“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka. Kemudian
luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang dari Bani Anmar,
kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian
berdua?” Keduanya bertanya: “Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan
obatnya.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam
Mushannafnya: 23886 (7/361).
i
VISI MISI PRODI KEBIDANAN
Pada tahun 2036 menjadi Program Studi D III Kebidanan yang unggul dan
berdaya saing global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai-
nilai islami dan berjiwa enterpreuner.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN 1
METODE KONTRASEPSI ILMIAH 3
METODE KONTRASEPSI HORMONAL 53
PAPSMEAR 112
DAFTAR PUSTAKA
iii
PENDAHULUAN
Mahasiswa tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah keluarga berencana, bukan?
Indonesia telah mencanangkan program keluarga berencana sejak tahun 1970 an, dan saat ini
masyarakat sudah banyak menggunakannya dengan kesadaran sendiri tanpa anjuran dari
tenaga kesehatan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan” keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah
keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun
keluarga berkualitas.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu dari paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dengan pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang
diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu
hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini
merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina yang
hanya 20 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat
perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi. Salah satu upaya
1
prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan pemakaian kontrasepsi secara
rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya lebih aman dari pada tidak memakai
kontrasepsi.
Pelayanan kontrasepsi merupakan kompetensi yang harus mahasiswa kuasai sebagai
bidan yang merupakan profesi yang berada di lini depan untuk menurunkan angka kematian
ibu
2
BAB I
KEGIATAN BELAJAR 1
METODE KONTRASEPSI ALAMIAH
Uraian Materi
A. Metode Kb Sederhana Tanpa Alat/ Kb Alamiah
Metode Kontrasepsi Sederhana Adalah Suatu Cara Yang Dapat Dilakukan Sendiri Oleh
Pasangan Usia Subur, Tanpa Pemeriksaan Medis Terlebih Dahulu.
3
b. Cara Kerja MAL
Cara kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitosin. yang menyusui eksklusif, konsentrasi prolaktin tetap tinggi
karena isapan bayi yang merangsang hipofisis anterior memproduksi prolaktin
sehingga prolaktin meningkat menekan konsentrasi LH sehingga menghambat
ovulasi.
e. Keterbatasan
1.) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial seperti kurangnya pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI, adanya anggapan keliru bahwa pemberian ASI akan
berpengaruh pada bentuk payudara, ASI yang digantikan dengan susu formula
dengan alasan kesibukan bekerja atau tidak diberi kesempatan untuk menyusui di
tempat mereka bekerja dan gencarnya promosi susu formula membuat banyak ibu
gagal menyusui
2.) Efektivitas tertinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
4
3.) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
Tahukah mahasiswa, bahwa metode ini akan efektif apabila mengikuti aturan
penggunaanya. Beberapa catatan dari konsesus Bellagio (1988) untuk mencapai
keefektifan 98%
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (minimal 8 kali sehari).
2. Bayi menghisap secara langsung (tidak menggunakan pompa ASI)
3. Menyusui dimulai dari setengah jam sampai satu jam setelah bayi lahir.
4. Kolostrum diberkan kepada bayi.
5. Pola menyusui on demand dari kedua payudara.
6. Sering menyuui selama 24 jam termasuk malam hari.
7. Hindari jarak menyusu lebih dari 4 jam.
5
4.) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
5.) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan
6.) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati
7.) Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine,
8.) Bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
9.) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
h. Skenario Kasus
i. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan Skenario Kasus Maka Selanjutnya Mahasiswa Praktikan Melakukan
Kegiatan Kie Secara Lengkap Terhadap Pasien.
6
2. Persiapan Alat/Bahan media konseling
Tahap Kerja
KIE MAL
a. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
b. Menanyakan riwayat menyusui sebelumnya
c. Menjelaskan Pengertian MAL
d. Menjelaskan tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat
dipakai sebagai alat kontrasepsi
e. Menjelaskan tentang manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
f. Menjelaskan tentang kekurangan dari MAL
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
7
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
2. METODE KALENDER
Metode kontrasepsi sederhana selanjutnya adalah metode kalender. Metode yang
cukup populer di kalangan masyarakat. Mahasiswa sebagai bidan harus dapat
memberikan penjelasan kepada klien untuk membantu meningkatkan keberhasilan
penggunaan metode ini. Lebih lanjut lagi akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
a. Profil
Metode kalender disebut juga Knaus-Ogino yang digunakan sejak tahun 1930.
Metode ini digunakan untuk perhitungan hari untuk mengira-ira kapan terjadinya
masa subur. Waktu ovulasi dari data haid dicatat 6-12 bulan terakhir. Menurut Ogino:
ovulasi terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, namun dapat pula terjadi 12-
16 hari haid berikutnya. Sedangkan menurut Knaus: Ovulasi selalu terjadi pada hari
ke 15 sebelum haid berikutnya. Efektivitasnya: Akan lebih efektif jika di barengi
dengan pengukuran suhu basal tubuh. Angka kegagalannya 20 dari 100 wanita hamil
per tahun.
b. Cara Kerja
Masa subur disebut fase ovulasi mulai dari 2 hari sebelum ovulasi dan berakhir 1
hari setelah ovulasi. Ovulasi terjadi pada saat 14 hari atau ±2 hari sebelum hari
pertama haid. Cara ini akan lebih tinggi efektivitasnya jika dibarengi dengan
pengukuran suhu basal. Menjelang ovulasi suhu badan turun, tapi pada saat ovulasi,
suhu badan meningkat namun akan relatif menetap sampai terjadinya menstruasi.
Tetapi pada saat menstruasi suhu basal badan akan turun. Dan pantang berkala bisa
dilihat dari lendir serviks yang keluar dari vagina.
8
Dapat dipadukan dengan metode lain
Nonkontrasepsi
Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi
antara suami istri/pasangan
Alami, tidak menyebabkan efek samping
Tidak memerlukan perangkat/prosedur khusus
Murah
Kerugian:
Stres, penyakit dan perjalanan dapat mempengaruhi siklus mentruasi
Membutuhkan catatan siklus selama 6-12 bulan sebelum digunakan
Efektifitasnya rendah
Harus terus memantau panjang siklus menstruasi
Tidak melindungi dari PMS
Sebenarnya cara ini cocok bagi wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum
memulai cara ini hendaknya wanita mencatat pola siklus haidnya paling sedikit 6
9
bulan dan sebaiknya selama 12 bulan. Setelah ini dicatat berulah ditentukan kapan
mulainya hari subur pertama dan hari subur terakhir dengan mempergunakan rumus
diatas.
Untuk lebih jelasnya, silahkan mahasiswa memperhatikan contoh dibawah ini!!!!
Contoh :
Seorang wanita mempunyai siklus haid yang teratur setiap bulan. Setelah di catat
selama 6 bulan sampai 12 bulan diperoleh siklus haid terpendek adalah 28 hari dan
siklus terpanjang adalah 35 hari. Bila wanita ini ingin memakai sistem kalender untuk
mencegah kehamilan, maka dengan memakai rumus di atas, maka diperoleh:
Hari pertama subur = 28-18 = hari ke 10
Hari terakhir masih subur = 35-11 = hari ke 24. Lamanya berpantang koitus mulai
hari ke 10 sampai hari ke 24 adalah selama 14 hari dalam satu bulan.
Setelah menentukan hari pertama haid, hari pertama masa subur, dan hari terakhir
masa subur, segeralah pindahkan ke kalender untuk diikuti secara ketat yaitu tidak
bersenggama pada hari subur (hari berpantang).
f. Skenario Kasus
Seorang Ibu Usia 24 Th Memiliki 1 Anak Usia 2 Tahun Mengeluhkan Ingin
Ganti Alat Kontrasepsi Alami Karena Tidak Tahan Dengan Efek Samping Kb
Hormonal, Ibu Ingin Menggunakan Metode Kalender Dan Mengatakan Belum
Paham.
10
g. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
Tahap Kerja
KIE METODE KALENDER
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA dengan sistem kalender
3. Menjelaskan pengertian metode kalender
4. Menjelaskan prinsip dari metode kalender
5. Menjelaskan cara menghitung masa berpantang dari metode
kontraspesi kalender
6. Menjelaskan keuntungan dan keterbatasan dari metode
kontraspesi kalender
11
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
12
3. METODE LENDIR SERVIKS/METODE OVULASI BILLINGS (MOB)
Metode lendir serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi Billings/ MOB adalah
suatu metode manajemen kesuburan. Metode ini membantu para wanita untuk mengenali
sinyal alami tubuh kesuburan - lendir serviks. Sistem reproduksi wanita sangat
kompleks, namun kontrasepsi ini bisa sangat sederhana, membantu wanita
mengidentifikasi waktu subur dan tidak subur dalam siklusnya. Metode Ovulasi Billings
ditemukan oleh Dr. John J. Billings dan istrinya Dr. Evelyn L. Billings dari Melbourne,
Australia. Metode Ovulasi Billings telah diperkenalkan kepada publik sejak tahun 1966
dan terus dikembangkan melalui kerjasama dengan ahli - ahli medis di luar Australia
(Amerika, Swedia dan India) sehingga metode ini semakin dapat digunakan.
Tahukah mahasiswa, Masa subur mulai terjadi pada hari pertama adanya lendir cervix
pasca haid (fase 2) dan berlangsung sampai 4 hari sesudah keluarnya lendir yang
jernih dan licin. Hari lainnya merupakan masa yang aman. Bagaimana seorang wanita
dapat menggunakan metode ini?
1. Lakukan pengamatan lendir vagina dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari.
2. Pelajari mengenali pola kesuburan dan pola dasar ke-tidak suburannya.
13
3. Pola kesuburan adalah pola yang terus berubah dan pola dasar ke-tidak suburan
adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini
mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang
mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan.
