Alamat korespondensi: ISSN 2252-6838
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ypratama12@gmail.com
22
Christian Yogi Pratama / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)
turnover, serta kedisiplinan kerja. Akan tetapi hal belum tentu mempunyai dampak yang selalu
tersebut tidak sesuai dengan temuan fenomena positif atau baik bagi organisasi, sebab semakin
yang peneliti dapatkan di lapangan. Turnover tinggi pelaksanaan aktivitas manajerial
yang terjadi di perusahaan tersebut tergolong kepemimpinan dilakukan, maka akan
tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai berdampak pada penurunan kinerja perusahaan
bulan September 2012 hingga April 2012, dari dari waktu ke waktu. Pelaksanaan aktivitas
40 orang karyawan yang bekerja di divisi kepemimpinan yang lebih banyak ke arah
marketing setiap satu bulan sekali selalu ada menekan karyawan bisa saja menyebabkan
satu hingga dua karyawan yang keluar dan seorang karyawan dapat mencapai kepuasan
digantikan oleh karyawan yang baru sehingga dalam bekerja, tetapi belum tentu dapat
sekarang berjumlah 30 orang saja. Kemudian membawa pengaruh yang positif dalam
prosentase angka absensi dan keterlambatan pembentukan kepribadian bawahan untuk ikhlas
karyawan di divisi marketing tergolong tinggi bekerja mencapai tujuan organisasi. Hal ini
yaitu 10-20% setiap harinya, yang seharusnya menunjukkan bahwa ada pengaruh antara gaya
0% keterlambatan dan ketidakhadiran kepemimpinan terhadap kepuasan kerja.
karyawannya. Artinya, selalu ada 3-6 orang Lina Nur Hidayati, dkk (2006)
setiap harinya yang terlambat atau bahkan tidak berdasarkan hasil penelitiannya dapat diketahui
hadir. Dari indikasi tersebut, peneliti menduga bahwa variabel gaya kepemimpinan memiliki
bahwa ada ketidakpuasan karyawan terhadap pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
perusahaan. Hal ini didukung oleh teori variabel kepuasan kerja, yang ditunjukkan
menurut Munandar (2006) ketidakpuasan kerja dengan nilai signifikansi hasil penelitian sebesar
dapat berdampak pada ketidakhadiran 0.00 di mana nilai tersebut lebih kecil jika
(absenteisme) dan keluarnya tenaga kerja dibandingkan dengan nilai signifikansi t yang
(turnover). ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar
Dari pengalaman peneliti selama bekerja 0.05. Konstanta (a) sebesar 1.587, koefisien gaya
di PT KIA Mobil Indonesia Cabang Semarang kepemimpinan (b) sebesar 0.594. Dengan
dalam dua tahun, gaya kepemimpinan di demikian gaya kepemimpinan yang diterapkan
perusahaan tersebut menunjukkan oleh pimpinan mempengaruhi tingkat kepuasan
kecenderungan gaya kepemimpinan otoriter kerja yang dialami oleh karyawan.
yang dapat dilihat dari kecenderungan pimpinan Sedangkan pada penelitian yang
pada tugas-tugas yang diberikan pada karyawan, dilakukan Ramlan Ruvendi (2005) pada
komunikasi yang timbul hanya searah, karyawan di Balai Besar Industri Hasil
hubungan yang tidak harmonis antara pimpinan Pertanian Bogor menunjukkan terdapat
dan bawahan, sanksi yang digunakan sebagai hubungan dan pengaruh signifikan antara
alat kekuasaan, dan tidak adanya kepercayaan variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan
pimpinan terhadap bawahan, hal tersebut sesuai kerja pegawai BBIHP yang diperlihatkan oleh
dengan teori yang diungkapkan oleh Eungene koefisien korelasi partial sebesar 0,549.
Emerson Janning dan Robert T. Golembiewski Koefisien regresi (ß2) X2 sebesar 0,355. Hal ini
(dalam Nawawi, 2003: 118) sebagai gambaran menunjukkan bahwa ada pengaruh antara gaya
atau indikasi gaya kepemimpinan otokratis. kepemimpinan terhadap kepuasan kerja.
