Anda di halaman 1dari 118

KORELASI KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI

TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT KOTA


MALANG TENTANG SWAMEDIKASI PENYAKIT
KULIT BISUL

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

DEWI DAMAYANTI
21601101020

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KORELASI KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI
TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT KOTA
MALANG TENTANG SWAMEDIKASI PENYAKIT
KULIT BISUL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

DEWI DAMAYANTI
21601101020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KORELASI KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI
TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT KOTA
MALANG TENTANG SWAMEDIKASI PENYAKIT
KULIT BISUL

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

DEWI DAMAYANTI
21601101020

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
SKRIPSI
KORELASI KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI
TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT KOTA
MALANG TENTANG SWAMEDIKASI PENYAKIT KULIT
BISUL

Oleh
Dewi Damayanti
21601101020
Telah Dipertahankan Di Depan Penguji
Pada Tanggal ------------
Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat

Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Ketua (Pembimbing I) Anggota (Pembimbing II)

dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes., PhD Andri Tilaqza, M.Farm., Apt
NPP. 205.02.00004 NPP. 170704198632192

Malang, -------- 2021


Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Dekan

dr. Rahma Triliana, M.Kes., PhD


NPP. 205.02.00001

i
JUDUL SKRIPSI:
Korelasi Karakteristik Sosiodemografi terhadap Tingkat Pengetahuan pada
Masyarakat Kota Malang tentang Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul
Nama Mahasiswa : Dewi Damayanti

NIM : 21601101020

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

KOMISI PEMBIMBING

Ketua : dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes., PhD

Anggota : Andri Tilaqza, M.Farm., Apt

TIM DOSEN PENGUJI

Dosen Penguji I : drh. K. H. M. Zainul Fadli, M.Kes

Dosen Penguji II : dr. Hj. Sasi Purwanti, Sp.KK

Tanggal Ujian : ----------


SK Penguji : 009/A341/U.10/D/A.06/XI/2020

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam naskah SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini

dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah SKRIPSI ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (SARJANA KEDOKTERAN) dibatalkan, serta diproses

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun

2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Malang, ------------
Mahasiswa

Nama : Dewi Damayanti


NIM : 21601101020
PS : PSK FK UNISMA

iii
“Jangan remehkan keajaiban, keajaiban hanya
terjadi pada mereka yang tidak pernah
menyerah”
(Emporio Ivankov)

Karya Ini Kupersembahkan Untuk:


Allah S.W.T
Kedua Orang Tuaku
Keluargaku
Sahabatku
Alma Materku
Hematologi 2016
Dan Orang-Orang Yang Terus Mendukung dan Mendoakanku

iv
RIWAYAT HIDUP

Dewi Damayanti lahir di Sidoarjo tanggal 1 Desember 1996. Terlahir sebagai

putra pertama dari pasangan Bapak Bombong Imanto dan Ibu Yunisnawati. Dewi

Damayanti Taman Kanak-kanak (TK) Tutwuri Handayani 2 tahun ( ). Kemudian

menjalani pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SDN Pucang 1 Sidoarjo selama 6

tahun(2003-2009), lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMPN 1 Sidoarjo selama 3 tahun (2009-2012). Kemudian melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah 2

Sidoarjo selama 3 tahun 2012-2015 dan menjalani perkuliahan di Jurusan

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (FK UNISMA)

tahun 2016.

Malang, Juli 2021

Dewi Damayanti
NIM. 21601101020
Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu Wata’ala. Sang Pencipta Alam Semesta. Karena atas segala

Rahmat dan Karunia-Nya saya mampu tetap melangkah hingga detik ini.

2. Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam. Suri Tauladan kita smua. Shalawat

dan salam senantiasa tercurah pada Rasulullah.

3. Yth. dr. Rahma Triliana, M.Kes., PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Malang sekaligus penguji pada Seminar Hasil Penelitian saya yang

telah meluangkan waktu dan memberikan masukan demi menyempurnakan skripsi

ini.

4. Yth. dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes., PhD., selaku Ketua Komisi Pembimbing I

yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dorongann semangat

sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Yth. Andri Tilaqza, M.Farm., Apt selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, memberikan masukan sehingga penyusuunan tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

6. Yth. K.H. M. Zainul Fadli, M.Kes., selaku penguji I yang telah memberikan

masukan dan arahan demi penyempurnaan Tugas Akhir.

7. Yth. dr. Hj. Sasi Purwanti, Sp.KK.,selaku penguji II yang telah memberikan

masukan dan arahan guna penyempurnaan Tugas Akhir ini.

8. Yth. Amelia Pramono, S.Psi, M,Psi selaku dosen pembimbing akademik saya yang

telah membimbing dengan baik selama di preklinik, memberikan arahan serta

dukungan kepada saya selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Malang.

9. Kepada kedua orang tua saya tercinta, Bapak Bombong Imanto dan Ibu Yunisnawati

orang tua saya yang luar biasa yang selalu mendukung, memberikan motivasi,

vi
semangat, dan doa-doa tulus yang selalu terucap untuk saya. Semoga panjang umur,

sehat selalu, senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

10. Kepada adik saya Widya Widati, terimakasih sudah menjadi adik yang terbaik dalam

hidup saya dan nenek saya Werdi Pertiwi yang selalu sabar ikut membesarkan saya.

11. Kepada Mbak Umi Retno Sari dan om Eko Yuni Purwanto yang telah memberikan

semangat dan memberikan banyak pembelajaran mengenai kehidupan kepada saya.

Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan rejeki.

12. Kepada sahabat perusahaan gembeng saya Sita, Ema, Zahra, Astri, Deden, Yasin,

Aril dan alm. Abdi. Terimakasih sudah mau berproses dengan saya dalam keadaan

susah walaupun senang. Terimakasih sudah memberikan banyak kenangan yang

indah. Seperti amanah dari alm abdi semoga silahturahmi kita kedepannya tetap

berjalan walaupun terpisah disetiap kota.

13. Kepada sahabat warkop dan mobile legend saya grup hajah Amanita, Sita, Ade,

Inna, Zahra, Safira, Alfian, alm Abdi kalian luar biasa hebat. Kepada mentor saya di

grup haji Rizky, Yasin, Uunk, Iqbal, Yorda, Fani terimakasih banyak.

14. Kepada teman seperjuangan ingenio saya Alfian,Nabila, Keke, Adina, Nada, alm

Abdi, Deden, Yorda, Indra, Inna terimakasih sudah berproses bersama.

15. Kepada rekan penelitian saya Nana, Zahra, Yoha yang telah saling menyemangati

dan menguatkan. Semoga Allah SWT memberikan jalan terbaik untuk kita dalam

mewujudkan mimpi dan cita-cita kita.

16. Kepada sahabat-sahabat saya Dedian, Fiona, Okta, Jessica terimakasih banyak sudah

menjadi tempat keluh kesah. Semoga kedepannya kita masih bisa sering bertemu dan

tetap menjadi dewasa bersama.

17. Kepada rumpik yang menemani saya ketika kuliah keperawatan di Universitas

Negeri jember hingga sekarang Nahda, Dewik, Putek, Zakiyah, Sonia, Erza

terimakasih banyak sudah memberi saya semangat. Semoga diberi kelancaran dan

kesuksesan untuk kedepannya.

vii
18. Kepada adik-adikku grup coro Anti, Risa, Wildi, Lia, Arya, Edo, Irfan serta adikku

tersayang Fathur dan Ijul yang sudah memberikan saya semangat dan berproses

bersama hingga saat ini.

19. Kepada Hematology 2016, terimakasih atas tahun-tahun penuh cerita dan kenangan

yang takkan terlupakan. Semoga kelak kita di pertemukan di pertemuan yang akan

datang dengan cerita cerita yang menggembirakan.

20. Semua teknisi, admin, dan pegawai UNISMA dan juga kepada segenap pihak yang

telah membantu dan memberikan dukungan.

Atas segala jasa, dukungan, dan sumbangan moril maupun material yang telah

penulis terima, penulis ucapkan terimakasih, serta insyaAllah mandapat nilai sendiri di

hadapan-Nya, dan penulis tidak akan pernah melupakan jasa baik anda semua.

Malang, Juni 2021

Penulis

viii
Ringkasan

ix
SUMMARY

x
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, dan
karunia-Nya, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu dalam rangka menyelesaikan pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Malang dalam meraih program sarjana Kedokteran. Penyusunan
skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes., PhD sebagai dosen
pembimbing I dan kepada Pak Andri Tilaqza., Apt sebagai dosen pembimbing II
yang telah memberi bimbingan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, keluarga, dan
teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi. Harapan penyusun
dengan terselesaikannya skripsi ini, yaitu skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk mengetahui tingkat pengetahuan swamedikasi masyarakat di Kota
Malang. Penyusun menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari
berbagai pihak sangat diharapkan oleh penyusun untuk menyempurnakan
penyusunan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 2021
Penyusun,

Chasanatul Muwachidah
21601101020

xi
DAFTAR ISI

Contents
Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat......................................................................ii

JUDUL SKRIPSI:...................................................................................................i

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI.......................................................i

RIWAYAT HIDUP................................................................................................3

Ucapan Terimakasih..............................................................................................4

Ringkasan...............................................................................................................7

SUMMARY............................................................................................................8

KATA PENGANTAR............................................................................................9

DAFTAR ISI.........................................................................................................10

DAFTAR TABEL................................................................................................11

DAFTAR GAMBAR............................................................................................12

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................13

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................14

BAB I.....................................................................................................................16

PENDAHULUAN.................................................................................................16

1.1 Latar Belakang.................................................................................................16

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................18

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................18

xii
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................18

1.4.1 Manfaat Teoritis..............................................................................................18


1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................19
BAB II...................................................................................................................20

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................20

2.1 Folikulitis...........................................................................................................20

2.1.1 Etiologi folikulitis.............................................................................................20


2.1.2 Gejala klinis folikulitis......................................................................................21
2.1.3 Pemeriksaan penunjang folikulitis...................................................................21
2.1.4 Penatalaksanaan folikulitis..............................................................................22
2.2 Furunkel............................................................................................................22

2.2.1 Etiologi furunkel..............................................................................................22


Gambar 2.1 Gambaran furunkel........................................................................23

2.2.2 Gejala klinis furunkel.......................................................................................23


2.2.3 Pemeriksaan penunjang furunkel....................................................................24
2.2.4 Penatalaksanaan furunkel...............................................................................24
2.3 Karbunkel.........................................................................................................24

Gambar 2.1 Gambaran karbunkel.....................................................................25

2.3.1 Etiologi karbunkel............................................................................................25


2.3.2 Gejala klinis karbunkel.....................................................................................25
2.3.3 Pemeriksaan penunjang karbunkel.................................................................26
2.3.4 Penatalaksanaan karbunkel.............................................................................26
2.4 Swamedikasi......................................................................................................28

2.4.1 Definisi Swamedikasi.......................................................................................28


2.4.2 Faktor yang mempengaruhi tindakan swamedikasi........................................28
2.4.3 Swamedikasi yang rasional..............................................................................29
2.4.4 Risiko Melakukan Swamedikasi.......................................................................30
2.4.5 Penggunaan swamedikasi terhadap penyakit kulit akibat infeksi bakteri.......30
2.5 Pengetahuan......................................................................................................31

xiii
2.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.....................................................32
2.5.2 Teori Lawrence Green......................................................................................33
2.5.3 Klasifikasi tingkat pengetahuan................................................................33
2.5.4 Karakteristik pengetahuan..............................................................................34
2.6 Karakteristik Sosial demografi........................................................................35

2.7 Kerangka teori..................................................................................................37

BAB III..................................................................................................................38

KERANGKA KONSEP.......................................................................................38

3.1 Kerangka konsep penelitian............................................................................38

3.2 Hipotesis Penelitian..........................................................................................40

3.3 Variabel Penelitian...........................................................................................41

3.3.1 Variabel Bebas.................................................................................................41


3.3.2 Variabel Terikat...............................................................................................41
3.4 Faktor Perancu.................................................................................................41

3.5 Definisi Operasional Penelitian.......................................................................42

BAB IV..................................................................................................................47

METODE PENELITIAN....................................................................................47

4.1 Desain Penelitian...............................................................................................47

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................47

4.3 Responden, Intrumen dan Sarana Prasarana Penelitian..............................47

4.3.1 Responden......................................................................................................47
4.3.2 Teknik Sampling..............................................................................................49
4.3.3 Instrumen Penelitian.......................................................................................49
4.3.4 Sarana dan prasarana penelitian.....................................................................51
4. 4 Tahapan penelitian..........................................................................................52

xiv
4.4.1. Penentuan lokasi penelitian...........................................................................52
4.4.2 Pengurusan uji etik penelitian.........................................................................52
4.4.3 Uji validasi.......................................................................................................52
4.4.4 Penyebaran kuisioner dan pengambilan data.................................................53
4.5 Pengelolahan data.............................................................................................53

4.6 Analisa data.......................................................................................................54

4.7 Diagram Alur Penelitian..................................................................................56

BAB V....................................................................................................................58

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA................................................58

5.1 Karakteristik Responden Penelitian...............................................................58

5.2 Hasil data Perbedaan Karakteristik Sosiodemografi kelompok kontrol dan

uji.............................................................................................................................59

BAB VI..................................................................................................................67

PEMBAHASAN...................................................................................................67

6.1 Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Responden Penelitian

67

6.2 Hubungan karakteristik Sosiodemograsi terhadap Pengetahuan

Swamedikasi...........................................................................................................67

6.2.1 Hubungan Usia Responden terhadap Pengetahuan Swamedikasi Penyakit


Kulit Bisul68
6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi
Penyakit Kulit Bisul...................................................................................................69
6.2.3 Hubungan Pendidikan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi
Penyakit Kulit Bisul...................................................................................................70
6.2.4 Hubungan Pekerjaan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi
Penyakit Kulit Bisul...................................................................................................71
6.2.5 Hubungan Pendapatan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi
Penyakit Kulit Bisul...................................................................................................72

xv
6.3 Perbedaan Pengetahuan Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul Kelompok

Kontrol dan Uji.......................................................................................................73

6.4 Ketepatan Penggunaan Pengobatan Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul75

BAB VII................................................................................................................77

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................77

7.1 Kesimpulan.................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1

LAMPIRAN............................................................................................................8

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Etik....................................................................8

Lampiran 2................................................................................................................9

LAMPIRAN 3.........................................................................................................11

Lampiran 4...............................................................................................................20

xvi
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................49
Tabel 4.1 Sarana Prasarana Penelitian...................................................................56
Tabel 5.1................................................................................................................64
Tabel 5.1 Hasil Uji Perbedaan Karakteristik Sosiodemografi Responden
Swamedikasi Pada Penyakit Kulit Bisul................................................................65
Tabel 5.2 Hasil Uji Karakteristik Sosiodemografi Responden Terhadap
Pengetahuan Swamedikasi Penggunaan Obat Pada Penyakit Kulit Bisul.............68
Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Swamedikasi Obat
Kelompok Kontrol dan Uji....................................................................................70
Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Ketepatan Penggunaan Swamedikasi Obat
Kelompok Kontrol dan Uji....................................................................................71

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran folikulitis (Afif Nurul., 2019).......................................25


Gambar 2.1 Gambaran furunkel (Thomas Habir., 2019)..................................28
Gambar 2.1 Gambaran karbunkel (Craft, 2012)...............................................30
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.........................................................43
Gambar 4. 1 Sarana dan Prasarana Penelitian.................................................56
Gambar 4.2 Diagram Alur Penelitian................................................................61
Gambar 5.1...........................................................................................................63

xix
DAFTAR LAMPIRAN

xx
DAFTAR SINGKATAN

xxi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan salah satu organ pada tubuh yang terletak paling luar

yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan seperti paparan trauma, radiasi

ultraviolet, racun, suhu ekstrim dan bakteri tetapi fungsi penting lainnya seperti

persepsi sensorik, pengawasan imunologis, termoregulasi dan pengendalian

kehilangan cairan yang tidak dapat disadari (Badia, 2019). Penyakit kulit

termasuk dalam salah satu kategori penyakit yang masih menjadi permasalahan di

berbagai negara termasuk dalam negara Indonesia dimana dipengaruhi oleh

beberapa faktor agen infeksi antara lain infeksi bakteri, fungi, virus yang

disebabkan oleh faktor pemicu seperti daya tahan tubuh menurun, reaksi alergi,

higinitas dan sanitasi yang buruk (Campbell et al, 2017). Prevalensi penyakit kulit

di Indonesia menurut Depkes RI pada tahun 2012 tercatat sekitar 8,46% dan

meningkat 9% pada tahun 2013 (Depkes, 2012).

Penyakit kulit akibat infeksi bakteri pada kulit terbagi menjadi infeksi

primer (pioderma), infeksi sekunder, manifestasi kulit akibat penyakit sistemik,

dan kondisi reaktif akibat infeksi pada lokasi yang jauh. Infeksi primer disebabkan

oleh invasi spesies tunggal bakteri patogen pada kulit normal seperti folikulitis,

furunkel, karbunkel. Prevalensi pioderma di beberapa negara seperti di Panama

11-20%, orphanage communitas di India 10, Australia 10-70%, Brazil, Ethiopia,

Taiwan, dan lain-lain adalah 0,2-35 %. Sedangkan prevalensi pioderma di

Indonesia adalah 1,4 % pada dewasa dan 0,2 % pada anak 2 (WHO, 2005).

Prevalesi abses kutaneus, furunkel dan karbunkel di Poli Kulit dan Kelamin RSUP

Dr. Kariadi Semarang folikulitis 19% dan furunkel dan karbunkel 16 %


2

(Radityastuti dan Primasthi, 2017). Berdasarkan data tersebut, penyakit kulit

pioderma masih tidak bisa dianggap sepele karena mampu berdampak di bidang

ekonomi terutama bagi masyarakat dengan ekonomi rendah akibat biaya

penanganan penyakit kulit dapat mengurangi biaya belanja rumah tangga. Saat ini

masih banyak orang yang melakukan swamedikasi seperti penelitian Kesra tahun

2007 didapatkan presentase banyak penduduk memilih swamedikasi

menggunakan obat modern (Kesra, 2007).

