Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.5 Pencegahan dan Pemberantasa Penyakit


Menular dan Tidak Menular

Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah

Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE MARET 2020 – JULI 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular dan Tidak Menular

“Pendekatan Klinis dan Edukasi pada Pasien Hipertensi Grade II


Tn. K Usia 51 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah

Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE MARET 2020 – JULI 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

“Pendekatan Klinis dan Edukasi pada Pasien Hipertensi Grade II Tn. K


Usia 51 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati


Jawa Tengah

Pati, Juni 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Farah Fauziah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1. Hipertensi................................................................................................................4
2.2. Pencegahan Hipertensi.........................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN.....................................................................................15
3.1. Permasalahan di Masyarakat dan Kasus...............................................................15
3.2. Tujuan...................................................................................................................15
3.3. Intervensi..............................................................................................................15
3.4. Pelaksanaan..........................................................................................................19
3.5. Monitoring dan Evaluasi........................................................................................21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................22
4.1. KESIMPULAN.........................................................................................................22
4.2. SARAN...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
LAMPIRAN........................................................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyakit kardiovaskular yang umum
dijumpai. Diperkirakan, kasus hipertensi telah menyebabkan 4,5% beban penyakit
secara global dan prevalensinya hampir sama antara negara maju maupun negara
berkembang. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang memperberat
penyakit kelainan kardiovaskular terutama gangguan jantung. Selain dapat
menyebabkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat pada organ lain yaitu pada
sistem eksresi yang berupa gagal ginjal maupun sistem serebrovaskular berupa
stroke. (Riskesdas, 2013)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tergolong silent
killer, dimana gejala dapat bervariasi dan cenderung tidak tampak
apabila tidak dilakukan pemeriksaan dan kontrol tekanan darah rutin.
Gejalanya antara lain rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-
debar, mudah lelah, pengelihatan kabur, telinga berdenging (tinitus), dan
mimisan (InfoDATIN, 2014).
Faktor yang banyak berperan terhadap terjadinya hipertensi
meliputi faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor
resiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor resiko yang tidak dapat
dikendalikan seperti umur, keturunan, jenis kelamin dan ras. Faktor
resiko yang dapat dikendalikan yaitu olah raga, makanan (kebiasaan
makan garam), kelebihan berat badan (obesitas), alkohol, stres, serta
merokok (Karyadi, 2002).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati tentang
penyakit tidak menular atau PTM, pada tahun 2018 ditemukan jumlah
kasus penyakit hipertensi sebanyak 48.326 kasus (10,78%). Pada tahun
2017 sebanyak 15.367 kasus (11.05%). Serta pada tahun 2016
dilaporkan sebanyak 19.586 kasus (39.16%) adalah kasus hipertensi
esensial serta 3.211 kasus (6.41%) adalah kasus hipertensi lainnya.

1
Penemuan kasus hipertensi di masyarakat oleh tenaga kesehatan
maupun upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
hipertensi perlu ditingkatkan karena sebagian besar penderita hipertensi
tidak menunjukkan keluhan. Untuk itu diperlukan kombinasi upaya
mandiri dan aktif oleh individu dan masyarakat serta dukungan oleh
kader dan petugas program pelayanan kesehatan di puskesmas atau
rumah sakit.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Hipertensi untuk
memperbaiki kualitas hidup penderita.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang Hipertensi.
b. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pengobatan dan
pencegahan Hipertensi.
c. Memberikan edukasi untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
demi pencegahan Hipertensi.

1.3. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Konseling diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya tentang penyakit Hipertensi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien dalam mencegah dan mengontrol penyakit, serta
meningkatkan kualitas hidup.
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat.

