Anda di halaman 1dari 30

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pembebanan
Pembebanan adalah semua berat atau beban yang akan dipikul oleh struktur.
Oleh karena itu perlu adanya analisis mengenai beban-beban yang bekerja pada
struktur serta besarnya beban-beban tersebut, yang mana beban-beban yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Beban mati (dead load)
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, palfon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, kalding gedung dan komponen arsitektur dan struktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran (SNI 1727-2013). Sedangakan
menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 beban
mati adalah berat semua bagian dari struktur suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.

Tabel 3.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung

Bahan Bangunan

Baja 7.850 kg/m3

Batu alam 2.600 kg/m3

Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3

Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3

Batu pecah 1.450 kg/m3

Besi tuang 7.250 kg/m3

Beton 2.200 kg/m3

Beton bertulang 2.400 kg/m3


Kayu (kelas I) 1.000 kg/m3

Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1.650 kg/m3

Pasangan bata merah 1.700 kg/m3

Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2.200 kg/m3

Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3

Pasangan batu karang 1.450 kg/m3

Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600 kg/m3

Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3

Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1.850 kg/m3

Tanah, lempung, dan lanau (kering udara sampai lembab) 1.700 kg/m3

Tanah, lempung, dan lanau (basah) 2.000 kg/m3

Tanah hitam (timbel) 11.400 kg/m3

Komponen gedung

Adukan per cm tebal :

- Dari semen 21 kg/m2

- Dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2

- Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah per cm


14 kg/m2
tebal

Dinding pasangan bata merah

- Satu batu 450 kg/m2

- Setengah batu 250 kg/m2

Dinding pasangan batako :

Berlubang :
- Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2

- Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2

Tanpa lubang :

- Tebal dinding 15 cm 300 kg/m2

- Tebal dinding 10 cm 200 kg/m2

Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa


penggantung langit-langit atau pengaku) terdiri atas :

- Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan


11 kg/m2
tebal maksimum 4 mm

- Kaca dengan tebal 3 - 4 mm 10 kg/m2

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit


dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup 40 kg/m2
maksimum 200 kg/m2

Penggantung langit-langit (dari kayu) dengan bentang


7 kg/m2
maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,80 m

Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang


50 kg/m2
atap

Penutup atap sirap dengan reng atau usuk/kaso per m2 bidang 40 kg/m2

atap

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng 10 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa 24 kg/m2
adukan per cm tebal

Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2


Sumber : PPIUG 1983

2. Beban hidup (live load)


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang berpindah, sehingga mangakibatkan
perubahan dalam pembebanan lantai dan atap pada suatu struktur. Pada beban
hidup tidak termasuk beban angin, beban gempa dan beban khusus. (Peraturan
Pembangunan Indonesia Untuk Gedung 1983). Beban hidup juga merupakan
beban yang akan membebani struktur setelah struktur tersebut jadi yang mana
beban hidup pada lantai dapat dilihat pada Tabel 3.2. Sedangkan beban hidup
pada atap menurut Peraturan Pembangunan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)
1983 yaitu dapat dicapai dan dibebani oleh orang harus sebesar diambil 100
kg/cm2 bidang datar.

Tabel 3.2 Beban hidup untuk lantai gedung

a. Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut dalam b 200 kg/m2

b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan Gudang-gudang


125 kg/m2
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel

c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel,


250 kg/m2
asrama, dan rumah sakit

d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2

e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2

f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruang
400 kg/m2
pagelaran, ruang rapat, bioskop, dan panggung penonton dengan
tempat duduk tetap

g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk


500 kg/m2
penonton yang berdiri

h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m2

i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f, dan
500 kg/m2
g
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f, dan g 250 kg/m2

k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip,


toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus
400 kg/m2
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri
dengan minimum

l. Lantai gedung parkir bertingkat:

