SKABIES
PEMBIMBING
dr. Nadiah Soleman, Sp.KK, M.Kes
PENULIS
Nurpadila Ramadanti
030.13.151
Disusun Oleh
Nurpadila Ramadanti
030.13.151
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Skabies” dengan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Nadiah Soleman, Sp.KK selaku pembimbing, seluruh dokter bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUD Kardinah kota Tegal, serta rekan-rekan
anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah
memberi dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan,
kritik, maupun saran yang bersifat membangun. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi profesi, pendidikan, dan masyarakat. Akhir kata, penulis mohon
maaf atas segala kekurangan yang ada.
Tegal,
Desember 2018
Nurpadila Ramadanti
030.13.151
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. MH
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
Alamat : Jalan. Kemuning RT 02 RW 03, Slerok
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Kelas II SMP (pesantren)
Status pernikahan : Belum menikah
Tanggal datang ke poli : 18 Desember 2018
No. RM : 936590
Ruang : Poliklinik Kulit Kelamin
1. Keluhan Utama : Gatal-gatal di daerah sela-sela jari tangan kanan dan kiri,
kedua tungkai, dan alat kelamin sejak 6 bulan yang lalu
3
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Kardinah
Tegal dengan keluhan gatal-gatal di daerah sela-sela jari tangan kanan dan kiri,
kedua tungkai, dan alat kelamin sejak 6 bulan yang lalu. Selain itu awalnya
pasien mengeluh terdapat bruntus-bruntus berwarna kemerahan sebesar jarum
pentul dan terasa gatal yang memberat pada malam hari. Sekitar satu minggu yang
lalu, keluhan gatal dan bruntus-bruntus kemerahan tersebut semakin meluas
hingga ke sela paha, dan bokong. Pasien mengaku sulit tidur akibat rasa gatal
tersebut. Pasien sering menggaruk bagian yang terasa gatal sehingga
menyebabkan beberapa kulitnya tampak lecet dan berdarah.
Pasien mengaku bila tidak merasa digigit serangga sebelumnya. Pasien
juga menyangkal terdapat keluhan demam, batuk pilek maupun sulit menelan.
Pasien tinggal di pesantren bersama teman-temannya. Riwayat orang
sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh pasien, yaitu teman-
teman pasien yang sering diajak bermain dan terkadang tidur bersama. Pasien
biasanya mandi 2 kali dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 kali sehari termasuk
pakaian dalam dan menggunakan handuk sendiri. Kebiasaan mengganti sprei
tidak tentu (kadang-kadang lebih dari 4 minggu).
4
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku biasanya mandi 2 kali dalam sehari dengan air
PAM dan memakai sabun, Handuk terkadang dipakai bergantian dengan
teman-temannya, pasien tidak menggunakan pakaian berganti-gantian
dengan temannya yang lain, pasien sering mengganti pakaian bila sehabis
mandi dan berkeringat banyak, sprei diganti tidak menentu (kadang lebih
dari 4 minggu), dan kasur jarang dijemur.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya dan bila keluhan gatal-
gatal muncul pasien hanya dibawa ke UKS sekolah namun tidak ada
perbaikan dan sering kambuh-kambuhan dan pasien lupa nama obat yang
diberikan.
5
Status Generalis
Kepala : Normocephali, kelainan pada kepala (-)
Rambut : Hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, luka/jaringan parut (-), malar rash (-)
oedem pipi (-)
Mata
Oedem palpebra : (-/-) Visus : tidak dilakukan
Ptosis : (-/-) Lagoftalmos : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-) Cekung : (-/-)
Konjungtiva anemis : (-/-) Injeksi : (-/-)
Eksoftalmos : (-/-) Endoftalmos : (-/-)
Strabismus : (-/-) Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Telinga
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang +/+ Cairan : -/-
Serumen : -/- Ruam merah : -/-
Membran timpani : sulit dinilai
Refleks cahaya : sulit dinilai
Hidung
Bentuk : Simetris, tidak tampak deviasi
Napas cuping hidung : (-/-)
Mukosa hidung : Hiperemis (-/-)
Sekret : (-/-)
Bibir : Mukosa berwarna merah, kering (-), sianosis (-)
Mulut : Trismus (-), halitosis (-), mukosa gusi dan pipi merah
muda, oral hygiene baik
Lidah : Normoglosia, mukosa merah muda, atrofi papil (-),
tremor (-), coated tongue (-)
Tenggorokan : Arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula ditengah,
6
tonsil (T1-T1)
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah. Buffalo hump (-) JVP 5+3cm
Toraks
Inspeksi : Bentuk dada normal, petechie (-), gerak dinding dada
statis dan dinamis simetris, tipe pernapasan
thorakoabdominal, pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Pernapasan simetris, vokal fremitus simetris, ictus cordis
teraba pada ICS V Midclavicularis sinistra.
