untuk
memperbaiki DNA yang rusak sebelum DNA replikasi, Deregulasi dari checkpoint membuat
sel berkumpul untuk melakukan mutasi tambahan, sehingga terjadi proliferasi yang tidak
terkontrol. Mekanisme deregulasi ini merupakan epigenetic silencing
2. Deregulation of growth and proliferation pathway
Salah satu tanda tumorigenesis adalah sebuah ketidakseimbangan dalam pro- versus
antiproliferative cellular signaling. Penyimbangan ini dapat terlihat pada sel adenoma
hipofise, dimana membuktikan keduanya menurun pada growth suppression signals dan
sebuah progrowth yang berlebihan. Downregulasi dari GADD45y, sebuah protein yang
termasuk pada respon cellular terhadap DNA yang rusak dan sebuah pengatur penghambat
pada pertumbuhan sel, juga telah dibuktikan banyak terjadi pada adenoma hipofise pada
manusia.
Ekspresi yang berlebihan dan peningkatan regulasi fibroblast growth factor yang
mengontrol diferensisasi, migrasi, dan angiogenesis juga ditemukan pada adenoma
hipofise.11
Gejala pada adenoma hipofise bergantung pada ukuran, asal sel, serta status fungsional sel
tersubut. Pada kasus pasien dengan mikroadenoma biasanya tidak menimbulkan gejala
kecuali sel tumor merupakan sel fungsional. Pasien dengan kasus makroadenoma biasanya
muncul gejala efek massa, defisensi hormon, ataupun produksi hormone yang berlebihan.
Adapaun keadaan yang disebabkan oleh makroadenoma hipofisis berupa apopleksi hipofise
yang merupakan pendarahan pada sel tumor tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan gejala
efek massa berupa sakit kepala, mengganggu penglihatan, serta defesiensi hormone.12, 13
Mass effect:14, 15
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan: penekanan oleh adenoma pada persilangan saraf optic
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Kehilangan penglihatan perifer juga
dapat terjadi biasa dinamakan bitemporal hemianopsia
- Defisiensi hormone: Terdapat penekanan pada bagian hipofise yang normal
dan menyebabkan kegagalan pada fungsi normalnya.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anatomi Kelenjar Hipofise
Kelenjar hipofise berbentuk pea-sized oval yang bergantung pada infundibulum dan duduk
di dalam tulang sphenoid (sella turcica). Bagian superior dilapisi oleh dura mater
(diaphragma sellae).
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan berupa pengecekan tanda – tanda vital, serta
pemeriksaan lapang pandang, Adapun pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan keluhan yang
dapat dari wawancara medis.
Gambar 23. Koronal contrastenhanced CT Scan. Gambar 24. Arah panah menunjuka adenoma
Massa besar dalam Sella Tursika hipofisis. Terdapat invasi cavernous sinus.
Koronal T1 WMRI
Gambar 25. Makroadenoma. Koronal T1 WMRI. Gambar 26. Terdapat pendarah kedalam adenoma.
Terdapat massa suprasellar dan homogenous Koronal T1W MRI. Pendarah subakut pada massa
sellar yang kompresioptic sellar.
Pendarah terhadap adenoma akan memunculkan gambaran yang karakteristik. Pada CT,
pendarahan terhadap adenoma akan meningkatnya atenuasi pada gambar non-kontras. Pada
MRI, pendarahan akut dapat menunjukkan hypointense pada gambar berbobot T2 karena
adanya deoxyhemoglobin. Formasi dari methemoglobin dan sel merah yang diuraikan akan
mempengaruhi intensitas sinyal dan akan menunjukan gambaran terang pada gambaran T1 dan
T2 pada fase sub-akut. Gambaran setelah operasi tergantung dari jenis operasi yang diambil,
banyaknya adenoma yang dibuang, dan jika ada material yang ditaruh. Pemindaian MRI
dilakukan dalam waktu 4 bulan setelah operasi dan akan sering menunjukkan adanya busa
gelatin yang ditanamkan selama prosedur operasi. Busa gelatin ini akan mengecil atau
mengilang.28
2.8 Tatalaksana
Tujuan dalam pengobatan adenoma hipofise adalah kesembuhan total, akan tetapi bila tidak
bisa pengobatan dapat dilakukan dengan mengurangi masa tumor, mengembalikan fungsi
hormone, dan mengembalikan penglihatan normal dengan menggunakan obat – obatan,
Tindakan bedah, ataupun radiasi. Macroadenoma memerlukan tidakan bedah keculi
macroprolactinoma yang memiliki respon lebih baik pada pengobatan.
1. Terapi medical29
Tatalaksana menggunakan obat – obatan dapat mengurangi ukuran tumor, mengontrol
kelebihan hormone, ataupun memperbaiki kekurangan hormone
• Prolaktinoma memberikan respon pada dopaminergic agonists (ex, bromocriptine,
caberboline, and pergolide)
• Acromegaly dapat diberi pengobatan medis setelah dilakukan pengobatan radiasi dan
Tindakan bedah untuk menekan kadar growth hormone yang berlebihan
menggunakan octreotide and somatostatin harus di berikan secara terus menerus
selama pemberian shorter-acting octreotide.
