Anda di halaman 1dari 127

MODUL PRAKTIKUM

KESEHATAN REPRODUKSI DAN


PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
HADIST & ALQURAN

Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:

‫ل َد َعا‬ َّ َ‫م وَأ‬


ُ ‫ن ال َّر‬
َ ‫ج‬ َ ‫ح ال َّد‬ ُ ‫اح َت َقنَ ا ْل‬
ُ ‫ج ْر‬ ْ ‫ح َف‬ ُ ‫م أَصَابَ ُه‬
ٌ ‫ج ْر‬ َ َّ‫َسل‬ ُ َّ ‫اَّلل صَلَّى‬
َ ‫اَّلل َعلَ ْيه و‬ ُ ‫ج اًل في َزمَان ر‬
َّ ‫َسول‬ َّ َ‫أ‬
ُ ‫ن َر‬
َ ‫ب َف َق‬
‫اَل‬ ُّ َ‫ما أَط‬ َ ‫ل لَ ُهمَا أَيُّ ُك‬ َ ‫م َقا‬َ َّ‫َسل‬ ُ َّ ‫اَّلل صَلَّى‬
َ ‫اَّلل َعلَ ْيه و‬ َّ ‫ل‬ ُ ‫نر‬
َ ‫َسو‬ َّ َ‫ن بَني أَ ْنمَار َفنَظَرَا إلَ ْيه َف َز َعمَا أ‬ْ ‫جلَ ْين م‬
ُ ‫َر‬
ٍ
َ ‫ل ال َّدوَا َء الَّذي أَ ْن َز‬
‫ل‬ َ ‫ل أَ ْن َز‬
َ ‫م َقا‬َ َّ‫َسل‬ ُ َّ ‫اَّلل صَلَّى‬
َ ‫اَّلل َعلَ ْيه و‬ َّ ‫ل‬ ُ ‫نر‬
َ ‫َسو‬ َّ َ‫م َز ْي ٌد أ‬ َّ ‫ل‬
َ ‫اَّلل َف َز َع‬ َ ‫َسو‬ َ ‫أَ َو في الطب‬
ُ ‫خ ْي ٌر يَا ر‬

‫اْل َ ْدوَا َء‬


ْ

“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka. Kemudian
luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang dari Bani Anmar,
kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian
berdua?” Keduanya bertanya: “Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan
obatnya.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam
Mushannafnya: 23886 (7/361).

i
VISI MISI PRODI KEBIDANAN

I. Visi Program Studi :

Pada tahun 2036 menjadi Program Studi D III Kebidanan yang unggul dan
berdaya saing global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai-
nilai islami dan berjiwa enterpreuner.

II. Misi Program Studi :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam ilmu kebidanan yang


terkini.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kebidanandan
kesehatan.
3. Menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan di bidang kebidanan.
4. Menyelenggarakan perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan.

III. Tujuan Program Studi:

1. Menghasilkan lulusan kebidanan yang mempunyai pengetahuan, si kap dan


keterampilan di bidang kebidanan dan kesehatan yang terkini.
2. Menghasilkan karya ilmiah dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam
bidang kebidanan dan kesehatan dengan mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bentuk pengabdian masyarakat.
3. Menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur di bidang kebidanan dan
kesehatan.
4. Mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam
kehidupan.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN 1
METODE KONTRASEPSI ILMIAH 3
METODE KONTRASEPSI HORMONAL 53
PAPSMEAR 112
DAFTAR PUSTAKA

iii
PENDAHULUAN

Mahasiswa tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah keluarga berencana, bukan?
Indonesia telah mencanangkan program keluarga berencana sejak tahun 1970 an, dan saat ini
masyarakat sudah banyak menggunakannya dengan kesadaran sendiri tanpa anjuran dari
tenaga kesehatan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan” keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah
keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun
keluarga berkualitas.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu dari paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dengan pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang
diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu
hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini
merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina yang
hanya 20 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat
perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi. Salah satu upaya

1
prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan pemakaian kontrasepsi secara
rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya lebih aman dari pada tidak memakai
kontrasepsi.
Pelayanan kontrasepsi merupakan kompetensi yang harus mahasiswa kuasai sebagai
bidan yang merupakan profesi yang berada di lini depan untuk menurunkan angka kematian
ibu

2
BAB I
KEGIATAN BELAJAR 1
METODE KONTRASEPSI ALAMIAH

Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Mahasiswa diharapkan dapat


1. Menjelaskan tentang berbagai macam metode KB sederhana baik dengan
menggunakan alat ataupun tanpa alat, cara kerjanya, keuntungan dan kerugiannya,
efek samping yang sering timbul, konseling terhadap akseptor, termasuk b
2. Bagaimana mahasiswa membina akseptor yang bermasalah dengan metode KB
sederhana.

Uraian Materi
A. Metode Kb Sederhana Tanpa Alat/ Kb Alamiah
Metode Kontrasepsi Sederhana Adalah Suatu Cara Yang Dapat Dilakukan Sendiri Oleh
Pasangan Usia Subur, Tanpa Pemeriksaan Medis Terlebih Dahulu.

1. Mal (Metode Amenore Laktasi)


a. Pengertian
Metode amenorhe laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandakan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apapun lainnya.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
 Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila pemberian lebih dari
8x sehari
 Belum haid
 Umur bayi kurang dari 6 bulan
 Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian alat
kontrasepsi lainnya.

3
b. Cara Kerja MAL
Cara kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitosin. yang menyusui eksklusif, konsentrasi prolaktin tetap tinggi
karena isapan bayi yang merangsang hipofisis anterior memproduksi prolaktin
sehingga prolaktin meningkat menekan konsentrasi LH sehingga menghambat
ovulasi.

c. Keuntungan dan Keterbatasan


1.) Keuntungan kontrasepsi
2.) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan)
3.) Segera efektif
4.) Tidak megganggu senggama
5.) Tidak ada efek samping secara sistemik
6.) Tidak perlu pengawasan medis
7.) Tidak perlu obat atau alat
8.) Tanpa biaya

d. Keuntungan Nonkontrasepsi Untuk bayi


1.) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
2.) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal
3.) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula,
atau alat minum yang dipakai Untuk ibu
4.) Mengurangi perdarahan pascapersalinan
5.) Mengurangi risiko anemia
6.) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi

e. Keterbatasan
1.) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial seperti kurangnya pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI, adanya anggapan keliru bahwa pemberian ASI akan
berpengaruh pada bentuk payudara, ASI yang digantikan dengan susu formula
dengan alasan kesibukan bekerja atau tidak diberi kesempatan untuk menyusui di
tempat mereka bekerja dan gencarnya promosi susu formula membuat banyak ibu
gagal menyusui
2.) Efektivitas tertinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.