- Untuk lantai bawah 800 kg/m2

- Untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2

m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan


terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan 300 kg/m2
minimum
Sumber : PPIUG 1983
3. Beban gempa
Berdasarkan SNI 1726-2012, gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur bangunan 50 tahun
adalah sebesar 2%.
a. Spektrum respons desain
Untuk menetukan spektrum respons pada SNI 1726-2012 harus ditentukan
terlebih dahulu nilai respons spektra percepatan batuan dasar pada periode pendek
yaitu 0,2 detik (Ss) dan nilai respons spektra percepatan batuan dasar pada periode
1 detik (S1) dengan probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun . Nilai Ss dan S1
dapat dilihat pada peta gerak tanah seismik di SNI 1726-2012 seperti ditunjukan
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Respons spektra Percepatan batuan dasar pada periode pendek yaitu 0,2 detik (sumber : SNI 1726-2012)
Gambar 3.2. Respons Percepatan batuan dasar pada periode 1 detik (Sumber : SNI 1726-2012)
b. Klasifikasi situs
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah
atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke
permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklarifikasikan
terlebih dahulu menurut Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Klasifikasi situs


Kelas situs V (m/detik) N atau Nch Su (KPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras,
sangat padat dan 350 sampai 750 >50 ≥100
batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 350 50 sampai 100
<175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah
dengan karakteristik sebagai berikut :
SE (tanah lunak)
1. Indeks palstisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w ≥ 40 %
3. Kuat geser niralir, Su < 25 kPa
SF (tanah khusus, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
yang membutuhkan dari karakteristik sebagai berikut :
investigasi - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban
geoteknik spasifik gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat
dan analisis respons sensitif, tanah tersementasi lemah
spesifi-situs - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan
H > 3 m)
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H >
7,5 m dengan indeks plastisitas PI >75)
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H >
35 m denga Su < 50 kPa
CATATAN : N/A = tidak dapat dipakai
Sumber : SNI 1726-2012

c. Koefisien situs dan parameter percepatan spektral desain


Untuk menentukan parameter respons spektral percepatan gempa dimuka
tanah, diperlukan faktor amplifikasi seismik pada periode 0,2 detik dan periode 1
detik. Faktor amplifikasi seismik meliputi faktor amplifikasi getaran terkait
percepatan pada getaran periode 0,2 detik (Fa) dan faktor amplifikasi getaran
getaran terkait percepatan pada periode 1 detik (Fv). Nilai Fa dan Fv dapat
diketahui dari hubungan antara respons spektra percepatan batuan dasar dengan
kelas situs, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.

Tabel 3.4 koefisien situs, Fa


Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
Situs terpetakan pada perioda pendek, T = 0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss =0,75 Ss = 1,0 Ss ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
b
SF SS
Sumber : SNI 1726-2012
Tabel 3.5 koefisien situs, Fv
Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
Situs terpetakan pada perioda T = 1 detik, S1
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss =0,3 Ss = 0,4 Ss ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
b
SF SS
CATATAN : (a). Untuk nilai Ss dapat dilakukan interpolasi linier ; (b). SS =
situs yang perlu dilakukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik
Sumber : SNI 1726-2012

Parameter spektrum respons percepatan gempa di muka tanah, yaitu


parameter spektrum respons percepatan pada periode 0,2 detik (SMS) dan periode
1 detik (SM1) dapat dihitung dengan cara mengalikan faktor amplifikasi seismik
pada masing-masing periode dengan respons spektra percepatan batuan dasar pada
masing-masing periode, sesuai dengan persamaan-persamaan berikut :
SMS = FaSs (3.1)

SM1 = FvS1 (3.2)


Dimana :
Ss = Parameter respons spektrum percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek
S1 = Parameter respons spektrum percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1 detik
Setelah didapat nilai SMS dan SM1, dapat dihitung nilai parameter spektrum respons
desain pada periode 0,2 detik (SDS) dan periode 1 detik (SD1)

Menurut persamaan-persamaan berikut :