Butuh komitmen
Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan MOB secara benar
Dibutuhkan pelatih/spesialis KBA yang mampu membantu ibu mengenali masa
suburnya, memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin menghindari
kehamilan
Dapat membutuhkan waku 2-3 sikus untuk mempelajari metode
Infeksi vagina menyulitkan identifikasi lendir yang subur
Beberapa obat yang digunakan seperti obat flu dan sebagainya dapat menghambat
lendir serviks
Melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai beberapa wanita
Membutuhkan pantang
c. Cara Menggunakannya
14
Menjelang ovulasi lendir yang keluar menjadi semakin
jernih dan mulur. ketika terobservasi adanya lendir
sebelum ovulasi walaupun jenis lendir yang kental,
sekeruh dan lengket Ibu dianggap subur, karena Lendir
subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks
Adalah hari terkahir adanya lendir paling licin, jernih,
Hari-hari puncak mulur, seperti putih telur yang mentah dan ada perasaan
basah.
Hari - hari lendir terutama hari lendir subur adalah tidak aman.
Pada hari terakhir dengan lendir paling licin dan mulur. Ini adalah hari ovulasi
dan hari paling subur.
Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari berikut siang dan malam.
Hari-hari ini adalah tidak aman (aturan puncak). Mulai dari pagi hari keempat
setelah kering, ini adalah hari-hari aman untuk bersenggama sampai hari haid
berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
Pada siklus yang tidak teratur seperti pascasalin atau pramenopouse maka perlu
memperhatikan pola dasar ketidaksuburan dimana ada waktu 1-2 hari subur yang
menyelingi diantara hari-hari tidak subur. Ibu harus mengamati perubahan ini dan
bila pola dasar ketidaksuburan sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3
15
hari berturut-turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (aturan sabar
Menunggu)
16
mendeteksi masa subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat/Bahan modul ,lembar balik
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
KIE METODE LENDIR SERVIKS/ METODE OVULASI
BILLINGS (MOB)
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan prinsip dari metode kontraspesi MOB
3. Menjelaskan prosedur kerja dari penggunakaan metode
kontrasepsi MOB
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi
MOB
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
17
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
18
4. METODE SUHU BASAL
Seperti kita ketahui bahwa pada saat ovulasi, suhu tubuh kita akan naik karena
adanya hormon progesteron. Begitu pula dengan metode ini. Dasarnya ialah naiknya
suhu basal pada waktu ovulasi karena kadar progesteron naik. Kenaikan suhu ini 0,3- 0,5
C.
Suhu basal harus diukur dengan thermometer yang khusus dan dicatat pada grafik
tertentu, karena yang paling penting ialah perubahan suhu dan bukan nilai absolutnya,
maka pengukuran harus dilakukan setiap hari ialah pada pagi hari sebelum bangun dari
tempat tidur, sebelum makan atau minum, diukur dengan menggunakan termometer
yang sama, dan ditempat yang sama (anus, mulut, vagina).
a. Efektifitas:
Metode ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika suhu diukur secara rutin
dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi lain.
Angka kegagalan 0,3-6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
b. Cara Kerja
Metode suhu basal tubuh mendeteksi kapan ovulasi terjadi. Keadaan ini terjadi
karena progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan
suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh dipertimbangkan sebagai
masa ovulasi, suhu tubuh harus sedikitnya 0,4 F di atas enam kali perubahan suhu
sebelumnya yang diukur. Peningkatan suhu tubuh yang terjadi seiring ovulasi dapat
terjadi secara tiba-tiba (1-2 hari), dapat terjadi sebagai peningkatan yang lambat
selama beberapa hari, dapat terjadi dalam pola bertingkat dengan suhu meningkat
secara lambat (0,2 F) setiap dua sampai tiga hari atau berpola zig zag.
Pantangan senggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-
turut setelah suhu berada di atas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada
aturan perubahan suhu lebih panjang dari pemakaian MOB.
Jika salah satu dari tiga suhu berada di bawah garis pelindung selama
perhitungan tiga hari, ini mungkin tmahasiswa bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan tunggu sampai tiga hari berturut-turut suhu tercatat di atas
garis pelindung sebelum memulai senggama. Ketika mulai masa tak subur, tidak
perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut
mulai dan ersenggama sampai hari pertama haid berikutnya.
19
Masa aman pre-ovulasi ditentukan dengan metoda kalender atau dengan
mengurangi 6 hari dari kenaikan suhu yang yang paling dini yang telah tercatat
selama 6 bulan. Masa aman post oulasi ialah 3 hari setelah kenaikan suhu basal.
Metoda suhu basal ini tidak dapat dipergunakan pada remaja dan dalam klimakterium
karena siklus yang ovulatoir diselingi dengan siklus anovulatoir.
c. Cara Menggunakan
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari
tempat tidur, sebelum makan minum, sebelum beraktivitas).
Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi
dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis
suhu.
Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu
tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak
subur).
Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari
metode ovulasi billings.
Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tmahasiswa ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak
meneruskan pengukuran suhu tubuhdan melakukan senggama hingga akhir siklus haid
dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
20
d. Keuntungan Dan Kerugian
Keuntungan
Meningkatkan pengentahuan dan kesadaran pasangan tentang masa subur.
Membantu wanita yang siklus menstruasi tidak teratur untuk mendeteksi masa
suburnya.
Berada dalam kendali wanita
Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
Kerugian
Membutuhkan motivasi dari pasangan
Memerlukan konseling dengan ahli KBA
Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stress, narkoba, obat-obatan
Tidak mendeteksi permulaan masa subur, sehingga sulit untuk mencapai
kehamilan
Membutuhkan masa pantang yang lama
Apabila suhu tubuh tidak diukur pasa sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan
menyebabkan ketidakakuratan suhu basal
Harus tidur 5-6 jam
21
f. Skenario kasus
Seorang ibu usia 30 th dating ke pmb uuntuk konseling ke bidan tentang alat
kontrasepsi suhu basal karena memiliki masalah efek samping dari alat
kontrasepsi hormonal , sedang kan ibu tidak dapat menggunakan alko n iud &
akbk karena riwayat dm.
g. Petunjuk praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan kie secara lengkap terhadap pasien.
h. Standart operasional prosedur
22
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
KIE METODE METODE SUHU BASAL
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA dengan system suhu basal
3. Menjelaskan pengertian dari metode suhu basal
4. Menjelaskan prinsip atau dasar dari metode suhu basal
5. Menjelaskan prosedur kerja dari metode suhu basal
6. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari metode KBA suhu
basal
7. Menjelaskan kontra dan indikasi dari metode KBA suhu basal
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan
ibu harus kembali)
23
5. SENGGAMA TERPUTUS atau COITUS INTERUPTUS
Metode ini merupakan metode tertua di dunia karena telah tertulis pada kitab tua dan
diajarkan pada masyarakat. Koitus interuptus merupakan cara utama dalam penurunan
angka kelahiran di Prancis pada abad ke 17 dan 18.
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum atau menjelang pria mencapai
ejakulasi. Efektivitas cara ini umunya dianggap kurang berhasil, walaupun penyelidikan
yang dilakukan di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengan
cara ini hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan cara yang mempergunakan
kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan hamil sekitar 30-35%.
a. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan
dapat dicegah. Hal ini berdasarkan kenyataan akan terjadinya ejakulasi di sadari
sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira
beberapa detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini diperguna.skan
untuk menarik penis keluar dari vagina.
b. Cara Penggunaan
Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan
hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan
metode senggama terputus.
Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina.
Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya.
Tidak dianjurkan senggama pada masa subur.
24
Efektif bila dilaksanakan dgn benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Diterima oleh agama tertentu
Dalam kendali pasangan
Kerugian
Angka kegagalan cukup tinggi:
25
e. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 25 th dating ke puskesmas ingin konsultasi ke bidan tentang
alat kontraspesi senggama terputus
f. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
g. Standart Operasional Prosedur
Tahap Kerja
26
KIE METODE ALAMI METODE SENGGAMA TERPUTUS
atau COITUS INTERUPTUS
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA Metode Senggama Terputus Atau
Coitus Interuptus
3. Menjelaskan pengertian metode senggama terputus
4. Menjelaskan cara kerja dari metode senggama terputus
5. Menjelaskan keterbatasan dan efektifitas dari metode senggama
terputus
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
27
B. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA DENGAN ALAT
Setelah pada sesi sebelumnya dibahas mengenai metode sederhana tanpa alat,
apakah mahasiswa dapat memahaminya??? baik, untuk selanjutnya kita akan membahas
mengenai metode sederhana dengan alat.
Metode apa saja yang sudah mahasiswa ketahui? ya benar, ada berbagai macam alat
kontrasepsi yang dikelompokkan kedalam metode sederhana. Tahukah mahasiswa,
kenapa disebut metode sederhana???? Ya benar, karena metode ini dapat digunakan
sendiri tanpa bantuan petugas kesehatan. Akan tetapi yang harus ditekankan pada
akseptor ini adalah bagaimana cara penggunaan yang benar sehingga efektifitasnya baik
dalam mencegah kehamilan. Dan semua itu adalah tugas mahasiswa sebagai bidan Baik,
untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam uraian di bawah ini:
1. KONDOM
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah Infeksi
Menular Seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif bila dipakai dengan baik
dan benar. Dapat dipakai dengan kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efeksivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Stmahasiswar
kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya stmahasiswar ketebalan adalah 0.02
mm. Tipe kondom bermacam-macam antara lain: kondom biasa, kondom berkontur
(bergerigi), kondom beraroma dan kondom tidak beraroma. Kondom untuk pria sudah
cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada, belum populer
dengan alasan ketidaknyamanan (berisik).
a. Cara menggunakan kondom:
Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom
Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting, atau benda
tajam lainnya pada saat membuka kemasan
Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans
penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan
28
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina
Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak
terjadi robekan pada saat ejakulasi.