Perkusi : Hemitoraks kanan dan kiri sonor, batas paru dan hepar
setinggi ICS VI linea midclavicularis dekstra, batas paru
dan lambung setinggi ICS VIII linea axillaris anterior
sinistra.
Batas jantung kanan setinggi ICS VI linea
midclavicularis dekstra, batas jantung kiri setinggi ICS
VII linea axilla anterior, batas atas jantung setinggi ICS
II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak dijumpai adanya eflorosensi pada kulit
perut,kulit keriput (-), venektasi (-), gerak dinding perut
saat bernapas simetris
Auskultasi : Bising usung (+)
Perkusi : Shifting dullness (-),
Palpasi : Supel, defense muscular (-), nyeri tekan (-),nyeri lepas (-),
massa(-), Hepar dan lien tidak membesar, ballottement
ginjal (-), undulasi (-), turgor kulit kembali cepat.
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki
7
Kelenjar getah bening
Preaurikular : Tidak teraba membesar
Postaurikular : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Mentale : Tidak teraba membesar
Supraklavikula : Tidak teraba membesar
Aksila : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang,
edema (-/-) pada ekstremitas bawah, hiperemis (-),
sianosis (-)
Palpasi : Capillary filling time < 2 detik, akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema pretibial (-/-), teraba hangat, nyeri
tekan (-).
Kulit
Sawo matang, tidak tampak sianosis, tidak tampak ikterik, turgor kulit
kembali cepat < 2 detik.
Status Neurologis : Tidak dilakukan
Status Dermatologis
Distribusi: regional
Ad regio: genitalia, interdigitalis bilateral, dorsum manus
bilateral, dan cruris bilateral
Lesi: multipel, berbentuk bulat, tidak teratur, berbatas tidak
tegas, ukuran miliar-lentikular, tidak tampak lesi tepi yang aktif
Efloresensi: makula eritematosa hingga hiperpigmentasi, papul
eritematosa, pustul, dan ekskoriasi.
8
Gambar 1. Lesi pada interdigitalis bilateral dan dorsum manus bilateral
9
Gambar 2. Lesi pada cruris bilateral
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Skabies
Prurigo hebra
Dermatitis
Diagnosis Kerja
Skabies
V. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke poliklinik RSUD
Kardinah dengan keluhan gatal-gatal pada daerah sela-sela jari tangan kanan dan
kiri, kedua tungkai, dan alat kelamin sejak 6 bulan yang lalu. Selain itu awalnya
pasien mengeluh terdapat bruntus-bruntus berwarna kemerahan sebesar jarum
pentul dan terasa gatal yang memberat pada malam hari. Sekitar satu minggu yang
lalu, keluhan gatal dan bruntus-bruntus kemerahan tersebut semakin meluas
hingga ke sela paha, dan bokong. Pasien mengaku sulit tidur akibat rasa gatal
10
tersebut. Pasien sering menggaruk bagian yang terasa gatal sehingga
menyebabkan beberapa kulitnya tampak lecet dan berdarah.