2
S DS= S MS
3
( 3.3 )
2
S D 1= S M 1
3 ( 3.4 )

d. Spektrum respons desain


Untuk mengetahui nilai spektrum respons desain harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
1) Untuk periode yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan
desain Sa dengan persamaan sebagai berikut :
T
(
S a =S DS 0,4+0,6
T0 ) ( 3.5 )
2) Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan TS spektrum respons desain Sa sama dengan SD1
3) Untuk periode lebih besar dari Ts spektrum respon desain Sa diambill
seperti rumus berikut :
SD 1
S a=
T ( 3.6 )
S D1
T o =0,2
S DS
( 3.7 )
SD 1
T 1=
S DS ( 3.8 )
Dimana :
T = periode respons fundamental
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik

Dari nilai parameter spektrum respons desain (SDS dan SD1 serta T0 dan Ts)
dan nilai periode getar fundamental struktur (T), maka dapat digambarkan kurva
spektrum respons desain, hubungan antara percepatan respons spektra dengan
periode getaran, seperti ditunjukan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Spektrum Respons Desain (Sumber SNI 1726-2012)


Nilai spektrum respons desain juga dapat diketahui dengan menggunakan aplikasi
desain spektra inidonesia yang diakses melalui intenet dengan membuka website
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman – Kementrian Pekerjaan Umum
(puskim.pu.go.id).
e. Faktor keutamaan dan kategori resiko struktur bangunan
Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung
untuk kategori I, II, III pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu
faktor keutamaan Ie. Khusus untuk kategori resiko IV, bila dibutuhkan pintu
masuk untuk operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur
bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai kategori resiko IV.

Tabel 3.6 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori I,
III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Gedung perkantoran
- Pasar II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan
- Bangunana industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori resiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang
besar dan/atau gangguan masal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapitidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk ke dalam kategori resiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan
bahan bakar berbahaya, bahan kimia bebahaya, limbah berbahaya,
atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun
atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas
yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas yang penting, IV
temasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindunganterhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi, dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lainyang masuk ke dalam kategori resiko IV
Sumber : SNI 1726-2012

Tabel 3.7 Faktor keutamaan gedung Ie


Kategori resiko Faktor keutamaan gedung, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : SNI 1726-2012

f. Kategori Desain Seismik


Struktur harus ditetapkan memiliki suatu desain seismik yang mengikuti
ketentuan berikut :
1. Stuktur dengan kategori resiko I,II,III dengan nilai S1 ≥ 0,75 harus
ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.
2. Stuktur dengan kategori resiko IV dengan nilai S1 ≥ 0,75 harus ditetapkan
sebagai struktur dengan kategori desain seismik F
Semua struktur lainnya diluar kategori tersebut, kategori seismiknya harus
ditetapkan berdasarkan hubungan antara parameter spektrum respon desain (SDS
dan SDI) dengan kategori resiko struktur bangunan, seperti ditunjukan pada Tabel
3.8 dan Tabel 3.9.

Tabel 3.8 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada periode pendek
Kategori resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
SDS ≥ 0,50 D D
Sumber : SNI 1726-2012
Tabel 3.9 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada periode 1 detik
Kategori resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
0,167 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
SD1 ≥ 0,20 D D
Sumber : SNI 1726-2012

Berdasarkan tabel 3.8 dan 3.9 kita dapat mengetahui spesifikasi pemeliharaan
sistem pemikul beban gempa.

Tabel 3.10 Pemeliharaan sistem pemikul momen


Peraturan Tingkat Resiko Kegempaan
Rendah Menengah Tinggi
SNI 1726:2012 KDS A, B KDS C KDS D, E, F
SPRMB/M/K SPRMM/K SPRMK
Sumber : SNI 1726-2012

g. Pemilihan struktur penahan beban gempa


Sistem struktur penahan beban gempa lateral dan beban gempa vertikal harus
memenuhi salah satu tipe sistem struktur penahan beban gempa pada Tabel 2.8.
Pembagian setiap tipe tersebut berdasarkan pada elemen vertikal yang
digunakan untuk menahan beban gempa lateral. Pemilihan sistem struktur yang
digunakanharus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian
struktur serta kategori desain seismik struktur.
Setelah dilakukan pemilihan sistem struktur sesuai dengan tabel 3.11, maka
dapat diketahui 3 faktor yang harus digunakan untuk ,menghitung beban gempa,
yaitu faktor modifikasi respons R, faktor kuat lebih Sistem Ω0, dan faktor
pembesaran defleksi Cd.
Pada tabel 3.11 hanya ditampilkan jenis sistem struktur beton bertulang
penahan beban gempa, untuk sistem struktur penahan penahan beban gempa yang
lebih lengkap dapat dilihat pada SNI 1726-2012.