4
3.) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

f. Cara Menggunakan Metode Amenorea Laktasi


1.) Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menghisap
sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
2.) Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
3.) Bayi terus disusukan walaupun ibu/bayi sakit.
4.) Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup,
bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
5.) Apabila ibu menggantkan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan
menghisap kurang sering akibatknya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi
6.) Ketika ibu mulai haid kembali, itu adalah pertmahasiswa ibu telah subur kembali dan
harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.

Tahukah mahasiswa, bahwa metode ini akan efektif apabila mengikuti aturan
penggunaanya. Beberapa catatan dari konsesus Bellagio (1988) untuk mencapai
keefektifan 98%
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (minimal 8 kali sehari).
2. Bayi menghisap secara langsung (tidak menggunakan pompa ASI)
3. Menyusui dimulai dari setengah jam sampai satu jam setelah bayi lahir.
4. Kolostrum diberkan kepada bayi.
5. Pola menyusui on demand dari kedua payudara.
6. Sering menyuui selama 24 jam termasuk malam hari.
7. Hindari jarak menyusu lebih dari 4 jam.

g. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi MAL
1.) Ibu yang menyusui secara eksklusif
2.) Bayi yang berumur kurang dari 6 bulan
3.) Ibu yang belum mendapat haid setelah melahirkan
Kontraindikasi MAL
1.) Sudah mendapat haid setelah melahirkan
2.) Ibu yang tidak menyusui secara eksklusif
3.) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

5
4.) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
5.) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan
6.) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati
7.) Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine,
8.) Bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
9.) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.

h. Skenario Kasus

Seorang Ibu Nifas G1p1ao Hari Ke 30 Menyampaikan Ke Bidan Bahwa Darah


Nifas Sudah Tidak Keluar, Namun Ibu Belum Mendapat Ijin Dari Suami
Untuk Ber Kb Sehingga Ibu Ingin Menggunakan Kb Laktasi Tapi Masih Belum
Paham.

i. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan Skenario Kasus Maka Selanjutnya Mahasiswa Praktikan Melakukan
Kegiatan Kie Secara Lengkap Terhadap Pasien.

j. Standart Operasional Prosedur

KIE KB ALAMI METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)

Pengertian Kontrasepsi yang mengandakan pemberian Air Susu Ibu (ASI)


secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apapun lainnya.
Tujuan Menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/
menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin.
Yang menyusui eksklusif, konsentrasi prolaktin tetap tinggi karena
isapan bayi yang merangsang hipofisis anterior memproduksi
prolaktin sehingga prolaktin meningkat menekan konsentrasi LH
sehingga menghambat ovulasi.
Persiapan 1. Persiapan Tempat

6
2. Persiapan Alat/Bahan media konseling

Prosedur Tahap Persiapan


Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja
KIE MAL
a. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
b. Menanyakan riwayat menyusui sebelumnya
c. Menjelaskan Pengertian MAL
d. Menjelaskan tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat
dipakai sebagai alat kontrasepsi
e. Menjelaskan tentang manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
f. Menjelaskan tentang kekurangan dari MAL
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

7
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

2. METODE KALENDER
Metode kontrasepsi sederhana selanjutnya adalah metode kalender. Metode yang
cukup populer di kalangan masyarakat. Mahasiswa sebagai bidan harus dapat
memberikan penjelasan kepada klien untuk membantu meningkatkan keberhasilan
penggunaan metode ini. Lebih lanjut lagi akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
a. Profil
Metode kalender disebut juga Knaus-Ogino yang digunakan sejak tahun 1930.
Metode ini digunakan untuk perhitungan hari untuk mengira-ira kapan terjadinya
masa subur. Waktu ovulasi dari data haid dicatat 6-12 bulan terakhir. Menurut Ogino:
ovulasi terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, namun dapat pula terjadi 12-
16 hari haid berikutnya. Sedangkan menurut Knaus: Ovulasi selalu terjadi pada hari
ke 15 sebelum haid berikutnya. Efektivitasnya: Akan lebih efektif jika di barengi
dengan pengukuran suhu basal tubuh. Angka kegagalannya 20 dari 100 wanita hamil
per tahun.

b. Cara Kerja
Masa subur disebut fase ovulasi mulai dari 2 hari sebelum ovulasi dan berakhir 1
hari setelah ovulasi. Ovulasi terjadi pada saat 14 hari atau ±2 hari sebelum hari
pertama haid. Cara ini akan lebih tinggi efektivitasnya jika dibarengi dengan
pengukuran suhu basal. Menjelang ovulasi suhu badan turun, tapi pada saat ovulasi,
suhu badan meningkat namun akan relatif menetap sampai terjadinya menstruasi.
Tetapi pada saat menstruasi suhu basal badan akan turun. Dan pantang berkala bisa
dilihat dari lendir serviks yang keluar dari vagina.

c. Keuntungan Dan Kerugian


Keuntungan Kontrasepsi
 Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
 Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
 Tidak ada efek samping sistemik
 Murah atau tanpa biaya
 Dalam kendali wanita
 Meningkatkan pengetahuan kesuburan

8
 Dapat dipadukan dengan metode lain
 Nonkontrasepsi
 Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
 Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
 Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi
antara suami istri/pasangan
 Alami, tidak menyebabkan efek samping
 Tidak memerlukan perangkat/prosedur khusus
 Murah

Kerugian:
 Stres, penyakit dan perjalanan dapat mempengaruhi siklus mentruasi
 Membutuhkan catatan siklus selama 6-12 bulan sebelum digunakan
 Efektifitasnya rendah
 Harus terus memantau panjang siklus menstruasi
 Tidak melindungi dari PMS

d. Cara Menggunakan Metode Kalender


Sel telur dapat hidup selama 6 - 24 jam, sedangkan sel mani selama 48 - 72 jam,
jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau coitus dilakukan 2 hari sebelum
ovulasi. Hendaknya sebelum memakai cara ibi para pemakai harus diberikan
penerangan medik yang jelas tentang cara ini.
Prinsip kerja cara pantang berkala ini berpedoman kepada kenyataan bahwa
wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya 1 kali sebualn, dan
biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke 14 dari haid yang akan
datang.