2
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Membantu dalam pengembangan program upaya peningkatan
pengetahuan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
serta hubungannya dengan pencegahan Hipertensi.
b. Bagi Masyarakat
i. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi khususnya bagi pasien
ii. Membantu masyarakat dan pasien mengenali lebih dalam
terhadap pencegahan dan pengendalian hipertensi
iii. Mencegah perkembangan hipertensi dan memperbaiki
kualitas hidup pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

2.1.2. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah


diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat
dilihat pada tabel.
Kategori Tekanan darah sistolikTekanan darah diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Tabel 2.1 – Klasifikasi berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing


hipertensi, yaitu :

a. Etiologi

i. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara


penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal

4
maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

ii. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh


darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme,
penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).

b. Faktor Risiko

i. Faktor risiko yang bisa dirubah

a. Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula
resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah
dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).

b. Lingkungan (Stress)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi.


Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan
adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

c. Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau


obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal (Triyanto, 2014).

d. Rokok

5
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,
2012).

e. Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung
dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah
turun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).

ii. Faktor risiko yang tidak bisa dirubah

a. Genetik

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian


hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih banyak
pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (beda telur).
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu
seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit
turunan (Triyanto, 2014).

b. Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium
yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

6
2.1.4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat
vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju
ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak
melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin
sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah
untuk melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan mekanisme
saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh darah
(Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme ini antara lain :

a. Mekanisme vasokonstriktor Norepineprin-epineprin

Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan


eksitasi pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin
dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang
pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor (Saferi & Mariza, 2013).

b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin

Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma


menjadi substrat renin untuk melepaskan angiotensin I, kemudian
dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh


darah perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia (Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan struktural
dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan

7
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah,
sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer(Saferi & Mariza, 2013).

2.1.5. Manifestasi Klinik

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah


penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara
lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah


tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik),
namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan
kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan
bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta
abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan
oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan
yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom
cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna
kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala,
mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat
banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

8
2.1.6. Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009)


menyerang organ-organ vital antar lain :

a. Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark


miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak
terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah
infark.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan


kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus
menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan
pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas


dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat
terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak,
hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.

2.1.7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Non-farmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi


sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal;

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi

9
berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan
meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah
kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg
dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha,
2008).

2) Mengurangi asupan Natrium (sodium);

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam


yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300
mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg
dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok
teh/hari (Dalimartha, 2008).

3) Batasi konsumsi alkohol;

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).

4) Makan K+ dan Ca++ yang cukup dari diet;

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium


yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya
sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi
cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500
mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.

5) Menghindari merokok;

Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti


penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau,
didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih
keras karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi
denyut jantung serta tekanan darah(Dalimartha, 2008).

10
6) Penurunan stress;

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono,
2007).

11
7) Aromaterapi (relaksasi);

Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang


menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan
kenyamanan emosional, setelah aromaterapi digunakan akan membantu kita
untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah,
aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan darah(Sharma, 2009).

8) Terapi masase (pijat);

Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya
otot maka resiko hipertensi dapat diminimalisir(Dalimartha, 2008).

b. Pentalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)


merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid);

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh


sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin);

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas


saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol);

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.

4) Vasodilator (Praosin, Hidralgin);

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.

12
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor (Captopril);

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan


efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin (Vlasartan);

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptor.

7) Antagonis Kalsium (Diltiazem dan Verapamil)

Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.


2.2. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan penyakit dapat dipahami sesuai dengan aktivitas


kesehatan pada tingkat primer, sekunder, dan tersier Poter & Perry
(2009).

1. Pencegahan Primer
Penyedia pencegahan primer memiliki perlindungan khusus
terhadap penyakit untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Contohnya
termasuk imunisasi massal (polio prypiritis diptheria) untuk mencegah
penyakit menular akut yang mengurangi faktor risiko (tidak aktifnya
tekanan darah tinggi tekanan darah tinggi) dan pengendalian asap udara
(asap pasif, asbes) air (polutan kimia) dan kebisingan (pelepasan
luringness Mesin) Polusi Untuk mencegah penyakit kronis.
2. Pencegahan Sekunder
Masalah sekunder berkaitan dengan upaya pendidikan edukasi
yang terorganisir dan digunakan untuk mempromosikan kesimpulan kasus
carly individu yang menderita penyakit sehingga intervensi segera dapat
dilakukan untuk menghentikan proses patologis dan membatasi
ketidaksuburan. Pendidikan publik untuk mempromosikan pemeriksaan
payudara sendiri dan pemeriksaan diri terhadap testis atau penggunaan alat