Tabel 3.11 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
Faktor Batasan sistem struktur
Faktor kuat-
Koefisien pembesaran dan batasan tinggi
lebih sistem,
Sistem penahan-gaya seismik modifikasi defleksi struktur, hn (m)c
a Ω0b
respons, R Cd b Kategori desain seismik
B C Dd Ed Fe
A. Sistem dinding penumpu
1. Dinding geser beton 1
5 22 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
2.Dinding geser beton 1
4 22 4 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
3.Dinding geser beton polos 1
2 22 2 TB TI TI TI TI
didetail
4.dinding geser beton polos 1 1 1
12 22 12 TB TI TI TI TI
biasa
B. Sistem rangka bangunan
1.Dinding geser beton 1
6 22 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
2.Dinding geser beton 1 1
5 22 42 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
3.Dinding geser beton polos 1
2 22 2 TB TI TI TI TI
didetail
4.dinding geser beton polos 1 1 1
12 22 12 TB TI TI TI TI
biasa
C. Sistem rangka pemikul
momen
1.Rangka beton bertulang 1
8 3 52 TB TB TB TB TB
pemikul momen khusus
2. .Rangka beton bertulang 1
5 3 42 TB TB TI TI TI
pemikul momen menengah
3.Rangka beton bertulang 1
3 3 22 TB TI TI TI TI
pemikul momen biasa
D. Sistem ganda dengan
rangka pemikul momen
khusus yang mampu
menahan paling sedikit 25 %
gaya gempa yang ditetapkan
1.Dinding geser beton 1 1
7 22 52 TB TB TB TB TB
bertulang khusus
2.Dinding geser beton 1
6 22 5 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
E. . Sistem ganda dengan
rangka pemikul momen
menengah yang mampu
menahan paling sedikit 25 %
gaya gempa yang ditetapkan
1. Dinding geser beton 1 1
62 22 5 TB TB 48 30 30
bertulang khusus
2.Dinding geser beton 1 1 1
52 22 42 TB TI TI TI TI
bertulang biasa
F. Sistem interaktif dinding 1 1 4 TB TI TI TI TI
42 22
geser-rangka dengan rangka
pemikul momen beton
bertulang biasa dan dinding
geser beton bertulang biasa
G. Sistem kolom kantilever
didetail untuk memenuhi
persyaratan untuk :
1. Rangka beton bertulang 1 1 1
22 14 22 10 10 10 10 10
pemikul momen khusus
2. Rangka beton bertulang 1 1 1
12 14 12 10 10 TI TI TI
pemikul momen menengah
3. Rangka beton bertulang 1
1 14 1 10 TI TI TI TI
pemikul momen biasa
Ket : TB = tidak dibatasi dan TI = tidak diijinkan
Sumber : SNI 1726-2012

h. Penentuan periode fundamental pendekatan


Penentuan periode fundamental struktur dapat diperoleh dari hasil analisis
struktur yang akan ditinjau. Namun SNI 1726-2012 memberi persyaratan bahwa
periode fundamental struktur tidak boleh melebihi hasil perkalian antara periode
fundamental pendekatan (Ta) dan koefisien untuk batas atas pada periode yang
dihitung (Cu). Periode fundamental pendekatan (Ta) dapat diketahui menurut
persamaan berikut :
x
T a=C t hn ( 3.9 )
Dimana :
hn = ketinggian struktur (m)
Ct dan x dapat diperoleh dari Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Nilai parameter peroiode pendekatan Ct dan x


Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100
% gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi dan atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bersing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bersing eksentris terhadap tekuk 0,0488a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0731a 0,75
Sumber : SNI 1726-2012
Nilai koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung (Cu) dapat
diketahui berdasarkan parameter spekturm respons desain pada periode 1 detik
(SD1), seperti ditunjukan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
Parameter percepatan respons spektrum
Koefisien Cu
desain pad periode 1 detik, SD1
≥ 0,40 1,4
0,30 1,4
0,20 1,5
0,15 1,6
≤ 0,10 1,7
Sumber : SNI 1726-2012

Sebagai alternatif, untuk gedung dengan ketinggian tidak melebihi 12 lantai


dimana sistem penahan gaya gempa terdiri dari sistem rangka pemikul momen
beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m, maka
dijinkan untuk menetukan periode fundamental pendekatan (Ta) menurut
persamaan berikut :
T a=0,1 N

( 3.10 )
Dimana :
N = jumlah tingkat

i. Gaya Geser Dasar Seismik


Gaya geser dasar seismik adalah total gaya gempa yang diterima oleh
bangunan. Gaya geser dasar seismik V dalam arah yang ditetapkan harus menurut
persamaan berikut :
V =C s W

( 3.11 )
Nilai koefisien respon seismik (Cs) harus ditentukan menurut persamaan berikut :
S DS
C s=
R
( ) Ie

( 3.12 )
Nilai Cs persamaan diatas tidak perlu melebihi persamaan berikut :
S DS
C s=
R
T
( )
Ie

( 3.13 )
Nilai Cs harus tidak kurang dari persamaan berikut :
C s=0 , 044 S DS I e ≥0 , 01

( 3.14 )
Apabila S1 ≥ 0,6 g, maka nilai Cs harus kurang tidak kurang dari persamaan
berikut :
0,5 S1
C s=
R
( ) Ie

( 3.15 )
Dimana :
Cs = Koefisien respons seismik
W = Berat seismik efektif
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain
R = Faktor modifikasi respons
Ie = Faktor keutamaan gempa
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain pada periode 1,0
detik
T = Periode fundamental struktur (detik)
S1 = Parameter percepatan spektrum respons maksimum

j. Distribusi gaya vertikal


Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul disemua tingkat harus ditentukan dari
persamaan berikut :
F x =C vx V

( 3.16 )
w x h kx
C vx = n
∑ w i hki
i=1

( 3.17 )

Dimana :

Cvx = faktor distribusi vertikal

V = gaya lateral desain total atau geser total di dasar struktur (kN)

wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan

atau dikenakan pada tingkat i atau x

hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i dan x (m)

k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur

k. Distribusi gaya horizontal

Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) harus ditentukan dari

persamaan berikut :

n
V x=∑ F i
i=x

( 3.18 )

Dimana :

Fi = bagian dari geser dasar seimik (V) yantimbull ditingkat i (kN)


Vx = geser tingkat desain gempa (kN)

l. Prodsedur Analisis beban gempa


Analisis beban gempa dapat dilakukan dengan analisi lateral ekuivalen,
analisis ragam spektrum respons atau anlalisis riwayat respons seismik. Pemilihan
analisis beban gempa dilakukan sesuai dengan kategori desain seismik dan
karakteristik struktur, seperti ditunjukan pada tabel 3.14.