MASA BERPANTANG DIHITUNG DENGAN MEMAKAI RUMUS


SEBAGAI BERIKUT
Hari pertama mulai subur Siklus haid terpendek – 18

Hari subur terakhir Siklus haid terpanjang – 11

Sebenarnya cara ini cocok bagi wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum
memulai cara ini hendaknya wanita mencatat pola siklus haidnya paling sedikit 6

9
bulan dan sebaiknya selama 12 bulan. Setelah ini dicatat berulah ditentukan kapan
mulainya hari subur pertama dan hari subur terakhir dengan mempergunakan rumus
diatas.
Untuk lebih jelasnya, silahkan mahasiswa memperhatikan contoh dibawah ini!!!!

Contoh :
Seorang wanita mempunyai siklus haid yang teratur setiap bulan. Setelah di catat
selama 6 bulan sampai 12 bulan diperoleh siklus haid terpendek adalah 28 hari dan
siklus terpanjang adalah 35 hari. Bila wanita ini ingin memakai sistem kalender untuk
mencegah kehamilan, maka dengan memakai rumus di atas, maka diperoleh:
Hari pertama subur = 28-18 = hari ke 10
Hari terakhir masih subur = 35-11 = hari ke 24. Lamanya berpantang koitus mulai
hari ke 10 sampai hari ke 24 adalah selama 14 hari dalam satu bulan.
Setelah menentukan hari pertama haid, hari pertama masa subur, dan hari terakhir
masa subur, segeralah pindahkan ke kalender untuk diikuti secara ketat yaitu tidak
bersenggama pada hari subur (hari berpantang).

e. Indikasi dan Kotraindikasi


Indikasi:
 Semua wanita dengan masa reproduksi
 Wanita dengan paritas berapapun
 Pasangan dengan alasan agama tidak dapat menggunakan metode lain
 Wanita dengan alasan kesehatan tertentu
 Wanita dengan siklus menstruasi teratur
 Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mencatat dan menilai masa subur
Kontra indikasi:
Wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur sehingga sulit menentukan masa yang
aman untuk melakukan hubungan.

f. Skenario Kasus
Seorang Ibu Usia 24 Th Memiliki 1 Anak Usia 2 Tahun Mengeluhkan Ingin
Ganti Alat Kontrasepsi Alami Karena Tidak Tahan Dengan Efek Samping Kb
Hormonal, Ibu Ingin Menggunakan Metode Kalender Dan Mengatakan Belum
Paham.

10
g. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

h. Standart Operasional Prosedur

KIE KB ALAMI METODE KALENDER

Pengertian Cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan


suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan
seksual pada masa subur/ovulasi
Tujuan Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan

Persiapan 1. Persiapan Tempat


2. Persiapan Alat/Bahan media konseling leaflet lembar balik
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja
KIE METODE KALENDER
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA dengan sistem kalender
3. Menjelaskan pengertian metode kalender
4. Menjelaskan prinsip dari metode kalender
5. Menjelaskan cara menghitung masa berpantang dari metode
kontraspesi kalender
6. Menjelaskan keuntungan dan keterbatasan dari metode
kontraspesi kalender

11
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

12
3. METODE LENDIR SERVIKS/METODE OVULASI BILLINGS (MOB)
Metode lendir serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi Billings/ MOB adalah
suatu metode manajemen kesuburan. Metode ini membantu para wanita untuk mengenali
sinyal alami tubuh kesuburan - lendir serviks. Sistem reproduksi wanita sangat
kompleks, namun kontrasepsi ini bisa sangat sederhana, membantu wanita
mengidentifikasi waktu subur dan tidak subur dalam siklusnya. Metode Ovulasi Billings
ditemukan oleh Dr. John J. Billings dan istrinya Dr. Evelyn L. Billings dari Melbourne,
Australia. Metode Ovulasi Billings telah diperkenalkan kepada publik sejak tahun 1966
dan terus dikembangkan melalui kerjasama dengan ahli - ahli medis di luar Australia
(Amerika, Swedia dan India) sehingga metode ini semakin dapat digunakan.

a. Cara Kerja MOB (Metode Ovulasi Billings)


Dasarnya ialah perubahan kualitatif dan kuantitatif yang siklis dari lendir cervix
karena pengaruh hormon ovarium.
Perubahan ini dapat terbagi dalam 5 fase:
Masa “kering” segera setelah menstruasi, karena kadar estrogen
Fase 1
yang rendah, kurang merangsang sekresi
Pada masa pre-ovulasi dini kadar estrogen mulai naik dan
Fase 2
akibatnya ialah sekresi lendir yang keruh dan liat
Hari-hari “basah” beberapa waktu sebelum dan sesudah ovulasi.
Fase 3 Pada masa ini kadar estrogen mencapai puncak, maka lendir
berubah menjadi jernih, licin, sifatnya seperti putih telur
Masa post ovulasi dimana kadar progesteron naik, sehingga lendir
Fase 4
berkurang sekali dan menjadi keruh dan liat
Masa pre-menstruasi dimana lendir kadang-kadang menjadi jernih
Fase 5
lagi dan sangat cair. Fase ini tidak selalu terjadi.

Tahukah mahasiswa, Masa subur mulai terjadi pada hari pertama adanya lendir cervix
pasca haid (fase 2) dan berlangsung sampai 4 hari sesudah keluarnya lendir yang
jernih dan licin. Hari lainnya merupakan masa yang aman. Bagaimana seorang wanita
dapat menggunakan metode ini?
1. Lakukan pengamatan lendir vagina dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari.
2. Pelajari mengenali pola kesuburan dan pola dasar ke-tidak suburannya.