Swamedikasi adalah penggunaan obat-obatan tanpa saran dari profesional

yang diperoleh dengan membeli obat-obatan tanpa resep atau bisa membeli obat

berdasarkan resep lama yang pernah diterima dahulu serta berbagi informasi

dengan kerabat atau anggota lingkaran sosial seseorang atau menggunakan sisa

obat-obatan yang disimpan di rumah (Adhikary et al., 2014). Berdasarkan data

dari laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, terdapat

44,14% masyarakat Indonesia yang berusaha untuk melakukan swamedikasi.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga mencatat sejumlah 103.860 (35,2%)

rumah tangga dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat untuk

swamedikasi (Kemenkes RI, 2014). Ketika seseorang melakukan swamedikasi

harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional, antara lain ketepatan

pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya

kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi (Depkes

RI, 2008). Berdasarkan uraian diatas di karenakan tidak adanya data publikasi

yang pasti mengenai swamedikasi untuk penyakit kulit bisul khususnya di kota

Malang serta peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh karakteristik sosial
3

demografi dan sikap terhadap penyakit kulit akibat bakteri yaitu penyakit bisul

(furunkel, folikulitis, karbunkel).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah didapatkan perbedaan karakteristik sosiodemografi terhadap

pengetahuan swamedikasi pada penyakit kulit bisul?

2. Apakah didapatkan hubungan pengetahuan terhadap swamedikasi penggunaan

obat pada penyakit kulit bisul?

3. Apakah didapatkan perbedaan ketepatan penggunaan obat dalam swamedikasi

terhadap penyakit kulit bisul?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan karakteristik sosiodemografi terhadap swamedikasi

obat pada penyakit kulit akibat bisul

2. Mengetahui hubungan karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat

pengetahuan tentang swamedikasi penggunaan obat pada penyakit bisul

3. Mengetahui adanya ketepatan penggunaan swamedikasi obat terhadap

penyakit kulit infeksi bakteri

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pada penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai

permasalahan swamedikasi serta mengetahui perbedaan sosiodemografi terhadap

tingkat pengetahuan masyarakat mengenai swamedikasi obat terhadap penyakit

kulit akibat infeksi bakteri.


4

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini bertujuan sebagai data dasar karakteristik seberapa besar

masyarakat melakukan swamedikasi sehingga kedepannya bisa dilakukan

penyuluhan informasi mengenai swamedikasi serta dapat digunakan sebagai

acuan untuk ketepatan penggunaan swamedikasi dengan menggunakan obat.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Folikulitis

Folikulitis disebabkan bakteri Staphylococcus aureus yang mengakibatkan

inflamasi di dalam folikel rambut, menimbulkan akumulasi pustula berbasis

folikel (Tilley, 2012). Folikulitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu folikulitis

superfisial dan folikulitis profunda. Pada folikulitis superfisial berupa papul

eritem atau pustul berbentuk kubah yang ditengahnya terdapat rambut. Folikulitis

profunda apabila diraba berupa papul eritem atau pustul disertai infiltrat subkutan

(Harlim, 2019).

Gambar 2.1 Gambaran folikulitis (Afif Nurul., 2019).

2.1.1 Etiologi folikulitis

Penyebab paling umum dari folikulitis adalah infeksi bakteri

Staphylococcus aureus, dan penyebab lain seperti trauma gesekan folikel. Namun,

banyak kasus tetap idiopatik. Faktor predisposisi meliputi perubahan status

kekebalan imunitas seseorang, cedera kulit sebelumnya, malnutrisi, diabetes,

obesitas, oklusi dengan penggunaan produk topikal, penggunaan obat-obatan

tertentu (steroid topikal dan sistemik, litium, agen kontrasepsi, isoniazid,


6

rifampisin, siklosporin), penggunaan antibiotik jangka panjang), bak air panas

berklorin buruk (Okada et al, 2013; Kinoshita et al, 2019; Roe et al, 2006).

2.1.2 Gejala klinis folikulitis

Pasien dengan folikulitis superfisial biasanya melaporkan onset akut yang

berhubungan dengan pruritus atau ketidaknyamanan ringan. Pasien dengan

folikulitis profunda biasanya memiliki lesi yang lebih lama dan lebih sering

merasakan nyeri. Lesi yang persisten atau berulang dapat menyebabkan jaringan

parut dan rambut rontok permanen. Pasien dengan folikulitis superfisial biasanya

datang dengan beberapa papula kecil dan pustula pada dasar eritematosa dengan

rambut rambut di tenganya. Terkadang folikulitis memiliki pola dan terjadi di area

yang dicukur. Predileksi untuk folikulitis paling sering terkena adalah wajah, kulit

kepala, paha, ketiak, dan area inguinal (Madke et al, 2014).

Folikulitis profunda gambaraan klinis sama seperti folikulitis superfisialis

hanya saja teraba infiltrat di subkutan. Bentuk folikulitis profunda dikenal sebagai

folliculitis barbae dan disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Lesi terlihat di

daerah berjanggut, seringkali di bibir atas dekat hidung, sebagai papula atau

pustula berbasis folikel eritematosa yang terjadi pada tanaman dan dapat pecah

meninggalkan kerak berwarna kuning (Craft, 2012; James et al,2016).

2.1.3 Pemeriksaan penunjang folikulitis

Pemeriksaan penunjang folikulitis untuk infeksi yang dalam dapat dilihat

secara histologi dengan cara insisi dan drainase kemudian bahan dikirim untuk

dibiakkan kemudian dilihat. Semua kasus folikulitis superfisial memiliki

kemiripan yaitu menunjukkan infiltrasi sel inflamasi di folikel. Dalam kebanyakan

kasus, peradangan awalnya terdiri dari neutrofil kemudian bercampur dengan


7

limfosit dan makrofag. Folikulitis juga dapat meluas lebih dalam, dengan

peradangan yang melibatkan seluruh panjang folikel dan sering kali meliputi

dermis yang berdekatan sebagai abses kulit fokal (Weedon dan Strutton, 2002).

2.1.4 Penatalaksanaan folikulitis

Pada penatalaksanaan non medikamentosa pada folikulitis dengan menjaga

kebersihan dengan mandi 2 kali sehari, kompres hangat serta mengidentifikasi

factor presdiposisi dan komorbid dari pasien (perdoski, 2017) Folikulitis akan

terjadi pecah dan drainase secara spontan. Apabila lesi dalam maka dilakukan

drainase. Banyak kasus sembuh dengan penatalaksanaan drainase dan terapi

topikal. Terapi topikal bisa mengggunakan salep mupirocin, clindamysin. Apabila

drainase dan terapi topikal gagal maka diperlukan terapi sistemik seperti generasi

pertama cephaosporin, dan dicloxacilin (perdoski,2017; Satter, 2009).

2.2 Furunkel

Furunkel ialah keradangan akut yang dalam di folikel rambut dan

sekitarnya. Pada furunkel keradangan yang terjadi lebih dalam dari pada

folikulitis. Penampakannya membentuk nodul disertai nyeri, biasanya didahului

atau berkembang dari folikulitis superfisialis dan sering berkembang menjadi

abses (Craft, 2012).

2.2.1 Etiologi furunkel

Penyebab penyakit furunkel disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus. Invasi dari Staphylococcus aureus bisa terjadi karena mikrolesi karena

garukan atau gesekan yang menyebabkan keradangan akut yang dalam di folikel

rambut dan sekitarnya (James et al, 2016). Faktor predisposisi furunkel dan

karbunkel disebabkan oleh obesitas, scabies, gangguan integrasi kulit karena


8

iritasi, tekanan, gesekan, hyperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, pencukuran,

dan faktor lain seperti, kerusakan fungsi pertahanan kulit, imunokompromi (misal

AIDS), diabetes mellitus, dermatitis atopik. (Craft, 2012; James et al, 2016).

Gambar 2.1 Gambaran furunkel (Thomas Habir., 2019).

2.2.2 Gejala klinis furunkel

Furunkel biasanya muncul di bagian tubuh yang berambut, terutama di

area banyak terjadi gesekan, oklusi, dan berkeringat, seperti leher, aksila, dan

pantat, tetapi bisa terjadi di seluruh bagian tubuh, terutama bagian tubuh yang

berkeringat. Furunkel bisa merupakan komplikasi dari lesi sebelumnya seperti

dermatitis atopik, ekskoreasi, abrasi, skabies, dan pedikulosis, tetapi lebih sering

terjadi tanpa didahului adanya kelainan sebelumnya (Craft, 2012). Lesi dimulai di

folikel rambut dan berkembang dari nodul perifolikular berwarna kemerahan yang

keras, membesar, dan sangat nyeri yang setelah beberapa hari menjadi fluktuasi.

Ruptur terjadi dengan mengeluarkan pus yang sering disertai jaringan nekrotik.

Nyeri di sekitar lesi akan berkurang dan kemerahan dan edema menghilang dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu. Furunkel bisa terjadi soliter atau multipel

dan ukuran lesi biasanya sekitar 1–3 cm (Craft, 2012; James et al, 2016; Perdoski,

2017).
9

2.2.3 Pemeriksaan penunjang furunkel

Pemeriksaan penunjang untuk furunkel bisa dilakukan dengan pewaarnaan

Gram dari pus. Apabila hasilnya menunjukkan kumpulan kokus Gram positif, bisa

dilanjutkan dengan kultur yang menghasilkan pertumbuhan Staphylococcus

aureus. Pada pemeriksaan histopatologis furunkel menunjukkan infiltrat

polimorfonuklear di dermis dan lemak subkutis (Craft, 2012; James et al, 2016).

2.2.4 Penatalaksanaan furunkel

Penatalaksanaan furunkel non medikamentosa menggunakan kompres

hangat. Indikasi pemberian antibiotik apabila diikuti oleh demam tinggi, lesi lebih

besar dari 5 cm, atau terletak di lokasi kritis atau sulit untuk terjadi drainase,

furunkel multipel. Jika lesi baru dan terjadi radang akut, insisi harus benar-benar

dihindari, dan dilakukan kompres hangat dan pemberian antibiotik oral. Pilihan

antibiotik untuk furunkel adalah penicillin atau sefalosporin generasi pertama

secara oral dosis 1–2 gram/hari, sesuai dengan tingkat keparahan kasus. Ketika

furunkel menjadi terlokalisir dan menunjukkan fluktuasi, indikasi untuk dilakukan

insisi dan drainase (Craft, 2012; Deleo, 2010).

2.3 Karbunkel

Karbunkel adalah infeksi pada folikel rambut yang meluas hingga sampai

ke jaringan subkutan di bawahnya. Karbunkel biasanya muncul sebagai nodul,

eritematosa, nyeri tekan, meradang, berfluktuasi dengan beberapa saluran sinus

atau pustula yang mengalir di permukaan (Roberts, Chambers, 2005). Mereka bisa

muncul di folikel rambut manapun di tubuh namun, penyakit ini paling sering

terjadi di area dengan kulit yang lebih tebal seperti leher posterior, punggung, dan

paha. Karbunkel dapat dimulai sebagai folikulitis, yang jika tidak ditangani dapat
10

menyebabkan furunkel, dan jika beberapa furunkel berdekatan dapat

diklasifikasikan sebagai karbunkel (Hedrick, 2003).

Gambar 2.1 Gambaran karbunkel (Craft, 2012).

2.3.1 Etiologi karbunkel

Organisme paling umum yang menyebabkan furunkel adalah

Staphylococcus aureus (Stulberg et al, 2002; Hedrick, 2003). Bisul juga dapat

disebabkan oleh bakteri anaerob, terutama pada kasus yang berulang dan

melibatkan daerah anogenital (Clebak dan Malone, 2003). Staphylococcus aureus

biasanya dapat ditemukan pada lipat paha, ketiak, bokong, dan leher.

Staphylococcus aureus dapat pindah ke lokasi lainnya dengan menggaruk dari

satu tempat ke tempat lain. Ketika pelindung kulit rusak atau terganggu, bakteri

dapat menginokulasi folikel rambut. Setelah diinokulasi, bakteri dapat

berkembang biak dan menyebabkan folikulitis, furunkel, atau karbunkel

(Hirabayashi et al, 2018).

2.3.2 Gejala klinis karbunkel

Seorang pasien dengan karbunkel biasanya memiliki riwayat muncul

nodul lunak yang perlahan membesar. Pasien mungkin menyatakan bahwa itu

dimulai sebagai "jerawat" atau pustula yang mereka coba pecahkan, namun
11

selama beberapa hari hingga beberapa minggu lesi tersebut semakin membesar

dan menjadi lunak dan berfluktuasi. Karbunkel diketahui menyebabkan gejala

sistemik yang mungkin termasuk limfadenopati regional, demam, kelelahan, dan

malaise (Hedrick, 2003). Karbunkel muncul sebagai nodul merah, eritematosa,

nyeri, dengan beberapa pustula di atasnya (Robert dan Chambers, 2005).

Seringkali, pustula pecah karena trauma ringan, gesekan, atau tekanan, yang dapat

menciptakan kerak hematogen di atasnya. Namun, ada kecenderungan kuat untuk

tengkuk, wajah, punggung, bokong, ketiak, dan selangkangan (Trent et al, 2001).

2.3.3 Pemeriksaan penunjang karbunkel

Pada penyakit karbunkel penting untuk mendapatkan kultur bakteri dan

sensitivitas dari cairan purulen di dalam karbukel (Stulberg, 2002). Usap bakteri

harus diambil sebelum pemberian antibiotik. Kultur dan sensitivitas bakteri

penting dalam memandu terapi antibiotik bakteri gram negatif sebagai agen

penyebab (Khawcharoenporn dan Alan, 2006). Jika ada gejala sistemik dapat

dilakukan hitung darah lengkap. (Hirabayashi et al, 2018).

2.3.4 Penatalaksanaan karbunkel

Karbunkel biasanya membutuhkan intervensi medis dan bedah.

Penatalaksanan karbunkel ialah diiris dan dikeringkan dengan pemberian anestesi

local yang dilakukan dengan pisau bedah, kuret, dan strip kemasan iodoform.

Pisau digunakan untuk membuat sayatan ke dalam rongga karbunkel dan

mengeluarkan bahan purulen di dalamnya. Kultur dan sensitivitas bakteri dapat

diperoleh dari bahan purulen pada langkah ini setelahnya bias dilakukan kuret.

Setelah sebagian besar bahan purulen dikeluarkan, lesi biasanya dikemas dengan

strip iodoform atau kain kasa untuk membantu drainase lebih lanjut. Biasanya
12

dibiarkan di tempatnya selama 24 hingga 48 jam dan kemudian dilepas (Hedrick,

2003; Roberts, Chambers, 2005; Bernard, 2008; Khawcharoenporn dan Alan,

2006).

Setelah insisi dan drainase, biasanya bisa diberikan antibiotik oral yang

sangat penting jika pasien memiliki gejala sistemik atau jika ada selulitis di

sekitarnya. Antibiotik lini pertama yang umum termasuk dikloxasilin dan

sefalosporin. Jika dicurigai atau dibiakkan terdapat Staphylococcus aureus,

antibiotik oral seperti klindamisin, tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksazol,

linezolid, atau glikopeptida dapat digunakan. Antibiotik oral dapat disesuaikan

lebih lanjut setelah sensitivitas kultur bakteri diketahui (Hedrick, 2003 ; Roberts

dan Chambers, 2005 ; Bernard, 2008; Khawcharoenporn dan Alan, 2006).

Antibiotik topikal seperti klindamisin atau mupirocin dapat digunakan sebagai

terapi tambahan (Hirabayashi et al, 2018).

Setelah karbunkel mengempes, biasanya tidak memerlukan pengobatan

lebih lanjut. Namun, dalam kasus berulang lesi mungkin perlu dipotong dengan

pembedahan. Pada pasien dengan karbunkel berulang, tindakan profilaksis dapat

dilakukan. Ini termasuk meminta pasien mandi dengan sabun benzoil peroksida

atau sabun antibakteri dan mencoba untuk menghilangkan kolonisasi lubang

hidung pasien (Hirabayashi et al, 2018). Dekolonisasi stafilokokus pada lubang

hidung dapat dilakukan dengan menerapkan mupirocin dua kali sehari ke lubang

hidung bagian dalam selama 12 sampai 30 hari (Hedrick, 2003 ; Hirabayashi et al,

2018).
13

2.4 Swamedikasi

2.4.1 Definisi Swamedikasi

Swamedikasi adalah upaya penggunaan obat untuk mengobati penyakit

yang didiagnosis sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter. Swamedikasi umum

dilakukan di sebagian besar dunia, dan lebih dari 50% antibiotik dapat dibeli dan

digunakan tanpa resep. Gejala penyakit yang bisa dikenali oleh orang awam

adalah penyakit ringan. Kriteria penyakit ringan ini mengacu pada penyakit yang

memiliki durasi pendek dan tidak dianggap mengancam nyawa. (Ars dan

Nordberg, 2005; Morgan, 2011).

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi tindakan swamedikasi

Faktor yang melatarbelakangi tindakan swamedikasi, yaitu (Antari, 2016)

1. Biaya kedokter dan membeli obat tergantung pada situasi keuangan

masing-maisng individu.

2. Mudah melakukan pengobatan dengan obat sendiri tanpa menunggu

dokter memeriksanya.

3. Tingkat Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan terhada

tindakan swamedikasi dengan jumlah informasi yang diterima, .

4. Informasi dari pihak lain adalah informasi yang diberikan oleh masyarakat

berdasarkan pengalaman penggunaan obat.

5. Semakin rendah pendapatan seseorang maka akan semakin sedikit

memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial sehingga cenderung

mendekasi menghindari penggunaan fasilitas rawat jalan dan membeli

obat.
14

6. Orang yang bekerja di instansi pemerintahan atau pusat pelayanan

kesehatan lebih memperhatikan kesehatannya dari pada pekerjaan manual

(Suryawati, 2005).