• Corticotropin-secreting pituitary tumor dapat diobati menggunakan obat-obatan
setelah mengalami kegagalan pengobatan dari Tindakan bedah dan radiasi.
Pengobatan dapat diberikan untuk mengurangi sekresi kortisol (bromocriptine,
valporoic acid, dan cyproheptadine) dan menghentikan kerja kortisol (Ketoconazole,
mitotane, dan metyrapone)
• Gonadotropin-secreting macroadenomas dapat menggunakan bromocriptine atau
octrotide untuk menurunkan kadar LH dengan melepaskan LH-releasing hormone
agonist.
• Tyrotroph adenoma dapat diberi Octreotide
2. Tindakan bedah
Macroadenoma seringkali memerlukan tindak bedah untuk penyembuhan. Tindak bedah
Transsphenoidal merupakan salah satu pilihan.
Incisi yang dilakukan pada saat operasi transsphenoidal hanya ½ inci. Massa tumor biasa
nya lembut dan dapat dibuang menggunakan peralatan bedah kecil yang dinamakan curettes.
Massa yang berukuran biasa biasanya akan dipotong potong kecil. Tumor yang bertumbuh
keatas sella tursika dan kesamping ke sinus cavernosa tidak dapat dibuang semua.
Gambar 27. Transsphenoidal30
Resiko pada untuk makroadenoma sekitar 5-10 persen, penggantian hormone baru mungkin
diperlukan setelah operasi seperti hormon tiroid, kortisol, growth hormone, estrogen atau
testosterone. Kerusakan pada pituitary posterior dapat menyebabkan diabetes insipidus,
yang menyebabkan seringnya urinasi dan kelebihan keringan, ginjal akan tidak lagi cukup
untuk mengkonsentrasikan urin. Diabetes insipidus permenen terjadi sekitar 1-2 persen.
Komplikasi Postoperative dapat berupa sinus headache dan nasal congestion, membaik
dalam beberapa minggu. Decongestants akan membantu gejala ini.31 Diabetes insipidus
transient (5-35%) selama 7 hari karena hormone ADH, nasal congestion dan mild nasal
bleeding 1-2 minggu setelah Tindakan bedah, serta kerusakakan mukosa bekas Tindakan
operasi dapat menganggu fungsi cilia dan menyebabkan sinusitis.31
2.11. Prognosis
Nonfunction adenoma dan prolactinoma memliki prognosis baik bila diterapi dengan baik
dengan Tindakan pembedahan dan pemberian obat – obatan.
Functioning adenoma seperti cushing disease and acromegaly memiliki resiko kematian bila
tidak diterapi dalam waktu yang tepat.33
2.12 Diagnosa banding
Lesi pada Suprasellar (neoplastic)
1,2 Ptiuitary macro adenoma Coronal T1 W1
3 Pituitary macroadenoma Sagittal T1 W1
4,5 Craniopharyioma Coronal T1W1
6 Meningioma Sagittal T1W1
7 Optic Nerve glioma Axial T2 W1
8,9 Pilocystic astrocytoma Coronal and Sagittal T1 W1
10 Chordoma Axial T1 W1
11 Dermoid tumor
12 Meningioma Coronal T1 W1
Pada pemeriksaan MRI Brain with IV kontras pada tanggal 23 desember 2020, ditemukan
kelenjar hipofise agak membersar (ukuran +/- 0,84 x 0,94 x 0,88 cm) dan menonjol ke
suprasellar, tetapi tidak menekan chiasma optikum dengan DD hyperplasia makroadenoma.
Setelah itu dilakukan Tindakan Endoscopy Endonasal Transsphenoidal pada tanggal 23
maret 2021. Setelah itu dilakukan CT pasca operative pengangkatan adenoma hipofise
kontrol didapati kondisi post EETS dan tampak penekanan terhadap chiasma optikum.
Terdapat cairan minimal di sinus sphenoidalis.
Setelah itu pasien datang untuk melakukan kontrol pasca operasi endoscopy endonasal
transsphenoidal pada tanggal 23 Maret 2021. Pasien mengatakan terkadang black out. Pada
pemeriksaan MRI Brain dengan IV Gadovist 1 mmol/ml sebanyak 5 ml, ditemukan sisa kapsul
kelenjar hipofise (saat ini +/- 0,3cm3, volume sebelumnya +/- 0,7 cm3) yang sedikit menonjol
ke suprasellar, tetapi tidak menekan chiasma optikum. Tidak tampak lesi yang terlambat
menyengat kontras pada hipofisis. Dibandingkan dengan MRI kepala tanggal 23-12-2020.
Volume mengecil dari 0,7 cm3 menjadi 0,3.
DAFTAR PUSTAKA