13
rumah tangga untuk pendidikan darah okultisme pada spesimen tinja
adalah contoh pencegahan sekunder. Bila pencegahan primer tidak
tersedia, pencegahan sekunder (diagnosis dini dan suntikan) adalah garis
pertahanan pertama yang menyerang penyakit ini. Dalam situasi lain,
tindakan pencegahan primer mungkin tersedia namun tidak membantu
pencegahan sekunder.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier diarahkan untuk meminimalkan operasi residual dari
penyakit dan membantu klien belajar hidup secara produktif dengan
keterbatasan. Program rehabilitasi jantung yang disertai dengan infark
miokard atau obat kardiovaskular merupakan hasil yang sangat baik dari
layanan pencegahan tersier.
Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan pengendalian
faktor resiko, antara lain (Depkes RI, 2006) :

1. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan


Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight). Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan
menurunkan berat badan.
2. Mengurangi asupan garam.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per
hari pada saat memasak dan untuk penderita hipertensi maksimal 2 gram
perhari (Gunawan, 2001). Penderita hipertensi harus dapat membatasi
konsumsi makanan yang mengandung kadar garam atau natrium tinggi
seperti ikan asin, telur asin, kecap asin, camilan asin serta makanan yang
diawetkan dan mengandung zat monosodium glutamat seperti ikan sarden,
daging kalengan, sayur kalengan, serta jus buah kalengan. Natrium bisa

14
menyebabkan menumpuknya cairan tubuh yang pada banyak orang bisa
menimbulkan tekanan darah tinggi (Utami, 2009).

15
3. Diet rendah lemak
Diet ini dapat dilakukan dengan mengurangi makanan berlemak atau
berminyak, serpti daging berlemak, daging kambing, susu full cream dan
kuning telur. Konsumsi makanan secara seimbang dan bervariasi haru
terus dilakukan seperti memperbanyak makanan breserat misalnya sayuran
dan buah-buahan (Utami, 2009).
4. Ciptakan keadaan rileks atau manajemen stres
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
menontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(Depkes, 2006). Stres berlebihan di tempat kerja dapat memicu timbulnya
hipertensi, oleh karena itu perlu mengendalikan stres dengan melakukan
latihan relaksasi seperti meditasi dan yoga (Utami, 2009).
5. Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat
mengontrol tekanan darah.
6. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga
dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada
studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke
otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

16
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Permasalahan di Masyarakat dan Kasus


Data pasien hipertensi dan prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Gabus I terhitung cukup tinggi terutama pada pasien dengan usia 40 tahun ke atas
sehingga diperlukan penanganan secara komprehensif. Selain penanganan
komprehensif secara simptomatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan
darah, diperlukan pula penanganan berupa pencegahan tersier melalui edukasi
kepada pasien untuk mengendalikan dan mengontrol tekanan darah terutama pada
kasus prehipertensi agar tidak berkembang menjadi hipertensi. Selain itu, edukasi
dan penjelasan terhadap pasien diharapkan dapat mengedukasi pasien terkait
penyakit yang dideritanya dan pencegahannya secara spesifik.

3.2. Tujuan
Memperbaiki kualitas hidup pasien hipertensi khususnya terhadap
pencegahan prehipertensi agar tidak berkembang menjadi hipertensi serta
menurunkan kunjungan ke instansi kesehatan karena hipertensi serta mengedukasi
pasien mengenai penyakit terkait hipertensi.

3.3. Intervensi
Intervensi dilakukan dengan memberikan terapi, konseling dan edukasi
pada pasien di Poliklinik Umum Puskesmas Gabus I pada tanggal 14 Mei 2020
pukul 09.30, Tn. K, Usia 51 Tahun, dengan diagnosis Hipertensi Grade II. Pasien
mengeluhkan nyeri kepala pada daerah tengkuk. Akhir-akhir ini pasien sulit
tertidur di malam hari dikarenakan stres memikirkan pekerjaan.