2.4.3 Swamedikasi yang rasional

Swamedikasi yang rasional menurut Departemen Kesehatan Indonesia

(2006), bahwasanya kriteria penggunaan obat rasional adalah sebagai berikut:

1. Tepat golongan adalah obat tersebut diberikan sesuai dengan golongan obat

yaitu obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.

2. Tepat diagnosis adalah obat yang digunakan sesuai dengan diagnosis. Apabila

diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat salah.

3. Tepat indikasi penyakit adalah obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu

penyakit.

4. Tepat pemilihan obat adalah obat yang digunakan harus memiliki efek terapi

sesuai dengan penyakit.

5. Tepat dosis mecakup dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus

tepat. Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi mampu

menyebabkan efek terapi tidak tercapai.

6. Tepat jumlah adalah jumlah obat yang digunakan harus dalam jumlah yang

cukup.

7. Tepat cara pemberian adalah cara pemakaian obat harus tepat, contohnya obat

antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.

8. Tepat lama pemberian adalah lama pemberian obat harus tepat sesuai

penyakitnya masing-masing.
15

9. Tepat penilaian kondisi pasien dimana penggunaan obat disesuaikan dengan

kondisi pasien, harus memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,

menyusui, lanjut usia atau bayi.

10. Waspada terhadap efek samping dari obat yang digunakan karena mampu

menimbulkan efek samping seperti timbulnya mual, muntah, gatalgatal dan lain

sebagainya.

12. Tepat cara penyimpanan obat dimana seharusnya obat disimpan dalam

kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat

2.4.4 Risiko Melakukan Swamedikasi

Kesalahan dalam melakukan swamedikasi dapat menyebabkan adanya

suatu keadaan bahaya. Kesalahan swamedikasi disebabkan oleh alasan seperti

identifikasi gejala yang salah, pemilihan obat yang salah, cara penggunaan yang

salah, dosis yang salah. Efek lain kesalahan swamedikasi dapat menyebabkan

resistensi patogen pada pasien tersebut. Untuk mengatasi risiko tersebut maka

perlu mengenali terlebih dahulu gangguan yang dirasakan, mematuhi dan

membaca aturan atau peringatan pada kemasan obat dengan hati-hati serta

gunakan sumber informasi dengan tepat (Suryawati, 2005).

2.4.5 Penggunaan swamedikasi terhadap penyakit kulit akibat infeksi bakteri

Penggunaan obat antimikroba tanpa resep mampu menimbulkan risiko

seseorang menjadi resistensi mikroba. Penggunaan obat yang tidak tepat pada

swamedikasi umumnya meliputi durasi pengobatan yang singkat, dosis yang tidak

memadai, mencampur berbagai obat-obatan dan menghentikan pengobatan setelah

perbaikan gejala penyakit. Resistensi terhadap agen antimikroba selanjutnya dapat

mengurangi pilihan terapeutik yang sudah terbatas dalam pengobatan penyakit


16

menular umum di negara berkembang yang nantinya akan meningkatkan risiko

morbiditas dan mortalitas (Iroha et al, 2007 ; Okeke et al, 2005)

Pembelian obat-obatan di apotek sebagai salah satu cara mendapatkan

obat pertama tanpa harus konsultasi medis. Obat-obatan di apotek mampu diakses

tanpa resep baik di negara maju maupun di negara berkembang. Mayoritas pasien

menggunakan swamedikasi dapat menimbulkan resistensi antimikroba (AMR).

Efek merugikan dari swamedikasi termasuk diagnosis diri yang salah,

keterlambatan dalam mencari nasihat medis bila diperlukan, interaksi obat yang

berbahaya, cara penggunaan yang salah, dosis yang salah, pilihan terapi yang

salah, dan risiko ketergantungan dan penyalahgunaan obat (Sanjana,

2006;Askarian dan Maharlouie, 2012; Mossa et al, 2012).

2.5 Pengetahuan

Pengetahuan adalah sebuah hasil dari proses keingintahuan yang terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang ini sebagian besar diperoleh dari

mata dan telinga melalui proses melihat dan mendengarkan. Dari hasil

mendapatkan pengetahuan tersebut merupakan bagian yang berperan penting

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).

Apabila seseorang mencari pengetahuan maka melakukan tahap :

1. Awarnes (kesadaran) individu menyadari adanya stimulus.

2. Interest (tertarik) individu mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (meni mbang-nimbang) dimana individu menimbang-nimbang

engenai hal yang baik dan tidaknya dari stimulasi bagi dirinya.

4. Trial (mencoba) individu mulai mencoba hal baru.


17

5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo,

2014).

2.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Saat seseorang melakukan proses mencari pengetahuan terdapat faktor

yang mempengaruhi banyaknya pengetahuan yang didapat. Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman,

sosial budaya (Notoatmodjo, 2014):

1. Usia

Seseorang akan bertambah usia akan mengalami perubahan pada aspek fisik

psikologis dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis semakin bertambah usia maka

Semakin bijak dalam mengambil keputusan.

2. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi

Pendidikan seseorang akan semakin mudah untuk menerima serta

mengembangkan pengetahuan.

3. Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman dan

pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak

pengalaman seseorang, maka akan semakin bertambah pula pengetahuan

seseorang akan hal tersebut.

5. Sosial Budaya
18

Kebudayaan beserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan,

persepsi dan sikap seseorang terhadap pengambilan sebuah keputusan.

2.5.2 Teori Lawrence Green

Teori yang dikembangkan Lawrwnce Green mengenai kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku

dan faktor diluar perilaku (non-perilaku). Faktor perilaku dipengaruhi oleh

tiga faktor (Green Lawrence, 1980) :

1) Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang mencakup dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, budaya,

dan unsur lain dalam diri individu dan masyarakay.

2) Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi suatu

perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah sarana dan

prasarana kesehatan.

3) Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi perilaku masyarakat.

2.5.3 Klasifikasi tingkat pengetahuan

Menurut teori pengetahuan Bloom dalam Darmawan dan Sujoko (2013),

terdapat enam klasifikasi tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif yang

meliputi:

1. Pengetahuan (Know)

Kemampuan yang menekankan pada proses mengingat suatu memori yang pernah

dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik.


19

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan sesorang menjelaskan kembali dengan mengubah informasi menjadi

bentuk yang lebih mudah dipahami. Seseorang yang paham terhadap suatu materi

maka dapat menjelaskan, memberikan contoh dan dapat, menyimpulkan apa yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Dapat menggunakan dan menerapkan materi yang telah dipelajari dalam situasi

atau

kondisi yang sebenarnya. Seseorang dapat menerapkan gagasan, prosedur,

metode, rumus, teori, dan sebagainya dalam kondisi pembelajaran.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan memilah informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci

sehingga dapat dikenali fungsinya, kaitannya dengan bagian yang lebih besar,

serta organisasi keseluruhan bagian.

5. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian yang didasarkan pada kriteria tertentu

terhadap suatu objek.

6. Mencipta (Synthesis)

Kemampuan menghubungkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan

yang baru atau membuat sebuah susunan yang baru.

2.5.4 Karakteristik pengetahuan

Agar dapat melakukan pengukuran pengetahuan seseorang dapat

dilakukan dengan melakukan wawancara atau angket yang menanyakan tentang


20

isi materi yang ingin diukur dari responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau yang diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

pengetahuan (Natoatmodjo, 2014).

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan menggunakan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Pengetahuan tergolong baik, apabila responden menjawab benar 76%-

100% seluruh pertanyaan.

2. Pengetahuan tergolong cukup, apabila responden menjawab benar 56%-

75% seluruh pertanyaan.

3. Pengetahuan tergolong kurang, apabila responden menjawab benar < 56%

seluruh pertanyaan.

2.6 Karakteristik Sosial demografi

Karakteristik sosial demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan

masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,

suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi,

dan kelas sosial (Kotler dan Armstrong, 2001).

1. Jenis kelamin

berperan dalam determinan kesehatan meliputi peran, tanggungjawab,

karakteristik, dan atribut antara pria dan wanita yang dibangun secara sosial

yang disebut gender (WHO, 2011).

2. Umur

merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk memprediksi

perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan. Angka-


21

angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur (Widyastuti, 2005).

3. tingkat pendidikan

Apabila seseorang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi

pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah

kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Sander, 2005).

4. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial,

pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan

(Widyastuti, 2005).
22

2.7 Kerangka teori

Penyakit kulit akibat infeksi bakteri

Infeksi primer Infeksi sekunder Akibat penyakit bakteri Kondisi reaktif akibat
(pioderma) sistermik infeksi lokasi jauh

Folikulitis Furunkel karbunkel Efoloresensi :


- folikulitis terdapat papula kecil
dan pustula dasar eritematosa
Patofisiologi : - furunkel nodul eritematous
Terjadi infeksi lenticular hingga numular berisi
epidermis ke folikel pus
Bakteri
rambut (folikulitis)
Staphylococcus Kolonisasi -karbunkel nodul eritematous
aureus masuk ke bakteri melebar berisi pus terjadi
kulit di lapisan Terjadi infeksi folikel supurasi atau beberapa furunkel
epidermis rambut hingga bergabung membentuk karbunkel
subkutan (furunkel dan
dan terjadi supurasi
karbunkel)

Aktifasi Terjadi bakteri memproduksi


neutrophil dan kerusakan dari toksin Panton-Valentine
kenaikan jaringan Leukocidin( PVL) Gejala klinis :
limfosit T - folikulitis : terdapat papula
kecil eritematous berisi
Formasi pusditekan nyeri
Ekstravasasi
Terjadi respon jaringan yang
protein plasma - furunkel : terdapat nodul
inflamasi rusak berisi
dan leukosit eritematous berisi pus diikuti
leukosit dan
pus nyeri dan edema.
- karbunkel : terdapat nodul
eritematous berisi pus diikuti
Tingkat pengertahuan Tindakan pengobatan penyakit kulit akibat nyeri dan edema, diikuti demam
bakteri (folikulitis, furunkel, karbunkel) dan malaise, area eritematous
mengalami indurasi multiple
Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengetahuan:
Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi:
- Usia Swamedikasi 1. Biaya pengobatan
- Pendidikan
2. Kemudahan dalam melakukan pengobatan
- Pekerjaan
dan membeli obat .
- Pengalaman
3. Tingkat pendidikan
- Sosial budaya
4. pengalamannya dalam menggunakan suatu
(Notoadmojo, 2007)
obat.
5. Pendapatan
6.Jenis pekerjaan (Suryawati, 2005).

Gambar 2.11 Kerangka Teori

Keterangan: Gambar 2.11 merupakan kerangka teori yang menjelaskan

tentang kejadian folikulitis, furunkel, karbunkel dan tindakan

swamedikasi. Dalam melakukan pengobatan, masyarakat dipengaruhi

beberapa faktor yang dapat membuat masyarakat memilih pengobatannya


23

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep penelitian

Prevalensi penyakit kulit

Bisul (folikulitis, furunkel, karbunkel)

Masyarakat Kota Malang

Masyarakat yang pernah/sedang sakit Masyarakat yang tidak pernah sakit


bisul (folikulitis, kurunkel, karbunkel) bisul (kontrol)

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan:


Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Minat
Pengalaman
Lingkungan dan kebudayaan (Budiman, 2003).
Jenis Jenis Pendidikan
Usia Pendapatan
Kelamin Pekerjaan Terakhir

Tingkat Pengetahuan

Tindakan pengobatan penyakit kulit

Responden berobat Responden melakukan Responden tidak


ke tenaga medis swamedikasi melakukan pengobatan

Faktor yang Mempengaruhi


Tindakan Swamedikasi Swamedikasi:
Faktor Sosial Ekonomi
Gaya Hidup
Identifikasi pengaruh Kemudahan Memperoleh
karakteristik sosiodemografi Produk Obat
terhadap tingkat pengetahuan Faktor Kesehatan
swamedikasi masyarakat Lingkungan
Ketersediaan Produk Baru
(Zeenot, 2013)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
24

Keterangan : Gambar 3.1 merupakan kerangka konsep penelitian. Menjelaskan


mengenai tingkat pengetahuan masyarakat melakukan swamedikasi penyakit
kulit obat kimia dan ramuan tradisional terhadap penyakit kulit akibat infeksi
bakteri yaitu bisul (folikulitis, furunkel, dan karbunkel). Faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang ialah usia, pendidikan, pekerjaan,
pengalaman, social budaya. Variabel yang akan kami teliti ialah usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan, pendapatan. Tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai swamedikasi akan menimbulkan pilihan tindakan
pengobatan ketika orang tersebut terkena penyakit kulit akibat infeksi bakteri
yang berespon melakukan swamedikasi. Faktor yang mempengaruhi swamedikasi
ialah biaya pengobatan, kemudahan dalam melakukan pengobatan dan membeli
obat, tingkat pendidikan, pengalamannya dalam menggunakan suatu obat,
pendapatan, jenis pekerjaan. Respon seseorag melakukan swamedikasi ada yang
menggunakan obat-obatan kimia. Dengan adanya faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan penelitian ini melakukan Idetifikasi karakteristik tingkat
pengetahuan swamedikasi masyarakat.
25

3.2 Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini memiliki hipotesis :

1. H0

Tidak terdapat perbedaan karakteristik sosiodemografi terhadap

swamedikasi obat pada penyakit kulit bisul.

H1

Terdapat perbedaan karakteristik sosiodemografi terhadap swamedikasi obat

pada penyakit kulit bisul.

2. H0

Tidak terdapat pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan swamedikasi

obat pada penyakit kulit bisul.

H1

Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan swamedikasi obat

pada penyakit kulit bisul.

3. H0

Tidak ada ketepatan penggunaan swamedikasi obat pada penyakit kulit

bisul.

H1

Ada ketepatan penggunaan swamedikasi obat pada penyakit kulit bisul.


26

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan terakhir

4. Pendapatan

5. Jenis pekerjaan

3.3.2 Variabel Terikat

1. Pengetahuan tentang swamedikasi menggunakan obat pada penyakit kulit

akibat infeksi bakteri

2. Ketepatan penggunaan obat dalam swamedikasi terhadap penyakit kulit

akibat infeksi bakteri.

3.4 Faktor Perancu

Faktor perancu dalam penelitian ini adalah :

- Lupa kapan terakhir terkena folikulitis, furunkel, karbunkel.

- Tidak mengetahui kalau yang dialami itu folikulitis, furunkel,

karbunkel.

- Lupa nama obat yang digunakan dan ramuan tradisional.

- Kejujuran responden ketika mengisi kuisioner


27

3.5 Definisi Operasional Penelitian

1. Penyakit kulit adalah keadaan kulit yang mengalami proses inflamasi

yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur kulit

akibat infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur.

(Boediardja, 2003).

2. Penyakit kulit pada penelitian ini adalah kelainan yang disebabkan oleh

infeksi bakteri yaitu furunkel. karbunkel, folikulitis.

3. Folikulitis disebabkan infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang

menimbulkan manifestasi papula kecil dan pustula pada dasar eritematosa

dengan rambut rambut di tengahnya. Predileksi untuk folikulitis paling

sering terkena adalah wajah, kulit kepala, paha, ketiak, dan area inguinal.

(Madke et al, 2014; Fabbrocini et al, 2015).

4. Furunkel disebabkan oleh adalah Staphylococcus aureu yang sterjadi

akibat mikrolesi karena garukan atau gesekan yang menyebabkan kuman

Staphylococcus aureus masuk ke dalam kulit dan menyebabkan

keradangan akut yang dalam di folikel rambut dan sekitarnya, membentuk

nodul berisi nanah, kemeraahan ,nyeri ketika di sentuh (James et al.,

2016).

5. Karbunkel disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Stulberg et al, 2002 ;

Hedrick, 2003) lesi tersebut semakin membesar dan menjadi lunak dan

berfluktuasi , nodul merah, eritematosa, nyeri, dengan beberapa pustula

di atasnya menyebabkan gejala sistemik. Gejala sistemik mungkin


28

termasuk limfadenopati regional, demam, kelelahan, dan malaise

(Hedrick, 2003; Robert dan Chambers, 2005).

6. Kelompok kontrol adalah responden yang tidak pernah menderita

penyakit kulit akibat infeksi bakteri inflamasi yang berdomisili di Kota

Malang.

7. Swamedikasi adalah tindakan mengacu pada penggunaan obat-obatan

untuk mengobati gangguan yang didiagnosis sendiri tanpa berkonsultasi

dengan praktisi medis dan tanpa pengawasan medis (WHO, 2002)

8. Pengetahuan adalah sebuah hasil dari proses tahu yang terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu yang

diperoleh dari mata dan telinga melalui proses melihat dan

mendengarkan. (Notoatmodjo, 2014).

9. Ketepatan penggunaan swamedikasi obat adalah apabila pasien

menggunakan obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode

waktu yang adekuat dan dengan harga yang paling murah untuk pasien

dan masyarakat (Kemenkes,2011).

10. Kuisioner diberikan secara online melalui google form menggunakan

beberapa kuesioner meliputi Kuesioner Data Demografi, Kuesioner Profil

Penggunaan Obat, Kuesioner Pengetahuan Swamedikasi, Kuesioner Sikap

Swamedikasi, Kuesioner Sikap Terhadap Obat Tradisional, Kuesioner

Rasionalitas Penggunaan Obat.

11. Kuisioner diberikan menggunakan email utama azwa.zahra@gmail.com

berupa link yang akan disebar melalui aplikasi whatsapp kepada 600

responden yang memenuhi kriteria inklusi.