Tabel 3.14 Prosedur analisis yang boleh digunakan


Analisis Prosedur
Kategori Analisis
spektrum riwayat
Desain Karakteristik Struktur gaya lateral
respons respons
Seismik ekivalen
ragam seismik
B, C Bangunan dengan kategori
resiko I atau II dari konstruksi
rangka ringan dengan I I I
ketinggian tidak melebihi 3
tingkat
Bangunan lainnya dengan
kategori resiko I atau II,
I I I
dengan ketinggian tidak
melebihi 2 tingkat
Semua struktur lainnya I I I
D, E, F Bangunan dengan kategori
resiko I atau II dari konstruksi
rangka ringan dengan I I I
ketinggian tidak melebihi 3
tingkat
Bangunan lainnya dengan
kategori resiko I atau II,
I I I
dengan ketinggian tidak
melebihi 2 tingkat
Struktur beraturan dengan T < I I I
3,75 Ts dan semua struktur
dari konstruksi rangka ringan
Struktur tidak beraturan
dengan T < 3,75 Ts dan
mempunyai hanya I I I
ketidakteraturan harisontal
dan vertikal
Semua struktur lainnya TI I I
CATATAN : I : diijinkan, TI : tidak diijinkan
Sumber : SNI 1726-2012
Pengklasifikasian struktur gedung sebagai struktur gedung beraturan atau
struktur gedung tidak beraturan harus berdasarkan pada konfigurasi horizontal dan
konvigurasi vertikal dari struktur gedung. (SNI 1726-2012. Pasal 7.3.2).

3.2. Analisis Struktur


Analisis struktur pada Perencanaan Ulang Struktur Atas Hotel Satoria
Premier INN Yogyakarta ini digunakan program SAP 2000 versi 14, berikut
langkah-langkahnya :
1. Permodelan struktur
Dimana kita akan membuat bentuk struktur sesuai dengan gambar rencana.
2. Input material
Dimana kita akan memasukan material yang akan digunakan seperti beton
dan tulangan baja
3. Input dimensi struktur
Dimana kita akan memasukan ukuran atau dimensi dari balok dan kolom
pada struktur
4. menentukan beban
Dimana kita akan menentukan beban mati, beban hidup, beban gempa dan
kombinasi pembebanan
5. Input pembebanan
Dimana kita memasukan beban-beban yang bekerja pada struktur seperti
beban mati, beban hidup dan beban gempa
6. Analisis struktur (RUN)

3.3. Perencanaan Balok


Perencanaan untuk elemen balok meliputi perncanaan penulangan balok
yang terdiri dari tulangan pokok untuk momen tumpuan (negative) dan momen
lapangan (positive) serta penulangan geser, dalam Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK), balok direncanakan sebagai komponen lentur yang
mana berfungsi untuk memahan momen lentur dan juga gaya geser yang
disebabkan oleh beban gravitasi dan lateral. Momen dan gaya geser dapat
diperoleh dari hasil analisis SAP. Berikut adalah ketentuan-ketentuan perencanaan
balok :

1. Mrencanakan tulangan longitudinal berdasarkan SRPMK (ρ)


ρmaks ≤0 , 025
( 3.19 )
1,4
ρmin =
fy
( 3.20 )

2. Merencanakan tulangan transversal (sengkang)

Gambar 3.4 Tulangan sengkang pada balok


Vu≤φVn
( 3.21 )
Vu≤φ(Vc +Vs )
( 3.22 )
Dimana :
Vc = gaya geser yang disumbangkan untuk oleh beton, N
Vs = gaya geser yang disumbangkan oleh tulangan, N
Vu = gaya geser terfaktor pada penampang, N
Ø = faktor reduksi kekuatan (pasal 11.3 SNI 2847-2002)
Bila menggunakan tulangan sengkang lurus, maka :
Av×fy×d
S=
Vs
Berdasarkan SRPMK tulangan transversal harus dipasang pada komponen
struktur pada daerah-daerah dibawah ini :
a. Sejarak 2h
1
S1≤ d
4
( 3.24 )

S 1 ≤8 db

( 3.25 )

S 1 ≤24 db

( 3.26 )

S 1 ≤300 mm

( 3.27 )

b. Sejarak di luar 2h
1
S 2≤ d
2
( 3.28 )

3. Gaya geser
Daerah sendi plastis (2h) : Vc = 0 (kekuatan beton diabaikan)

Gambar 3.5 Beban merata, momen dan gaya geser balok

Mpr 1+Mpr 2 WuLn


Ve= ±
Ln 2
( 3.29 )
Ve ≤ Vu hasil analisis kombunasi gempa
Wu = 1,2DL + 1,0LL
( 3.30 )
Dengan Mpr adalah kapasitas momen ujung yang dihitung berdasarkan tulangan
kolom aktual terpasang, dan DD serta LL masing-masing adalah beban mati dan
beban hidup merata yang bekerja pada balok.