Pasien tinggal di pesantren bersama teman-temannya. Riwayat orang
sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh pasien, yaitu teman-
teman pasien yang sering diajak bermain dan terkadang tidur bersama.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan status generalis dalam batas normal. Pada
status dermatologis ditemukan distribusi regional ad regio genitalia, interdigitalis
bilateral, dorsum manus bilateral, dan cruris bilateral. Lesi multipel, berbentuk
bulat, tidak teratur, berbatas tidak tegas, ukuran miliar-lentikular, tidak tampak
lesi tepi yang aktif. Dengan efloresensi makula eritematosa hingga
hiperpigmentasi, papul eritematosa, pustul, dan ekskoriasi.
VII. TATALAKSANA
Non Farmakologis
a. Promotif
1) Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh
infestasi parasit di mana penyakit ini berhubungan dengan
higienitas yang rendah. Diterangkan juga bahwa penyakit ini
sangat menular.
2) Menjemur kasur, karpet, dan sofa dibawah sinar matahari.
3) Ganti pakaian, handuk, sprei, yang telah pasien gunakan, bila perlu
direndam dengan air panas.
b. Preventif
1) Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
kebersihan perorangan dan lingkungan, antara lain kebiasaan
11
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun dan menggosok
anggota badan dengan baik. Membersihkan lantai rumah dengan
baik, tidak menggantung pakaian, dan membuka jendela rumah
pada siang hari sebagai pencahayaan dan ventilasi.
2) Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota
keluarga serumah.
3) Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan
pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.
Farmakologis
o Sistemik:
1) Cetirizin 75 mg 1x1
o Topikal:
1) Krim permethrin 5% dioleskan jam 18.00 wib (mandi sore) dan
boleh terkena air lagi jam 05.00 wib (mandi pagi), didiamkan
selama 8-10 jam, ulangi dalam 7 hari.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
IX. KOMPLIKASI
Infeksi sekunder
Dermatitis iritan
12
BAB III
PEMBAHASAN
Tanda kardinal yang ditemukan pada pasien adalah pruritus nokturna, adanya
orang disekitar pasien yang mempunyai riwayat keluhan yang sama dan
ditemukannya kanalikulus.
13
Dari status dermatologis didapatkan lesi yang letaknya regional pada
regio genitalia, interdigitalis bilateral, dorsum manus bilateral, dan cruris
bilateral. Lesi multipel, berbentuk bulat, tidak teratur, berbatas tidak tegas, ukuran
miliar-lentikular, tidak tampak lesi tepi yang aktif. Efloresensi makula
eritematosa hingga hiperpigmentasi, papul eritematosa, pustul, dan ekskoriasi. Hal
ini sesuai dengan diagnosis skabies, dimana pada teori dikatakan bahwa predileksi
terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis maka penyebarannya
dapat bersifat atipikal.
Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu pruritus hebra yaitu
penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada anak
dengan tingkat sosial ekonomi dan hygiene yang rendah. Penyebab pasti belum
diketahui, diduga sebagai penyakit herediter akibat kepekaan kulit terhadap
gigitan serangga. Tanda khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak
berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal. Tempat predileksinya di ekstremitas
bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena pasien baru
mengalami.
14
dapat dicuci harus dijemur, kontrol seminggu sekali untuk melihat hasil terapi dan
perkembangan penyakit.
Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien ini adalah dengan
memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan
permetrin 5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari baik yang gatal
maupun tidak didiamkan selama 8-10 jam, dan dioleskan setiap satu kali dalam
seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling
baik diberikan pada anak-anak berupa permetrin 5% krim mengingat efektif pada
semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah serta penggunaanya yang
mudah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Target utama pengobatan
permetrin adalah membran sel skabies. Obat ini membuat ion Cl masuk ke dalam
sel secara berlebihan, membuat sel saraf sulit depolarisasi dan parasit akan
paralisis/lumpuh. Obat ini efektif membunuh parasit, tetapi tidak efektif untuk
telur. Oleh karena itu, penggunaan permetrin hingga 3 kali pemberian sesuai
siklus hidup tunggau. Pemberian kedua dan ketiga dapat membunuh tunggau yang
baru menetas. Obat sistemik yang diberikan berupa cetirizin yang merupakan obat
golongan antihistamin sehingga dapat mengurangi rasa gatal pasien. Prognosis
dari skabies yang diderita pasien pada umumnya adalah baik bila diobati dengan
benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu, perlu juga dilakukan pengobatan kepada anggota keluarga
atau orang sekitarnya yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam
perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes
scabei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host
definitive dari parasit tersebut.