Kondom dilepas sebelum penis melembek
Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom
tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar
tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina
Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai
Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempa
yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau
robek saat digunakan
Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh/ kusut
Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom
Untuk penggunaan kondom wanita, perhatikan gambar berikut:
29
Sedangkan untuk pemasangan kondom pria perhatikan gambar berikut:
30
b. Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil).
c. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka
kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
d. Kelebihan
Tidak ada efek sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Tidak perlu resep dokter/pemeriksaan kesehatan khusus
31
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lain ditunda
Dalam kendali pasangan
Tidak mengganggu produksi ASI
Sebagai perlindungan terhadap IMS dan HIV
Kondom wanita lebih kuat dari kondom pria yang terbuat dari lateks dengan
resiko robek
lebih kecil, dapat dipasang beberapa jam sebelum hubungan intim serta dapat
dibiarkan beberapa waktu setelah ejakulasi
Efektif bila digunakan dengan benar
e. Kekurangan
Dianggap merepotkan
Dianggap menghambat kenikmatan selama koitus karena kehilangan
sensitifitas.
Dan pada kondom wanita dapat menimbulkan suara gemerisik saat melakukan
hubungan intim
Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya masuk kedalam vagina
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
32
g. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 25 tahun bersama suami dating ke PMB untuk konsultasi
alat kontrasepsi kondom karena masa menyusui telah selesai dan masih
takut menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
h. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
i. Standart Operasional Prosedur
PELAYANAN KONDOM
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang:
a. Risiko IMS / AIDS
b. Alergi lateks (Bahan Kondom)
c. Kelainan medis yang merupakan kontra indikasi absolut untuk
kehamilan
33
d. Kesediaan suami dan istri dalam hal pemakaian kondom
dengan tertib
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang kondom,
dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan penjelasan
dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar):
a. Daya guna kondom, cukup tinggi bila dipakai dengan betul,
tetapi kegagalan akan tinggi bila tidak dipakai dengan baik
b. Mencegah kehamilan, dengan mencegah sperma masuk
kedalam vagina dan uterus
c. Keuntungan: cukup efektif bila dipakai dengan baik pada setiap
senggama, efek samping sedikit, mudah dipakai, membuat
suami berpartisipasi dalam keluarga berencana, mencegah IMS,
merupakan cara sementara sebelum memakai metode
kontrasepsi yang lain
d. Kerugian: Kegagalan tinggi bila pemakaian tidak betul, dapat
mempengaruhi kenikmatan senggama, harus mempunyai
persediaan kondom setiap saat, setiap senggama memakai
kondom baru, suami mungkin malu memakainya masalah
pembuangannya
e. Masalah yang mungkin timbul: Bocor, iritasi penis,
mempengaruhi kenikmatan seksual
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya
Tahap Kerja
1. Berikan Kondom kepada klien
2. Berikan penjelasan tentang pemakaian:
a. Harus dipakai pada saat penis ereksi, sebelum dimasukkan
kedalam vagina atau lubang lain dan sebelum ejakulasi
b. Setiap kondom hanya dipakai satu kali, kemudian dibuang
(gunakan kondom baru setiap senggama)
c. Jangan menyimpan kondom ditempat yang panas / tertekan
seperti misalnya : dompet (Lateks akan lembek dan mudah
34
pecah/ bocor saat dipakai senggama)
d. Jangan memakai minyak goreng, Baby oil / VASELIN untuk
melicinkan kondom, karena hal ini akan menyebabkan lateks
lembek dan dapat pecah / bocor waktu senggama. Air ludah,
cairan vagina atau spermisida dapat digunakan sebagai pelican
e. Tanggal yang tertera pada bungkus kondom adalah tanggal
pembuatannya, bila disimpan dengan baik akan tahan selama
5 tahun
f. Apabila mempunyai lebih adri satu pasangan seksual,
Pakailah kondom untuk mengurangi risiko IMS / AIDS,
walaupun klien sudah memakai salah satu cara kontrasepsi
yang lain
g. Kondom dapat diperoleh gratis dari pos kesehatan, pos
Keluarga Berencana, Petugas lapangan Keluarga Berencana
dan klinik Keluarga Berencana serta dapat dibeli di Apotik /
Toko – toko obat
3. Perlihatkan pemakaian dengan menggunakan model:
a. Penganglah ujung kondom dan sarungkan pada ujung penis
b. Tarik kondom sampai pangkal penis
c. Setelah ejakulasi, sementara penis masih ereksi, keluarkan
penis dalam vagina sambil memegang pangkal kondom,
sehingga tidak terjadi tumpahan semen
d. Lepaskan kondom tanpa menumpahkan sperma atau semen
e. Jepit bagian kondom yang mengandung sperma
f. Buang kondom setelah mengikatnya / membungkusnya
dengan kertas dan masukkan ke dalam tempat sampah
4. Jelaskan apa yang harus dilakukan apabila mengetahui kondom
pecah / bocor atau semen tumpah pada waktu senggama:
a. Segera ganti dengan kondom baru
b. Pakai spermisida bersama kondom
c. Segera ke Pos KB / Klinik KB terdekat untuk mendapatkan
kontrasepsi darurat
5. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
35
6. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
7. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
8. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)
36
2. Diafraghma
Dimasa lalu, wanita menggunakan berbagai bahan sebagai metode sawar,
seperti kain berminyak, spons, dedaunan, dan buah-buhan, yang sering kali direndam
dengan cuka atau jus lemon. Seorang dokter asal Jerman bernama Hasse, yang
menggunakan psedonim Mesinga, diberi penghargaan atas keberhasilannya
menemukan diafragma pada tahun 1882, yang memberi wanita kebebasan lebih besar
terhadap tubuh mereka. Baru pada tahun 1974 semua kontrasepsi tidak diberikan
secara cuma-cuma bagi pria dan wanita. Sebelum itu wanita harus memperlihatkan
surat nikah, karena kontrasepsi tidak tersedia untuk wanita yang belum menikah
sampai akhir tahun 1960-an. Diagfragma merupakan salah satu metode barrier/sawar
pada wanita.
Diagfragma adalah karet lateks berbentuk kubah yang di insersi kedalam vagina
sampai menutupi serviks sehingga berfungsi mencegah sperma bertemu dengan
ovum.
Ada tiga tipe/jenis diagfragma yaitu:
1. Diagfragma berpegas datar (cocok untuk wanita yang posisi serviksnya kedepan
atau tengah)
2. Diagfragma berpegas gelum (dianjurkan untuk wanita yang simfisis pubisnya
dangkal)
3. Diagfragma berpegas melengkung (untuk wanita yang posisi serviksnya
dibelakang) Ukuran yang tersedia adalah 55-95 mm (ukuran meningkat setiap 5
mm).
37
a. Efektivitas
Pada pemakaian yang seksama dan konsisten, diafragma 92-96% efektif jika
digunakan bersama spermisida untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama.
Pada pemakaian yang lazim, yaitu pada saat wanita tidak memakai metode ini
dengan seksama, efektifitasnya 82-90% jika digunakan bersama spermisida untuk
mencegah kehamilan pada tahun pertama (Bounds, 1994). Angka kegagalan
diafragma bergantung pada seberapa efektif wanita memakainya. Faktor lain yang
mempengaruhi angka kegagalan semua metode adalah usia wanita dan seberapa
sering ia melakukan koitus. Sebagai contoh, apabila seorang wanita berusia 40
tahun dan memakai diafragma sebagai kontrasepsi, ia kurang subur dibanding
wanita usia 25 tahun, sehingga diafragma adalah alat kontrasepsi yang lebih efektif
baginya.
38
Kontraindikasi
Perdarahan saluran genital yang tidak diketahui sebabnya
Wanita yang mengalami prolaps atau tonus vagina yang kurang baik
Infeksi pada genitalia
ISK kambuhan
Alergi terhadap karet atau spermasida
Memiliki riwayat sindrom syok toksik
Kelainan congenital seperti defek dinding serviks atau adanya septum
Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan
kehamilan menjadi beresiko tinggi
Wanita yang merasa tidak mampu menyentuh area genitalnya karena alasan
pribadi atau agama
Ingin metode KB efektif
39
disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan
pencegahan infeksi.
e. Cara penggunaan:
Gunakan diagfragma setiap kali melakukan hubungan seksual
Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
Pastikan diagfragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diagfragma dengan
air, atau melihat menembus cahaya)
Oleskan sedikit spermasida krim atau jelly pada kap diagfragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelly remas dengan bersamaan
dengan pinggirannya)
Posisi saat pemasangan diagfragma: Satu kaki diangkat diatas kursi atau
dudukan toilet
Sambil berbaring
Sambil jongkok
Lebarkan kedua bibir vagina
Masukan diagfragma kedalam vagina jauh kebelakang, dorong bagian depan
pinggiran kealas dibalik tulang pubis
Masukan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya
dan pastikan serviks telah terlindungi
Diagfragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika
hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida kedalam vagina. Diagfragma berada didalam vagina paling tidak 6
jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diagfragma
didalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci
vagina setiap waktu, pencucuian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam
sesudah hubungan seksual).