17
1. Identitas

Nama : Tn. K

Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Tanjung Mulyo RT 02 RW 01, Pati, Jawa


Tengah

Tanggal Pemeriksaan : 14 Mei 2020

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada tengkuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada daerah tengkuk, terasa seperti
diikat, terasa tegang dan hilang timbul sejak ± 2 minggu terakhir. ± 3 hari
terakhir, pasien mengalami kesulitan tidur saat malam hari dikarenakan
stres memikirkan pekerjaan. Pasien masih sering memiliki kebiasaan
makan-makanan yang asin dan belum bisa meninggalkan kebiasaan
konsumsi garam yang berlebihan setiap harinya serta pasien memiliki
kebiasaan merokok. Keluhan lain seperti mual, muntah, jantung berdebar,
nyeri dada dan sesak nafas disangkal. Pasien rutin memeriksakan kadar
gula darah, kolesterol dan asam urat, namun didapatkan hasil yang normal
berdasarkan pemeriksaan 2 bulan terakhir.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi : (+)
- Diabetes Mellitus : (-)
- Jantung : (-)
- Gastritis : (-)

18
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Hipertensi : (+) ayah.
- Diabetes Mellitus : (-)
- Jantung : (-)
- Gastritis : (-)
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang sopir bus dan berobat ke Puskesmas Gabus I
dengan menggunakan BPJS.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital :
i. Tekanan Darah : 170/100 mmHg
ii. Nadi : 90x/menit
iii. Respirasi : 20x/m
iv. Suhu : 36,8oC
d. Antropometri
i. Berat Badan : 75 Kg
ii. Tinggi Badan : 176 cm
iii. Status Gizi : Normoweight dengan BMI 24,4 kg/m2
e. Status Generalis
 Kepala : Normocephal, pertumbuhan rambut baik teratur,
tidak mudah dicabut
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek
cahaya (+/+), isokor (+/+), mata cowong (-/-)
 Hidung : Sekret (-), epitaksis (-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga : Hiperemis (-), Sekret (-)
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah (+), sianosis (-),
perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1)
hiperemis(-),kripta melebar(-)

19
 Leher : Pembesaran kel. getah bening (-), massa abnormal
(-), peningkatan JVP (-)
 Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), massa
(-), Pekak (+) semua lapang thoraks, pembesaran jantung (-).
o Pulmo : SDV (+, semua lapang paru), Ronkhi (-),
Wheezing (-)
o Cor : S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-), suara
tambahan(-)
 Abdomen : Flat, Bising usus (+) dalam batas normal
(12x/menit), Timpani (+) seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (-),
Hepar tidak teraba, pembesaran hepar (-)
 Ekstremitas :
o Ekstremitas atas
 Kanan : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
 Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
o Ekstremitas bawah
 Kanan : Hiperemis (+), sianosis (-), akral hangat (+)
4. Diagnosis
Hipertensi grade II
5. Diagnosis Banding
Tension Type Headache
6. Planning
- Medikamentosa :
 Amlodipine 0-0-10mg tablet PO
 Captopril 12.5mg-0-0 tablet PO
 Vit B Complex 1x1 tablet PO
 Paracetamol 3x500mg tablet PO

20
- Non Medikamentosa :
 Periksa/kontrol tekanan darah secara teratur.
 Atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
 Diet dan gizi seimbang (kurangi asupan garam-garam), garam
hanya boleh 2-3 sendok teh perhari.
 Upayakan aktifitas fisik dengan aman.
 Berhenti merokok, hindari alkohol dan zat karsinogenik
lainnya.
3.4. Pelaksanaan
Tn. K usia 51 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Gabus I pada
tanggal 14 Mei 2020 pukul 09.30 dengan keluhan nyeri kepala pada daerah
tengkuk. ± 3 hari terakhir, pasien sulit tertidur di malam hari dikarenakan stres
memikirkan pekerjaan. Dari hasil pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
kelainan. Dilakukan konseling pada pasien dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pembukaan
Pembukaan konseling yang dilakukan dengan pasien bertujuan
untuk menciptakan hubungan baik agar pasien merasa nyaman sehingga
bersedia memberikan informasi tentang keadaan dirinya dan menjalankan
apa yang disarankan oleh dokter untuk mengurangi keluhan yang
dideritanya.
b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi masalah
Pada sesi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor risiko
sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang menyebabkan keluhan pada
pasien. Pada diskusi ini didapatkan informasi sebagai berikut :
i. Pasien saat ini berusia 51 Tahun
ii. Pasien bekerja sehari-hari sebagai supir bus antar kota antar
provinsi. Pasien setiap hari bekerja menyupir bus keluar kota,
namun sejak pandemi dan adanya PSBB pasien mulai kesulitan
bekerja.
iii. Pasien sering mengalami kesulitan tidur pada malam hari.