29

12. Kuisioner akan disebar selama 2 minggu pada tanggal 27 Oktober 2020

hingga 10 Oktober 2020.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operrasional
1. Usia Usia adalah lama Data primer Usia : Ordinal
hidup seseorang dari kuesioner 20-25 tahun
yang dihitung tentang 26-30 tahun
sejak individu sosiodemo- 31-35 tahun
dilahirkan. grafi 36-40 tahun
Dalam 41-45 tahun
perjalanan 46–50 tahun
usianya semakin 51-55 tahun
dewasa individu >56 tahun
yang
bersangkutan
akan dapat
melakukan
adaptasi perilaku
terhadap
lingkungan.
Semakin
bertambah usia
seseorang, maka
semakin
bertambah pula
daya tanggapnya
terhadap sesuatu
(Notoatmodjo,
2011).
2. Jenis Kelamin Karakteristik Data primer Jenis kelamin Nominal
yang dibangun dari kuesioner dibagi atas :
secara sosial tentang 1. Laki-laki
untuk sosiodemo- 2. Perempuan
membedakan grafi
laki-laki dan
perempuan yang
disebut jenis
kelamin (WHO,
2011).
3. Pendidikan proses Data primer Jenjang Ordinal
terakhir pembelajaran dari kuesioner pendidikan
untuk tentang formal
mengembangkan sosiodemo- dikategorikan
atau grafi menjadi :
meningkatkan 1. Pendidikan
kemampuan dasar :
30

tertentu sehingga SD/Sederajat


sasaran 2. Pendidikan
pendidikan itu menengah :
dapat berdiri SMP,
sendiri (Hanifah, SMA/Sedera-
2010). jat
3. Pendidikan
tinggi :
Perguruan
tinggi/Sedera-jat
(UU
SISDIKNAS
Nomor 20
Tahun 2003)
4. Pendapatan hasil yang Data primer Tingkat Ordinal
diterima dari kuesioner pendapatan
seseorang dari tentang dibagi atas :
usahanya berupa sosiodemo- 1. < Rp
uang atau barang grafi 1.000.000
yang didapatkan 2. Rp 1.000.000
dalam jangka - Rp 2.000.000
waktu tertentu 3. Rp 2.100.000
(Pertiwi, 2015). - Rp 3.000.000
4. Rp 3.100.000
- Rp 4.000.000
5. > Rp
4.000.000
5. Jenis pekerjaan upaya untuk Data primer a. Tidak / Belum Nominal
mendapatkan dari kuesioner Bekerja
penghasilan tentang b. Karyawan /
Pegawai
setiap individu, sosiodemo-
Swasta
sehingga dapat grafi c. Mahasiswa
memenuhi d. Pegawai
kebutuhan dan Negeri
meningkatkan e. Wiraswasta
kesejahteraan f. Ibu Rumah
(Widyastuti, Tangga
g. Freelance
2005).
h. Lain-Lain,
sebutkan ……

6. ketepatan Ketepatan Data primer Hasil ketepatan Ordinal


swamedikasi swamedikasi dari kuesioner swamedikasi
apabila pasien tentang dikategorikan
menggunakan ketepatan menjadi :
obat yang sesuai swamedikasi 1. Baik jika
dengan dengan 76%-100%
kebutuhannya menggunakan dijawab benar
untuk periode skala guttman 2. Cukup jika
waktu yang dengan skor 56%-75%
adekuat dan benar/salah dijawab benar
dnegan harga Kurang jika
31

yang paling <56% dijawab


murah untuk benar
pasien dan
masyarakat
7. Tingkat Tingkat Data primer Tingkat Ordinal
pengetahuan pengetahuan dari kuesioner pengetahuan di
masyarakat tentang tanda dan tentang kategorikan
gejala penyakit, pengetahuan menjadi:
swamedikasi masyarakat 3. Baik jIka
obat modern dengan 76%-100%
maupun menggunakan dijawab benar
tradisional yang skala likert 4. Cukup jika
meliputi dengan skor 1- 56%-75%
pemilihan obat, 4 dijawab benar
alasan 5. Kurang jika
penggunaan dan <56% dijawab
asal informasi. benar

3.1Tabel definisi operasional variabel

BAB IV
32

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan dalam satu waktu untuk

mengetahui karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan

swamedikasi dan ketepatan penggunaan obat. Responden berasal dari masyarakat

Kota Malang yang sedang atau pernah menderita penyakit kulit bisul (folikulitis,

furunkel, karbunel) dan telah memenuhi kriteria inklusi. Metode penelitian

dengan cross sectional (potong lintang) merupakan rancangan penelitian yang

dilakukan dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2007).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang yang dilakukan secara online

dengan cara membagikan link google form melalui aplikasi whatsapp kepada

masyarakat sehingga dapat dilakukan dari rumah masing-masing responden.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2020.

4.3 Responden, Intrumen dan Sarana Prasarana Penelitian

4.3.1 Responden
Dalam pengambilan sampel yang akan dijadikan objek penelitian adalah

masyarakat umum daerah Kota Malang yang memenuhi kriteria inklusi.

Berdasarkan data Badan Statistik Pusat Kota Malang tahun 2020 Kota Malang

memiliki jumlah penduduk sebanyak 874.890 yang terdiri dari 431.483 laki-laki

dan 443.407 perempuan. Kriteria sampel minimal dihitung menggunakan rumus

Lemeshow dengan tingkat kepercayaan 95% pada Rumus 1 berikut (Mukorromah,

2019):
33

Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
p : estimasi pasien penyakit bisul (35,28%)
Z21-α/2 : Z score pada tingkat kepercayaan 95%
d : presisi
( 1,96 ) 2 x 0,4278 x 0,5722 x 874890
n=
( 0,09 2 ) ( 874890−1 )+ (1,96 ) 2 x 0,4278 x 0,5722

767419,345
n=
7086,6886

n=¿109,290

n=110

Berdasarkan hasil penghitungan sampel didapatkan kriteria sampel minimal

yaitu sebanyak 110 sampel yang terdiri atas 110 responden kelompok uji dan 110

responden kelompok kontrol.

Ktiteria inklusi:

1. Bersedia menjadi responden.

2. Sedang, pernah mengalami penyakit kulit akibat bakteri meliputi

folikulitis, furunkel, karbunkel.

3. Sedang atau pernah melakukan swamedikasi obat-obatan pada

penyakit kulit akibat bakteri meliputi folikulitis, furunkel, karbunkel.

4. Masyarakat domisili Kota Malang.

5. Memiliki dan memahami penggunaan aplikasi whatsapp maupun

internet.

Kriteria eksklusi:

1. Tidak bersedia menjadi responden.


34

2. Bukan masyarakat domisili Kota Malang.

3. Tidak memiliki dan tidak memahami penggunaan aplikasi whatsapp

maupun internet.

4.3.2 Teknik Sampling

Teknik sampling yang di gunakan adalah probability sampling secara stratified

random sampling. Dengan teknik ini, semua subjek memiliki kesempatan yang

sama untuk terpilih (Elfil dan Negida, 2017. Penentuan subjek dari populasi

diambil dari responden yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah yang

diinginkan terpenuhi yaitu 234 responden.

4.3.3 Instrumen Penelitian

Perihal instrument yang kita gunakan ialah:

1. Kuesioner yang terdiri dari 6 bagian yaitu

a. Kuesioner data demografi

Pada bagian pertama ini memuat pertanyaan mengenai data diri yang

terdiri dari nama, alamat sesuai KTP, nomor handphone, usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir pekerjaan, pendapatan, status pernikahan, suku/ras

b. Kuesioner pemahaman penyakit kulit akibat infeksi bakteri.

Pada bagian ini responden di beri pertanyaan menggunakan kuisioner

skala guttman dengan tipe pertanyaan ya atau tidak untuk memastikan benar

atau tidak kalau sudah pernah mengalami penyakit kulit akibat infeksi bakteri.

c. Kuesioner Profil Swamedikasi

Pada bagian ketiga ini responden diharapkan menjawab sesuai dengan

pertanyaan yang diberikan dalam melalukan swamedikasi.


35

d. Kuesioner pengetahuan swamedikasi

Pada bagian keempat ini responden akan diberi pertanyaan mengenai

pemilihan pengetahuan swamedikasi menggunakan obat dengan menggunakan

skala likert dengan empat skala yaitu sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju

(ts) , sangat tidak setuju (sts) dengan jumlah pertanyaan 11 .

e. Kuesioner pengetahuan swamedikasi terhadap obat tradisional

Kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah responden juga

menggunakan ramuan tradisional dalam mengobati bisul.

f. Ketepatan swamedikasi

Pada bagian ke enam respondenakan diberi pertanyaan mengenai

ketepatan dalam melakukan swamedikasi dengan menggunakan skala guttman

dengan jawaban benar atau salah yang terdiri dari 12 pertanyaan.

2. Google form yang dibuat menggunakan akun email azwa.zahra@gmail.com

3. Aplikasi whatsApp Messenger versi 2.20.193.9 yang telah terinstall pada HP

android atau IOS milik responden dan peneliti

4. SPSS digunakan untuk uji validitas dan reabilitas kuisioner.

4.3.4 Sarana dan prasarana penelitian

Tabel 4.1 Sarana Prasarana Penelitian

Sarana Fungsi
36

whatsApp Sebagai tempat untuk menyebarkan kuisioner

yang menggunakan tautan link terhadap google

form
Google form Berisi pertanyaan yang dijawab oleh responden
SPSS Sebagai aplikasi uji validitas dan reabilitas

kuisioner

 Peneliti menyiapkan  Menyebarkan  Peneliti


kuisioner dalam google form mendapatkan
google form menggunakan hasil dari
aplikasi whatsapp jawaban

Gambar 4. 1 Sarana dan Prasarana Penelitian

Keterangan : Gamabr 4.1 adalah gambar yang menjelaskan mengenai

sarana yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Dengan menggunakan

google form akan di sebar dengan tautan link melalui aplikasi whatsapp dan

hasil jawaban dari responden akan diterima oleh peneliti.

4. 4 Tahapan penelitian

4.4.1. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi pada penelitian ini di Kota Malang karena dekat dengan

Universitas Islam Malang dimana hal ini akan mempermudahkan peneliti serta

warga kota Malang banyak didatangi pendatang yang secara langsung atau tidak
37

langsung akan berpengaruh terhadap pendapatan, pekerjaan serta pengetahuan

masyarakat yang tinggal disekitarnya.

4.4.2 Pengurusan uji etik penelitian

Penelitian ini telah mengajukan kaji etik di RSI UNISMA pada tanggal 3

September 2020 dan telah dinyatakan layak etik sesuai 7 standar WHO 2011 yaitu

1) Nilai Sosial 2) Nilai Ilmiah, 3) Pemerataan Beban dan Manfaat, 4) Risiko, 5)

Bujukan/Eksploitasi, 6) Kerahasiaan dan Privacy, dan 7) Persetujuan Setelah

Penjelasan yang merujuk pada Pedoman CIOMS 2016. Penelitian ini

mendapatkan ethical clearance dengan nomor 35/IX/2020/RSI.UNISMA.

4.4.3 Uji validasi

Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan atau

kebenaran suatu instrument sebagai alat ukur variabel penelitian dimana jenisnya

menggunakan validitas konstruk dengan melihat nilai r table artinya cara

mengukurnya apabila r table lebih dari nilai tabel maka item pertanyaan

berkorelasi signifikan dinyatakan valid apabila r tabel kurang dari nilai di tabel

mak korelasi tidak signifikan dinyatkan tidak valid (Ahmadin dan Yofy,2019). Uji

validitas kuesioner ini dilakukan oleh 30 orang diluar dari responden di uji

menggunakan spss.

4.4.4 Uji reabilitas

Uji reablilitas digunakan untuk melihat sejauh mana kesesuaian nilai dari

konsistensi dan stabiltas dari suatu kuisioner dengan cara melihat nilai alpha dari

hasil perhitungan artinya nilai alpha melebihi dari r table maka dinyatakan

konsisten apabila alpha kurang dari rtable maka dinyatakan tidak konsisten
38

(Ahmadin dan Yofy,2019). uji validitas kuesioner ini dilakukan oleh 30 orang

diluar dari responden di uji menggunakan spss.

4.4.4 Penyebaran kuisioner dan pengambilan data

Penyebaran dilakukan menggunakan broadcast link goggle form melalui akun

whatsapp kepada 117 responden. Kuesioner yang harus diisi yaitu kuesioner data

demografi, kuesioner profil penyakit kulit akibat bakteri, kuesioner profil

swamedikasi, pengetahuan swamedikasi, ketepatan swamedikasi.

4.5 Pengelolahan data

Hasil jawaban dari responden yang sudah terkumpul akan dilakukan

pengelolahan data agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan analisa data.

Pengelolahan data dilakukan sebagai berikut:

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan untuk melihat kembali kelengkapan dari pengisian

kuisooner, kejelasan dari jawaban responden.

2. Coding

Kegiatan untuk mengubah data jawaban dari responden yang berupa kalimat atay

huruf kedalam data angka atau bilangan.

3. Data entry

Pemasukan data yang sudah di koding ke dalam program atau software computer.

4. Cleaning

Kegiatan untuk pengecekan kembali agar kemungkinan –kemungkinan kurangnya

kelengkapan, kesalahan kode, dan sebagainya (Notoadmojo, 2010).


39

4.6 Analisa data

Analisa data dilakukan dengan analisis data kuantitatif menggunakan alat

bersifat kuantitatif yaitu kuesioner dengan hasil berbentuk angka yang dapat

dijelaskan dan diinterpretasikan dalam uraian. Jenis uji statistik yang digunakan

adalah korelasi Rank Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel dan Mann Whitney U Test untuk mengetahui ada perbedaan antara

kelompok kontrol dan kelompok uji.

Uji korelasi Rank Speaarman digunakan dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keeratan hubungan antara variabel yang digunakan dalam penelitian.

Dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan uji Spearman adalah:

a. Apabila nilai p < 0,05 maka terdapat korelasi yang signifikan antara kedua

variabel.

b. Apabila nilai p > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang signifikan antara

kedua variabel.

c. Arah korelasi apabila bernilai + positif maka korelasi searah yaitu semakin

besar nilai suatu variabel maka nilai variabel lainnya akan semakin besar.

d. Arah korelasi apabila bernilai – (negatif) maka korelasi berlawanan arah

yaitu semakin besar nilai suatu variabel maka nilai variabel lainnya akan

semakin kecil.

e. Kekuatan korelasi dinilai berdasarkan kriteria:

- 0,00-0,20 : hampir tidak terdapat korelasi (sangat lemah)

- 0,21-0,40 : korelasi lemah

- 0,41-0,60 : korelasi sedang

- 0,61-0,80 : korelasi kuat


40

- 0,81-1,00 : korelasi sangat kuat (Dahlan, 2013)

Uji Mann Whitney U Test digunakan untuk menilai perbedaan antara

kelompok kontrol dan kelompok uji. Pengambilan keputusan didasarkan pada

hasil p value pada analisa. Apabila didapatkan p value < 0,05 maka terdapat

perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam penelitian. Namun

apabila didapatkan nilai p value > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok (Dahlan, 2013).

4.7 Diagram Alur Penelitian

Persiapan Penelitian : Pembuatan proposal kelayakan dan ujian kelayakan


penelitian

Pengajuan Ethical Clearance


41

Perbaikan
Pembuatan google form kuesioner

Distribusi kuesioner untuk validasi Not Validated


Dan reabilitas

Validated

Menyebarkan link googleform menggunakan Whatsapp

Mengisi kuesioner

Penyakit kulit akibat bakteri


Control
(folikulitis, furunkel, karbunkel)

Hasil dari responden penelitian yang memenuhi


kriteria inklusi

Analisa data dan statistik menggunakan


spearman corelation

Hasil penelitian Penyusunan laporan


penelitian

Gambar 4.2 Diagram Alur Penelitian

Keterangan : Gambar 4.2 merupakan gambaran alur peneliyian. Setelah


penyusunan proposal penelitian dan uji kelayakan dilakukan pengajuan ethical
clearance. Lalu dilakukan pemilihan responden yang sesuai kriteria inklusi di
Kota Malang dan kemudian menguji validitas serta reabilitas kuesioner yang akan
digunakan. Setelah itu kami akan memulai untuk membuat kuesioner dalam
bentuk google form untuk memudahkan pengisian serta mencegah kontak fisik
42

dengan responden. Responden yang telah memenuhi kriteria inklusi akan


diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan (informed consent) kepada responden untuk mendapatkan informasi
terkait swamedikasi terhadap kelainan pada kulit yang sering diderita. Kami akan
mendata responden dan meminta untuk melakukan komunikasi melalui aplikasi
whatsapp, dan melakukan pemantauan serta membagikan link kuesioner dalam
bentuk google form. Kuesioner yang diajukan merupakan pertanyaan seputar
pengetahuan responden mengenai swamedikasi kelainan pada kulit khususnya
penyakit kulit akibat bakteri (folikulitis, furunkel, karbunkel). Kuesioner yang
diajukan seputar 7 topik anatar lain kuesioner data sosiodemografi, kuesioner
profil penyakit, kuesioner profil swamedikas, kuesioner profil swamedikasi
ramuan tradisional, kuesioner sikap swamedikasi, kuesioner sikap terhadap obat
tradisional, dan kuesioner ketepatan swamedikasi. Kuesioner tersebut diisi sesuai
dengan pengetahuan responden tentang swamedikasi kelainan pada penyakit kulit
akibat bakteri (folikulitis, furunkel, karbunkel) dan menganalisa data yang
didapatkan menggunakan uji statistik spearman correlation.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
43

5.1 Karakteristik Responden Penelitian

Responden penelitian yang didapatkan sebanyak 322 responden, namun

yang memenuhi kriteria inklusi penelitian ini adalah 295 responden. Alur

pemilihan responden sejak awal tahap rekrutmen hingga didapatkan responden

yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Jumlah responden minimal


berdasarkan rumus Lemeshow = 109

Responden yang telah mengisi


kuesioner n=322 Kel. Kontrol
n=128
(masyarakat
Tidak memenuhi Kriteria Inklusi n= 295 yang belum
kriteria inklusi n= 27 Bersedia menjadi pernah
responden. mengalami
Bukan masyarakat Untuk kelompok kontrol bisul)
domisili Kota Malang adalah yang belum pernah
sebanyak 23 mengalami bisul, Kel. Uji
responden sedangkan untuk n=167
kelompok uji adalah yang (masyaraka
Tidak pernah Masyarakat kota Malang
sedang atau pernah t yang
melakukan mengalami bisul. sedang atau
swamedikasi 4 Sedang atau pernah pernah
responden melakukan swamedikasi mengalami
obat-obatan. bisul)
Masyarakat domisili Kota
Malang sesuai KTP.

