Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1. Hipertensi................................................................................................................4
2.2. Pencegahan Hipertensi.........................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN.....................................................................................15
3.1. Permasalahan di Masyarakat dan Kasus...............................................................15
3.2. Tujuan...................................................................................................................15
3.3. Intervensi..............................................................................................................15
3.4. Pelaksanaan..........................................................................................................19
3.5. Monitoring dan Evaluasi........................................................................................21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................22
4.1. KESIMPULAN.........................................................................................................22
4.2. SARAN...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
LAMPIRAN........................................................................................................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penemuan kasus hipertensi di masyarakat oleh tenaga kesehatan
maupun upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
hipertensi perlu ditingkatkan karena sebagian besar penderita hipertensi
tidak menunjukkan keluhan. Untuk itu diperlukan kombinasi upaya
mandiri dan aktif oleh individu dan masyarakat serta dukungan oleh
kader dan petugas program pelayanan kesehatan di puskesmas atau
rumah sakit.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Hipertensi untuk
memperbaiki kualitas hidup penderita.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang Hipertensi.
b. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pengobatan dan
pencegahan Hipertensi.
c. Memberikan edukasi untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
demi pencegahan Hipertensi.
1.3. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Konseling diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya tentang penyakit Hipertensi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien dalam mencegah dan mengontrol penyakit, serta
meningkatkan kualitas hidup.
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat.
2
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Membantu dalam pengembangan program upaya peningkatan
pengetahuan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
serta hubungannya dengan pencegahan Hipertensi.
b. Bagi Masyarakat
i. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi khususnya bagi pasien
ii. Membantu masyarakat dan pasien mengenali lebih dalam
terhadap pencegahan dan pengendalian hipertensi
iii. Mencegah perkembangan hipertensi dan memperbaiki
kualitas hidup pasien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Klasifikasi
a. Etiologi
4
maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
b. Faktor Risiko
a. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula
resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah
dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
b. Lingkungan (Stress)
c. Obesitas
d. Rokok
5
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,
2012).
e. Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung
dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah
turun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).
a. Genetik
b. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium
yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
6
2.1.4. Patofisiologi
7
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah,
sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer(Saferi & Mariza, 2013).
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik),
namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan
kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan
bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta
abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan
oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan
yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom
cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna
kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala,
mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat
banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
8
2.1.6. Komplikasi
a. Jantung
b. Ginjal
c. Otak
2.1.7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non-farmakologi
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi
9
berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan
meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah
kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg
dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha,
2008).
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
5) Menghindari merokok;
10
6) Penurunan stress;
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono,
2007).
11
7) Aromaterapi (relaksasi);
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya
otot maka resiko hipertensi dapat diminimalisir(Dalimartha, 2008).
b. Pentalaksanaan Farmakologi
1) Diuretik (Hidroklorotiazid);
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
12
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor (Captopril);
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptor.
1. Pencegahan Primer
Penyedia pencegahan primer memiliki perlindungan khusus
terhadap penyakit untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Contohnya
termasuk imunisasi massal (polio prypiritis diptheria) untuk mencegah
penyakit menular akut yang mengurangi faktor risiko (tidak aktifnya
tekanan darah tinggi tekanan darah tinggi) dan pengendalian asap udara
(asap pasif, asbes) air (polutan kimia) dan kebisingan (pelepasan
luringness Mesin) Polusi Untuk mencegah penyakit kronis.
2. Pencegahan Sekunder
Masalah sekunder berkaitan dengan upaya pendidikan edukasi
yang terorganisir dan digunakan untuk mempromosikan kesimpulan kasus
carly individu yang menderita penyakit sehingga intervensi segera dapat
dilakukan untuk menghentikan proses patologis dan membatasi
ketidaksuburan. Pendidikan publik untuk mempromosikan pemeriksaan
payudara sendiri dan pemeriksaan diri terhadap testis atau penggunaan alat
13
rumah tangga untuk pendidikan darah okultisme pada spesimen tinja
adalah contoh pencegahan sekunder. Bila pencegahan primer tidak
tersedia, pencegahan sekunder (diagnosis dini dan suntikan) adalah garis
pertahanan pertama yang menyerang penyakit ini. Dalam situasi lain,
tindakan pencegahan primer mungkin tersedia namun tidak membantu
pencegahan sekunder.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier diarahkan untuk meminimalkan operasi residual dari
penyakit dan membantu klien belajar hidup secara produktif dengan
keterbatasan. Program rehabilitasi jantung yang disertai dengan infark
miokard atau obat kardiovaskular merupakan hasil yang sangat baik dari
layanan pencegahan tersier.
Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan pengendalian
faktor resiko, antara lain (Depkes RI, 2006) :
14
menyebabkan menumpuknya cairan tubuh yang pada banyak orang bisa
menimbulkan tekanan darah tinggi (Utami, 2009).
15
3. Diet rendah lemak
Diet ini dapat dilakukan dengan mengurangi makanan berlemak atau
berminyak, serpti daging berlemak, daging kambing, susu full cream dan
kuning telur. Konsumsi makanan secara seimbang dan bervariasi haru
terus dilakukan seperti memperbanyak makanan breserat misalnya sayuran
dan buah-buahan (Utami, 2009).
4. Ciptakan keadaan rileks atau manajemen stres
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
menontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(Depkes, 2006). Stres berlebihan di tempat kerja dapat memicu timbulnya
hipertensi, oleh karena itu perlu mengendalikan stres dengan melakukan
latihan relaksasi seperti meditasi dan yoga (Utami, 2009).
5. Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat
mengontrol tekanan darah.
6. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga
dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada
studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke
otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
16
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.2. Tujuan
Memperbaiki kualitas hidup pasien hipertensi khususnya terhadap
pencegahan prehipertensi agar tidak berkembang menjadi hipertensi serta
menurunkan kunjungan ke instansi kesehatan karena hipertensi serta mengedukasi
pasien mengenai penyakit terkait hipertensi.
3.3. Intervensi
Intervensi dilakukan dengan memberikan terapi, konseling dan edukasi
pada pasien di Poliklinik Umum Puskesmas Gabus I pada tanggal 14 Mei 2020
pukul 09.30, Tn. K, Usia 51 Tahun, dengan diagnosis Hipertensi Grade II. Pasien
mengeluhkan nyeri kepala pada daerah tengkuk. Akhir-akhir ini pasien sulit
tertidur di malam hari dikarenakan stres memikirkan pekerjaan.
17
1. Identitas
Nama : Tn. K
Umur : 51 Tahun
Agama : Islam
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada tengkuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada daerah tengkuk, terasa seperti
diikat, terasa tegang dan hilang timbul sejak ± 2 minggu terakhir. ± 3 hari
terakhir, pasien mengalami kesulitan tidur saat malam hari dikarenakan
stres memikirkan pekerjaan. Pasien masih sering memiliki kebiasaan
makan-makanan yang asin dan belum bisa meninggalkan kebiasaan
konsumsi garam yang berlebihan setiap harinya serta pasien memiliki
kebiasaan merokok. Keluhan lain seperti mual, muntah, jantung berdebar,
nyeri dada dan sesak nafas disangkal. Pasien rutin memeriksakan kadar
gula darah, kolesterol dan asam urat, namun didapatkan hasil yang normal
berdasarkan pemeriksaan 2 bulan terakhir.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi : (+)
- Diabetes Mellitus : (-)
- Jantung : (-)
- Gastritis : (-)
18
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Hipertensi : (+) ayah.
- Diabetes Mellitus : (-)
- Jantung : (-)
- Gastritis : (-)
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang sopir bus dan berobat ke Puskesmas Gabus I
dengan menggunakan BPJS.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital :
i. Tekanan Darah : 170/100 mmHg
ii. Nadi : 90x/menit
iii. Respirasi : 20x/m
iv. Suhu : 36,8oC
d. Antropometri
i. Berat Badan : 75 Kg
ii. Tinggi Badan : 176 cm
iii. Status Gizi : Normoweight dengan BMI 24,4 kg/m2
e. Status Generalis
Kepala : Normocephal, pertumbuhan rambut baik teratur,
tidak mudah dicabut
Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek
cahaya (+/+), isokor (+/+), mata cowong (-/-)
Hidung : Sekret (-), epitaksis (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : Hiperemis (-), Sekret (-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah (+), sianosis (-),
perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1)
hiperemis(-),kripta melebar(-)
19
Leher : Pembesaran kel. getah bening (-), massa abnormal
(-), peningkatan JVP (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), massa
(-), Pekak (+) semua lapang thoraks, pembesaran jantung (-).