Mengangkat dan mencabut diagfragma menggunakan jari telunjuk dan tengah
Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.
f. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 30 tahun dating ke PMB untuk konsultasi cara penggunaan
diagfragma
40
g. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
DIAFRAGHMA
Persiapan Diafragma
Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang :
a. Risiko IMS / AIDS
b. Alergi karet atau spermasida
c. Memiliki riwayat sindrom syok toksik
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang
diafraghma, dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan
41
penjelasan dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar):
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila
digunakan dengan spermisida).
b. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara
penggunaan yang benar.
c. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu
berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi
ini.
d. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan.
e. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
f. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya
Tahap Kerja
1. Memberikan KIE mengenai diafragma, meliputi:
a. Profil
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penangannya
2. Jika klien sudah sesuai dengan persyaratan pemakaian diafragma
dan sudah menyetujui, ebrikan diafragma pada akseptor dan
menjelaskan cara penggunaan / intruksi bagi klien : Gunakan
diafragma setiap akan melakukan hubungan seksual
3. Kosongkan kandung kemih
4. Cuci tangan
5. Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma
dengan air atau melihat menembus cahaya
6. Oleskan sedikit spermisida krim atau gel pada ujung diafragma
42
(untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau gel, remas
bersamaan dengan pinggirnya )
7. Posisi saat pemasangan diafragma :
• Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan ke toilet
• Sambil berbaring
• Sambil jongkok
8. Masukkan diafragma ke dalam vagina, dorong bagian depan
pinggian ke atas dibalik tulang kubis
9. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks,
sarungkan karetnya, dan pastikan serviks telah terlindungi
10. Diafragma dipasang divagina 6 jam sebelum berhubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma
berada di dalam vagina paling tidak 6 jam. Setelah terlaksana
hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma di dalam vagina
lebih dari 24 jam. Sebelum diangkat tidak dianjurkan mencuci
vagina setiap waktu, pencucian vagina bias ditunda dilakukan
setelah 6 jam berhubungan seksual
11. Angkat dan cabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk
dan tengah
12. Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum dipakai kembali
13. Memastikan bahwa klien telah mengerti dengan informasi yang
telah diberikan
14. Melakukan konseling akhir
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
43
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)
44
3. Spermicide
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol – 9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :
Aerosol (busa)
Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
Krim
Jelly
a. Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakkan sperma,
dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan :
Busa (aerosol) efektif segera setelah insersi
Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi
Tablet vagina, suppositoria, dan film sudah diaktifkan ke dalam vagina 10-15
menit sebelum hubungan seksual dilakukan.
Jenis spermisida jelly biasanya hanya digunakan dengan diafragma
b. Efektivitas
Spermisida efektif 80% hingga 94% pada penggunaan yang sempurna dan efektif
99,9% jika digunakan sekaligus dengan penggunaan metode kondom
c. Manfaat Kontrasepsi
Efektif seketika (busa dan krim) Tidak mengganggu produksi ASI
Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
45
Mudah digunakan
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS
d. Keterbatasan
Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti caea
penggunaan
Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap
melakukan hubungan seksual
Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan
hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria, dan film)
Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
SPERMISIDA
46
f. Efek Samping dan Penanganannya
47
h. Petunjuk Bagi Klien Untuk Penggunaan Spermisida Supositoria
Biarkan 10-30 menit sampai melarut. Jika pelumasan vagina menurun, efektivitas
metode ini juga menurun. Jika supositoria tidak larut, pasangan dapat merasakan
“seperti berpasir” dan dapat menyebabkan rasa terbakar di penis atau vagina.
Gunakan satu supositoria untuk setiap kali senggama
Dapat menyebabkan pengeluaran rabas setelah senggama
Simpan di kulkas selama cuaca panas
i. Skenario Kasus
j. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
SPERMISIDA
48
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma
Tujuan Menyebabkan sel membran sperma terpecah
memperlambat pergerakkan sperma
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Persiapan Aerosol (busa)
Alat/Bahan Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
Krim
Jelly
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang :
a. Risiko IMS / AIDS
b. Kelainan medis yang merupakan kontra indikasi absolut untuk
kehamilan
c. kontrasepsi jenis spermisida mana yang akan digunakan
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang
spermisida, dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan
penjelasan dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar) :
a. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
b. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan
pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan
kondisi klien.
c. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan
disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit
49
setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
d. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan
diafragma
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya
Tahap Kerja
1. Aerosol (busa)
a. Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.
b. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas,
c. Letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk
mengisi busa.
d. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan
posisi berbaring.
e. Dorong sampai busa keluar.
f. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali
pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
g. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
h. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi.
i. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak
lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
50
3. Kontrasepsi vaginal/tissu
a. Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
b. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis
yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film
menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari.
c. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke
dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina,
akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket.
d. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
4. Suppositoria
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan.
b. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan.
c. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam
vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan
seksual.
d. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam
dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
51
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)
52
Kegiatan Belajar 2
METODE KB HORMONAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, anda diharapkan dapat menjelaskan tentang berbagai
macam metode KB hormonal, cara kerjanya, keuntungan dan kerugiannya, efek samping
yang sering timbul, konseling terhapap akseptor, termasuk bagaimana mahasiswa membina
akseptor yang bermasalah dengan metode KB hormonal
Uraian Materi
1. METODE KB HORMONAL KOMBINASI
A. KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI
Kontrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam
jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi
sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan berupa hormon
progesterone dan estrogen atau hormon progesteron saja pada wanita usia subur
a. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik Kombinasi
1.) Primer (mencegah ovulasi).
Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu
menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel
de Graaf tidak terjadi.
2.) Sekunder.
Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga sulit ditembus
spermatozoa.
Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang
telah dibasahi.
Menghambat transport ovum dalam tuba falopii.
53
c. Efektifitas Suntik Kombinasi.
Sangat efektif (0,1- 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
54
Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
Efektifitasnya berrkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) obat tuberculosis (ripampisin).
Dapat terjadi perubahan berat badan.
Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
Kemungkinannya terlambat pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
g. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
dalam klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan dapat diberikan 7 hari lebih
awal dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah
7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
MASALAH PENANGANAN
Tekanan darah < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan
tinggi
Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi dan kencing
manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu diawasi
Migrain Bila tidak ada gejala neurologic yang berhubungan dengan
sakit kepala, boleh diberikan
57
Mempunyai Sebaiknya jangan menggunakan suntikan kombinasi
penyakit anemia
bulan sabit (sickle
cell)
EFEK PENANGANAN
SAMPING
Amenorea Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, maka
tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Jelaskan bahwa
darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Anjurkan klien
untuk kembali ke klinik bila haid belum juga dating. Bila
hamil, segera rujuk. Hentikan penyuntikan dan jelaskan
bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit sekali
pengaruhnya pada janin
Mual/pusing/ Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak
muntah hamil, informasikan bahwa hal ini adalah wajar dan akan
hilang dalam waktu dekat
Perdarahan/perdar Bila hamil, segera rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab
ahan bercak perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang
(spotting) terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan
menghawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari
k. Skenario Kasus
Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar
diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!
l. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play secara lengkap terhadap pasien.
58
m. Standart Operasional Prosedur
PENYUNTIKAN KB KOMBINASI
Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan alasan klien menggunakan KB suntik
6. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
Usia ibu saat ini
Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan
usia anak terkecil
Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
Riwayat hubungan seksual terakhir
7. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6 mg dan 6
bulan?
59
Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya
Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus
hepatitis)
Apakah klien berusia > 35th dan merokok (tanyakan juga
keluarga)
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan,
dan antibiotik berspektum luas)
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah
>180/110mmhg?
Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah
yang menyebabkan sakit kepala/migrain
Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis >20th
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
Jika ada salah satu jawaban iya, maka diharapkan pertimbangan
untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain
8. Melakukan konseling awal
9. Mendapatkan persetujuan klien
Tahap Kerja
1. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
2. Mengukur tekanan darah pasien
3. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
4. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
5. Dekatkan alat yang sudah disiapkan
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
keringkan dengan handuk kering
7. Pakai sarung tangan
8. Memeriksa tanggal kadarluasa obat suntik dalam botol dosis
tunggal dan menyampaikan hasilnya kepada klien
9. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
10. Mengocok botol/ vial dengan baik sehingga menjadi homogen,
ingat hindari terjadinya gelembung-gelembung udara
11. Buka dan buang tutup logam atau plastik vial yang menutupi karet
(jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus karet
bagian atas di bagian atas vial dengan kapas alkohol dan biarkan
kering)
12. Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan
memegang pangkal jarum dalam keadaan tutup jarum masih
terpasang
13. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial
hingga terbalik dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik
dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan, jangan
60
memasukan udara ke dalam alat suntik
14. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial
dan pegang alat suntik, dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan tekan pendorong ketanda batas
dosis, cabut jarum dari vial
15. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada
klien (dengan tehnik pengambilan yang benar, tidak akan
mengurangi ketajaman jarum)
16. Membebaskan daerah yang akan di suntik (musculus gluteus
kuadran luar) dari pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan
(temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan 1/3
bagian atas SIAS sebagai tempat penyuntikan
17. Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang dicelupkan
dengan air DTT dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
18. Menusukan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM
19. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit
20. Jika tidak terlihat darah terhisap, suntikan obat secara perlahan-
lahan hingga habis dan cabut jarum
21. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT yang baru
agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan (bukan
memasase)
22. Jangan memasase / memijat daerah suntikan , jelaskan pada pasien
bahwa dengan tindakan tersebut dapat mempercepat pelepasan obat
dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif kontrasepsinya
menjadi lebih pendek
23. Sedot larutan klorin 0,5 % kedalam spuit untuk membilas spuit dan
jarum kemudian buang spuit tanpa ditutup kedalam tempat sampah
khusus (jarum tidak mudah tembus)
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
61
2. PIL KOMBINASI
a. Profil
Efektif dan reversible
Harus diminum setiap hari
Pada bulan pertama pemakaian efek samping berupa mual dan perdarahan bercak
yang tidak berbahaya dan akan segera hilang
Efek samping serius sangat jarang terjadi
Dapat dipakai oleh semua perempuan
Dapat diminum setiap saat asal dipastikan ibu tidak hamil
Tidak dianjurkan pada ibu menyusui
Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
c. Cara Kerja
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu juga
62
d. Keuntungan Penggunaan Pil Kombinasi
Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia),
Tidak terjadi nyeri haid.
Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya
Untuk mencegah kehamilan.