21
iv. Pasien masih sering mengkonsumsi masakan yang diolah sendiri
dan masih menggunakan garam tambahan yang beriodium.
v. Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala atau kecelakaan
sebelumnya.
vi. Ayah pasien menderita hipertensi.
c. Penjelasan mengenai penyakit
Pada sesi ini dilakukan dengan memberikan penjelasan dan pemahaman
pasien mengenai :
i. Definisi hipertensi
ii. Faktor risiko hipertensi
iii. Komplikasi hipertensi
iv. Penanganan hipertensi
v. Pencegahan hipertensi
d. Edukasi
Edukasi pasien lebih ditekankan pada pencegahan hipertensi dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi angka kunjungan
ke fasilitas kesehatan, dan mencegah perburukan keadaan serta mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Edukasi yang diberikan secara garis besar
merupakan penatalaksanaan non-farmakologis, yaitu: mempertahankan
berat badan ideal, mengurangi asupan garam (Sodium), diet rendah lemak,
menghindari minum-minuman keras dan berhenti merokok, serta
menghindari dan manajemen stress, serta olahraga teratur.
e. Menutup Sesi
Setelah konseling dan edukasi selesai, dilakukan evaluasi apakah pasien
mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh dokter dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan terkait penjelasan penyakit sesuai dengan pemaparan
sebelumnya. Pasien cukup mengerti dan mau melaksanakan saran yang
dianjurkan oleh dokter. Selain itu, sebelum penutupan sesi, pasien
diberikan kesempatan untuk bertanya apabila masih ada hal-hal yang ingin
diketahui atau ditanyakan. Pasien juga dianjurkan untuk rutin melakukan
pemeriksaan tekanan darah.

22
3.5. Monitoring dan Evaluasi
Pencatatan keluhan dan pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi harus
selalu dilakukan setiap kontrol pengobatan. Selain itu, penyuluhan dan
motivasi harus terus dilakukan dan evaluasi terhadap keluhan pasien, apakah
keluhan berkurang atau memberat serta perlu dilakukan pemantauan tekanan
darah secara teratur.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas. Tekanan darah dengan sistolik 120-139 mmHg
dan/atau diastolik 80-89 mmHg tergolong ke dalam kategori prehipertensi.

Konseling kepada pasien dengan diagnosis hipertensi grade II perlu


dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit dan mencegah komplikasi
dari penyakit secara lebih dini. Konseling dan edukasi terhadap pasien Tn. K usia
51 tahun dengan hipetensi grade II berjalan cukup baik dan pasien cukup mengerti
tentang keadaan drinya dan bersedia untuk melakukan saran dari dokter untuk
mencegah kekambuhan penyakitnya.