13
3. Pola kesuburan adalah pola yang terus berubah dan pola dasar ke-tidak suburan
adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini
mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang
mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan.

b. Keuntungan Dan Kerugian Mob


Keuntungan MOB :
 Dalam kendali wanita
 Memberi izin kepada pasangan untuk menyentuh tubuhnya
 Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan tubuh
 Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan
 Mencegah kehamilan
 Dapat diterapkan pada semua tahap reproduksi (menstruasi teratur, tidak teratur,
mendekati masa menopause, dan sebagainnya)
Kerugian MOB

 Butuh komitmen
 Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan MOB secara benar
 Dibutuhkan pelatih/spesialis KBA yang mampu membantu ibu mengenali masa
suburnya, memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin menghindari
kehamilan
 Dapat membutuhkan waku 2-3 sikus untuk mempelajari metode
 Infeksi vagina menyulitkan identifikasi lendir yang subur
 Beberapa obat yang digunakan seperti obat flu dan sebagainya dapat menghambat
lendir serviks
 Melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai beberapa wanita
 Membutuhkan pantang

c. Cara Menggunakannya

Setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu memiliki satu


Hari-Hari kering sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan
daerah vagina terasa kering.
Beberapa hari setelah masa kering berhenti, lendir yang
Hari-hari subur keluar biasanya terlihat keruh dan lengket. Kemudian
lendir akan mengalami perubahan dari hari ke hari.

14
Menjelang ovulasi lendir yang keluar menjadi semakin
jernih dan mulur. ketika terobservasi adanya lendir
sebelum ovulasi walaupun jenis lendir yang kental,
sekeruh dan lengket Ibu dianggap subur, karena Lendir
subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks
Adalah hari terkahir adanya lendir paling licin, jernih,
Hari-hari puncak mulur, seperti putih telur yang mentah dan ada perasaan
basah.

Cara untuk kontrasepsi/ menghindari kehamilan


 Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur. Lendir mungkin berubah
pada hari yang sama. Tentukan tingkat yang paling subur dan beri tmahasiswa
pada catatan ibu dengan kode yang sesuai.
 Pantang senggama untuk paling sedikit satu siklus sehingga ibu akan mengenali
hari- hari lendir, mengenali pola kesuburan dan ketidaksuburan ibu dengan
bimbingan guru KBA.
 Hindari senggama pada waktu haid. Hari-hari ini pada aman, Karena pada siklus
pendek ovulasi dapat terjadi pada hari-hari haid.
 Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam
(aturan selang-seling). Ini akan menghindari ibu bingung dengan cairan sperma
dan lendir
 Segera setelah ada lendir jenis apapun atau perasaan basah muncul, hindari
senggama.

Hari - hari lendir terutama hari lendir subur adalah tidak aman.
 Pada hari terakhir dengan lendir paling licin dan mulur. Ini adalah hari ovulasi
dan hari paling subur.
 Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari berikut siang dan malam.
Hari-hari ini adalah tidak aman (aturan puncak). Mulai dari pagi hari keempat
setelah kering, ini adalah hari-hari aman untuk bersenggama sampai hari haid
berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
 Pada siklus yang tidak teratur seperti pascasalin atau pramenopouse maka perlu
memperhatikan pola dasar ketidaksuburan dimana ada waktu 1-2 hari subur yang
menyelingi diantara hari-hari tidak subur. Ibu harus mengamati perubahan ini dan
bila pola dasar ketidaksuburan sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3

15
hari berturut-turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (aturan sabar
Menunggu)

d. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi:
 Wanita dengan siklus haid yang teratur maupun tidak teratur.
 Wanita yang telah mendapat haid.
 Wanita yang menyusui.
Kontraindikasi:
 Wanita dengan pengeluaran cairan vagina secara menetap.
 Wanita dengan infeksi vagina.
 Wanita yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.
 Wanita yang mengkonsumsi obat yang dapat menghambat produksi lender
serviks.
e. Skenario kasus
Seorang ibu usia 30 th dating ke pmb uuntuk konseling ke bidan tentang al at
kontrasepsi lender serviks karena memiliki masalah efek samping dari alat
kontrasepsi hormonal , sedang kan ibu tidak dapat menggunakan alkon iud &
akbk karena riwayat dm .
f. Petunjuk praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan kie secara lengkap terhadap pasien.

g. Standart operasional prosedur

KIE KB ALAMI METODE LENDIR SERVIKS/ METODE


OVULASI BILLINGS (MOB)

Pengertian Kontrasepsi yang menggunakan menggunakan lendir serviks dalam


menghitungnya

Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami


istri tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur

16
mendeteksi masa subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat/Bahan modul ,lembar balik
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja
KIE METODE LENDIR SERVIKS/ METODE OVULASI
BILLINGS (MOB)
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan prinsip dari metode kontraspesi MOB
3. Menjelaskan prosedur kerja dari penggunakaan metode
kontrasepsi MOB
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi
MOB
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –

17
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

18
4. METODE SUHU BASAL
Seperti kita ketahui bahwa pada saat ovulasi, suhu tubuh kita akan naik karena
adanya hormon progesteron. Begitu pula dengan metode ini. Dasarnya ialah naiknya
suhu basal pada waktu ovulasi karena kadar progesteron naik. Kenaikan suhu ini 0,3- 0,5
C.
Suhu basal harus diukur dengan thermometer yang khusus dan dicatat pada grafik
tertentu, karena yang paling penting ialah perubahan suhu dan bukan nilai absolutnya,
maka pengukuran harus dilakukan setiap hari ialah pada pagi hari sebelum bangun dari
tempat tidur, sebelum makan atau minum, diukur dengan menggunakan termometer
yang sama, dan ditempat yang sama (anus, mulut, vagina).

a. Efektifitas:
Metode ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika suhu diukur secara rutin
dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi lain.
Angka kegagalan 0,3-6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.

b. Cara Kerja
Metode suhu basal tubuh mendeteksi kapan ovulasi terjadi. Keadaan ini terjadi
karena progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan
suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh dipertimbangkan sebagai
masa ovulasi, suhu tubuh harus sedikitnya 0,4 F di atas enam kali perubahan suhu
sebelumnya yang diukur. Peningkatan suhu tubuh yang terjadi seiring ovulasi dapat
terjadi secara tiba-tiba (1-2 hari), dapat terjadi sebagai peningkatan yang lambat
selama beberapa hari, dapat terjadi dalam pola bertingkat dengan suhu meningkat
secara lambat (0,2 F) setiap dua sampai tiga hari atau berpola zig zag.
Pantangan senggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-
turut setelah suhu berada di atas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada
aturan perubahan suhu lebih panjang dari pemakaian MOB.
Jika salah satu dari tiga suhu berada di bawah garis pelindung selama
perhitungan tiga hari, ini mungkin tmahasiswa bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan tunggu sampai tiga hari berturut-turut suhu tercatat di atas
garis pelindung sebelum memulai senggama. Ketika mulai masa tak subur, tidak
perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut
mulai dan ersenggama sampai hari pertama haid berikutnya.

