Disusun oleh :
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat serta
salam kita hadiahkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad SAW yang telah
memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama yang sempurna serta
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Makalah ini disusun selain guna memenuhi tugas mata kuliah ILMU NEGARA
juga untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai “Pemekaran Daerah Untuk
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Berdasarka UU No.23 Tahun 2014”
Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk
memperbaiki karya-karya selanjutnya yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis, The Founding Fathers, telah menetapkan pasal 18 Undang-
Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) sebagai dasar hukum
pemerintah daerah di Indonesia. Pasal 18 (perubahan kedua) UUD 1945.
Berkaitan dengan pembentukan daerah otonom, maka menafsirkan UUD 1945
tidak cukup hanya berfokus pada pasal 18 UUD 1945 saja, melainkan harus sistematis
dengan pasal 1 ayat (1) UUD 1945 bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan
yang berbentuk Republik, yang dimana wilayah NKRI akan dibagi-bagi kedalam
bentuk daerah-daerah.
Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan
dengan memberikan kewenagan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada
pemerintah dengan secara proporsional. Artinya pelimpahan tanggung jawab akan
diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat.
Berkaitan dengan pemekaran daerah, secara filosofis, bahwa tujuan pemekaran
daerah ada dua kepentingan, yakni pendekatan pelayanan umum pemerintah kepada
masyarakat, dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, serta
memperpendek rentang kendali pemerintahan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dimasa yang akan datang. Selanjutnya, dalam usaha pembentukan kolektif masyarakat
disuatu daerah pemekaran.
Setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu, falsafah itu adalah
merupakan perwujudan dari rakyatnya. Karena itu setiap negara mempunyai falsafah
yang berbeda.1 Seperti Republik Indonesia yang mempunyai falsafah Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus ideology bangsa, oleh sebab itu nilai-
nilai yang tersirat harus dijadikan landasan dan tujuan mengelola kehidupan Negara,
Bangsa maupun masyarakat.2 Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan
norma dalam menyelenggarakan negara menuju cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang artinya
Pancasila merupakan norma tertinggi dalam menyelenggarakan urusan Pemerintah.
1
Moh. Kusnardi, Hermaily Ibrahim. “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia”. Jakarta Pusat : Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 1983. Hal, 101.
2
Geri Ismanto dkk. “Pendidikan Pancasila”. Pekanbaru : CV. Mulia Indah Kemala. 2013. Hal, 110.
3
Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 18 ayat (7) bahwa susunan dan tata
cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam Undang-Undang, maka pada
tahun 2004 ditetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah. Seiring berjalannya waktu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah tidak lagi sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,
dan tuntunan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga Undang-Undang ini
perlu diganti. Sehingga pada tahun 2014 diterbitkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemeintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut Ermaya Suhardinata pemerintahan dalam arti luas adalah segala
kegiatan badan-badan publik yang meliputi kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan
Yudikatif dalam usaha mencapai tujuan Negara, sedangkan dalam arti sempit,
pemerintahan adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi
kekusaan eksekutif.3 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Istilah otonom secara etimologi berasal dari kata bahasa yunani autos yang
berarti sendiri dan dan namous yang berarti hukum atau peraturan.4 Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah telah mengalami sedikit
perubahan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Adapun hal-hal yang dirubah
adalah tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dalam hal memberikan
kepastian hukum dalam pemilihan kepala daerah yang berlandaskan kedaulatan rakyat
dan demokrasi.
3
Zaidan Nawawi, “Managemen Pemerintahan”, Jakarta : Rajawali Pers, 2013. Hal, 9.
4
Abu Samah, “Hukum Pemerintahan Daerah dan Desa di Indonesia”. Pekanbaru : Fakultas Syariah dan
Hukum. 2016. Hal,1
4
Selain Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(PERPU) terdapat beberapa peraturan yang merupakan dasar hukum pemekaran
daerah seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
Tentang Pedoman dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang
merupakan ketentuan dalam melaksanakan Undang-Undang.
Selain itu juga terdapat Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006
Tentang pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Kelurahan. Pembentukan
kelurahan sekurang-kurangnya memenuhi syarat :
1. Jumlah penduduk, jumlah penduduk sebagaimana yang dimaksud yaitu :
a. Wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 kk
b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 kk,
dan
c. Wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 900
jiwa atai 180 kk.
6
pelimpahan kewenangan kepada agen tertentu yang secara fungsional telah
terspesialisasi.
Adapun tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi yaitu
:
1. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium
pendidikan politik bagi masyarakat ditingkat local dan secara agergat akan
berkonstribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mempercepat
civil society.
2. Tujuan administratif akan memposisikan pemerintah daerah sebagai unit
pemerintahan ditingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan
pelayanan masyarakat secara efektif, efisien dan ekonomis.7
Penataan daerah terdiri atas pementukan daerah dan penyesuaian daerah yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan kepentingan strategis nasional. Pembentukan
daerah sebagaimana dimaksud yaitu berupa :
1. Pemekaran daerah
2. Penggabungan daerah
7
Ibid. hal, 11-12.
8
Kristian Widya Wicaksono, “Administrasi dan Birokrasi Pemerintah”, Yogyakarta : Graha Ilmu. 2006.
Hal,41.
7
Pembentukan daerah mencakup pembentukan daerah provinsi dan
pembentukan daerah kabupaten/kota. Sementara pemekaran daerah dapat berupa yaitu
:
8
D. PROSEDUR PEMEKARAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NO.32 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Berkaitan dengan pemekaran daerah, Pasal 33 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014
menentukan bahwa pemekaran daerah berupa pemecahan daerah provinsi atau daerah
kabupaten/kota untuk menjadi 2 (dua) daerah atau lebih daerah baru atau penggabungan
bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam 1 (satu) daerah provinsi menjadi satu
daerah. Adapun untuk memekarkan satu daerah provinsi maupun kabupaten/kota UU No.