4.2. SARAN
1. Bagi dokter sebaiknya memahami konsep tentang penyakit hipertensi agar
dapat memberikan penyuluhan dan edukasi yang sejelas-jelasnya kepada
masyarakat dan pasien hipertensi maupun prehipertensi untuk pencegahan
dini.
2. Bagi institusi puskesmas, hendaknya lebih sering memberikan promosi
kesehatan mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat hendaknya menjalankan pola hidup sehat untuk
mencegah kemungkinan terkena penyakit hipertensi.
4. Bagi pasien, hendaknya menerapkan saran dan edukasi yang telah
diberikan dokter agar meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko
komplikasinya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, U. R. (2014). Persepsi Lansia Dengan Upaya Pencegahan Hipertensi
Di Bumi Asri Rw Iv Kelurahan Sambiroto Semarang.
Aisyah. (2014). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus L)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita
Usia 40-60 Tahun. http://eprints.undip.ac.id.
Annisa, A. N., Wahiduddin, & Ansar, J. (2014). Faktor Yang Berhubungan
Dengankepatuhan Berobat Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas
Pattingalloang Kota Makasar. repository.unhas.ac.id, 04-02.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Refisi).
Bimo, W. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.
Budiansyah, F. (2015). Hubungan Antara Health Belief Dengan Health Locus Of
Control Pada Lansia. 202.150.151.113.
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2. Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
Clark, M. D. (2003). Community Health Nursing 4th Edition Caring For
Population. America: Pearson Education.
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalimartha. (2008). Care your self Hipertension. Jakarta:
Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Dinkes Kota Semarang. (2015). Profil Kesehatan Kota Semarang.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang. Diterjemahkan oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.

Familia S., & Dewi D. (2010). Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Yogyakarta: A
Plus.
Guyton, A. C. (2012). Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi
revisi. Jakarta: EGC.
Haryanto, J. (2017). Efek Limitasi Konsumsi Garam Dan Kopi Pada Lansia
Penderita Hipertensi.
Huda, A. K. (2016). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kepatuhan Medical
Chek Up Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
Jurnal Keperawatan, Vol.1,No 2.
InfoDATIN. (2014). Hipertensi. Jakarta Pusat: Pusat Data dan Kementrian
RI. InfoDatin. (2016). Lansia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.

25
Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi.
Marno. (2012). Hubungan Persepsi Tentang Penyakit Diabetes Melitus Dengan
Praktik Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
Nainggolan, S. (2013). Perilaku Penderita Hipertensi Primer dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Hipertensi di Wilayah Puskesmas Sekip
Palembang. Jurnal Harapan Bangsa, Vol.I No.2,284-290.
Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: buku
kedokteran EGC.
Pender, J. N. (2002). Health Promotion In Nursing Practice. America: The
United States Of America.
Rahkmat, J. (2007). Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
RISKESDAS. (2013). laporan hasil kesehatan dasar (riskesdas) nasional .
Saferi, A., & Mariza, Y. (2013). KMB 1 keperawatan medikal bedah
(keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nu Med.
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Sastroasmoro, S. d. (2010). SastroasmorDasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain
Penelitian. Jakarta: Sagung Seto.
Setyaningsih, R. (2016). Health Belief Model: Determinants of Hypertension
Prevention Behavior in Adults at Community Health Center, Java.
Journal of Health Promotion and Behavior, Vol 1, No 3 .
Sharma, S. (2009). Aroma terapi (aroma therapy). Tangerang: Karisma
Publishing Group.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar kepewaratan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. C., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.
Soesanto, E. (2012). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik
Lansia Hipertensi Dalam Mengendallkan Kesehatannya Di Puskesmas
Mranggen Demak. FIKkeS, 3(2).
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.

26
Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Jakarta: Aneka Karya
Cipta. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Toha, M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Garfindo Persada.
Widodo, D. P. (2009). Strategi Koping Penderita Diabetes Mellitus Dalam
Menghadapi Penyakit Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Wanasari
Kecamatan Wanasari Kota Brebes.

27
LAMPIRAN

28
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Juni 2020


Pukul : 12.30 WIB – selesai
Tempat : Puskesmas Gabus I
Presentan : dr. Farah Fauziah
Judul : F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak
Menular

29
“Konseling dan Edukasi pada Pasien Hipertensi Grade II, Tn. K (51
Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

No Nama Peserta Tanda Tangan


1 dr. Alnia Rindang Khoirunisya 1.
2 dr. Fieka Amelia 2.
3 dr. Intan Rachmawati 3.
4 dr. Niken Tri Utami 4.
5 dr. Sushanti Nuraini 5.
6 dr. M Wahib Hasyim 6.

Mengetahui
Pembimbing

dr. M Wahib Hasyim

30

Anda mungkin juga menyukai