Ida Ayu Brahmasari dan Agus
Suprayetno (2008) pada karyawan PT. Pei Hai METODE
International Wiratama Indonesia dalam hasil
penelitiannya membuktikan bahwa Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kepemimpinan berpengaruh negatif dan kuantitatif, menurut Azwar (2012:5)
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, menjelaskan penelitian kuatitatif merupakan
artinya hasil dari pelaksanaan aktivitas penelitian dengan pendekatan yang menekankan
manajerial kepemimpinan yang dijalankan
24
Christian Yogi Pratama / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)
analisisnya pada data-data numerikal (angka) artinya hasil dari pelaksanaan aktivitas
yang diolah dengan metode statistik. manajerial kepemimpinan yang dijalankan
Jumlah yang karyawan dapat menjadi belum tentu mempunyai dampak yang selalu
populasi dalam penelitian ini sejumlah 30 orang. positif atau baik bagi organisasi, sebab semakin
Menurut Arikunto (2006:131) jika jumlah tinggi pelaksanaan aktivitas manajerial
responden kurang dari 100, maka semua harus kepemimpinan dilakukan, maka akan
menjadi subjek penelitian. Oleh sebab itu, pada berdampak pada penurunan kinerja perusahaan
penelitian ini peneliti menggunakan metode dari waktu ke waktu. Pelaksanaan aktivitas
studi populasi dan tidak menggunakan metode kepemimpinan yang lebih banyak ke arah
sampling dalam pengumpulan data yang lebih menekan karyawan bisa saja menyebabkan
dikenal dengan total populasi. seorang karyawan dapat mencapai kepuasan
Penelitian ini juga menggunakan alat dalam bekerja, tetapi belum tentu dapat
ukur skala pengukuran psikologis. Skala membawa pengaruh yang positif dalam
pengukuran psikologis memiliki karakteristik pembentukan kepribadian bawahan untuk ikhlas
khusus yang membedakannya dengan yang lain bekerja mencapai tujuan organisasi
seperti angket, daftar isian, inventori, dll. Hasil penelitian yang menemukan bahwa
(Azwar, 2012:3) tingkat gaya kepemimpinan otokratis tinggi dan
kepuasan kerja pada responden karyawan PT
HASIL DAN PEMBAHASAN KIA Mobil Indonesia cabang Semarang
memperlihatkan kecenderungan tingkatan yang
Hasil rendah. Hal ini berarti responden merasa cukup
khawatir atas nasib jabatan dan pekerjaannya
Berdasarkan uji korelasi antara skala gaya dimasa depan, sementara pada kepuasan kerja
kepemimpinan otokratis dengan skala kepuasan diketahui responden mempunyai tingkat kerja
kerja diperoleh koefisien korelasi rxy= -0,953 yang rendah. Hasil ini sesuai dengan dugaan
dengan taraf signifikansi : 0,000 (r hitung > r awal peneliti yang menganggap karyawan
tabel) sehingga dapat disimpulkan bahwa memiliki tingkat gaya kepemimpinan otokratis
terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya yang tinggi dan tingkat kesejahteraan psikologis
kepemimpinan otokratis dan kepuasan kerja. dalam kategori rendah.
Tanda negatif (-) pada koefisien korelasi Hal senada dikemukakan oleh Hidayati,
menunjukkan hubungan yang negatif diantara dkk (2009) dalam penelitiannya menunjukkan
kedua variabel tersebut. Hasil uji hipotesis bahwa variabel gaya kepemimpinan memiliki
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh dan signifikan terhadap variabel
hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “ada kepuasan kerja karyawan FISE UNY, dengan
pengaruh negatif antara gaya kepemimpinan koefisien sebesar 1.587 dan signifikan pada
otokratis terhadap kepuasan kerja pada 0,000.
karyawan PT KIA Mobil Indonesia cabang Ruvendi (2005) dalam penelitiannya
Semarang diterima. tentang imbalan dan gaya kepemimpinan yang
pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan
Pembahasan di balai besar industri hasil pertanian Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan signifikansi
Hasil penelitian diatas membuktikan bernilai 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti
bahwa adanya pengaruh negatif diantara kedua variabel gaya kepemimpinan memiliki pengaruh
varibel tersebut. Hasil ini sesuai dengan signifikan terhadap kepuasan kerja.