23 Tahun 2014 menentukan bahwa daerah yang akan dimekarkan harus melalui tahapan
daerah persiapan selama 3 (tiga) tahun, dengan tujuan agar nantinya daerah baru yang
akan dimekarkan ketika menjadi satu daerah baru benar-benar siap dalam mengurus dan
mengatur kepentingan daerahnya dan tidak membebani daerah induknya.
9
kecamatan. Persyaratan dasar kedua yang harus dipenuhi adalah persyaratan kapasitas
daerah yang meliputi :
1. Geografi
2. Demografi
3. Keamanan
4. Sosial politik, adat istiadat, dan tradisi
5. Potensi ekonomi
6. Kaeuangan daerah
7. Kemampuan penyelenggaraan pemerintah
10
persiapan provinsi maupun kabupaten/kota. Berdasarkan usulan tersebut, pemerintah
pusat melakukan penilaian terhadap pemenuhan syarat-syarat yang telah disebutkan
sebelumnya, hasil penilaian tersebut disampaikan oleh pemerintah pusat kepada DPR
RI untuk mendapat persetujuan. Dalam hal DPR RI menyetujui usulan pembentukan
daerah persiapan tersebut pemerintah pusat membentuk Tim Kajian Independen untuk
melakukan kajian terhadap persyaratan dasar kapasitas daerah. Selanjutnya hasil
kajian Tim Independen disampaikan kepada pemerintah pusat. Selanjutnya oleh
pemerintah pusat dikonsultasikan kepada DPR RI. Berdasarkan hasil konsultasi
tersebut dijadikan dasar pertimbangan oleh pemerintah pusat dalam menetapkan
kelayakan pembentukan satu daerah persiapan, dan perlu diketahui bahwa untuk
menetapkan satu daerah persiapan, ditetapkan dengan peratuaran pemerintah.
9
Herman Kombuno, “Pemekaran Daerah Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah”. Vol. 01 No. 10, 2018, hal. 6-9.
11
E. SOLUSI PENGATURAN DAERAH PEMEKARAN YANG DIANGGAP GAGAL
DALAM MELAKSANAKAN OTONOM DAERAH
Berbicara mengenai solusi pengaturan bagi daerah yang dianggap gagal dalam
melaksanakan otonomi daerah, maka secara otomatis ada hal yang menyebabkan satu
daerah tersebut gagal. Oleh karena itu sebelum lebih lanjut membahas tentang solusi
pengaturan terhadap daerah yang dinyatakan gagal, maka terlebih dahulu harus
diketahui penyebab terjadinya satu daerah dimekarkan dan penyebab gagalnya satu
daerah pemekaran melaksanakan otonomi daerah. Adapun penyebab satu daerah
dimekarkan secara umum dapat dipetakan sebagai berikut :
1. Keadaan wilayah yang luas serta jumlah penduduk. Luas daerah dan
bentuk geografis Indonesia yang merupakan kepulauan membutuhkan
rentang kendali yang panjang, serta jumlah penduduk yang banyak akan
mengakibatkan pelayanan terhadap masyarakat tidak efektif dan efisien,
sehingga pemerintah perlu memperpendek rentang kendali pemerintah
tersebut dengan cara memekarkan satu daerah dengan tujuan
memperpendek rentang kendali pemerintah dan masyarakat.
2. Perbedaan etnis (budaya) dalam satu wilayah pemerintahan.
3. Untuk mendapatkan keadilan.
4. Timpangnya pemerataan pembangunan.
5. Untuk mendapatkan status kekuasaan.
12
sebagai akibat reaktif perlakuan daerah induk yang tidak adil, untuk
memperoleh dana alokasi umum (DAU), sehingga tuntunan-tuntunan
pemekaran daerah seakan-akan dimaknai sebagai hak asasi daerah untuk
menentukan identitasnya.
13
pengawasan serta memberikan pembinaan kepada daerah-daeah pemekaran, dan
bertanggung jawab kepada presiden. Keempat, sebaiknya pengajuan usulan
pemekaran daerah sebaiknya dilakukan melalui satu pintu yakni pemerintah.
14
Kebijakan pemekaran dalam implementasinya sering prosedurnya tidak benar
sehingga banyak yang justru menimbulkan konflik yang pada gilirannya juga
menimbulkan masalah horizontal dan vertical dalam masyarakat. Sengketa antara
pemerintah daerah induk dengan pemerintah daerah pemekaran dalam hal pengalihan
aset dan batas wilayah, seringkali berimplikasi pada ketegangan antar kubu
masyarakat dan antar masyarakat dengan pemerintah daerah.
15
Pada suatu daerah yang baru mekar justru produk hukum pemerintah daerah,
mencakup berbagai produk pengaturan atau penetapan atau keputusan, termasuk
didalamnya bentuk pengaturan perda DPRD, stagnan nya peraturan daerah serta
masih sering terjadi kekosongan produk kosong daerah di dearah pemekaran.
Implikasi hukum jika telah terpenuhinya syarat dasar kewilayahan namun mengenai
syarat dasar kapasitas daerah belum terpenuhi maka hal ini akan mengacu pada solusi
pengaturan bagi daerah yang dianggap tidak berhasil atau gagal dalam melakukan
otonomi daerah, bisa dimekarkan tetapi hanya bersifat sementara ketika pemekaran
ditunda dan dipenuhi dengan baik dan pada daerah perwakilan.
16
17