o Pulmo : SDV (+, semua lapang paru), Ronkhi (-),
Wheezing (-)
o Cor : S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-), suara
tambahan(-)
Abdomen : Flat, Bising usus (+) dalam batas normal
(12x/menit), Timpani (+) seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (-),
Hepar tidak teraba, pembesaran hepar (-)
Ekstremitas :
o Ekstremitas atas
Kanan : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
o Ekstremitas bawah
Kanan : Hiperemis (+), sianosis (-), akral hangat (+)
4. Diagnosis
Hipertensi grade II
5. Diagnosis Banding
Tension Type Headache
6. Planning
- Medikamentosa :
Amlodipine 0-0-10mg tablet PO
Captopril 12.5mg-0-0 tablet PO
Vit B Complex 1x1 tablet PO
Paracetamol 3x500mg tablet PO
20
- Non Medikamentosa :
Periksa/kontrol tekanan darah secara teratur.
Atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
Diet dan gizi seimbang (kurangi asupan garam-garam), garam
hanya boleh 2-3 sendok teh perhari.
Upayakan aktifitas fisik dengan aman.
Berhenti merokok, hindari alkohol dan zat karsinogenik
lainnya.
3.4. Pelaksanaan
Tn. K usia 51 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Gabus I pada
tanggal 14 Mei 2020 pukul 09.30 dengan keluhan nyeri kepala pada daerah
tengkuk. ± 3 hari terakhir, pasien sulit tertidur di malam hari dikarenakan stres
memikirkan pekerjaan. Dari hasil pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
kelainan. Dilakukan konseling pada pasien dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pembukaan
Pembukaan konseling yang dilakukan dengan pasien bertujuan
untuk menciptakan hubungan baik agar pasien merasa nyaman sehingga
bersedia memberikan informasi tentang keadaan dirinya dan menjalankan
apa yang disarankan oleh dokter untuk mengurangi keluhan yang
dideritanya.
b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi masalah
Pada sesi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor risiko
sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang menyebabkan keluhan pada
pasien. Pada diskusi ini didapatkan informasi sebagai berikut :
i. Pasien saat ini berusia 51 Tahun
ii. Pasien bekerja sehari-hari sebagai supir bus antar kota antar
provinsi. Pasien setiap hari bekerja menyupir bus keluar kota,
namun sejak pandemi dan adanya PSBB pasien mulai kesulitan
bekerja.
iii. Pasien sering mengalami kesulitan tidur pada malam hari.
21
iv. Pasien masih sering mengkonsumsi masakan yang diolah sendiri
dan masih menggunakan garam tambahan yang beriodium.
v. Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala atau kecelakaan
sebelumnya.
vi. Ayah pasien menderita hipertensi.
c. Penjelasan mengenai penyakit
Pada sesi ini dilakukan dengan memberikan penjelasan dan pemahaman
pasien mengenai :
i. Definisi hipertensi
ii. Faktor risiko hipertensi
iii. Komplikasi hipertensi
iv. Penanganan hipertensi
v. Pencegahan hipertensi
d. Edukasi
Edukasi pasien lebih ditekankan pada pencegahan hipertensi dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi angka kunjungan
ke fasilitas kesehatan, dan mencegah perburukan keadaan serta mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Edukasi yang diberikan secara garis besar
merupakan penatalaksanaan non-farmakologis, yaitu: mempertahankan
berat badan ideal, mengurangi asupan garam (Sodium), diet rendah lemak,
menghindari minum-minuman keras dan berhenti merokok, serta
menghindari dan manajemen stress, serta olahraga teratur.
e. Menutup Sesi
Setelah konseling dan edukasi selesai, dilakukan evaluasi apakah pasien
mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh dokter dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan terkait penjelasan penyakit sesuai dengan pemaparan
sebelumnya. Pasien cukup mengerti dan mau melaksanakan saran yang
dianjurkan oleh dokter. Selain itu, sebelum penutupan sesi, pasien
diberikan kesempatan untuk bertanya apabila masih ada hal-hal yang ingin
diketahui atau ditanyakan. Pasien juga dianjurkan untuk rutin melakukan
pemeriksaan tekanan darah.
22
3.5. Monitoring dan Evaluasi
Pencatatan keluhan dan pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi harus
selalu dilakukan setiap kontrol pengobatan. Selain itu, penyuluhan dan
motivasi harus terus dilakukan dan evaluasi terhadap keluhan pasien, apakah
keluhan berkurang atau memberat serta perlu dilakukan pemantauan tekanan
darah secara teratur.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas. Tekanan darah dengan sistolik 120-139 mmHg
dan/atau diastolik 80-89 mmHg tergolong ke dalam kategori prehipertensi.