Gambar 5.1

Diagram Alur Pemilihan Responden


44

5.2 Hasil data Perbedaan Karakteristik Sosiodemografi kelompok kontrol

dan uji

Hasil analisa data dari karakteristik sosiodemografi kelompok kontrol

jenis kelamin paling banyak perempuan sebanyak 73 orang (57.03%) dan

kelompok uji kategori jenis kelamin paling banyak perempuan sebanyak 93

orang (55.69%). Hasil untuk kategori pekerjaan kelompok kontrol paling banyak

aparatur sipil negara sebanyak 56 orang (43.75%) dan kelompok uji paling

banyak aparatur sipil negara sebanyak 72 orang (43.11%).

Hasil untuk kategori usia kelompok kontrol paling banyak usia 51-55

tahun sebanyak 26 orang (20.31%) dan kelompok uji paling 51-55 tahun

sebanyak 45 orang (26.95%). Hasil untuk kategori pendidikan kelompok kontrol

paling banyak perguruan tinggi sebanyak 80 orang (62.50%) dan kelompok uji

paling banyak perguruan tinggi sebanyak 88 orang (52.69%). Hasil kategori

pendapatan kelompok kontrol yang paling banyak lebih dari Rp.4.000.000

sebanyak 40 orang (31.25%) dan kelompok uji yang paling banyak lebih dari

Rp.4.000.000 sebanyak 59 orang (35.33%).

Pada kategori jenis kelamin antara kelompok uji dan kelompok

kontrol didapatkan p 0.818 maka tidak terdapat perbedaan antara jenis

kelamin yang melakukan swamedikasi yang sakit bisul dengan tidak sakit

bisul Kategori pekerjaan didapatkan p 0.483 maka tidak terdapat

perbedaan antara pekerjaan yang melakukan swamedikasi yang sakit bisul

dengan tidak sakit bisul.kategori usia didapatkan p 0.182 maka tidak

terdapat perbedaan antara usia yang melakukan swamedikasi responden

yang sakit bisul dengan tidak sakit bisul. Kategori pendidikan 0.483 maka
45

tidak terdapat perbedaan antara pendidikan yang melakukan swamedikasi

responden yang sakit bisul dengan tidak sakit bisul. Kategori pendapatan p

0.516 maka tidak terdapat perbedaan antara pendidikan yang melakukan

swamedikasi responden yang sakit bisul dengan tidak sakit bisul. Hasil

karakteristik sosiodemografi responden swamedikasi dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Perbedaan Karakteristik Sosiodemografi Responden

Swamedikasi Pada Penyakit Kulit Bisul

Kelompok uji
No Karakteristik Kontrol Uji P-value
N % N %
1 Jenis Kelamin :
Laki-laki 55 (42.97%) 74 (44,31%) 0.818
Perempuan 73 (57.03%) 93 (55,69%)
2 Pekerjaan :
Tidak/Belum Bekerja 5 (3.91%) 7 (4,19%)
Karyawan/Pegawai Swasta 26 (20.31%) 39 (23,35%)
Mahasiswa 12 (9.38%) 11 (6,59%) 0.483
Aparatur sipil negara 56 (43.75%) 72 (43.11%)
Wiraswasta 4 (3.13%) 16 (9.58%)
Ibu Rumah Tangga 15 (11.72%) 13 (7.78%)
Freelance 6 (4,69%) 8 (4.79%)
Lainnya 4 (3,13%) 1 (0,60%)
3 Usia :
20-25 tahun 20 (15.63%) 27 (16.17%)
26-30 tahun 17 (13.28%) 8 (4.79%)
31-35 tahun 8 (6.25%) 17 (10.18%)
36-40 tahun 17 (13.28%) 20 (11.98%) 0.182
41-45 tahun 15 (11.72%) 22 (13.17%)
46-50 tahun 17 (13.28%) 22 (13.17%)
51-55 tahun 26 (20.31%) 45 (26,95%)
> 56 tahun 8 (6.25%) 6 (3,59%)
4 Pendidikan :
Tidak tamat SD 0 (0,00%) 1 (0,60%)
Tamat SD 2 (1.56%) 3 (1.80%) 0.493
Tamat SMP/MTs/SLTP 5 (3.91%) 9 (5.39%)
Tamat SMA/SMK/SLTA 41 (31.03%) 66 (39.52%)
Perguruan Tinggi 80 (62.50%) 88 (52.69%)
5 Pendapatan :
Belum berpenghasilan 16 (12.50%) 24 (14.37%)
< 1.000.000 13 (10.16%) 8 (4.79%)
1.000.000 - 2.000.000 14 (10.94%) 14 (8.38%) 0.516
2.100.000 - 3.000.000 20 (15.63%) 25 (14.97%)
3.100.000 - 4.000.000 25 (19.53%) 37 (22.16%)
> 4.000.000 40 (31,25%) 59 (35.33%)
Keterangam : Tabel 5.1 merupakan tabel untuk melihatperbedaan karakteristik sosiodemografi
kelompok uji dan kelompok kontrol
46

Jumlah 128 167


5.3 Hasil Uji Karakteristik Sosiodemografi Responden Terhadap

Pengetahuan Swamedikasi Penggunaan Obat Pada Penyakit Kulit Bisul

karakteristik jenis kelamin didapatkan tingkat pengetahuan swamedikasi

obat pada kelompok kontrol banyak kategori cukup sebanyak 44 responden

(34.38%) adalah perempuan dan kelompok uji didapatkan kategori baik 38

responden (22..75%) adalah perempuan. Karakteristik pekerjaan didapatkan

tingkat pengetahuan swamedikasi obat pada kelompok kontrol paling banyak

kategori cukup 32 responden (25%) adalah aparatur sipil negara dan kelompok

uji paling banyak didapaatkan kategori cukup 34 responden (20.36%) adalah

aparatur sipil negara.

karakteristik usia didapatkan tingkat pengetahuan swamedikasi obat pada

kelompok kontrol paling banyak kategori cukup 16 responden (12.5%) adalah

usia 51-55 tahun dan kelompok uji kategori baik 18 responden (10.78%) adalah

usia 51-55 tahun. Karakteristik pendidikan didapatkan tingkat engetahuan

swamedikasi obat pada kelompok kontrol paling banyak kategori cukup 52

responden (40.63%) adalah Perguruan Tinggi dan kelompok uji paling banyak

kategori baik 49 responden (29.34%) adalah Perguruan Tinggi. Karakteristik

pendapatan didapatkan tingkat pengetahuan swamedikasi obat pada kelompok uji

paling banyak kategori cukup 26 responden (20.31%) dan kelompok kontrol

paling banyak kategori baik 35 responden (20.96%) ialah pendapatan >4.000.000

rupiah.

Hasil analisis data untuk hubungan karakteristik sosiodemografi terhadap

tingkat pengetahuan swamedikasi obat menggunakan uji korelasi koeffisiensi

kontingensi untuk kategori usia, pendidikan, pendapatan sedangkan uji


47

Spearman untuk kategori jenis kelamin dan pekerjaan. Uji korefisiensi

kontingensi didapatkan sebuah hubungan apabila nilai p < 0,05. Hasil analisis

karakteristik usia kelompok uji didapatkan nilai p = 0.336 dan kelompok kontrol

didapatkan nilai p = 6.82. Hasil kedua kelompok tersebut tidak terdadap

hubungan antara pengetahuan swamedikasi obat dengan karakteristik usia pada

kelompok kontrol maupun kelompok uji. Hasil analisis karakteristik jenis

kelamin kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0.446 dan kelompok uji

didapatkan nilai p = 0.888. Hasil kedua kelompok tersebut tidak terdadap

hubungan antara pengetahuan swamedikasi obat dengan karakteristik jenis

kelamin pada kelompok kontrol maupun kelompok uji.

Hasil analisis karakteristik pendidikan kelompok uji didapatkan nilai p =

0.765 dan kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0.633. Hasil kedua kelompok

tersebut tidak terdadap hubungan antara pengetahuan swamedikasi obat dengan

karakteristik pendidikan pada kelompok kontrol maupun kelompok uji.

Hasil analisis karakteristik pekerjaan kelompok uji didapatkan nilai p =

0.672 dan kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0.560. Hasil kedua kelompok

tersebut tidak terdadap hubungan antara pengetahuan swamedikasi obat dengan

karakteristik pekerjaan pada kelompok kontrol maupun kelompok uji. Hasil

analisis karakteristik pendapatan kelompok uji didapatkan nilai p = 0.782 dan

kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0.908. Hasil kedua kelompok tersebut

tidak terdadap hubungan antara pengetahuan swamedikasi obat dengan

karakteristik pendapatan pada kelompok kontrol maupun kelompok uji. Hasil

dapat dilihat pada tabel 5.2.


48

Tabel 5.2 Hasil Uji Karakteristik Sosiodemografi Responden Terhadap Pengetahuan Swamedikasi Penggunaan Obat Pada

Penyakit Kulit Bisul

Kelompok Kontrol Kelompok Uji


Karakteristik Pengetahuan Swamedikasi N p r Pengetahuan Swamedikasi N p r
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Usia (tahun)
20-25 6 (4.69%) 11 (8.59%) 3 (2.34%) 20 (15.63%) 16 (9.58%) 9 (5.39%) 2 (1.2%) 27 (16.17%)
26-30 3 (2.34%) 14 (10.94%) 0 (0%) 17 (13.28%) 2 (1.2%) 5 (2.99%) 1 (0.6%) 8 (4.79%)
31-35 1 (0.78%) 5 (3.91%) 2 (1.56%) 8 (6.25%) 9 (5.39%) 7 (4.19%) 1 (0.6%) 17 (10.18%)
36-40 4 (3.13%) 13 (10.16%) 0 (0%) 17 (13.28%) 12 (7.19%) 7 (4.19%) 1 (0.6%) 20 (11.98%)
0.131 0.134 0.505 -0.052
41-45 6 (4.69%) 8 (6.25%) 1 (0.78%) 15 (11.72%) 13 (7.78%) 8 (4.79%) 1 (0.6%) 22 (13.17%)
46-50 8 (6.25%) 8 (6.25%) 1 (0.78%) 17 (13.28%) 15 (8.98%) 7 (4.19%) 0 (0%) 22 (13.17%)
51-55 9 (7.03%) 16 (12.5%) 1 (0.78%) 26 (20.31%) 18 (10.78%) 22 (13.17%) 5 (2.99%) 45 (26.95%)
≥ 56 3 (2.34%) 4 (3.13%) 1 (0.78%) 8 (6.25%) 4 (2.4%) 2 (1.2%) 0 (0%) 6 (3.59%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 18(14.06%) 35 (27.34%) 2 (1.56%) 55 (42.97%) 38 (22.75%) 33 (19.76%) 3 (1.8%) 74 (44.31%)
0.466 -0.065 0.888 0.011
Perempuan 22(17.19%) 44 (34.38%) 7 (5.47%) 73 (57.03%) 51 (30.54%) 34 (20.36%) 8 (4.79%) 93 (55.69%)
Pendidikan
Tidak Tamat SD 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (0.6%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (0.6%)
Tamat SD 1 (0.78%) 1 (0.78%) 0 (0%) 2 (1.56%) 2 (1.2%) 1 (0.6%) 0 (0%) 3 (1.8%)
SMP 3 (2.34%) 2 (1.56%) 0 (0%) 5 (3.91%) 0.448 -0.068 7 (4.19%) 2 (1.2%) 0 (0%) 9 (5.39%) 0.941 -0.006
SMA 13 (10.16%) 24 (18.75%) 4 (3.13%) 41 (32.03%) 30 (17.96%) 32 (19.16%) 4 (2.4%) 66 (39.52%)
Perguruan Tinggi 23 (17.97%) 52 (40.63%) 5 (3.91%) 80 (62.5%) 49 (29.34%) 32 (19.16%) 7 (4.19%) 88 (52.69%)
Pekerjaan
Tidak/Belum Bekerja 0 (0%) 3 (2.34%) 2 (1.56%) 5 (3.91%) 3 (1.8%) 3 (1.8%) 1 (0.6%) 7 (4.19%)
Karyawan/Pegawai
7 (5.47%) 17 (13.28%) 2 (1.56%) 26 (20.31%) 23 (13.77%) 13 (7.78%) 3 (1.8%) 39 (23.35%)
Swasta
0.672 -0.038
Mahasiswa 4 (3.13%) 8 (6.25%) 0 (0%) 12 (9.38%) 6 (3.59%) 4 (2.4%) 1 (0.6%) 11 (6.59%)
0.56 0.045
Aparatur sipil negara 21 (16.41%) 32 (25%) 3 (2.34%) 56 (43.75%) 33 (19.76%) 34 (20.36%) 5 (2.99%) 72 (43.11%)
Wiraswasta 0 (0%) 3 (2.34%) 1 (0.78%) 4 (3.13%) 12 (7.19%) 4 (2.4%) 0 (0%) 16 (9.58%)
Ibu Rumah Tangga 4 (3.13%) 11 (8.59%) 0 (0%) 15 (11.72%) 5 (2.99%) 7 (4.19%) 1 (0.6%) 13 (7.78%)
Freelance 3 (2.34%) 2 (1.56%) 1 (0.78%) 6 (4.69%) 6 (3.59%) 2 (1.2%) 0 (0%) 8 (4.79%)
Pendapatan (Rupiah)
Belum berpenghasilan 4 (3.13%) 11 (8.59%) 1 (0.78%) 16 (12.5%) 10 (5.99%) 12 (7.19%) 2 (1.2%) 24 (14.37%)
< 1.000.000 6 (4.69%) 5 (3.91%) 2 (1.56%) 13 (10.16%) 4 (2.4%) 3 (1.8%) 1 (0.6%) 8 (4.79%)
1.000.000 - 2.000.000 6 (4.69%) 7 (5.47%) 1 (0.78%) 14 (10.94%) 10 (5.99%) 4 (2.4%) 0 (0%) 14 (8.38%)    
0.364 0.081
2.100.000 - 3.000.000 6 (4.69%) 12 (9.38%) 2 (1.56%) 20 (15.63%) 13 (7.78%) 11 (6.59%) 1 (0.6%) 25 (14.97%) 0.442 0.06
3.100.000 - 4.000.000 6 (4.69%) 18 (14.06%) 1 (0.78%) 25 (19.53%) 17 (10.18%) 18 (10.78%) 2 (1.2%) 37 (22.16%)
> 4.000.000 12 (9.38%) 26 (20.31%) 2 (1.56%) 40 (31.25%) 35 (20.96%) 19 (11.38%) 5 (2.99%) 59 (35.33%)

Keterangan: Tabel 5.2 merupakan tabel untuk melihat pengetahuan swamedikasi penggunaan obat responden kelompok uji dan
kelompok kontrol hasil penelitian. Analisis statistik Koefisiensi Kontingensi untuk kategori usia, pendidikan, penghasilan dengan hasil
49

bermakna apabila (*) p <0,05 dan (r) nilai korelasi (**) r hitung > r tabel 0,05 dan Analisis statistik Analisis statistik Rank Spearman
kategori jenis kelamin, pekerjaan dengan hasil bermakna apabila (*) p <0,05 dan (r) nilai korelasi (**) r hitung > r tabel 0,05.
50

5.4 Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Swamedikasi dan perbedaan

Swamedikasi Penggunaan Obat antara Kelompok Kontrol dan Uji Pada

Penyakit Kulit Bisul

Pada kelompok kontrol paling banyak didapatkan kategori cukup 79

responden (61.72%). Kelompok uji paling banyak didapatkan responden dengan

cukup 89 responden (53,29%). Pada perbedaan pengetahuan swamedikasi antara

kelompok kontrol dan kelompok uji didapatkan nilai p 0.001. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan swamedikasi obat kelompok

kontrol dan kelompok uji. Hasil dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Swamedikasi Obat

Kelompok Kontrol dan Uji

Tingkat Kelompok p
Pengetahuan Kontrol Uji
Baik 40 (31.25%) 89(53.29%) 0.001*
Cukup 79 (61.72%) 67(40.12%)
Kurang 9 (7.03%) 11(6.59%)
Keterangan:

Analisis statistikChi Square dengan hasil bermakna apabila (*) P <0,05

5.5 Hasil Uji Tingkat Ketepatan dan perbedaan Penggunaan Obat

Swamedikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Uji pada Penyakit Bisul

Hasil responden kelompok kontrol dan kelompok uji memiliki tingkat

ketepatan pengobatan yang berbeda-beda. Pada kelompok kontrol paling banyak

didapatkan kategori baik 65 responden (50.78%). Kelompok uji paling banyak

didapatkan responden dengan cukup 85 responden (50,90%). Pada perbedaan

ketetapan penggunaan obat antara kelompok kontrol dan uji didapatkan nilai p

0.008. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ketepatan


51

penggunaan obat antara kelompok kontrol dan kelompok uji Hasil dapat dilihat

padaTabel 5.3

Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Ketepatan Penggunaan Swamedikasi Obat

Kelompok Kontrol dan Uji

Ketetapan Kelompok p
Kontrol Uji
Baik 65 (50.78%) 47(28.14%) 0.000*
Cukup 34 (26.56%) 85(50.90%)
Kurang 29 (22.66%) 35(20.96%)
Keterangan :
Analisis statistikChi Square dengan hasil bermakna apabila (*) P <0,05
52

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan jangka waktu pembukaan hingga penutupan

tautan googleform kurang lebih selama dua bulan. Selama waktu tersebut jumlah

responden yang didapatkan sebanyak 322 responden, yang terdiri atas 128 responden

kelompok uji, 167 responden kelompok kontrol, dan 27 responden yang tidak

memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik sosiodemografi responden terdiri atas usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan yang selanjutnya dianalisa

untuk melihat pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap pengetahuan

swamedikasi pada penyakit kulit bisul.