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
16
a. Stratum basal
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak dibagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel
di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.
c. Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut
hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum lusidum
Langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma.
e. Stratum korneum
Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti
sel dan mengandung zat keratin. 1
Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal dibanding epidermis terdiri atas lapisan
elastic dan fibrosa padat dan folikel rambut.
Dibagi menjadi 2 bagian
o Pars papilare
Bagian ini menonjol ke epidermis
Terdiri dari free nerve ending/ujung saraf bebas dan
pembuluh darah
o Pars retikulare
Bagian ini menonjol kearah subkutan
Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin)
Kolagen dibentuk oleh fibroblas
17
Retikulin mirip dengan kolagen, tetapi kolagen yang muda.1
Hipodermis (subkutis)
Terdiri atas jaringan ikat longgar (sel-sel lemak), ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening.
Vaskularisasi
Diatur oleh 2 pleksus:
o Pleksus superfisial
Terletak diatas bagian dermis. Pleksus superfisial bagian atas
terdapat anastomosis di papil dermis. Pleksus superfisial di pars retikulare
dan pleksus profunda terapat anastomosis.1
o Pleksus profunda
Terletak di subkutis.
Adneksa Kulit
Terdiri dari:
18
a. Kelenjar kulit
Glandula sudorifera
Ada dua macam kelenjar keringat, kelenjar ekrin (kecil,
letak dangkal di dermis dan sekret encer) dan kelenjar apokrin
(lebih besar, letak dalam dan sekret lebih kental).
Glandula sebasea
Terletak diseluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan
dan kaki. Jenis kelenjar holokrin (tidak berlumen dan sekret
kelenjar berasal dari dekomposisi). Biasanya terletak disamping
akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut.1
b. Rambut
Dibagi menjadi akar rambut dan batang rambut, terdapat 3
macam tipe rambut, lanugo (halus, tidak ada pigmen, terdapat
pada bayi), velus (pendek, halus dan tidak berpigmen) dan
rambut terminal (lebih kasar, banyak pigmen dan terdapat pada
orang dewasa)1
c. Kuku
Salah satu adneksa kulit yang mengandung lapisan tanduk,
terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Fungsinya
selain membantu jari-jari untuk memegang, juga digunakan
sebagai cermin kecantikan. Terdiri dari matriks kuku, dinding
kuku,, dasar kuku, alur kuku, akar kuku, lempeng kuku, lunula,
eponikium, dan hiponikium.1
b. Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel var, hominis, dan produknya. Ditandai
19
gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat
terlihat polimorfi tersebar diseluruh badan.
Sinonim atau nama lain skabies adalah the itch, sky-bees, gudik,
budukan, gatal agogo.2
20
d. Patogenesis
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah perkawinan atau kopulasi
yang terjadi diatas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya
2 hingga 50 butir. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.3
Aktivitas S. Scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan
menimbulkan respons imunitas selular dan humoral serta mampu
meningkatkan IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung
lama 4-6 minggu. Skabies adalah penyakit yang sangat menular, transmisi
melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan secara tidak langsung apabila
melalui benda yang terkontaminasi seperti seprei, sarung bantal, handuk, dsb.
Tungau skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau
dapat di transmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom
karena tetap kontak dengan kulit diluar kondom.
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.3
21
e. Klasifikasi Skabies
1. Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada
tangan dan kaki, kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata.
Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau
dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat
pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisik, gangguan
imunologik, dan psikosis.