19
Masa aman pre-ovulasi ditentukan dengan metoda kalender atau dengan
mengurangi 6 hari dari kenaikan suhu yang yang paling dini yang telah tercatat
selama 6 bulan. Masa aman post oulasi ialah 3 hari setelah kenaikan suhu basal.
Metoda suhu basal ini tidak dapat dipergunakan pada remaja dan dalam klimakterium
karena siklus yang ovulatoir diselingi dengan siklus anovulatoir.

c. Cara Menggunakan
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari
tempat tidur, sebelum makan minum, sebelum beraktivitas).
Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi
dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis
suhu.
Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu
tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak
subur).
Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari
metode ovulasi billings.
Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tmahasiswa ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak
meneruskan pengukuran suhu tubuhdan melakukan senggama hingga akhir siklus haid
dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.

20
d. Keuntungan Dan Kerugian
Keuntungan
 Meningkatkan pengentahuan dan kesadaran pasangan tentang masa subur.
 Membantu wanita yang siklus menstruasi tidak teratur untuk mendeteksi masa
suburnya.
 Berada dalam kendali wanita
 Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
Kerugian
 Membutuhkan motivasi dari pasangan
 Memerlukan konseling dengan ahli KBA
 Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stress, narkoba, obat-obatan
 Tidak mendeteksi permulaan masa subur, sehingga sulit untuk mencapai
kehamilan
 Membutuhkan masa pantang yang lama
 Apabila suhu tubuh tidak diukur pasa sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan
 menyebabkan ketidakakuratan suhu basal
 Harus tidur 5-6 jam

e. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi
 Wanita yang rutin mengukur suhu tubuhnya.
Kontraindikasi
 Wanita yang sakit, seperti demam
 Wanita yang kurang tidur malam hari
 Wanita yang bekerja malam hari
 Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan, seperti aspirin.
 Wanita yang stress
 Wanita yang mengkonsumsi alkohol.

21
f. Skenario kasus
Seorang ibu usia 30 th dating ke pmb uuntuk konseling ke bidan tentang alat
kontrasepsi suhu basal karena memiliki masalah efek samping dari alat
kontrasepsi hormonal , sedang kan ibu tidak dapat menggunakan alko n iud &
akbk karena riwayat dm.
g. Petunjuk praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan kie secara lengkap terhadap pasien.
h. Standart operasional prosedur

KIE KB ALAMI METODE SUHU BASAL

Pengertian Salah satu jenis kontrasepsi yang menggunakan suhu dalam


menghitungnya

Tujuan  Meningkatkan pengentahuan dan kesadaran pasangan tentang


masa subur.
 Membantu wanita yang siklus menstruasi tidak teratur untuk
mendeteksi masa suburnya.
 Berada dalam kendali wanita
 Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien

22
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja
KIE METODE METODE SUHU BASAL
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA dengan system suhu basal
3. Menjelaskan pengertian dari metode suhu basal
4. Menjelaskan prinsip atau dasar dari metode suhu basal
5. Menjelaskan prosedur kerja dari metode suhu basal
6. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari metode KBA suhu
basal
7. Menjelaskan kontra dan indikasi dari metode KBA suhu basal
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan
ibu harus kembali)

23
5. SENGGAMA TERPUTUS atau COITUS INTERUPTUS
Metode ini merupakan metode tertua di dunia karena telah tertulis pada kitab tua dan
diajarkan pada masyarakat. Koitus interuptus merupakan cara utama dalam penurunan
angka kelahiran di Prancis pada abad ke 17 dan 18.
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum atau menjelang pria mencapai
ejakulasi. Efektivitas cara ini umunya dianggap kurang berhasil, walaupun penyelidikan
yang dilakukan di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengan
cara ini hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan cara yang mempergunakan
kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan hamil sekitar 30-35%.

a. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan
dapat dicegah. Hal ini berdasarkan kenyataan akan terjadinya ejakulasi di sadari
sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira
beberapa detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini diperguna.skan
untuk menarik penis keluar dari vagina.

b. Cara Penggunaan
 Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan
hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan
metode senggama terputus.
 Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
 Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina.
 Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya.
 Tidak dianjurkan senggama pada masa subur.

c. Keuntungan Dan Kerugian


Keuntungan
 Tidak memerlukan biaya
 Tidak menggunakan zat kimiawi
 Dapat digunakan setiap waktu
 Tidak efek samping

24
 Efektif bila dilaksanakan dgn benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Diterima oleh agama tertentu
 Dalam kendali pasangan
Kerugian
Angka kegagalan cukup tinggi:

 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun


 Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan yang tinggi adalah:
 Adanya cairan praejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar
prostat, urethra, kelenjar cowper) yang keluar setiap saat dan setiap tetes dapat
mengandung berjuta-juta spermatozoa.
 Kurangnya kontrol diri pria yang pada metode ini justru sangat penting
 Kenikmatan seksual berkurang
 Efektifitas rendah
 Tidak melindungi terhadap HIV dan PMS

d. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi
 Suami ingin partisipasi KB
 Pasangan taat beragama yang mempunyai filosofi tidak menggunakan metode lain
 Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
 Pasangan memerlukan kontrasepsi sementara sambil menunggu metode lain
 Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
 Pasangan yang hubungan seksualnya tidak teratur
Kontraindikasi
 Suami dengan riwayat ejakulasi dini
 Suami yang sulit melakukan senggama terputus
 Suami yang memiliki kelainan fisik dan psikologis
 Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
 Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
 Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