6.2 Hubungan karakteristik Sosiodemograsi terhadap Pengetahuan

Swamedikasi

Berdasarkan dari teori Lawrence Green 1980, seseorang melakukan upaya

mendapatkan kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor bisa faktor perilaku

maupun diluar perilaku. Diantara faktor tersebut terdapat faktor presdiposisi yaitu

pengetahuan dan karakteristik sosiodemografi. Menurut teori semakin baik faktor

yang mempengaruhi pengetahuan diharapkan akan semakin baik pengetahuan

swamedikasi yang dimiliki.


53

6.2.1 Hubungan Usia Responden terhadap Pengetahuan Swamedikasi

Penyakit Kulit Bisul

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 51-

55 tahun. Hasil ini didapatkan baik dari kelompok uji dan kelompok kontrol dari

pada. Usia seseorang mempengaruhi banyaknya pengalaman dan informasi yang

didapat. Hal itu dibuktikan dalam penelitian Seif dan Aziz (2000) yang menyatakan

bahwa seseorang yang berusia lebih tua memiliki tingkat pengetahuan yang lebih

baik dan luas (Seif dan Aziz, 2000). Irmayanti (2007) juga menyatakan bahwa usia

berpengaruh positif terhadap pengetahuan yang dimiliki karena pembelajaran dari

pengalaman dan daya tangkap serta pola pikir yang lebih berkembang (Irmayanti,

2007).

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik usia memiliki hasil yang tidak

signifikan baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap pengetahuan swamedikasi pada

kelompok uji maupun kontrol responden. Hasil dari penelitian ini sejalan penelitian

Dharmasari (2003) dan Wicaksono (2019) yang menunjukkan tidak ada hubungan

yang bermakna antara usia terhadap pengetahuan swamedikasi

Penelitian sebelumnya disebutkan bahwa kelompok usia dewasa dan lansia

cenderung mulai merasakan penurunan kesehatan maupun tanda-tanda penyakit

degeneratf sehingga meningkatkan penggunaan obat. Sedangkan pada kelompok usia

remaja dikatakan masih sehat secara fisiologis sehingga kemungkinan untuk

melakukan swamedikasi masih sedikit (Kristina et al., 2008). Menurut Notoatmodjo

(2012) semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak dan bertambah
54

pengalamannya dalam penggunaan obat sehingga orang tersebut akan lebih siap

dalam menghadapi sesuatu.

6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Responden terhadap pengetahuan

Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden

adalah perempuan. Hasil ini didapatkan baik dari kelompok uji dan kelompok kontrol

dari pada jenis kelamin laki-laki. Hasil ini didukung dengan adanya data dari Badan

Pusat Statistik Kota Malang tahun 2020 menunjukkan bahwa penduduk yang berjenis

kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 443.407

perempuan. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Asnasari (2017) bahwa jenis kelamin yang melakukan swamedikasi lebih banyak

perempuan dibandingkan laki-laki serta penelitian Anis (2017).

Penelitian Herli (2019) menyebutkan bahwa perempuan lebih peduli terhadap

kesehatan dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan lebih banyak terlibat dalam

swamedikasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Panero dan Persico (2016)

menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan cenderung berhati-hati dalam

melakukan pengobatan pada dirinya, serta lebih memiliki pengetahuan tentang obat

dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki waktu lebih banyak sehingga

perempuan dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dibandingkan laki-

laki yang diduga memiliki kesibukan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik jenis kelamin memiliki hasil yang

tidak signifikan baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Hasil ini sejalan
55

dengan penelitian Mukorromah (2019) karena dalam melakukan swamedikasi atau

pengobatan sendir i dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan tidak terpacu pada jenis

kelamin tertentu yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan

yang jelas dengan pengetahuan swamedikasi. Hal ini dapat diakibatkan karena

informasi dari berbagai sumber dapat diperoleh oleh semua orang baik laki-laki

maupun perempuan (Alatas, 2013).

6.2.3 Hubungan Pendidikan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi

Penyakit Kulit Bisul

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar jenjang pendidikan

responden baik kelompok kontrol maupun kelompok uji adalah perguruan tinggi.

Penelitian Anis (2017) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

akan semakin baik pengetahuan seseorang tentang penggunaan obat swamedikasi.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa pendidikan mempengaruhi perilaku, pola hidup,

dan pengetahuan dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka semakin banyak informasi yang diperoleh sehingga semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang (Anis, 2017).

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pendidikan

juga dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang dalam pengambilan keputusan dan

membuat kebijakan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki wawasan

yang lebih luas. Pendidikan tinggi mengajarkan seseorang untuk berfikir logis dan
56

rasional tentang swamedikasi sehingga semakin berhati-hati dalam penggunaan obat

untuk swamedikasi (Pradono&Sulistyowati, 2014).

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik pendidikan tidak terdapat

pengaruh lamgsung baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap

pengetahuan swamedikasi. Banyak responden penelitianan yang didapatkan ialah

perguruan tinggi disebabkan penyebaran kuesioner kurang merata akibat pandemi

COVID-19 dikarenakan penyebaran kuesioner melalui kantor kelurahan dan kantor

kecamatan di kota Malang tidak bisa langsung kemasyarakat banyak sehingga diisi

oleh petugas kantor kelurahan untuk membantu memenuhi mencapai target minimal

responden yang diperlukan.

6.2.4 Hubungan Pekerjaan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi

Penyakit Kulit Bisul

Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan yang didapatkan paling banyak

adalah aparatur sipil negara baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Hal

ini sejalan dengan penelitian Wicaksono (2019) yang menyebutkan bahwa pekerjaan

tidak memiliki hasil yang signifikan terhadap pengetahuan dalam melakukan

swamedikasi. Penelitian (Mukorromah, 2019) juga mendapatkan hasil bahwa

pekerjaan tidak memiliki hubungan spesifik terhadap pengetahuan swamedikasi.

Masyarakat yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi disertai

lingkungan pekerjaan yang baik dapat membuat seseorang akan memperoleh

pengalaman dan pengetahuan yang baik tentang penggunaan obat yang rasional baik
57

secara langsung maupun tidak langsung (Widyastuti, 2005). Tempat bekerja

responden selama ini mempengaruhi pengetahuan karena lingkungan memberikan

pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang

baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada

cara berfikir seseorang (Rahmayanti, 2014).

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik pekerjaan memiliki hasil tidak

terdapat pengaruh pekerjaan baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan

swamedikasi responden. Banyak responden penelian yang didapatkan ialah aparatur

sipil negara disebabkan penyebaran kuesioner kurang merata akibat pandemi

COVID-19 dikarenakan penyebaran kuesioner melalui kantor kelurahan dan kantor

kecamatan di kota Malang tidak bisa langsung kemasyarakat banyak sehingga diisi

oleh petugas kantor kelurahan untuk membantu memenuhi mencapai target minimal

responden yang diperlukan.

6.2.5 Hubungan Pendapatan Responden terhadap pengetahuan Swamedikasi

Penyakit Kulit Bisul

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar

pendapatan responden adalah Rp. 4.000.000 baik dari kelompok uji dan kelompok

kontrol. Suffah (2017) menyebutkan bahwa tingkat pendapatan seseorang

berpengaruh terhadap upaya masyarakat dalam melakukan pencegahan maupun

penanganan dalam meningkatkan kesehatan keluarga termasuk swamedikasi. Biaya


58

pengobatan menjadi salah satu pertimbangan masyarakat yang memiliki tingkat

pendapatan rendah sehingga cenderung untuk mencari pertolongan kesehatan yang

sesuai dengan kemampuan serta pendapatannya (Suffah, 2017).

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik pendapatan memiliki hasil analisa

yang tidak signifikan baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan swamedikasi

responden. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dharma (2017) bahwa pendapatan

tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dan pengetahuan swamedikasi

(Dharma, 2017). Hal ini diakibatkan karena penyebaran kuesioner yang disebar

kurang merata. Hasil penelitian untuk kategori pekerjaan juga didominasi pegawai

negri sehingga memungkinkan pendapatan responden masih dalam rentang yang

sama banyak diatas 4.000.000. faktor lainnya karena pendapatan responden yang

kurang beragam dan kemungkinan mempengaruhi hasil menjadi tidak signifika

6.3 Perbedaan Pengetahuan Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul Kelompok

Kontrol dan Uji

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan pengetahuan

swamedikasi penyakit kulit bisul padan kelompok uji dan kontrol. Pada kelompok

kontrol didapatkan paling banyak cukup sedangakan kelompok uji didapatkan paling

banyak baik. Perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol dan uji

didapatkan signifikan walaupun pada semua kelompok paling banyak sama-sama

mendapatkan obat di apotek, memperoleh informasi melalui keluarga, serta


59

melakukan pengobatan sendiri disaat sakit ringan apabila terjadi efek samping dari

swamedikasi akan langung menghentikan pengobatan dan pergi ke dokter praktek.

Perbedaan antara kelompok kontrol dan uji didapatkan nilai yang signifikan

kemungkinkan karena pada kelompok kontrol masyarakat belum pernah mengalami

penyakit bisul, sehingga pengalaman masyarakat dimungkinkan memiliki peran besar

terhadap pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini. Hal ini sesuai dengan

penelitian dari Antari (2016) yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

tindakan swamedikasi antara lain biaya pengobatan, iklan, tingkat pendidikan dan

pengalaman (Antari, 2016). Sehingga, pada penelitian ini, terdapat perbedaan antara

kelompok uji dan kontrol.

Menurut teori Notoatmojo suatu pengetahuan terjadi apabila seseorang

dipaparkan suatu stimulus, pada kelompok uji didapatkan stimulus yaitu pernah

mengalami penyakit bisul maka orang tersebut akan menimbang hal baik apa yang

sebaiknya dilakukan setelah itu mencoba melakukan pengobatan yang nantinya akan

membentuk pengalaman dan pengetahuan mengenai pengobatan penyakit bisul

(Notoatmodjo, 2014). Kelompok kotrol ialah kelompok yang belum pernah terpapar

penyakit bisul dan pengalaman mengenai penyakit bisul. Teori ini sejalan dengan

penelitian ini dimana kelompok kontrol didapatkan hasil pengetahuan cukup dan

kelompok uji didapatkan baik karena kelompok uji sudah memiliki pengalaman

mengenai penyakit bisul dan pengetahuan mengenai pengobatan penyakit bisul

dibandingan yang belum pernah.


60

6.4 Ketepatan Penggunaan Pengobatan Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ketepatan pengobatan

swamedikasi menunjukan kelompok kontrol banyak responden yang memikili

ketepatan swamedikasi yang baik dibandingkan kelompok uji banyak responden yang

memiliki kategori cukup. Pengetahuan orang melakukan swamedikasi akan memilih

obat yang aman, tepat penggunaan, dan rasional (Kristina et al, 2007). Menurut

Depkes RI (2008) pengetahuan masyarakat yang kurang tentang obat yang

dikonsumsi akan berdampak pada perilaku konsumsi pasien terhadap suatu obat

menjadi tidak rasional dan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengobatan

dalam swamedikasi. Masyarakat sebaiknya memahami beberapa hal penting dalam

melakukan swamedikasi antara lain tentang mengenali gejala penyakit, memilih

produk sesuai dengan indikasi dari penyakit, mengikuti petunjuk yang tertera pada

brosur, memantau hasil terapi dan kemungkinan efek samping yang ada (Depkes RI,

2008).

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden banyak memilih

melakukan swamedikasi pada bisul menggunakan obat Gentamicin salep.

Penggunaan Gentamicin salep dalam mengatasi bisul merupakan pilihan obat yang

bisa digunakan karena Gentamicin termasuk dalam obat yang dapat menghambat

sintesis protein pada bakteri gram negative sehingga bisa digunakan untuk mengobati

bisul (Gunawan, 2007). Dalam panduan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan

Kelamin Indonesia (PERDOSKI) tahun 2017 pengobatan bisul masih berupa

folikulitis terdapat pus atau krusta maka bisa di lakukan kompres terbuka dengan

permanganas kalikus 1/5000, asam salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon iodine
61

1%, apabila luka tidak tertutup pus atau krusta menggunakan salep/krim asam fusidat

2%, mupirosin 2% dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari. Terapi lini pertama

untuk menangani bisul berupa furunkel dan karbunkel yang sudah mengalami gejala

sistemik lini pertama ialah menggunakan Kloksasilin/dikloksasilin, amoksisilin dan

asam klavulanat (Perdoski,2017.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan ketepatan pengobatan

swamedikasi pada kelompok kontrol dan uji. Hal ini dapat diakibatkan karena

kurangnya pemahaman tentang penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat

bebas secara berlebihan, serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan

membuang obat dengan benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang

memberikan informasi yang memadai tentang penggunaan obat (Kemenkes RI,

2015).

Selain itu masyarakat belum memahami mengenai penggunaan obat yang

digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang paham cara

melakukan swamedikasi yang benar maka diperlukan edukasi kepada masyarakat

tentang cara penggunaan dan penyimpanan obat secara swamedikasi dan perlu

dijelaskan pula kapan sebaiknya harus meminta pertolongan dokter. Oleh karena itu,

sebagai pelaku swamedikasi harus mampu mengetahui jenis obat yang diperlukan,

kegunaan dari tiap obat, menggunakan obat dengan benar (cara, aturan pakai, lama

pemakaian), mengetahui efek samping obat yang digunakan dan siapa yang tidak

boleh menggunakan obat tersebut (Depkes RI 2008).


62

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak didapatkan perbedaan pada karakteristik sosiodemografi jenis kelamin

perempuan, berusia 51-55, lulusan perguruan tinggi, aparatur sipil negara,

pendapatan.

2. Tidak didapatkan berhubungan karakteristik sosiodemografi pada jenis kelamin,

usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan pada swamedikasi penyakit bisul

masyarakat Kota Malang

3. Tingkat pengetahuan swamedikasi didapatkan perbedaan yang signifikan antara

kelompok kontrol dan uji.

4. Ketepatan penggunaan obat swamedikasi didapatkan perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol dan uji.

1. 7.2 Saran

Peneliti memberikan saran untuk penelitian yang akan datang sebaiknya:

1. Melakukan penelitian secara offline atau tatap muka agar dapat dilakukan

pemantauan secara langsung pada responden yang mengisi kuesioner.

2. Menyempitkan populasi penelitian agar tujuan penelitian dapat lebih

maksimal.
63

3. Menggunakan responden sesuai dengan ketentuan minimal sampel penelitian,

tidak lebih dan tidak kurang


64
65

DAFTAR PUSTAKA

Adhikary, M., Tiwari, P., Singh, S., & Karoo, C. 2014. Study of self-medication

practices and its determinant among college students of Delhi University

North Campus, New Delhi India International Journal of Medical Science

and Public Health, 3, 406-409

Alatas, S. S. S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis


Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta
Timur’, eJournal Kedokteran Indonesia, 1(1). doi:
10.23886/ejki.1.1596.53-57.
Anis F.2017. Hubungan faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan
swamedikasi dan penggunaan obat common cold di desa Wukirsari kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta . Universitas Islam
Indonesia
Anis, Farkhan. 2017. Hubungan Faktor Sosiodemografi Terhadap Pengetahuan
Swamedikasi dan Penggunaan Obat Common Cold di Desa Wukirsari
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 2017.
Antari, Ni Putu. 2016. Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Obat Dalam

Swamedikasi Dan Pengaruhnya Terhadap Kebiasaan Menggunakan Obat

Pada Responden Di Apotek Gunung Sari. Jurnal Medicamento. Vol.2.

Akademi Farmasi Saraswati Denpasar Bali.

Antari. Dkk.2016. Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Obat Dalam

Swamedikasi Dan Pengaruhnya Terhadap Kebiasaan Menggunakan

Obat Pada Responden Di Apotek Gunung Sari. Jurnal Medicamento.

Vol.2. Akademi Farmasi Saraswati Denpasar Bali.

Asnasari. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Swamedikasi Dengan Pola

Penggunaan Obat Pada Masyarakat Dusun Kenaran, Sumberharjo,

Prambanan, Sleman, yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.


66

Bernard P. Management of common bacterial infections of the skin. Curr Opin

Infect Dis. 2008 Apr;21:122-8. PubMed

Caesarita D P, 2011, Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas commosis) 100%

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pioderma, Semarang :

Universitas Dipoegoro

Campbell K, Baker B, Tovar A, Economos E, Williams B, McCauley L .2017.

The association between skin rashes and work environment, personal

protective equipment, and hygiene practices am- ong female farmworkers.

Workplace Health and Saf. 65: 313–321.

Clebak KT, Malone MA. Skin Infections. Prim Care. 2018 Sep;45:433-

454. PubMed

Craft N. 2012. General Considerations of Bacterial Disease. In: Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. 8th Ed. Goldsmith LA, Katz SI,

Gilchrest BA, Paller

Dahlan, S.M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta :

Salemba Medika.

Damilartha Setiawan. 2003. Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 3. Jakarta :

Trubus Agriwidya

Deleo F R . 2010. Community-Associated Meticillin-Resistant Staphylococcus

Aureus. Lancet, 375:1557–1568

Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas

Terbatas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departmen

Kesehatan RI: Jakarta


67

Depkes RI. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan

Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Depkes RI. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan

Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Dharma AAS. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan

dengan Perilaku Swamedikasi Sakit Kepala oleh Ibu-Ibu di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Pada Bulan Juli sampai September 14–5.

Djuanda. 2011. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Green, Lawrence, 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The. John

Hopkins University, Mayfield Publishing Co.