3.4. Perencanaan Kolom


Beradasarkan SNI 03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung) pada daerah rawan gempa untuk portal gedung dengan
sistem daktailitas penuh Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), maka
dalam perencanaan kolom ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi
diantaranya sebagai berikut :

1. Kuat lentur
Kuat lentur setiap kolom yang dirancang untuk menerima beban aksial tekan
terfaktor melebihi Agfc’/10 harus memenuhi persamaan berikut :

∑ M e ≥ ( 65 )∑ M g
( 3.31 )

Me=Mpr 3+Mpr 4
( 3.32 )

Mg=Mpr 1+ Mpr 2
( 3.33 )

2. Tulangan longitudinal
Rasio penulangan (ρ) longitudinal harus memenuhi syarat dibawah ini :
0,01≤ρ≤0, 06
( 3.34 )

3. Tulangan transversal (sengkang)


a. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang dari
pada yang yang ditentukan pada persamaan berikut :

shc f c ' Ag
A sh =0,3×
( ) [( ) ]
f yh
×
Ach
−1

( 3.35 )

shc f c '
A sh =0 ,09×
( )f yh

( 3.36 )
Gambar 3.7 Tulangan sengkang kolom

b. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4(4(2)) tulangan transversal


harus diletakan dengan spasi tidak lebih dari :

S ≤ ¼ bc
( 3.36 )
≤ 6 . dk
( 3.37 )
100 ≤ Sx ≤ 150 mm
( 3.38 )

c. Berdasarkan pasal 23.4(4(4)) SNI 03-2847-2002 tulangan transversal pada


ketentuan diatas harus dipasang sepanjang lo. Panjang lo ditentukan tidak
kurang dari :
lo ≥ hc
( 3.39 )
≥ 1/6 . ln
( 3.40 )
≥ 500 mm
( 3.41 )
d. Pada daerah di luar lo, SNI 03-2847-2002 pasal 23.4(4(6)) tulangan
transversal harus diletakan dengan spasi tidak lebih dari :

S ≤ 6. dk
( 3.42 )
S ≤ 150 mm
( 3.43 )

3.5. Perencanaan HBK


Pada perencanaan gedung dengan konsep Sistem Rangka Pemikul
MomenKhusus (SRPMK) maka hubungan balok kolom harus diproporsikan
sedemikianrupa, sehingga persyaratan kuat geser horizontal perlu Vu,h dan kuat
geser vertical perlu Vu,v yang berkaitan dengan terjadinya momen kapasitas pada
sendi plastis pada kedua ujung balok yang bertemu pada kolom tersebut. Gaya-
gaya yang membentuk keseimbangan pada joint rangka adalah seperti yang
terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3.8 Pertemuan Balok-Kolom


1. Gaya Geser Horizontal
l ki l ka

V kol =
0,7
( ln ki
M kap, ki + M
ln ka kap , ka )
0,5 ( hk , a+ hk ,b ) (3.44)
Mkap , ki
C ki=0,7⋅
z ki
(3.45)
Mkap , ka
C ka=0,7⋅
z ka
(3.46)
Vj,h = Cki + Cka - Vkol (3.47)

1,7. √ fc' . Aj>Vj ,h (3.48)

2. Tegangan Geser Horizontal


Vj ,h
vj,h = bj.hc < 1,5. √ fc '
(3.49)

3. Tulangan Geser Horizontal

Vs,h=Vj,h – Vc,h (3.50)


Vs , h
Aj , h=
fy
(3.51)

4. Gaya Geser Vertikal


hc
Vj, v =Vj, h
bj (3.52)

5. Tulangan Geser Vertikal


Vj , h Pu, k
Vc , v =As '
As (
0,6⋅
Ag⋅fc' ) (3.53)
Vs, v=Vc , v−Vj , v (3.54)
Vs ,v
As , v=
fy
(3.55)

Anda mungkin juga menyukai