25
e. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 25 th dating ke puskesmas ingin konsultasi ke bidan tentang
alat kontraspesi senggama terputus
f. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
g. Standart Operasional Prosedur

KIE KB ALAMI METODE SENGGAMA TERPUTUS atau


COITUS INTERUPTUS

Pengertian Metode keluarga berencana tradisional dimana pria mengeluarkan


alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum atau menjelang pria
mencapai ejakulasi
Tujuan a. Tidak mengganggu produksi ASI.
b. Tidak ada efek samping.
c. Tidak membutuhkan biaya.
d. Tidak memerlukan persiapan khusus.
e. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
f. Dapat digunakan setiap waktu.
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

26
KIE METODE ALAMI METODE SENGGAMA TERPUTUS
atau COITUS INTERUPTUS
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan metode KBA Metode Senggama Terputus Atau
Coitus Interuptus
3. Menjelaskan pengertian metode senggama terputus
4. Menjelaskan cara kerja dari metode senggama terputus
5. Menjelaskan keterbatasan dan efektifitas dari metode senggama
terputus
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

27
B. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA DENGAN ALAT
Setelah pada sesi sebelumnya dibahas mengenai metode sederhana tanpa alat,
apakah mahasiswa dapat memahaminya??? baik, untuk selanjutnya kita akan membahas
mengenai metode sederhana dengan alat.
Metode apa saja yang sudah mahasiswa ketahui? ya benar, ada berbagai macam alat
kontrasepsi yang dikelompokkan kedalam metode sederhana. Tahukah mahasiswa,
kenapa disebut metode sederhana???? Ya benar, karena metode ini dapat digunakan
sendiri tanpa bantuan petugas kesehatan. Akan tetapi yang harus ditekankan pada
akseptor ini adalah bagaimana cara penggunaan yang benar sehingga efektifitasnya baik
dalam mencegah kehamilan. Dan semua itu adalah tugas mahasiswa sebagai bidan Baik,
untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam uraian di bawah ini:

1. KONDOM
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah Infeksi
Menular Seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif bila dipakai dengan baik
dan benar. Dapat dipakai dengan kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efeksivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Stmahasiswar
kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya stmahasiswar ketebalan adalah 0.02
mm. Tipe kondom bermacam-macam antara lain: kondom biasa, kondom berkontur
(bergerigi), kondom beraroma dan kondom tidak beraroma. Kondom untuk pria sudah
cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada, belum populer
dengan alasan ketidaknyamanan (berisik).
a. Cara menggunakan kondom:
 Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
 Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom
 Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting, atau benda
tajam lainnya pada saat membuka kemasan
 Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans
penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan

28
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina
 Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak
terjadi robekan pada saat ejakulasi.
 Kondom dilepas sebelum penis melembek
 Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom
tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar
tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina
 Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai
 Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
 Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempa
yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau
robek saat digunakan
 Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh/ kusut
 Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom
 Untuk penggunaan kondom wanita, perhatikan gambar berikut:

Gambar 1 Cara Menggunakan Kondom Wanita

29
Sedangkan untuk pemasangan kondom pria perhatikan gambar berikut:

30
b. Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil).

c. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka
kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

d. Kelebihan
 Tidak ada efek sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter/pemeriksaan kesehatan khusus

31
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lain ditunda
 Dalam kendali pasangan
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Sebagai perlindungan terhadap IMS dan HIV
 Kondom wanita lebih kuat dari kondom pria yang terbuat dari lateks dengan
resiko robek
 lebih kecil, dapat dipasang beberapa jam sebelum hubungan intim serta dapat
dibiarkan beberapa waktu setelah ejakulasi
 Efektif bila digunakan dengan benar

e. Kekurangan
 Dianggap merepotkan
 Dianggap menghambat kenikmatan selama koitus karena kehilangan
sensitifitas.
 Dan pada kondom wanita dapat menimbulkan suara gemerisik saat melakukan
hubungan intim
 Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya masuk kedalam vagina
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual

f. Indikasi dan kontraindikasi


indikasi
 6 minggu sesudah vasektomi
 Sementara menunggu pemasangan AKDR
 Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam
 Apabila diduga ada penyakit kelamin, sementara menunggu diagnosa yang
pasti
 Bersamaan dengan pemakaian spermicide
 Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang
dipakai
 Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
Kontraindikasi
 Tidak dapat digunkan pada pasangan yang memiliki masalah ereksi
(gagal mempertahankan ereksi)
 Alergi terhadap bahan dasar kondom (lateks, pelumas, spermisida)

32
g. Skenario Kasus
Seorang ibu usia 25 tahun bersama suami dating ke PMB untuk konsultasi
alat kontrasepsi kondom karena masa menyusui telah selesai dan masih
takut menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
h. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.
i. Standart Operasional Prosedur

PELAYANAN KONDOM

Pengertian Jenis kontrasepsi yang diberikan secaa sederhana yang digunakan


oleh pasangan ( suami ) di alat kelamin
Tujuan  Mencegah sprema masuk ke vagina
 Menjarangkan kelahiran
Persiapan  Kondom
Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang:
a. Risiko IMS / AIDS
b. Alergi lateks (Bahan Kondom)
c. Kelainan medis yang merupakan kontra indikasi absolut untuk
kehamilan

33
d. Kesediaan suami dan istri dalam hal pemakaian kondom
dengan tertib
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang kondom,
dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan penjelasan
dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar):
a. Daya guna kondom, cukup tinggi bila dipakai dengan betul,
tetapi kegagalan akan tinggi bila tidak dipakai dengan baik
b. Mencegah kehamilan, dengan mencegah sperma masuk
kedalam vagina dan uterus
c. Keuntungan: cukup efektif bila dipakai dengan baik pada setiap
senggama, efek samping sedikit, mudah dipakai, membuat
suami berpartisipasi dalam keluarga berencana, mencegah IMS,
merupakan cara sementara sebelum memakai metode
kontrasepsi yang lain
d. Kerugian: Kegagalan tinggi bila pemakaian tidak betul, dapat
mempengaruhi kenikmatan senggama, harus mempunyai
persediaan kondom setiap saat, setiap senggama memakai
kondom baru, suami mungkin malu memakainya masalah
pembuangannya
e. Masalah yang mungkin timbul: Bocor, iritasi penis,
mempengaruhi kenikmatan seksual
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya

Tahap Kerja
1. Berikan Kondom kepada klien
2. Berikan penjelasan tentang pemakaian:
a. Harus dipakai pada saat penis ereksi, sebelum dimasukkan
kedalam vagina atau lubang lain dan sebelum ejakulasi
b. Setiap kondom hanya dipakai satu kali, kemudian dibuang
(gunakan kondom baru setiap senggama)
c. Jangan menyimpan kondom ditempat yang panas / tertekan
seperti misalnya : dompet (Lateks akan lembek dan mudah

34
pecah/ bocor saat dipakai senggama)
d. Jangan memakai minyak goreng, Baby oil / VASELIN untuk
melicinkan kondom, karena hal ini akan menyebabkan lateks
lembek dan dapat pecah / bocor waktu senggama. Air ludah,
cairan vagina atau spermisida dapat digunakan sebagai pelican
e. Tanggal yang tertera pada bungkus kondom adalah tanggal
pembuatannya, bila disimpan dengan baik akan tahan selama
5 tahun
f. Apabila mempunyai lebih adri satu pasangan seksual,
Pakailah kondom untuk mengurangi risiko IMS / AIDS,
walaupun klien sudah memakai salah satu cara kontrasepsi
yang lain
g. Kondom dapat diperoleh gratis dari pos kesehatan, pos
Keluarga Berencana, Petugas lapangan Keluarga Berencana
dan klinik Keluarga Berencana serta dapat dibeli di Apotik /
Toko – toko obat
3. Perlihatkan pemakaian dengan menggunakan model:
a. Penganglah ujung kondom dan sarungkan pada ujung penis
b. Tarik kondom sampai pangkal penis
c. Setelah ejakulasi, sementara penis masih ereksi, keluarkan
penis dalam vagina sambil memegang pangkal kondom,
sehingga tidak terjadi tumpahan semen
d. Lepaskan kondom tanpa menumpahkan sperma atau semen
e. Jepit bagian kondom yang mengandung sperma
f. Buang kondom setelah mengikatnya / membungkusnya
dengan kertas dan masukkan ke dalam tempat sampah
4. Jelaskan apa yang harus dilakukan apabila mengetahui kondom
pecah / bocor atau semen tumpah pada waktu senggama:
a. Segera ganti dengan kondom baru
b. Pakai spermisida bersama kondom
c. Segera ke Pos KB / Klinik KB terdekat untuk mendapatkan
kontrasepsi darurat
5. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti

35
6. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
7. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
8. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)

36
2. Diafraghma
Dimasa lalu, wanita menggunakan berbagai bahan sebagai metode sawar,
seperti kain berminyak, spons, dedaunan, dan buah-buhan, yang sering kali direndam
dengan cuka atau jus lemon. Seorang dokter asal Jerman bernama Hasse, yang
menggunakan psedonim Mesinga, diberi penghargaan atas keberhasilannya
menemukan diafragma pada tahun 1882, yang memberi wanita kebebasan lebih besar
terhadap tubuh mereka. Baru pada tahun 1974 semua kontrasepsi tidak diberikan
secara cuma-cuma bagi pria dan wanita. Sebelum itu wanita harus memperlihatkan
surat nikah, karena kontrasepsi tidak tersedia untuk wanita yang belum menikah
sampai akhir tahun 1960-an. Diagfragma merupakan salah satu metode barrier/sawar
pada wanita.
Diagfragma adalah karet lateks berbentuk kubah yang di insersi kedalam vagina
sampai menutupi serviks sehingga berfungsi mencegah sperma bertemu dengan
ovum.
Ada tiga tipe/jenis diagfragma yaitu:
1. Diagfragma berpegas datar (cocok untuk wanita yang posisi serviksnya kedepan
atau tengah)
2. Diagfragma berpegas gelum (dianjurkan untuk wanita yang simfisis pubisnya
dangkal)
3. Diagfragma berpegas melengkung (untuk wanita yang posisi serviksnya
dibelakang) Ukuran yang tersedia adalah 55-95 mm (ukuran meningkat setiap 5
mm).

37
a. Efektivitas
Pada pemakaian yang seksama dan konsisten, diafragma 92-96% efektif jika
digunakan bersama spermisida untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama.
Pada pemakaian yang lazim, yaitu pada saat wanita tidak memakai metode ini
dengan seksama, efektifitasnya 82-90% jika digunakan bersama spermisida untuk
mencegah kehamilan pada tahun pertama (Bounds, 1994). Angka kegagalan
diafragma bergantung pada seberapa efektif wanita memakainya. Faktor lain yang
mempengaruhi angka kegagalan semua metode adalah usia wanita dan seberapa
sering ia melakukan koitus. Sebagai contoh, apabila seorang wanita berusia 40
tahun dan memakai diafragma sebagai kontrasepsi, ia kurang subur dibanding
wanita usia 25 tahun, sehingga diafragma adalah alat kontrasepsi yang lebih efektif
baginya.

b. Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan
 Dalam kendali wanita
 Melindungi dari penyakit menular seksual apabila digunakan dengan
spermasida dan resiko kanker serviks
 Tidak ada efek sistemik
 Tidak mengganggu produksi ASI
Kekurangan
 Membutuhkan motivasi
 Harus digunakan secara seksama dan konsisten agar efektifitasnya optimal
 Dapat meningkatkan resiko sistitis, iritasi vagina, dan ISK
 Membutuhkan pemeriksaan pelviks oleh petugas kesehatan terlatih untuk
memastikan ketepatan pemasangan dan ukuran diagfragma
 Pada 6 jam pascahubungan alat masih harus berada di posisinya.

c. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
 Tidak menyukai kontrasepsi hormonal
 Tidak menyukai penggunaan AKDR
 Menyusui dan perlu kontrasepsi
 Memerlukan proteksi terhadap IMS
 Memerlukan metode sederhana sambil menunggu kontrasepsi metode lain.