Gunawan Sulistia G. 2008. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.

Hedrick J. 2003. Acute bacterial skin infections in pediatric medicine: current

issues in presentation and treatment. Paediatr Drugs. 1:35-46. PubMed

Hirabayashi M, Takedomi H, Ando Y, Omura K. 2018. Neck carbuncle

associated with methicillin-susceptible Staphylococcus

aureus bacteraemia. BMJ Case Rep.  Oct 25;2018 PubMed

Horowitz Y, Sperber AD, Almog Y, 2004, Gram-negative cellulitis complicating

cirrhosis. Mayo Clin Proc. ;79:247–50.

Iroha IR, Esimone CO, Neumann S, et al. 2012. First description of Escherichia

coli producing CTX-M-15- extended spectrum beta lactamase (ESBL) in


68

out-patients from south eastern Nigeria. Ann Clin Microbiol

Antimicrob. ;11:19.  PubMed (diakses 26Agustus 2020)

James WD, Berger TG, and Elston DM. 2016. Bacterial infections. In: Andrews’

Diseases of the skin. Clinical Dermatology. 12th Ed. Philadelphia:

Elsevier.

Kemenkes RI. Pemahaman Masyarakat Akan Penggunaan Obat Masih Rendah.

Jakarta: Pusat Komunikasi. 2015

Kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

Khawcharoenporn T, Alan T. 2006. Oral antibiotic treatment for methicillin-

resistant Staphylococcus aureus skin and soft tissue infections: review of

the literature. Hawaii Med J. 290-3. PubMed

Kinoshita Y, Kono T, Ansai SI, Saeki H. 2019. An aggressive case of

granulomatous eosinophilic pustular folliculitis on the face. JAAD Case

Rep. Mar. 5: 237-239. Medline

Kotler, Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi keduabelas, Jilid 1.

Jakarta: Erlangga

Kristina S, Prabandari Y, Sudjaswadi R. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri

Yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok Dan Cangkringan

Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia. Vol.19(1): 32-40

Mukorromah, Asti Laila. 2019. Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Swamedikasi pada Masyarakat

Kelurahan Prenggan Kotagede. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta
69

Nugerahdita, N, Prevalensi Penyaki kulit dan Pengobatan nya pada beberapa RW

di Kelurahan Petambunan Jakarta Pusat. Depok Universitas Indonensia

Okada S, Fujimura T, Furudate S, Kambayashi Y, Kikuchi K, Aiba S. 2013.

Immunosuppression-associated eosinophilic pustular folliculitis (IS-EPF)

developing after Highly Active Anti-Retroviral Therapy (HAART): the

possible mechanisms through CD163+ M2 macrophages. Eur J Dermatol.

Sep-Oct. 23:713-4. 

Okeke IN, Klugman KP, Bhutta ZA, Duse AG, Jenkins P, O'Brien TF, Pablos-

Mendez A, Laxminarayan R. 2005. Antibacterial resistance in developing

countries. Part II: strategies for containment. Lancet Infect Dis. 5:568–

580. PubMed

Perdoski. 2017. Pioderma. Panduan Praktik Klinis. Bagi Dokter Spesialis Kulit

dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 121–6.

Pratiwi, Hening., Choironi, Nur, Amalia, Warsinah., 2017. Pengaruh Edukasi

Apoteker Terhadap Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terkait Teknik

Penggunaan Obat. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5,

Roberts S, Chambers S. 2005. Diagnosis and management of Staphylococcus

aureus infections of the skin and soft tissue. Intern Med J 2:97-

105. PubMed

Roberts S, Chambers S. 2005. Diagnosis and management of Staphylococcus

aureus infections of the skin and soft tissue. Intern Med J.  2:97-

105. PubMed

Roe E, Garcia Muret MP, Marcuello E, Capdevila J, Pallares C, Alomar A. 2006.

Description and management of cutaneous side effects during cetuximab


70

or erlotinib treatments: a prospective study of 30 patients. J Am Acad

Dermatol. 55:429-37. Medline.

Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di

Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. 2: 163-

193.

Seif NY, Aziz MA. 2000. Effect of reast self-examination training program on

knowledge, attitude and practice of a group of working women.

Journal of Egyptian Nat. Cancer Inst. 12(2):105-15.

Stulberg DL, Penrod MA, Blatny RA. 2002. Common bacterial skin

infections. Am Fam Physician.  Jul 01;66;119-24. PubMed

Suffah, Nisa’in K. 2017. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan

Swamedikasi Diare di Kecamatan Karanggeneng Lamongan. Skripsi.

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sugiarto A, 2008, Ramuan Tradisional untuk Mengatasi aneka penyakit. Jakarta:

PT Agromedia Pustaka

Tilley DH, Satter EK, Kakimoto CV, Lederman ER. 2012. Disseminated

verrucous varicella zoster with exclusive follicular involvement. Arch

Dermatol. 148 :405-7. [Medline]

Trent JT, Federman D, Kirsner RS. 2001. Common bacterial skin

infections. Ostomy Wound Manage.  Aug;47(8):30-4. PubMed

Weedon D, Strutton G, 2002, Skin Pathology edisi ke 2459-66. New York, NY:

Churchill Livingstone

Wicaksono, Koko Wahid. 2019.. Pengaruh Edukasi Tentang Gema Cermat


Terhadap Sikap Masyarakat di Kecamatan Parigi Dalam
Melakukan Swamedikasi. Skripsi. Universitas Islam Indonesia
Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta: EGC
71

World Health Organization (WHO). 2005. Epidemiology and Management of

common diseases oin children in developing countries. Switzerland


LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Etik

1
Lampiran 2
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN (INFORMED
CONSENT)
PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI
PENELITIAN
(PSP)
1. Saya Dewi damayanti berasal dari Universitas Islam Malang program studi
Pendidikan Dokter dengan ini meminta bapak/ibu untuk berpartisipasi dengan
sukarela dalam penelitian yang berjudul “Identifikasi Karakteristik Sosiodemografi
Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kota Malang Tentang Swamedikasi
Penyakit Kulit Bisul”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik faktor
sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan masyarakat Kota Malang mengenai
swamedikasi obat serta pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ketepatan
penggunaan obat dalam swamedikasi pada penyakit kulit bisul (folikulitis, furunkel,
karbunkel).
3. Prosedur pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran
kuisioner dalam bentuk googleform dan diberikan secara online melalui aplikasi
WhatsApp.
4. Dalam penelitian ini responden tidak memiliki resiko yang membahayakan diri
karena responden mengisi kuesioner secara online serta akan dilaksanakan sesuai
kaidah etik penelitian yang berlaku.
5. Nama dan jati diri serta seluruh data yang terkumpul akan dijaga kerahasiaannya.
6. Apabila bapak/ibu memerlukan informasi/bantuan yang terkait dengan penelitian ini,
atau ingin mengundurkan diri sebagai responden silahkan menghubungi Dewi
Damayanti (085745185872). Sebagai tanda terimakasih saya, pada akhir penelitian
bapak/ibu akan mendapatkan saldo pulsa/e-money dengan catatan data yang telah
diberikan dapat dijadikan sebagai data penelitian.

PENELITI

Dewi Damayanti

2
INFORMED CONSENT
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian

yang akan dilakukan oleh Yohanita Nilam Sari dengan judul “Identifikasi

Karakteristik Sosiodemografi Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Kota Malang Tentang Swamedikasi Penyakit Kulit Bisul”.

Saya setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela

tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Malang, 30 Oktober 2020 Malang, 2020


Mengetahui Yang memberikan persetujuan
Peneliti

(Dewi Damayanti) (......................................)

3
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN
KUESIONER PENYAKIT KULIT AKIBAT BAKTERI

I. DATA DEMOGRAFI
Pada bagian ini responden dimohon mengisi data diri dengan benar
1. Nama :
2. Alamat sesuai KTP :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kota/Kab :
Provinsi :
3. No. HP yang Aktif (WA) :
4. Usia :
a. 20 – 25 tahun e. 41 – 45 tahun
b. 26 – 30 tahun f. 46 – 50 tahun
c. 31 – 35 tahun g. 51 – 55 tahun
d. 36 – 40 tahun h. >56 tahun
5. Jenis kelamin :
a. Laki-Laki b. Perempuan
6. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak Tamat SD b. Tamat SD
c. Tamat SMP/MTs/SLTP d. SMA/SMK/SLTA
e. Perguruan Tinggi f. Lain-Lain, sebutkan ……
7. Pekerjaan :
a. Tidak / Belum Bekerja e. Wiraswasta
b. Karyawan / Pegawai Swasta f. Ibu Rumah Tangga
c. Mahasiswa g. Freelance
d. Pegawai Negeri h. Lain-Lain, sebutkan ……
8. Pendapatan / bulan dalam Rupiah:
a) < 1.000.000
b) 1.000.000 - 2.000.000
c) 2.100.000 - 3.000.000
d) 3.100.000 - 4.000.000
e) > 4.000.000
8. Status Pernikahan :

4
a. Belum Menikah
b. Menikah
c. Cerai
d. Cerai mati
9. Suku/Ras :

10. Apakah anda pernah menderita penyakit kulit?


a. Ya b. Tidak
Jika Ya, penyakit kulit apa yang anda derita?
a. Penyakit kulit akibat bakteri (bisul)
b. Penyakit kulit akibat virus (cacar air, campak, herpes)
c. Penyakit kulit akibat jamur (panu, kadas, dan kurap)
d. Penyakit kulit akibat alergi dan reaksi inflamasi (biduran dan gigitan
serangga)

5
II. Pemahaman penyakit kulit diakibatkan bakteri
Pada bagian ini responden dimohon menjawab pertanyaan mengenai penyakit
disebabkan oleh bakteri sesuai dengan pendapat dan pengalaman masing masing
responden dengan jawaban

1. Saya pernah mengalami sakit kulit sebelumnya atau mengalami sakit kulit
sekarang
YA TIDAK

2. saya pernah mengalami sakit bisul sebelumnya


YA TIDAK
Jika pernah, lokasi mana di bagian tubuh yang pernah timbul bisul…

3. Saya pernah mengalami sakit pada kulit berupa munculnya kemerahan


YA TIDAK

4. Munculnya kemerahan pada kulit hanya berada di satu tempat/lokasi kulit


YA TIDAK

5. Setelah timbul warna merah ditempat itu akan muncul benjolan kecil pada hari
ke 3
IYA TIDAK

6. Setelah timbul warna merah dan muncul benjolan kecil kemudian semakin
membesar membentuk seperti kerucut
YA TIDAK

7. Saat benjolan menjadi besar kemerahan di bagian tengahnya terdapat titik


berwarna kuning dan dikelilingi warna kemerahan
YA TIDAK

8. Benjolan kemerahan akan sakit ketika disentuh atau bergesekan dengan baju
YA TIDAK

Setelah lebih dari 5-7 hari benjolan tersebut mengalami pecah


YA TIDAK

10. Benjolan yang pecah akan mengeluarkan cairan berwarna kuning berupa
nanah
YA TIDAK

11. Saat timbul benjolan merah hingga pecah saya mengalami demam
YA TIDAK

12. Setelah mengeluarkan nanah benjolannya mulai mengecil atau kempes

6
YA TIDAK

13. Setelah mengeluarkan nanah dan benjolan mulai mengecil beberapa hari
kemudian sudah menghilang, tidak merasakan nyeri dan kemerahan kembali
ditempat tersebut
YA TIDAK

14. Apalah anda melakukan pengobatan menggunakan obat modern ketika anda
mengalami gejala seperti di nomor sebelumnya
YA TIDAK
Kalau iya menggunakan apa? ….
Dioles atau diminum?....

15. Saya pernah mengalami salah satu, salah dua atau semua penyakit dibawah ini

YA TIDAK

III. Profil swamedikasi


Pada bagian ini responden dimohon menjawab pertanyaan mengenai pemahaman
mengenai pemakaian obat sesuai dengan pengetahuan masing masing responden
dengan jawaban :

1. Kapan terakhir kali anda terkena penyakit kulit?


a) Usia 5-10 tahun
b) Usia 11-15 tahun
c) Usia 16-20 tahun
d) Usia >20 tahun

2. Apakah anda pernah melakukan pengobatan sendiri (membeli dan


mengonsumsi obat tanpa resep dokter) untuk penyakit tersebut?
a) Pernah
b) Tidak pernah

3. Dimanakah biasanya anda membeli obat untuk pengobatan sendiri?


a) Apotek
b) Toko obat
c) Swalayan
d) Warung

7
4. Berapakah jarak antara rumah anda dengan fasilitas kesehatan (Rumah
sakit, Puskesmas, Apotek)?
a) 0 - 5 km
b) 6 - 10 km
c) >2 km

5. Berapakah jarak rumah anda dengan apotek terdekat?


a. <500m
b. 500- 1 km
c. 1 – 1,5 km
d. 1,5 – 2 km
e. > 2km

6. Darimana anda memperoleh informasi mengenai obat yang biasanya anda


gunakan untuk pengobatan sendiri?
a) Iklan
b) Teman
c) Keluarga
d) Literatur
e) Internet
f) Media social
g) jurnal
h) Lain-lain, sebutkan….

7. Apa alasan anda melakukan pengobatan sendiri?


a) Darurat
b) Sakit ringan
c) Hemat waktu
d) Lebih murah
e) Lain-lain, sebutkan….

8. Apakah setelah menggunakan obat untuk penyakit bisul apakah anda


pernah merasakan efek yang tidak dikehendaki/efek samping?
a) Pernah
b) Tidak pernah

9. Apa yang anda lakukan bila terjadi efek samping setelah melakukan
pengobatan sendiri?
a) Menghentikan pengobatan
b) Konsultasi dengan dokter
c) Konsultasi dengan apoteker
d) Lain-lain, sebutkan…..

10. Jika sakit tidak kunjung sembuh dengan pengobatan sendiri, maka apa
yang anda lakukan?
a) Ke apotek untuk membeli obat lainnya
b) Ke bidan/perawat praktek

8
c) Ke dokter praktek
d) Ke klinik
e) Ke rumah sakit
f) Ke puskesmas
g) Lain-lain, sebutkan….

11. Apa yang hal yang dilakukan ketika sakit


a) Membiarkan sampai sembuh
b) Mengobati sendiri
c) Pergi ke dokter/puskesmas/klinik/RS

12. Bagaimana cara menggunakan obat ketika sakit


a) Mengobati dengan obat apa saja yang ada di rumah
b) Mengobati dengan ramuan sendiri
c) Mengobati dengan obat tradisional atau jamu dalam kemasan
d) Mengobati dengan campuran obat modern atau ramuan tradisional
e) Mengobati dengan obat modern

13. Dari mana anda mengetahui cara pengobatan sendiri


a) Turun temurun
b) Dari teman/saudara/tetangga
c) Dari brosur atau iklan TV/Radio/majalah
d) Dari dokter atau petugas kesehatan

14. Apa dasar pemilihan penggunaan obat modern menurut anda


a) Inisiatif sendiri menggunakan obat yang ada di rumah
b) Diberitahu oleh teman/saudara/tetangga
c) Inisiatif sendiri membeli di warung kelontong
d) Diberitahu tenaga kesehatan di apotek
e) Resep dari dokter yang diterima sebelumnya

15. Menurut anda dimana tempat anda mendapatkan obat


a) Warung kelontong
b) Supermarket
c) Dokter di puskesmas/klinik/RS
d) Toko obat
e) Apotek

16. Dari mana anda mengetahui petunjuk penggunaan obat


a)
Dari teman/saudara/tetangga
b)
Dari iklan/brosur
c)
Dari kemasan
d)
Dari petugas kesehatan/dokter
e)
Dari apoteker
17. Apakah anda selalu membaca tanggal kadaluarsa obat ketika
mengkonsumsi obat
a) Selalu
b) Sering

9
c) Kadang-kadang
d) Tidak pernah

18. Apakah anda selalu membaca kandungan obat ketika mengkonsumsi obat
a) Selalu
b) Sering
c) Kadang-kadang
d) Jarang
e) Tidak pernah

19. Ketika melakukan pengobatan sendiri, menurut anda hal yang harus
diketahui saat memilih obat berdasarkan
a) Cara minum obat
b) Efek samping
c) Kontra indikasi
d) Takaran/dosis
e) Kegunaan

20. Dimana anda menyimpan obat-obatan dirumah


a) Simpan obat di rak obat
b) Di lemari pendingn/kulkas
c) Tidak ada tempat khusus
d) Lainnya sebutkan…

10
IV. pengetahuan swamedikasi
Pada bagian ini responden diharapkan menjawab pertanyaan mengenai seberapa
jauh mengenai sikap masing masing responden mengenai pengobatan penyakit
kulit diakibatkan bakteri menggunakan obat sesuai dengan pengalaman dan
pemahaman masing-masing responden dengan jawaban
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
N Penyataan Jawaban
O SS S TS STS
Mendapatkan Obat
Menurut saya, pengobatan mandiri
(membeli dan mengonsumsi obat tanpa
resep dokter) lebih murah daripada
pengobatan ke dokter
Jika saya terkena sakit kulit seperti bisul ,
saya akan berusaha untuk membeli obat
Menurut saya, apotek adalah tempat yang
paling tepat untuk membeli obat
Saya bisa memilih obat untuk penyakit kulit
seperti bisul saya sendiri?
Obat yang saya pilih bisa menyebuhkan
penyakit kulit seperti bisul saya sendiri
Setiap obat yang saya pilih adalah obat yang
aman
Saya hanya membeli obat untuk keluhan
penyakit ringan
Pengobatan sendiri
Saya bisa lebih menghemat waktu ketika
melakukan pengobatan sendiri (membeli
dan mengonsumsi obat tanpa resep dari
dokter)
Menurut saya, pengobatan sendiri (membeli
dan mengonsumsi obat tanpa resep dari
dokter) lebih mudah dilakukan
Menurut saya, suatu obat dapat digunakan
untuk mengobati lebih dari 1 penyakit