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
Mudah dihentikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul, akne dan lain-lain
64
» Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
» Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid
Penggunaan pil kombinasi akan berhasil apabila klien menggunakannya secara benar
sesuai dengan ketentuan. Tugas mahasiswa sebagai bidan untuk menyampaikan informasi
sejelas - jelasnya mengenai metode kontrasepsi ini. Berikut instruksi yang harus
disampaikan kepada klien:
Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari
Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket28 pil habis,
sebaiknya mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya
tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru
Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambilah pil yang lain, atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain
Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan
Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil
mengikuti cara menggunakan pil lupa
Bila lupa minum 1pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera setelah
ingatwalaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (1-21), sebaiknya
minum 2 pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan. Gunakan juga metode
kontrasepsi yang lain
Bila tidak haid, segera ke klinik untuk tes kehamilan
65
PENANGANAN EFEK SAMPING YANG SERING TERJADI DAN MASALAH
KESEHATAN LAINNYA
EFEK SAMPING ATAU MASALAH PENANGANAN
Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak
hamil dank lien minum pil dengan benar,
tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan
besar karena kurang adekuatnya efek
Amenorea (tidak ada perdarahan atau
estrogen terhadap endometrium. Tidak
spotting)
perlu pengobatan khusus. Bila klien hamil
intrauterine, hentikan pil dan yakinkan
pasien bahwa pil yang diminum tidak ada
efek terhadap janin
Tes kehamilan atau pemeriksaan
Mual, pusing atau muntah (akibat reaksi ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan
anafilaktif) minum pil pada saat makan malam atau
sebelum tidur
Tes kehamilan atau pemeriksaan
ginekologik. Sarankan minum pil pada
waktu yang sama. Jelaskan bahwa
perdarahan/ spotting adalah hal yang biasa
Perdarahan pervaginam/ spotting terjadi pada 3 bulan pertama pemakaian
dan lambat laun akan berhenti. Bila
perdarahan tetap terjadi maka segera rujuk
untuk mendapatkan pengobatan atau ganti
metode kontrasepsi
h. Skenario Kasus
66
j. Standart Operasional Prosedur
Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
Usia ibu saat ini
Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan
usia anak terkecil
Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
Riwayat hubungan seksual terakhir
Apakah ibu pasca keguguran
67
6. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6 minggu dan 6
bulan?
Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya
Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
Apakah klien berusia > 30 th dan merokok (tanyakan juga
keluarga)
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan,
dan antibiotik berspektum luas)
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah >160/90mmhg?
Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah
yang menyebabkan sakit kepala/migrain
Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis >20th
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
Apakah klien pelupa atau sering lupa apabila menggunakan pil?
Jika ada salah satu jawaban iya, maka diharapkan pertimbangan
untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain
7. Melakukan konseling awal
8. Mendapatkan persetujuan klien
Tahap Kerja
9. Memberikan KIE mengenai pil kombinasi, meliputi:
a. Profil (efektivitas, angka kegagalan)
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penanganannnya
68
10. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
11. Mengukur tekanan darah pasien
12. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
13.
a. Pil dapat dimulai pada saat haid (untuk meyakinkan wanita
tersebut tidak hamil)
b. Apabila dimulai setelah haid (misalnya hari ke-8) maka ibu
perlu menggunakan barier lain selama 7 hari atau tidak
melakukan hubungan seksual
14. Memberikan instruksi cara minum pil kombinasi:
a. Minum setiap hari pada waktu yang sama
b. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, minum
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi
c. Bila klien muntah hebat, diare lebih dari 24 jam maka bila
keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk anda, pil dapat
diteruskan
d. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
e. Bila lupa minum pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut
segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang
sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain
f. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (hari 1-21) sebaiknya minum 2
pil setiap hari sampai terkejar. Sebaiknya gunakan kontrasepsi
lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai
menghabiskan paket pil tersebut
Tahap Terminasi
15. Merapikan peralatan
16. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
69
2. METODE KONTRASEPSI PROGESTIN
1.) SUNTIK PROGESTIN
a. Pengertian
Kontrasepsi suntikan progestin adalah metode kontrasepsi berupa cairan, yang
hanya berisi hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara
berkala setiap 3 bulan.
b. Profil
Sangat efektif
Aman
Dapat dipakai oleh perempuan dsalam usia reproduksi
Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
c. Klasifikasi
Secara umum Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
1. Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150mg DMPA
yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro Muskuler (di daerah
bokong). Depo provera atau depo metroxy progesterone asetat adalah satu
sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progesterone asli dari tubuh
wanita.
2. Depo Nonsterat Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200mg
Noretisteron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intra
muskuler.
d. Cara Kerja
Secara umum kerja dari KB suntik adalah:
1. Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi
lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah
ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH) .
2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus
serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus
70
yang normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di
bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.
3. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari
ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan
menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium
untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan
transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap
kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba.
e. Efektivitas
1. Efektif bagi wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit metabolik seperti
diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan darah serta riwayat
stroke. Tidak cocok buat wanita perokok. Karena rokok dapat menyebabkan
peyumbatan pembuluh darah.
2. Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikan dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3. Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan
2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10
minggu *(Norigest)*
4. Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI.
Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang
keluar.
f. Keuntungan
1. Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari
2. Tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah ASI.
3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius terhadap
kesehatan.
4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
5. Penggunaan jangka panjang
6. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
71
7. Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi
masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause
9. Membantu mencegah kehamilan ektopik dan kanker endometrium
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
g. Kekurangan/Efek Samping
1. Gangguan haid seperti:
Siklus haid yang memendek atau memanjang
Perdarahan yang banyak atau sedikit
Perdarahan tidak teratur atau bercak (spotting)
Tidak haid sama sekali atau amenorhoe
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk jadwal suntikan berikutnya)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, harus menunggu sampai masa
efektifnya habis (3 bulan)
4. Berat badan bertambah
5. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara
kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan berat badan
tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa
para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya.
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B dan virus
HIV
7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian bukan
karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genitalia, melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan).
8. Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat:
Menurunkan kepadatan tulang
Menimbulkan kekeringan pada vagina
72
Menurunkan libido.
Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas
dingin, pegal- pegal, nyeri perut dan lain-lain.
h. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Nulipara ataupun yang telah mempunyai anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektifitasnya tinggi
4. Ibu menyusui
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Pasca abortus
7. Perokok
8. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit
9. Menggunakan obat untuk epilepsy atau TBC
10. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12. Anemia
i. Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi
Sampai disini, apakah ada yang ingin mahasiswa diskusikan ??? Jika ya,
ajaklah teman mahasiswa untuk mendiskusikan beberapa temuan atau
pemikiran mahasiswa, jika perlu gunakanlah sumber lain yang akan semakin
memperkaya wawasan mahasiswa mengenai kontrasepsi ini. Jika mahasiswa
sudah memahaminya, tentunya mahasiswa semakin penasaran, apakah waktu
mulai penggunaan metode ini sama dengan waktu penggunaan metode
kombinasi? berikut uraiannya:
k. Cara Penggunaan
1. Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intromuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntik diberikan setiap 90
hari pemberian kontrasepsi suntikan nonsterat untuk 3 injeksi berikutnya
diberikan setiap 8 minggu mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12
minggu.
74
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil atau iso propil alkohol 60-90% biarkan kulit kering sebelum disuntik
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara,
kontrasepsi tidak perlu di dinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
vial, upayakan menghilangkannya dengan cara menghangatkannya.
EFEK PENANGANAN
SAMPING
Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan
bahwa darah haid tidak terkumpul dala rahim
Bila telah trejadi kehamilan, segera rujuk. Hentikan
Amenorea penyutikan. Jelaskan bahwa hormone progestin tidak akan
mengganggu janin
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi haid juga segera rujuk
n. Skenario Kasus
Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar
diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!
o. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan roleplay secara lengkap terhadap pasien.
76
p. Standart Operasional Prosedur
PENYUNTIKAN KB PROGESTIN
Pengertian Jenis kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan atau 2 bulan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler
Tujuan Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
Menjarangkan kelahiran
Persiapan Obat / suntikan KB Progestin
Alat/Bahan Handscoon (sebagai proteksi diri)
Korentang
Spuit 3cc
Kapas alkohol dan kapas DTT
Bengkok
Tensi meter, Stetoskop
Timbangan berat badan
Buku catatan dan register KB
Informed consent
Larutan klorin 0,5%
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan alasan klien menggunakan KB suntik
3. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
Usia ibu saat ini
Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan usia
anak terkecil
77
Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
Riwayat hubungan seksual terakhir
4. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6mg dan 6 bulan?
Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya
Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
Apakah klien berusia > 35th dan merokok (tanyakan juga keluarga)
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan, dan
antibiotik berspektum luas)
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah >180/110mmhg?
Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala/migrain
Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan komplikasi
atau kencing manis >20th
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma(terutama
payudara)
5. Melakukan konseling awal
6. Mendapatkan persetujuan klien
Tahap Kerja
1. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
2. Mengukur tekanan darah pasien
3. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
4. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
5. Dekatkan alat yang sudah disiapkan
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk kering
7. Pakai sarung tangan
78
8. Memeriksa tanggal kadarluasa obat suntik dalam botol dosis tunggal
9. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
10. Mengocok botol/ vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat
hindari terjadinya gelembung-gelembung udara
11. Buka dan buang tutup logam atau plastik vial yang menutupi karet
(jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus karet bagian
atas di bagian atas vial dengan kapas alkohol dan biarkan kering)
12. Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang
pangkal jarum dalam keadaan tutup jarum masih terpasang
13. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial
hingga terbalik dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik
dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan, jangan
memasukan udara ke dalam alat suntik
14. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan
pegang alat suntik, dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan tekan pendorong ketanda batas dosis,
cabut jarum dari vial
15. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada
klien (dengan tehnik pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi
ketajaman jarum)
16. Membebaskan daerah yang akan di suntik (musculus gluteus kuadran
luar) dari pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan (temukan SIAS
dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan 1/3 bagian atas SIAS
sebagai tempat penyuntikan
17. Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang dicelupkan dengan
air DTT dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
18. Menusukan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM
19. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit
20. Jika tidak terlihat darah terhisap, suntikan obat secara perlahan-lahan
hingga habis dan cabut jarum
21. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT yang baru
agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan (bukan memasase)
22. Jangan memasase / memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasien
bahwa dengan tindakan tersebut dapat mempercepat pelepasan obat dari
79
tempat suntikan dengan akibat masa efektif kontrasepsinya menjadi
lebih pendek
23. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum
kemudian buang spuit tanpa ditutup kedalam tempat sampah khusus
(jarum tidak mudah tembus)
Tahap Terminasi
24. Merapikan peralatan dan pasien
25. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam
dalam larutan klorin
26. Mencuci tangan
27. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan kunjungan
ulang 12 minggu kemudian)
80
2.) KONTRASEPSI ORAL TIPE MINIPIL
a. Profil
1. Hanya berisi derivat progestin
2. Dosis rendah
3. Tidak menurunkan produksi ASI
4. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
d. Cara Kerja
Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium tetapi tidak
begitu kuat
1. Terjadinya transformasi lebih awal pada endometrium sehingga implantasi lebih
sulit
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
3. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
e. Keuntungan Kontrasepsi
1. Sangat efektif bila digunakan secara benar
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali
5. Nyaman dan mudah digunakan
81
6. Sedikit efek samping
7. Dapat dihentikan setiap saat
8. Tidak mengandung estrogen
f. Keuntungan Nonkontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah darah haid
3. Menurunkan tingkat anemia
4. Mencegah kanker endometrium
5. Melindungi dari penyakit rongga panggul
6. Tidak meningkatkan pembekuan darah
7. Dapat diberikan pada penderita endometriosis
8. Kurang menyebabkanpeningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi
9. Dapat mengurangi keluhan premenstruasi sindrom
10. Sedikit sekali mengganggu metabolism karbohidrat sehingga relative aman
diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami
komplikasi
g. Keterbatasan
1. Gangguan haid
2. Peningkatan/ penurunan berat badan
3. Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa 1 pil, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
6. Efektifitas menurun apabila sedang pengobatan TBC atau epilepsy
7. Tidak melindungi dari IMS atau HIV/AIDS
h. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Telah atau belum mempunyai anak
3. Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang efektif selama menyusui
4. Pasca keguguran
5. Perokok segala usia
6. Mempunyai riwayat tekanan darah tinggi (selama <180/110mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah
82
i. Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
4. Menggunakan obat TBC atau obat epilepsi
5. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6. Sering lupa menggunakan minum pil
7. Tumor uterus
83
k. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 30 tahun dating ke PMB untuk mengganti alat kontrasepsi iud
dengan mini pil karena efek samping
l. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
Pengertian Pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah
Tujuan Kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
Mencegah terjadinya ovulasi
Mengatur jarak kehamilan
Untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera)
Persiapan - Sampiran
Alat/Bahan - Lembar catatan
- Alat tulis
- Tensimeter
- Timbang berat badan
- Alat kontrasepsi (mini pil)
- Lembar balik pelayanan kb
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
84
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan alasan klien menggunakan KB pil mini
6. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
Usia ibu saat ini
Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan usia
anak terkecil
Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
Riwayat hubungan seksual terakhir
Apakah klien sedang menyusui
7. Menanyakan alasan klien ingin menggunakan mini pil:
- apakah klien dalam masa menyusui?
- Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya?
- Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon?
- Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit stroke?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi (>180/110
mmHg)?
- Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
- Apakah klien mempunyai kelainan pembuluh darah (yang
menyebabkan sakit kepala/migran)
- Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis > 20 tahun?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
- Apakah klien ingin haid normal atau tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid?
- Apakah klien pelupa atau sering lupa jika menggunakan pil?
Jika ada salah satu jawaban “ iya”, maka diharapkan
pertimbangan untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain
85
8. Melakukan konseling awal
9. Mendapatkan persetujuan klien
Tahap Kerja
1. Memberikan KIE mengenai mini pil, meliputi:
a. Profil (efektivitas, angka kegagalan)
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penanganannnya
f. Kontraindikasi
2. Mencuci tangan efektif
3. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
4. Mengukur tekanan darah pasien
5. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
6. Menjelaskan pada ibu, bila beralih dari kontrasepsi lain, maka:
a. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera
diberikan, bila kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar
atau klien sedang tidak hamil, tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
b. Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah suntikan, minipil
diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak perlu
penggunaan kontrasepsi lain.
c. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah nonhormonal dan klien
ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari
1-5 siklus haid dan tidak perlu penggunaan kontrasepsi lainnya
d. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR (termasuk AKDR
yang mengandung hormon), minipil diberikan pada hari 1-5 siklus
haid. Dilakukan pengangkatan AKDR
7. Memberikan instruksi cara minum pil:
a. Minum setiap hari pada waktu yang sama
b. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, minum
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien
86
berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
c. Bila klien terlambat minum pil lebih dari 3 jam. Minumlah pil
tersebut ketika ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.
d. Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut ketika ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir
bulan
Tahap Terminasi
8. Merapikan peralatan
9. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
10. Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti atau ada yang mau
ditanyakan mengenai penjelasan yang sudah diberikan
Dokumentasi
11. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
12. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
87
b. Profil pemakaian IUD adalah:
tahun: CuT-380A)
88
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
4. Cara Kerja
Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
5. Efektivitas
Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100
perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan.
6. Keuntungan
Keuntungan IUD yaitu:
a. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak perlu
diganti) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
b. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
c. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)
d. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
e. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
f. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
Tidak ada interaksi dengan obat – obat Membantu mencegah kehamilan ektopik.
7. Kerugian
Kerugian IUD:
a. Efek samping yang mungkin terjadi:
1) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
89
3) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
l. Skenario Kasus
m. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemasangan & pencabutan IUD secara lengkap terhadap pasien.
PEMASANGAN IUD
90
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Sapa ngan dengan ramah dan perkenalkan diri
2. Tanyakan tujuan kunjungan
3. Berikan informasi umum tentang keluarga berecana
4. Jelaskan apa yang dapat diperoleh dari kunjungannya
5. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi (apakah klien ingin
mengatur jarak
Kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
6. Tanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung
atau menolak Salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada
Metode Konseling :
7. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8. Kumpulkan data-data pribadi klien9(nama, alamat, dan sebagainya)
9. Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan
resiko serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi:
- Tunjukan dimana dan bagaimana IUD dipasang
- Jelaskan bagaimana proses kerja IUD dan efektifitasnya
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah lainnya yang
mungkin akan di Alami
- Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami klien
10. Didiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan ke khawatiran klien
dengan sikap yang simpatik
11. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
Bila klien memilih metode
12. Telitilah dengan seksama untuk menyakinkan bahwa klien tidak
memiliki kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
(lengkapi rekam medik)
13. Jelaskan kemungkinan – kemungkinan efek samping, sampai benar –
benar dimengerti oleh klien
14. Periksa kembali rekam medik untuk memastikan apakah klien cocok
91
menggunakan IUD dan apakah ada masalah yang harus terus diawasi
selama pemasangan IUD
15. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul
16. Periksa apakah klien sedang dalam masa tujuh hari dari saat haid
terahirnya
17. Singkirkan kemungkinkan hamil bila telah diatas hari ke tujuh
(rujuklah bila anda bukan seorang konselor dengan latar belakang
medis)
18. Jelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses dan setelah pemasangan
19. Berikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya serta
berikan jawaban sesuai kebutuhannya
20. Persilakan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed
konsen, dan mintalah tanda tangan klien dan suaminya
Tahap Kerja
Tindakan Pra Pemasangan
1. Setelah selesai pemeriksaan mikroskopik (bila dilakukan), cuci tangan
dengan sabun dan air, keringkan dengan kain atau handuk bersih
2. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk
mengajukan pertanyaan
3. Masukka lengan IUD COPPER T 380 A didalam kemasan sterilnya :
- Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
- Masukkan pendorong kedalam tabung inserter
- Letakkan kemasan dalam tempat yang datar
- selipkan kertas pengukur dibawah lengan IUD
- Tahan kedua ujung lengan IUD (dengan tangan kiri dan dorong
tabung inserter sampai kepangkal lengan sehingga lengan akan
melipat dengan tangan kanan)
- Setelah lengan melipat hingga menyentuh tabung inserter (tangan
kiri tetap menahan posisi lengan tersebut), tarik tabung inserter
sampai bawah lipatan lengan
- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk
memasukkan ujung lengan IUD yang sudah terlipat tersebut
92
kedalam tabung inserter Tindakan pemasangan IUD
Tindakan pemasangan IUD
4. Lampu periksa dipasang dan dinyalakan
5. Pakai kembali sarung tangan (streril atau DTT) yang baru
6. Pakai spekulum vagina untuk melihat serviks
7. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik (misalnya povidon
iodin 10% ) 2 saampai 3 kali
8. Jepit serviks dengan tenakulum(pada posisi pukul 12) secara berhati -
hati Masukkan sonde uterus dengan tehnik 'tidak menyentuh”
(no touch tehnique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde
kedalam Rongga uterus dengan sekali masuk tanpa menyentuh
dinding vagina ataupun bibir spekulum
10. Tentukan posisi dan kedalaman ronggan uterus
11. Keluarkan sondee dan ukurkan kedalaman rongga uterus pada tabung
inserter yang masih berada didalam kemasan steriln ya dengan
menggeser leher biru pada tabung inserter.kemudian buka seliruh
plastik penutup kemasan
12. Keluarkan inserternya dari tempat kemasan tanpa menyentuh
permukan yang tidak steril(no touch technique), hati- hati jangan
sampai pendorongnya terdorong ( lengan IUD akan lepas dari
insertter) atau pendorongnya terjatuh
13. Pegang insertersedemikian sehingga leher biru dalam posisi
horisontal (sejajar arah lengan IUD ). Kemudian masukkan tabung
inserter secara hati-hati( no touch tehnique) kedalam uterus sampai
leher biru tersebut menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan
14. pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
15. Leaskan lengan IUD DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK
WITHRAWAL yaitu menahan pendorong ( pendorong tidak bol eh
bergerak)
16. Keluarkan pendorong dari tabung inserter , kemudian inserter
didorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh seviks
atau terasa adanya tahanan ( langkah ini akan menempatkan kedua
lengan IUD tepat di ujung kavum uteri)
93
17. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang UID
kurang lebih 3-4 cm dari se
18. Keluarkan seluruh tabung inserter
19. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati
20. periksa seviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, Tekan dengan kasa selama 30-60 detik
21. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Tindakan Pasca Pemasangan
22. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalaam larutan klorin
0,5% selama 1 menit untuk dekontaminasi
23. Buang bahan-bahan yang sudah dipakai lagi (kasa,sarung tangan
sekali pakai) Ketempat yang sudah disediakan untuk srung tangan
pakai ulang celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 Kemudian lepaskan dengan cara
mn rendam mengebalikkannya dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
24. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan kain atau handuk
bersih
25. Buat rekam medik dan lengkapi kartu IUD untuk klien, lakukan
pencatatan pada buku register /catatan akseptor
Tahap Terminasi
27 Merapikan peralatan
1. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti atau ada yang mau
ditanyakan mengenai penjelasan yang sudah diberikan
Dokumentasi
2. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)
94
PENCABUTAN IUD
Pengertian Proses melepas alat kontrasepsi IUD ( alat kontrasepsi dalam Rahim ) .