2. Skabies Nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi,
sering terjadi pada bayi dan anak-anak, atau pada pasien dengan
imunokompremais.4
f. Gejala klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal
ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, antara lain:5
1. Pruritus nokturnal
Pruritus nokturnal adalah rasa gatal terasa lebih hebat pada malam hari
karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan
panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita
menjadi gelisah. Pada infeksi inisial, gatal timbul setelah 3 sampai 4
minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam waktu
beberapa jam.Studi lain menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat
timbul dalam 4-6 hari karena telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.5
22
2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga biasanya
mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman
yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk. Di dalam kelompok mungkin akan ditemukan individu yang
hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak
menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa (carier) bagi
individu lain.5
3. Adanya terowongan (kunikulus)
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva, dan nimfa di dalam stratum
korneum. Oleh karena itu, tungau ini sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis, seperti sela-
sela jari tangan, telapak tangan bagian lateral, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria). Lesi yang timbul
berupa eritema, krusta, ekskoriasi, papul, dan nodul. Erupsi eritem atous
dapat tersebar di bagian badan sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap
antigen tungau. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
23
gambar lesi skabies pada sela jari tangan dan punggung.
24
Skabies nodular
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk
hipersensitivitas terhadap tungau skabies, di mana pada lesi tidak
ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul merah kecokelatan
berukuran 2-20 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang
tertutup terutama pada genitalia, inguinal, dan ketiak. Pada nodus yang
lama, tungau sukar ditemukan dan dapat menetap selama beberapa minggu
hingga beberapa bulan walaupun sudah mendapat pengobatan
antiskabies.14,15 Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit, diperlukan
biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik
kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka
penegakan diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan
penderita skabies atau lesi membaik denngan pengobatan khusus untuk
skabies.4
25
disabilitas pertumbuhan; seperti sindrom Down dan retardasi mental;
penderita yang mendapat terapi imunosupresan, penderita gangguan
neurologis; . Tidak seperti skabies pada umumnya, penyakit ini dapat
menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal ini
disebabkan jumlah tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau
yang berbeda. Studi lain menunjukkan bahwa transmisi tidak langsung
seperti lewat handuk dan pakaian paling sering menyebabkan skabies
berkrusta.4,5
g. Penunjang Diagnosis
Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang
terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan
diletakkan diatas sebuah objek, lalu ditutup dengan kaca
penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
26
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas
selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2
jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa
dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan
hematoksilin eosin (H.E.).5
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum meliputi edukasi kepada pasien sebagai berikut:
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
b. Pengobatan skabisid topikal yang diberikan dioleskan di seluruh kulit,
kecuali wajah, sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati
pada suhu 130oC.
e. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga
serumah.
f. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid.
Tidak boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah
seminggu walaupun gatal masih dirasakan sampai 4 minggu kemudian.
g. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan
yang sama dan ikut menjaga kebersihan.
2. Penatalaksanaan Khusus
Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan
produknya, mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman untuk semua
umur, dan terjangkau biayanya. Pengobatan skabies dapat berupa topikal maupun
oral. Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
27
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala, lebih difokuskan di daerah sela-sela
jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga.
Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus
dioleskan skabisid topikal. Steroid topikal, anti histamin, maupun steroid sistemik
jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien
yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap.2
28
memiliki angka kesembuhan hingga 97,8% jika dibandingkan dengan
penggunaan ivermectin yang memiliki angka kesembuhan 70%. Tetapi
penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan
sama dengan permetrin. Efek samping yang sering ditemukan adalah
rasa terbakar, perih dan gatal, sedangkanyang jarang adalah dermatitis
kontak derajat ringan sampai sedang.2
29
yang luas. Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas
SSP, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun
jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan
lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor,
disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane
dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti
anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia. Lindane sebaiknya
tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang
meluas, wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah
mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya. Belum ada laporan
mengenai toleransi yang signifikan terhadap pemakaian lindane.5
c. Presipitat Sulfur
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25
M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan
umumnya salep konsentrasi 6% dalam petrolatum lebih disukai. Cara
aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah
mandi atau malam hari ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama
tiga hari berturut-turut, kemudian dibersihkan. Keuntungan
penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin
merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi
massal.