11
VI. Ketepatan swamedikasi
Pada bagian ini responden dimohon menjawab pertanyaan mengenai pemahaman
mengenai obat sesuai dengan pendapat dan pengetahuan masing masing
responden
N Pernyataan Opsi jawaban
O benar salah
Cara mendapatkan obat
1. Semua obat dapat dibeli di apotek ataupun
swalayan
2. Obat dapat diperoleh dari teman atau
keluarga yang lain
3. Obat dapat dibeli di apotek ataupun
swalayan
Cara penggunaan obat
4. Jika aturan pemakaian obat 2 kali sehari,
maka obat tersebut harus diminum pada
pagi dan sore hari
5. Obat salep dapat digunakan kapan saja
selama tidak terjadi perubahan warna dan
bau
Cara penyimpanan obat
7. Semua obat dapat disimpan dalam lemari
pendingin (kulkas) agar lebih tahan lama
8. Obat dapat disimpan tidak pada kemasan
asli
Cara pembuangan obat
9. Isi obat tidak perlu dikeluarkan dari
kemasan pada saat akan dibuang
10. Semua obat yang sudah kadaluarsa dapat
dibuang ditempat sampah
11. Obat dalam bentuk sediaan tablet dan pil
harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum
dibuang
12. Obat dalam bentuk sediaan tablet dan pil
dibuang dengan cara ditimbun dalam tanah

12
Lampiran 4
1. Kuisioner Profil Penyakit
2. Pemahaman penyakit kulit diakibatkan bakteri
Pertanyaan ke- Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan
1 0.597261041 0.287 Valid
2 0.553259894 0.287 Valid
3 0.823906475 0.287 Valid
4 0.500732817 0.287 Valid
5 0.713078045 0.287 Valid
6 0.823906475 0.287 Valid
7 0.422443702 0.287 Valid
8 0.455639789 0.287 Valid
9 0.823906475 0.287 Valid
10 0.823906475 0.287 Valid
11 0.654839543 0.287 Valid
12 0.322642497 0.287 Valid
13 0.327672445 0.287 Valid
14 0.823906475 0.287 Valid

Jumlah pertanyaan Nilai Reabilitas Keterangan


14 0.922 Reliabel

Item-Total Statistics

Scale Scale Cronbach's


Mean if Variance if Corrected Squared Alpha if
Item Item Item-Total Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
B2 14.9688 5.902 .597 .851
B3 14.8438 5.491 .553 .853
B4 15.0000 5.935 .824 .847
B5 14.8750 5.661 .501 .856
B6 14.9688 5.773 .713 .846
B7 15.0000 5.935 .824 .847
B8 14.8750 5.790 .422 .861
B9 14.9375 5.931 .456 .857
B10 15.0000 5.935 .824 .847
B11 15.0000 5.935 .824 .847
B12 14.9688 5.838 .655 .849
B13 14.6250 5.661 .323 .877
B14 14.3438 5.717 .328 .874
B16 15.0000 5.935 .824 .847

Reliability Statistics

13
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach' Standardize N of
s Alpha d Items Items
.743 .749 11

3. Profil swamedikasi
Kuisioner tidak bisa divalidasi karena bersift kualitatif
4. pengetahuan swamedikasi obat tradisional
5. Pengetahuan swamedikasi obat
Pertanyaan ke- Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan
1 0.526835282 0.287 Valid
2 0.36039151 0.287 Valid
3 0.3203411 0.287 Valid
4 0.48963691 0.287 Valid
5 0.576825485 0.287 Valid
6 0.540707943 0.287 Valid
7 0.584720052 0.287 Valid
8 0.735710165 0.287 Valid
9 0.740063388 0.287 Valid
10 0.441641958 0.287 Valid

Item-Total Statistics

Scale Scale Cronbach's


Mean if Variance if Corrected Squared Alpha if
Item Item Item-Total Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
E1 28.3438 23.394 .527 .551 .826
E2 27.9063 26.152 .360 .370 .838
E3 27.5313 27.483 .320 .434 .841
E4 28.1563 24.588 .490 .437 .828
E5 28.0625 24.190 .577 .667 .821
E6 28.0625 23.480 .541 .703 .824
E7 28.1250 24.048 .585 .500 .820
E8 28.1875 22.351 .736 .814 .804
E9 28.3750 21.081 .740 .856 .801
E10 28.5000 24.194 .442 .465 .834

Reliability Statistics

14
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach' Standardize N of
s Alpha d Items Items
.839 .836 10

6. Ketepatan swamedikasi

Pertanyaan ke- Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan


1 0.408993756 0.287 Valid
2 0.412032244 0.287 Valid
3 0.409701807 0.287 Valid
4 0.439773506 0.287 Valid
5 0.369323468 0.287 Valid
6 0.327910482 0.287 Valid
7 0.455938075 0.287 Valid
8 0.355371158 0.287 Valid
9 0.356890821 0.287 Valid
10 0.379413628 0.287 Valid
11 0.408993756 0.287 Valid

Item-Total Statistics

Scale Scale Cronbach's


Mean if Variance if Corrected Squared Alpha if
Item Item Item-Total Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
G1 14.3750 6.177 .409 .485 .722
G2 14.5313 6.128 .412 .583 .722
G3 14.7188 6.273 .410 .390 .722
G4 14.8438 6.459 .440 .345 .721
G5 14.5938 6.249 .369 .249 .728
G6 14.3125 6.415 .328 .425 .733
G7 14.1875 6.351 .456 .329 .718
G8 14.5000 6.258 .355 .472 .730
G9 14.5313 6.257 .357 .680 .730
G10 14.7813 6.434 .379 .648 .726
G11 14.6250 6.177 .409 .541 .722

Reliability Statistics

15
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach' Standardize N of
s Alpha d Items Items
.743 .749 11

Lampiran 5 Hasil Analisis data


OUTPUT SPSS

1. Perbedaan karakteristik sosiodemografi


Usia :
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
Pearson Chi-Square 10.122a 7 .182
Likelihood Ratio 10.155 7 .180
Linear-by-Linear Association .680 1 .410
N of Valid Cases 295
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07.

Jenis Kelamin :
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square .053a 1 .818
Continuity Correctionb .013 1 .911
Likelihood Ratio .053 1 .818
Fisher's Exact Test .906 .456
Linear-by-Linear Association .053 1 .818
N of Valid Cases 295
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55.97.

Pendidikan Terakhir :
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.470a 4 .483
Likelihood Ratio 3.852 4 .426
Linear-by-Linear Association 2.725 1 .099
N of Valid Cases 295
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .43.
Pekerjaan :
Chi-Square Tests

16
Asymp.
Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.470 a
4 .483
Likelihood Ratio 3.852 4 .426
Linear-by-Linear Association 2.725 1 .099
N of Valid Cases 295
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .43.
Pendapatan/Bulan (Rupiah)
Chi-Square Tests
Asymp.
d Sig. (2-
Value f sided)
Pearson Chi-Square 4.233a 5 .516
Likelihood Ratio 4.205 5 .520
Linear-by-Linear Association .794 1 .373
N of Valid Cases 295
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 9.11.

2. Hubungan karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan


swamamedikasi
A. Kelompok kontrol
Usia :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.330 .336
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 128

Jenis Kelamin :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.115 .426
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 128

Pendidikan
Terakhir :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.159 .765
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 128

17
Pekerjaan :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.359 .168
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 128

Pendapatan/Bula
n (Rupiah)
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.218 .782
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 128

B. Kelompok uji

Usia :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.249 .682
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 167

Jenis Kelamin :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.110 .359
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 167

Pendidikan
Terakhir :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.188 .633
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 167

Pekerjaan :
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Contingency
.243 .726
Nominal Coefficient

18
N of Valid Cases 167

Pendapatan/Bula
n (Rupiah)
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Nominal Contingency
.202 .713
Coefficient
N of Valid Cases 167

3. Perbedaan tingkat pengeahuan


Tingkat Pengetahuan
Swamedikasi
Chi-Square Tests
Asymp.
d Sig. (2-
Value f sided)
Pearson Chi-Square 14.903a 2 .001
Likelihood Ratio 15.105 2 .001
Linear-by-Linear
9.909 1 .002
Association
N of Valid Cases 295
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 8.68.

4. Perbedaan ketepatan
Ketepatan Swamedikasi
Chi-Square Tests
Asymp.
d Sig. (2-
Value f sided)
Pearson Chi-Square 20.515a 2 .000
Likelihood Ratio 20.879 2 .000
Linear-by-Linear
Association 5.554 1 .018

N of Valid Cases 295


a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 27.77.

19
Lampiran 6 Karakteristik Responden

Variabel Uji Kontrol N


Kapan terakhir kali anda terkena
penyakit kulit?
>20 tahun 75 (52.08%) 69 (47.92%) 144 (48.81%)
Usia 11-15 tahun 13 (48.15%) 14 (51.85%) 27 (9.15%)
Usia 16-20 tahun 50 (67.57%) 24 (32.43%) 74 (25.08%)
Usia 5-10 tahun 29 (58%) 21 (42%) 50 (16.95%)
Apakah anda pernah melakukan
pengobatan sendiri (membeli dan
mengonsumsi obat tanpa resep
dokter) untuk penyakit tersebut?
Pernah 167 (56.61%) 128 (43.39%) 295 (100%)
Dimanakah biasanya anda membeli
obat untuk pengobatan sendiri?
Apotek 147 (55.26%) 119 (44.74%) 266 (90.17%)
Swalayan 5 (71.43%) 2 (28.57%) 7 (2.37%)
Toko Obat 9 (81.82%) 2 (18.18%) 11 (3.73%)
Warung 6 (54.55%) 5 (45.45%) 11 (3.73%)
Berapakah jarak rumah anda dengan
fasilitas kesehatan terdekat (Rumah
sakit atau Puskesmas)?
0-5 km 161 (56.89%) 122 (43.11%) 283 (95.93%)
11 - 15 km 0 (0%) 1 (100%) 1 (0.34%)
26 - 30 km 4 (80%) 1 (20%) 5 (1.69%)
6 - 10 km 2 (33.33%) 4 (66.67%) 6 (2.03%)
Berapakah jarak rumah anda dengan
apotek terdekat?
< 500 m 31 (55.36%) 25 (44.64%) 56 (18.98%)
> 1 km - 1,5 km 19 (52.78%) 17 (47.22%) 36 (12.2%)
> 1,5 km - 2 km 21 (47.73%) 23 (52.27%) 44 (14.92%)
> 2 km 8 (44.44%) 10 (55.56%) 18 (6.1%)
> 500 m - 1 km 88 (62.41%) 53 (37.59%) 141 (47.8%)
Darimana anda memperoleh
informasi mengenai obat yang
biasanya anda gunakan untuk
pengobatan sendiri?
Buku bacaan 0 (0%) 1 (100%) 1 (0.34%)
Iklan 24 (60%) 16 (40%) 40 (13.56%)
intenet 18 (62.07%) 11 (37.93%) 29 (9.83%)
jurnal kesehatan 4 (33.33%) 8 (66.67%) 12 (4.07%)

20
Keluarga 111 (56.06%) 87 (43.94%) 198 (67.12%)
majalah kesehatan 4 (57.14%) 3 (42.86%) 7 (2.37%)
media sosial 6 (75%) 2 (25%) 8 (2.71%)
Apa alasan anda melakukan
pengobatan sendiri?
Darurat 39 (60.94%) 25 (39.06%) 64 (21.69%)
Hemat waktu 18 (62.07%) 11 (37.93%) 29 (9.83%)
Lebih murah 25 (67.57%) 12 (32.43%) 37 (12.54%)
Sakit ringan 85 (51.52%) 80 (48.48%) 165 (55.93%)
Apakah setelah menggunakan obat
untuk penyakit bisul anda pernah
merasakan efek yang tidak
dikehendaki/efek samping?
Pernah 20 (58.82%) 14 (41.18%) 34 (11.53%)
Tidak pernah 147 (56.32%) 114 (43.68%) 261 (88.47%)
Apa yang anda lakukan bila terjadi
efek samping setelah melakukan
pengobatan sendiri?
Konsultasi dengan apoteker 8 (53.33%) 7 (46.67%) 15 (5.08%)
Konsultasi dengan dokter 57 (55.88%) 45 (44.12%) 102 (34.58%)
Menghentikan pengobatan 102 (57.3%) 76 (42.7%) 178 (60.34%)
Jika sakit tidak kunjung sembuh
dengan pengobatan sendiri, maka
apa yang anda lakukan?
Ke apotek untuk membeli obat
29 (69.05%) 13 (30.95%) 42 (14.24%)
lainnya
Ke bidan/perawat praktek 20 (50%) 20 (50%) 40 (13.56%)
Ke dokkter praktek 66 (53.23%) 58 (46.77%) 124 (42.03%)
Ke klinik 17 (60.71%) 11 (39.29%) 28 (9.49%)
Ke puskesmas 2 (20%) 8 (80%) 10 (3.39%)
Ke Rumah Sakit 33 (64.71%) 18 (35.29%) 51 (17.29%)
Apa yang hal yang dilakukan ketika
sakit?
Membiarkan sampai sembuh 15 (62.5%) 9 (37.5%) 24 (8.14%)
Mengobati sendiri 49 (56.98%) 37 (43.02%) 86 (29.15%)
Pergi ke dokter/puskesmas/klinik/RS 103 (55.68%) 82 (44.32%) 185 (62.71%)
Bagaimana cara menggunakan obat
ketika sakit?
Mengobati dengan campuran obat
21 (46.67%) 24 (53.33%) 45 (15.25%)
modern atau ramuan tradisional
Mengobati dengan obat apa saja
36 (61.02%) 23 (38.98%) 59 (20%)
yang ada di rumah
Mengobati dengan obat modern 73 (54.89%) 60 (45.11%) 133 (45.08%)
Mengobati dengan obat tradisional
10 (83.33%) 2 (16.67%) 12 (4.07%)
atau jamu dalam kemasan
Mengobati dengan ramuan sendiri 27 (58.7%) 19 (41.3%) 46 (15.59%)

21
Dari mana anda mengetahui cara
pengobatan sendiri?
Dari brosur atau iklan
4 (44.44%) 5 (55.56%) 9 (3.05%)
TV/radio/majalah
Dari dokter atau petugas kesehatan 92 (57.5%) 68 (42.5%) 160 (54.24%)
Dari teman/saudara/tetangga 42 (55.26%) 34 (44.74%) 76 (25.76%)
Turun temurun 29 (58%) 21 (42%) 50 (16.95%)
Apa dasar pemilihan penggunaan
obat modern menurut anda?
Diberitahu oleh
38 (62.3%) 23 (37.7%) 61 (20.68%)
teman/saudara/tetangga
Diberitahu tenaga kesehatan di
14 (63.64%) 8 (36.36%) 22 (7.46%)
apotek
Inisiatif sendiri membeli di warung
7 (58.33%) 5 (41.67%) 12 (4.07%)
kelontong
Inisiatif sendiri menggunakan obat
15 (46.88%) 17 (53.13%) 32 (10.85%)
yang ada di rumah
Resep dari dokter yang diterima
93 (55.36%) 75 (44.64%) 168 (56.95%)
sebelumnya
Menurut anda dimana tempat anda
mendapatkan obat?
Apotek 130 (56.52%) 100 (43.48%) 230 (77.97%)
Dokter di puskesmas/klinik/RS 23 (57.5%) 17 (42.5%) 40 (13.56%)
Supermarket 0 (0%) 2 (100%) 2 (0.68%)
Toko obat 6 (75%) 2 (25%) 8 (2.71%)
Warung kelontong 8 (53.33%) 7 (46.67%) 15 (5.08%)
Dari mana anda mengetahui
petunjuk penggunaan obat?
Dari apoteker 39 (61.9%) 24 (38.1%) 63 (21.36%)
Dari iklan/brosur 0 (0%) 3 (100%) 3 (1.02%)
Dari kemasan 38 (58.46%) 27 (41.54%) 65 (22.03%)
Dari petugas kesehatan/dokter 67 (55.37%) 54 (44.63%) 121 (41.02%)
Dari teman/saudara/tetangga 23 (53.49%) 20 (46.51%) 43 (14.58%)
Apakah anda selalu membaca
tanggal kadaluarsa obat ketika
mengkonsumsi obat?
Kadang-kadang 19 (54.29%) 16 (45.71%) 35 (11.86%)
Selalu 135 (57.45%) 100 (42.55%) 235 (79.66%)
Sering 10 (47.62%) 11 (52.38%) 21 (7.12%)
Tidak pernah 3 (75%) 1 (25%) 4 (1.36%)
Apakah anda selalu membaca
kandungan obat ketika
mengkonsumsi obat?
Jarang 4 (50%) 4 (50%) 8 (2.71%)
Kadang-kadang 25 (40.98%) 36 (59.02%) 61 (20.68%)
Selalu 103 (61.68%) 64 (38.32%) 167 (56.61%)
Sering 11 (42.31%) 15 (57.69%) 26 (8.81%)

22
Tidak pernah 24 (72.73%) 9 (27.27%) 33 (11.19%)
Ketika melakukan pengobatan
sendiri, menurut anda hal yang
harus diketahui saat memilih obat
berdasarkan?
Cara minum obat 44 (55%) 36 (45%) 80 (27.12%)
Efek samping 24 (52.17%) 22 (47.83%) 46 (15.59%)
Kegunaan 50 (58.14%) 36 (41.86%) 86 (29.15%)
Kontraindikasi 13 (59.09%) 9 (40.91%) 22 (7.46%)
Takaran/dosis 36 (59.02%) 25 (40.98%) 61 (20.68%)
Dimana anda menyimpan obat-
obatan dirumah?
Di lemari pendingin/kulkas 10 (76.92%) 3 (23.08%) 13 (4.41%)
Simpan obat di rak obat 135 (55.56%) 108 (44.44%) 243 (82.37%)
Tidak ada tempat khusus 22 (56.41%) 17 (43.59%) 39 (13.22%)

23

Anda mungkin juga menyukai