pendapat dari Brahmasari dan Spurayitno (2008) Sedangkan Tondok dan Andarika (2004)
dalam penelitiannya membuktikan bahwa dalam penelitiannya menunjukkan hasil uji
kepemimpinan berpengaruh negatif dan hipotesis bahwa persepsi gaya kepemimpinan
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, transaksional berkorelasi secara negatif dan
25
Christian Yogi Pratama / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)
tidak signifikan dengan kepuasan kerja (r= - Menurut Baihaqi (2009) melakukan
0,061; p > 0,05), sejalan dengan pendapat Koh penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan
dkk. dalam Tondok dan Andarika (2004) yang terhadap kepuasan kerja dan kinerja dengan
menegaskan bahwa kepemimpinan komitmen organisasi sebagai variabel
transaksional hanya menekankan pada transaksi intervening, studi pada PT Yudhistira Ghalia
interpersonal antara pemimpin dengan Indonesia area Yogyakarta. Hasil penelitian
karyawan yang melibatkan hubungan menunjukkan nilai koefisien standardized beta
pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan sebesar 0.246 yang merupakan nilai path atau
pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, jalur. Sedangkan nilai koefisien regresi (β)
standar kerja, penugasan kerja, dan variabel Gaya Kepemimpinan sebesar 0.145 dan
penghargaan. Pendapat ini sejalan dengan nilai t-test sebesar 2.561 dengan nilai signifikansi
pandapat Bass dalam Tondok dan Andarika 0.012. Nilai koefisien regresi (β) dan t-test
(2004) yang mengemukakan bahwa tersebut menggunakan tingkat α (signifikan)
kepemimpinan transaksional merupakan dasar sebesar 0.05. Dengan demikian dapat dikatakan
bagi berlangsungnya efektivitas organisasi, tetapi bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh dan
belum menjelaskan usaha dan kinerja optimal signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
karyawan yang ditekankan pemimpin.
Selanjutnya menurut Burn dalam Tondok dan SIMPULAN DAN SARAN
Andarika (2004) bahwa ada hubungan yang
tidak signifikan antara kepemimnpinan Simpulan
transaksional dengan kepuasan kerja.
Widyastuti dalam penelitiannya di PT Berdasarkan hasil penelitian dan
Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java pembahasan pada bab sebelumnya dapat
(2008) menunjukkan pada persamaan struktural diambil beberapa simpulan, yaitu terdapat
kedua, nilai t konstruk (γ) variabel laten gaya hubungan negatif antara gaya kepemimpinan
kepemimpinan prakarsai (initiating) terhadap otokratis dengan kepuasan kerja pada diri
kepuasan kerja sebesar 2.37>1.96 yang berarti responden karyawan PT KIA Mobil Indonesia
bahwa pengaruh persepsi karyawan menilai cabang Semarang, dimana gaya kepemimpinan
gaya kepemimpinan prakarsai atasannya otokratis berpengaruh terhadap turunnya tingkat
terhadap kepuasan kerja adalah signifikan. kepuasan kerja pada diri responden.
Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh
persepsi karyawan dalam menilai gaya Saran
kepemimpinan prakarsai atasannya, tetapi
hanya sebesar 25%. Untuk perusahaan diharapkan mampu
Prasojo (2011) dalam peneliannya tentang menekan tingkat gaya kepemimpinan pada
pengaruh komplektisitas tugas dan stres kerja karyawannya dengan memberikan kepastian
terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan akan kelanjutan hubungan kerja terhadap
dan kepuasan kerja menunjukkan dengan taraf karyawannya dimasa depan.
nyata ( α) = 5% = 0,05 dan hasil perhitungan Untuk karyawan diharapkan
regresi linier berganda diperoleh nilai t -statistik meningkatkan kepuasan kerjanya dengan selalu
= 5,550 dengan probabilitas-statistik = 0,000. berfikir positif terhadap realita yang terjadi
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai diperusahaan, meningkatkan keberanian dalam
probabilitas-statistik = 0,000 < Level of mengutarakan perasaan, serta menjalin
Significant = 0,05, maka disimpulkan bahwa hubungan dan komunikasi yang baik dengan
ada pengaruh signifikan antara gaya semua stageholder di perusahaan.
kepemimpinan (X1) terhadap kepuasan kerja
karyawan atau bawahan pada kantor BPK dan
BPKP (Y).
26
Christian Yogi Pratama / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)