Tujuan
memulai terjadinya ovulasi
memberikan kesempatan untuk terjadinya kehamilan
untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera )
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Bivale spekulum (kecil,sedang atau besar)
2. Forcep / korentang
3. Penjepit benang
4. Cucing untuk larutan antiseptik
5. Sarung tangan steril (DTT)
6. Cairan antiseptik
7. Kain kassa /depper
95
- Lampu penerang
- Tempat cuci tangan
- Waskom tempat larutan
- Sampah medis dan non medis
- Buku register
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk menjelaskan
pertanyaan
2. Persiapkan peralatan yang diperlukan
3. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
4. Lampu periksa di pasang dan ditanyakan
Tahap Kerja
TINDAKAN PENCABUTAN
5. Pakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau sarung tangan (pakai ulang)
yang steril atau DTT
6. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
7. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2-3 kali
8. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
9. Tarik keluar benang IUD dengan perlahan untuk mengeluarkan IUD
10. Tunjukan IUD tersebut pada klien
11. Keluarkan spekulum dengan hati-hatil
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
12. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
13. Buang bahan-bahan yang tidak dipakai lagi (kassa, sarung tangan sekali
pakai) ketempat yang sudah disediakan (untuk sarung tangan pakai ulang,
celupkan ke dua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dengan cara membaliknyadan
96
rendam dalam larutan klorin tersebut )
14. Cuci tangan dengan air air dan sabun keringkan dengan handuk atau kain
yang
15.Buat rekam medik tentang pencabutan IUD, lakukan pencatatan pada buku
register/catatan akseptor
Konseling Pasca Pencabutan
1. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (mis:
perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
2. Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan
2. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
3. Konseling Pasca Pencabutan Implan
Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (mis:
perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
Berikan kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan, dan jawablah
sesuai dengan kebutuhaannya
Ulangi kembali tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan masing-masing alat kontrasepsi(apabila klien ingin tetap
97
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat
kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontasepsi baru
yang akan dipakai ( bila klien belum menginginkan kehamilan)
Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)
1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun
2. Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
3 tahun
98
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok
Indikasi
2. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat.
Kontra Indikasi
7. Pasca keguguran
10. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia
Kelebihan
1. Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat
2. Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan atau
4. Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan tidak
5. Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginkan anak lagi,
6. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau mempunyai anak
1. Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri
HIV/AIDS
5. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun)
d. Efek Samping
1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada
bercak.
6. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui.
e. Skenario Kasus
f. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemasangan & pencabutan implan secara lengkap terhadap pasien.
PEMASANGAN IMPLAN
Pengertian Proses pemasangan alat kontrasepsi hormonal yang dipasang dibawah lengan.
Tujuan
menghambat terjadinya ovulasi
memberikan jarak terjadinya kehamilan
untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera )
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
102
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Handuk kecil
2. Kain bersih
3. Tempat cuci tangan
4. Sabun
5. Sarung tangan steril / DTT
6. Kapsul implant
7. Antiseptik (bethadine)
8. Cucing 2 buah (untuk larutan antiseptik dan untuk tempat implant)
9. Kassa steril (DTT) dalam tempatnya
10. Duk steril (DTT)
11. Spuit 5 cc
12. Implan set steril
13. Lidokain
14. Bisturi
15. plester
16. Larutan klorin
17. Waskom tempat larutan
18. Sampah medis dan non medis
19. Buku register
103
3. Bantu klien naik ke meja periksa.
4. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien dan atur
posisi lengan klien dengan benar (lengan yang dipasang implan adalah
lengan yang tidak dominan aktif, untuk yang tidak kidal, dipasang
dilengan kiri )
5. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm diatas lipatan siku
6. Beri tanda pada tempat implan nanti akan dimasukkan
7. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didesinfeksi tingkat ti nggi
(DTT) sudah tersedia
8. Buka peralatan steril dari kemasan
9. Buka kemasan implan dan tempatkan kedalam mangkok kecil yang
steril(atau biarkan dalam kemasannya bila tidak tersedia mangkok kecil
yang steril, mintalah bantuan seorang asisten )
Tahap Kerja
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
10. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan handuk atau kain yang
bersih
11. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila terdapat bedak )
12. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap 2 buah
13. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah
luar secara melingkar seluas 8-13 cm dan biarkan kering
14. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekeliling pasien
PEMASANGAN KAPSUL IMPLAN
15. Tusukkan jarum semprit dikulit tepat dilokasi insisi pada kulit nantinya
akan dilakukan
16. Suntikan anastesi lokal (lidokain 1%-2%) 0,3 – 0,5 cc tepat dibawah
kulit (intradermal ) pada tempat insisi yang telah ditentukan, sampai
kulit sedikit menggelembung
17. Teruskan penusukan jarum kelapisan dibawah kulit (subdermal) kurang
lebih sejauh 4 cm dari lokasi insisi yang direncanakan, lakukan aspirasi
untuk meyakinkan bahwa jarum tidak masuk kepembuluh darah
18. Suntikkan 0,5 cc obat anastesi sambil menarik semprit ke arah tempat
tusukan jarum dikulit tetapi tidak sampai mencabut seluruh jarumnya
104
(dengan tehnik ini, anastesi lokal akan merata disepanjang bawah kulit
dimana batang implan akan ditempatkan)
19. Ulangi langkah 17 dan 18. Kira-kira membentuk sudut 20 – 30 terhadap
lokasi suntikan anastesi sebelumnya ( jumlah keseluruhan obat anastesi
yang diperlukan tidak lebih dari 2 cc)
20. Tunggu 2-3 menit, lakukan uji efek anastesinya sebelum melakukan
insisi pada kulit
21. Buat insisi dangkal dikulit selebar + 2 mm dengan bisturi (sebagai
alternatif, langkah ini dapat digantikan dengan menusukkan trokar
langsung kelapisan bawah kulit/subdrmal )
22. Masukkan ujung trokar (yang pendorongnya telah dipasang ) melalui
tempat insisi dengan sudut yang agak besar (+30 dari permukaan kulit)
23. Setelah ujung trokar menembus kulit, ubah sudut trokar menjadi sejajar
kulit (bila langkah ini dikerjakan dengan benar, kulit akan terangkat )
24. Masukkan terus trokar dan pendorngnya sampai sedikit melewati batas
tanda pertama (pada pangkal trokar ) tepat berada pada luka insisi
(perhatikan : oleh karena trokar yang kita pakai adalah trokar untuk
implan enam batang yang ukuran implannya lebih pendek dari pada
implan dua batang, maka trokar perlu di dorong sedikit melebihi batas
yang ada pada trokar sesuai dengan selisih panjang implan dua batang
dan enam batang)
25. Keluarkan pendorong
26. Masukkan kapsul yang pertama kedalam trokar dengan tangan atau
dengan tangan atau pinset : tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul
sehingga dapat menangkap kapsul bila jatuh
27. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa adanya tahanan
28. Tahan pendorong dtempatnya dengan satu tangan. Dan tarik trokar
keluar sampai mencapai pegangan pendorong (dengan tehnik ini batang
implan akan tertunggal dibawah kulit sesuai yang akan drencanakan )
29. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama- sama sampai batas
tanda kedua (pada ujung trokar) terlihat pada luka insisi : jangan
mengelurkan trokar dari tempat insisi
30. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan
105
kembali trokar , ulangi lagi kembali langkah 24-28
31. Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul implan telah terpasang
(keduanya kira-kira membentuk suduk15 ⁰ -30 ⁰ )
32. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari
insisi (ujung implan tidak boleh menyembul diluka insisi)
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
1. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan
(kalau ada)
2. Dekatkan ujung – ujung insisi dan tutup dengan band –aid
3. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi
memar
4. Beri petujukpada klien cara merawat luka (mis; bila ada nanah, atau
darah atau kapsul keluar dari luka insisi, klien harus segera kembali ke
klinik)
5. Sedot larutan klorin o,5% kedalam tabung semprit. Keluarkan lagi, lalu
lepaskan jarum dari tabung semprit
Buang jarum diwadah khusus (terbuat dari bahan yang sulit ditembus benda
tajam ), buang tabung semprit dan pendorongnya ditempat sampah
medis. catatan : Bila tempat sampah khusus benda tajam telah penuh,
bakar atau kubur
7. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi , pisahkan trokar dari pendorongnya
8. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ketempatnya (kasa,
kapas,sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
9. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin, kemudian buka dan rendam selama 10 menit
10. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan handuk
atau kain bersih
11. Buat rekam medik tentang pemasangan implan, lakukan pencatatan pada
buku register /catatan akseptor
12. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang
Tahap Terminasi
106
KONSELING PASCA PEMASANGAN IMPLAN
1. Lengkapi rekam medik dan gambar posisi implan
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping
3. Beritahu kapan klien harus dating kembali ke klinik untuk control
4. Ingatkan kembali masa pemakaian implant 4 tahun (perhatikan:
tergantung jenisnya)
5. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat dating ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic tau bila menginginkn
mencabut kembali implant tersebut
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang elah diberikan
7. Berikan kewempatan bertanya kepada klien dan suaminya, berikan
jawaban sesuai kebutuhannya
8. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan
klien pulang
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
PENCABUTAN IMPLAN
Pengertian Proses melepas alat kontrasepsi IMPLAN ( alat kontrasepsi bawah kulit ) .