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan
membentuk hidrogen sulfida dan asam pentationida (CH2S5O6) yang
bersifat germisida dan fungisida. Secara umum sulfur bersifat aman
bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta
efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat
ini adalah bau tidak enak, meninggalkan noda yang berminyak,
mewarnai pakaian, dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.1
30
d. Benzil benzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam Peru. Benzil benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies, efektif untuk semua stadium.
Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan
pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi
12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan
teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzil
benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, sehingga penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Kontraindikasi obat ini yaitu wanita
hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi
benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted
skabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang
terbatas, benzil benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai
alternatif yang lebih murah.1
31
f. Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik
makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik,
diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan untuk
pengobatan penyakit filariasis terutama oncocerciasis. Diberikan
secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan
secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk
mengobati skabies. Ivermectin merupakan pilihan terapi lini ketiga
rekomendari CDC. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis
dan nekrolisis epidermal toksik. Penggunaan ivermectin tidak boleh
pada wanita hamil dan menyusui. 2
g. Monosulfiram
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.
h. Malathion
Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfa dengan dasar air
digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya beberapa hari
kemudian. Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena
berpotensi memberikan efek samping yang buruk.
32
Tabel 1. Pengobatan Topikal Skabies
Jenis Obat Dosis Keterangan
Permetrin Dioleskan selama 8-14 jam, Terapi lini pertama di US dan
5% krim diulangi selama 7 hari. kehamilan kategori B.
Lindane 1% Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan pada anak
lotion setelah itu dibersihkan, umur 2 tahun kebawah, wanita
olesan kedua diberikan 1 selama masa kehamilan, dan
minggu kemudian. laktasi.
Crotamiton Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus tetapi
10% krim berturut-turut, diulangi dalam efektifitas tidak sebaik topikal
5 hari. lainnya.
Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak <2 bulan dan
precipitatum dibersihkan. wanita hamil dan laktasi, tetapi
5-10% tampak kotor dalam
pemakaiannya dan data efisiensi
obat in masih kurang.
Benzyl Dioleskan selama 24 jam lalu Efektif namun dapat
benzoat 10% dibersihkan. menyebabkan dermatitis pada
lotion wajah.
Ivermectin Dosis tunggal oral, bisa Memiliki efektifitas yang tinggi
200 ug/kgBB diulangi selama 10-14 hari. dan aman. Dapat digunakan
bersama bahan topikal lainnya.
Digunakan pada kasus-kasus
skabies berkrusta dan skabies
resisten.
I. Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan
topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah
penyebaran skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung
33
tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu
untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui sprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3
hari diluar kulit, karpet, dan kain pelapis lainnya.4
J. Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi
bakteri atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang
ada. Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder.
Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan
ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi
lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-
nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal,
penis, dan axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap
topikal atau antibiotik oral, tergantung tingkat piodermanya. Selain itu,
limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies
Norwegian, glomerulonefritis post streptococcus bisa terjadi karena skabies-
induced pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.
Semua pasien harus diberikan informasi bahwa bercak-bercak dan gatal
karena skabies tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu setelah
terapi selesai. Ketika gejala dan tanda masih menetap lebih dari 12 minggu,
terdapat beberapa kemungkinan yang dapat dijelaskan diantaranya resistensi
terapi, kegagalan terapi, reinfeksi dari anggota keluarga lain atau teman
sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas silang dengan
antigen dari penderita skabies lainnya. Respon yang buruk dan dugaan
resistensi terhadap lindane pernah dilaporkan di tempat lain. Kegagagalan
terapi yang tidak berhubungan dengan resistensi terapi bisa disebabkan
karena kegagalan penggunaan terapi skabisid topikal. Pasien dengan skabies
berkrusta mungkin memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk ke dalam
34
lapisannya yang bersisik tersebut dan mungkin karena tungau bersembunyi di
lapisan yang sulit di penetrasi. Untuk menghindari infeksi berulang,
direkomendasikan agar seluruh kontak dekat dengan pasien harus dieradikasi.
1
K. Prognosis
Dengan memerhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit
ini dapat diberantas dan prognosis baik.1
35
BAB V
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37