4.2. SARAN
1. Bagi dokter sebaiknya memahami konsep tentang penyakit hipertensi agar
dapat memberikan penyuluhan dan edukasi yang sejelas-jelasnya kepada
masyarakat dan pasien hipertensi maupun prehipertensi untuk pencegahan
dini.
2. Bagi institusi puskesmas, hendaknya lebih sering memberikan promosi
kesehatan mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat hendaknya menjalankan pola hidup sehat untuk
mencegah kemungkinan terkena penyakit hipertensi.
4. Bagi pasien, hendaknya menerapkan saran dan edukasi yang telah
diberikan dokter agar meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko
komplikasinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, U. R. (2014). Persepsi Lansia Dengan Upaya Pencegahan Hipertensi
Di Bumi Asri Rw Iv Kelurahan Sambiroto Semarang.
Aisyah. (2014). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus L)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita
Usia 40-60 Tahun. http://eprints.undip.ac.id.
Annisa, A. N., Wahiduddin, & Ansar, J. (2014). Faktor Yang Berhubungan
Dengankepatuhan Berobat Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas
Pattingalloang Kota Makasar. repository.unhas.ac.id, 04-02.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Refisi).
Bimo, W. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.
Budiansyah, F. (2015). Hubungan Antara Health Belief Dengan Health Locus Of
Control Pada Lansia. 202.150.151.113.
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2. Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
Clark, M. D. (2003). Community Health Nursing 4th Edition Caring For
Population. America: Pearson Education.
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalimartha. (2008). Care your self Hipertension. Jakarta:
Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Dinkes Kota Semarang. (2015). Profil Kesehatan Kota Semarang.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang. Diterjemahkan oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.
Familia S., & Dewi D. (2010). Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Yogyakarta: A
Plus.
Guyton, A. C. (2012). Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi
revisi. Jakarta: EGC.
Haryanto, J. (2017). Efek Limitasi Konsumsi Garam Dan Kopi Pada Lansia
Penderita Hipertensi.
Huda, A. K. (2016). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kepatuhan Medical
Chek Up Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
Jurnal Keperawatan, Vol.1,No 2.
InfoDATIN. (2014). Hipertensi. Jakarta Pusat: Pusat Data dan Kementrian
RI. InfoDatin. (2016). Lansia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
25
Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi.
Marno. (2012). Hubungan Persepsi Tentang Penyakit Diabetes Melitus Dengan
Praktik Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
Nainggolan, S. (2013). Perilaku Penderita Hipertensi Primer dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Hipertensi di Wilayah Puskesmas Sekip
Palembang. Jurnal Harapan Bangsa, Vol.I No.2,284-290.
Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: buku
kedokteran EGC.
Pender, J. N. (2002). Health Promotion In Nursing Practice. America: The
United States Of America.
Rahkmat, J. (2007). Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
RISKESDAS. (2013). laporan hasil kesehatan dasar (riskesdas) nasional .
Saferi, A., & Mariza, Y. (2013). KMB 1 keperawatan medikal bedah
(keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nu Med.
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Sastroasmoro, S. d. (2010). SastroasmorDasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain
Penelitian. Jakarta: Sagung Seto.
Setyaningsih, R. (2016). Health Belief Model: Determinants of Hypertension
Prevention Behavior in Adults at Community Health Center, Java.
Journal of Health Promotion and Behavior, Vol 1, No 3 .
Sharma, S. (2009). Aroma terapi (aroma therapy). Tangerang: Karisma
Publishing Group.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar kepewaratan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. C., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.
Soesanto, E. (2012). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik
Lansia Hipertensi Dalam Mengendallkan Kesehatannya Di Puskesmas
Mranggen Demak. FIKkeS, 3(2).
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.
26
Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Jakarta: Aneka Karya
Cipta. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Toha, M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Garfindo Persada.
Widodo, D. P. (2009). Strategi Koping Penderita Diabetes Mellitus Dalam
Menghadapi Penyakit Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Wanasari
Kecamatan Wanasari Kota Brebes.
27
LAMPIRAN
28
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
29
“Konseling dan Edukasi pada Pasien Hipertensi Grade II, Tn. K (51
Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”
Mengetahui
Pembimbing
30