Tujuan M
emulai terjadinya ovulasi
M
emberikan kesempatan untuk terjadinya kehamilan
U
ntuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera )
107
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Handuk kecil
2. Kain bersih
3. Tempat cuci tangan
4. Sabun
5. Sarung tangan steril / DTT
6. Antiseptik (bethadine)
7. plester
8. Cucing 2 buah (untuk larutan antiseptik dan untuk tempat implant)
9. Kassa steril (DTT) dalam tempatnya
10. Duk steril (DTT)
11. Spuit 5 cc
12. Implan set steril
13. Lidokain
14. Bisturi
15. Larutan klorin
16. Sampah medis dan non medis
17. Waskom tempat larutan
- Lampu penerang
- Buku register
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk menjelaskan
108
pertanyaan
2. Persiapkan peralatan yang diperlukan
3. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
4. Lampu periksa di pasang dan ditanyakan
Tahap Kerja
KEGIATAAN
KONSELING PRA PENCABUTAN
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungan klien
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut implan tersebut dan jawab Semua
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kebutuhannya
4. Tanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau membatasijumlah anaknya )
5. Jelaskan proses pencabutan implan dan apa yang akan klien rasakan pada
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan
2. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
3. Konseling Pasca Pencabutan Implan
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus kembali)
111
Kegiatan Belajar 3
PAP SMEAR
Kanker serviks adalah penyakit yang paling sering ditemukan diantara penyakit
ginekologi yang lain. Kanker serviks merupakan penyakit yang ditakuti oleh
semua wanita karena penyebab utaman kematian pada wanita di negara
berkembang termasuk Indonesia. Pencegahan kanker serviks bisa dilakukan
dengan beberapa cara yaitu tes Pap Smear dan Visual Asam Asetat (IVA),
Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi yang dilakukan oleh ahli
patologi untuk melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya
inflamasi, displasia atau kanker. Cara kerja dari Pap Smear adalah dengan
mengambil sel-sel dari serviks menggunakan alat spatula dan sikat khusus,
kemudian di oleskan ke kaca objek untuk di baca oleh ahli. Hasil akan di dapat
kurang lebih satu minggu sampai satu bulan kemudian.
a. Manfaat dan Keuntungan Pap smear
Pap smear berguna untuk mengetahui ada tidaknya radang dan tingkatan
radang pada rahim, adanya kelainan degeneratif pada rahim, serta ada
tidaknya tanda – tanda keganasan (kanker) pada rahim. Selain itu
dengan melakukan tes Pap smear, akan diketahui penyebab radang baik
oleh parasit, bakteri maupun Jamur.
Menurut Ramli (2002), Pap smear mempunyai keuntungan yaitu: dapat
dikerjakan dengan cepat, sederhana, tidak sakit dan tidak merusak
jaringan,mudah diulang (bila sediaan apus yang dibuat kurang
representatif, atau diulang dalam waktu yang telah ditetapkan dalam
program). Pemeriksaan tersebut juga dapat menenangkan hati bagi
sebagian besar orang yang mengalami perubahan sebelum keganasan
kanker mulut rahim ditemukan dan meningkatkan harapan hidup bagi
wanita
b. Proses Pemeriksaan Pap smear
Pap smear merupakan pemeriksaan daerah seviks. Dalam melakukan
pemeriksaan serviks, perlu dijelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan karena pasien biasanya gelisah dan berasumsi
112
bahwa jika hasil Pap smear abnormal berarti ada kanker pada tubuhnya.
Pengambilan Pap smear dilakukan 10 hari setelah bersih menstruasi dan
hari sebelum pengambilan tidak melakukan hubungan seksual, agar
tidak mengaburkan hasil pemeriksaan. Dalam pengambilan sediaan
apusan lebih dulu dituliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar
permintaan konsultasi meliputi: nama, umur, alamat, usia menikah,
jumlah paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi, riwayat radiasi /
kemoterapi, keadaan klinis dan keluhan kemudian membersihkan daerah
vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan
menggunakan kapas DTT dan untuk menampilkan serviks digunakan
spekulum cocor bebek. Menggeserkan spekulum cukup dilakukan sekali
agar tidak terjadi kerusakan sel. Pengambilan sediaan apus beras al dari
kutub vagina, dari mulut rahim, dan dari saluran serviks yang diambil
dengan kapas lidi., kemudian mengoleskannya dengan kaca benda dan
segera difiksasi, dibiarkan dalam larutan fiksasi minimal selama 30
menit sambil mengeringkannya di udara. Bahan fiksasi yang dapat
dipakai adalah alkohol 95%.
Hal tersebut memerlukan keterampilan yang tinggi dari pengambil
sediaan. Apabila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek atau
laboratorium, sediaan apus dimasukkan dalam amplop atau pembungkus
agar tidak pecah.
o. Skenario Kasus
p. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemeriksaan papsmear secara lengkap terhadap pasien.
113
PEMERIKSAAN PAPSMEAR
Tahap Terminasi
1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
dan pastikan pasien mengerti
2. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis
3. Buat pengantar pemeriksaan ke ahli patologi anatomi
4. Buat jadwal kunjungan ulang atau Persilahkan ibu
ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau
ke ruang tindakan (untuk proses/tindakan lanjutan)
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
115
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifudin, dr,Prof, dkk (2003); Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi; Jakarta; yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Everett, Suzanne (2008); Buku Saku: Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif.
Edisi 2; Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Glasier, Anna & Gebbie, Ailsa (2006); Keluarga Berencana dan Kesehatan
reproduksi; Jakarta: EGC
Noviawati Dyah dan Sujitini. 2008. Panduan Lengkap Layanan KB Terkini. R
PUSTAKA
YBP-SP. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirhardjo.
116
LAMPIRAN 1
117
7. B
8. C
9. B
10. D
11. C
12. B
13. D
14. C
15. C
16. D
17. A
18. A
19. D
20. B
21. A
22. B
23. D
24. B
25. A
26. D
27. B
28. E
29. D
118
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penyusunan Modul pelayanan KB 1 ini dapat terselesaikan
dengan baik. Modul
Modul pelayanan KB 1 disusun dengan tujuan untuk media pembelajaran
Program Studi D III Kebidanan. Bahan belajar berupa modul ini sengaja kami susun
agar dapat digunakan sebagai media belajar mandiri, dikatakan mandiri karena
sesungguhnya modul ini dapat dipelajari sendiri oleh mahasiswa tanpa bimbingan
dosen. Selain digunakan sebagai bahan belajar mandiri, modul ini dapat digunakan
sebagai bahan belajar di kelas dengan berbagai macam metode, misalnya diskusi
kelompok.
Mudah-mudahan Modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan bagi mahasiswa
Pendidikan D.III Kebidanan.
Penulis
ii
119
DAFTAR ISI
iii 120
DAFTAR ISTILAH
ISTILAH KETERANGAN
asekumpulan nanah (neutrofil mati) yang telah terakumulasi di rongga di
Abes jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya karena bakteri atau parasit)
atau barang
suatu keadaan atau kondisi dimana pada seorang wanita tidak mengalami
menstruasi pada masa menstruasi sebagaimana mestinya atau secara
Amenorrhea
sederhana disebut dengan tidak haid pada suatu periode atau masa
menstruasi.
reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan
Anafilaktif
reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang
sebelumnya sudah tersensitisasi.
keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
Anemia pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Anemia bulan sabit
kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan
Anemia sel sabit
sabit, seperti huruf C.
Diabetes melitus merupakan penyakit di mana kadar gula dalam darah meningkat.
lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya ovum yang
Endometrium
telah dibuahi
sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai
Estrogen
hormonsekswanita
FSH (follicle stimulating hormone) adalah hormon yang dikeluarkan
oleh gonadotrop. Yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan
FSH
kematangan folikel atau sel telur dalam ovarium dan juga berpengaruh
pada peningkatan hormon estrogen pada wanita
hal yang berkaitan dengan sistem pencernaan, terutama lambung dan
Gastrointestinal
usus.
Implantasi atau
masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium
nidasi
hormon yang dikeluarkan oleh gonadrotop. Pada wanita, hormon ini
berfungsi untuk merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium dan
LH
mempertahankan folikel sisa sel telur tersebut serta membuatnya
berwarna kekuningan (lutein).
Libido keinginan individual untuk terlibat dalam aktivitas seksual.
iv 121
Varices pelebaran pembuluh balik.
122