38
Kontraindikasi
 Perdarahan saluran genital yang tidak diketahui sebabnya
 Wanita yang mengalami prolaps atau tonus vagina yang kurang baik
 Infeksi pada genitalia
 ISK kambuhan
 Alergi terhadap karet atau spermasida
 Memiliki riwayat sindrom syok toksik
 Kelainan congenital seperti defek dinding serviks atau adanya septum
 Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan
kehamilan menjadi beresiko tinggi
 Wanita yang merasa tidak mampu menyentuh area genitalnya karena alasan
pribadi atau agama
 Ingin metode KB efektif

d. Efek Samping/ Masalah


 ISK (Infeksi Saluran Kemih)
 Penanganan: pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diagfragma
menjadi pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segara mengosongkan
kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan untuk
memakai metode lain. Dugaan adanya reaksi alergi diagfragma atau dugaan
adanya reaksi alergi spermisid. Penanganan: walaupun jarang terjadi terasa
kurang nyaman dan berbahaya. Jika ada gejala iritasi vagina, khususnya pasca
senggama, dan tidak mengidap IMS, berikan spermisisda yang lain atau bantu
untuk memilik metode lain.
 Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rectum
 Penanganan: pastikan ketepatan letak diagfragma apabila alat terlalu besar.
Cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tidak lanjuti untuk meyakinkan
masalah yang ditangani.
 Timbul cairan vagina yang berbau bila dibiarkan lebih dari 24 jam
Penanganan: periksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina (tampon,
dll), jika tidak ada, sarankan klien untuk melepas diagfragma setelah
melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktifitas
terakhir. Setelah diangkat (diagfragma harus dicuci dengan hati-hati
menggunakan sabun cair dan air, jangan menggunakan bedan talk jika akan

39
disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan
pencegahan infeksi.

e. Cara penggunaan:
 Gunakan diagfragma setiap kali melakukan hubungan seksual
 Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
 Pastikan diagfragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diagfragma dengan
air, atau melihat menembus cahaya)
 Oleskan sedikit spermasida krim atau jelly pada kap diagfragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelly remas dengan bersamaan
dengan pinggirannya)
 Posisi saat pemasangan diagfragma: Satu kaki diangkat diatas kursi atau
dudukan toilet
 Sambil berbaring
 Sambil jongkok
 Lebarkan kedua bibir vagina
 Masukan diagfragma kedalam vagina jauh kebelakang, dorong bagian depan
pinggiran kealas dibalik tulang pubis
 Masukan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya
dan pastikan serviks telah terlindungi
 Diagfragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika
hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida kedalam vagina. Diagfragma berada didalam vagina paling tidak 6
jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diagfragma
didalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci
vagina setiap waktu, pencucuian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam
sesudah hubungan seksual).
 Mengangkat dan mencabut diagfragma menggunakan jari telunjuk dan tengah
 Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.

f. Skenario Kasus

Seorang ibu usia 30 tahun dating ke PMB untuk konsultasi cara penggunaan
diagfragma

40
g. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

h. Standart Operasional Prosedur

DIAFRAGHMA

Pengertian Diagfragma adalah karet lateks berbentuk kubah yang di insersi


kedalam vagina sampai menutupi serviks sehingga berfungsi
mencegah sperma bertemu dengan ovum
Tujuan  Mencegah sprema masuk ke vagina
 Menjarangkan kelahiran

Persiapan  Diafragma
Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang :
a. Risiko IMS / AIDS
b. Alergi karet atau spermasida
c. Memiliki riwayat sindrom syok toksik
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang
diafraghma, dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan

41
penjelasan dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar):
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila
digunakan dengan spermisida).
b. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara
penggunaan yang benar.
c. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu
berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi
ini.
d. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan.
e. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
f. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya

Tahap Kerja
1. Memberikan KIE mengenai diafragma, meliputi:
a. Profil
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penangannya
2. Jika klien sudah sesuai dengan persyaratan pemakaian diafragma
dan sudah menyetujui, ebrikan diafragma pada akseptor dan
menjelaskan cara penggunaan / intruksi bagi klien : Gunakan
diafragma setiap akan melakukan hubungan seksual
3. Kosongkan kandung kemih
4. Cuci tangan
5. Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma
dengan air atau melihat menembus cahaya
6. Oleskan sedikit spermisida krim atau gel pada ujung diafragma

42
(untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau gel, remas
bersamaan dengan pinggirnya )
7. Posisi saat pemasangan diafragma :
• Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan ke toilet
• Sambil berbaring
• Sambil jongkok
8. Masukkan diafragma ke dalam vagina, dorong bagian depan
pinggian ke atas dibalik tulang kubis
9. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks,
sarungkan karetnya, dan pastikan serviks telah terlindungi
10. Diafragma dipasang divagina 6 jam sebelum berhubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma
berada di dalam vagina paling tidak 6 jam. Setelah terlaksana
hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma di dalam vagina
lebih dari 24 jam. Sebelum diangkat tidak dianjurkan mencuci
vagina setiap waktu, pencucian vagina bias ditunda dilakukan
setelah 6 jam berhubungan seksual
11. Angkat dan cabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk
dan tengah
12. Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum dipakai kembali
13. Memastikan bahwa klien telah mengerti dengan informasi yang
telah diberikan
14. Melakukan konseling akhir

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

43
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)

44
3. Spermicide
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol – 9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :
 Aerosol (busa)
 Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
 Krim
 Jelly

a. Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakkan sperma,
dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan :
 Busa (aerosol) efektif segera setelah insersi
 Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi
 Tablet vagina, suppositoria, dan film sudah diaktifkan ke dalam vagina 10-15
menit sebelum hubungan seksual dilakukan.
 Jenis spermisida jelly biasanya hanya digunakan dengan diafragma

b. Efektivitas
Spermisida efektif 80% hingga 94% pada penggunaan yang sempurna dan efektif
99,9% jika digunakan sekaligus dengan penggunaan metode kondom

c. Manfaat Kontrasepsi
 Efektif seketika (busa dan krim) Tidak mengganggu produksi ASI
 Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik

45
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Nonkontrasepsi
 Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS

d. Keterbatasan
 Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
 Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti caea
penggunaan
 Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap
melakukan hubungan seksual
 Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan
hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria, dan film)
 Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

e. Indikasi dan kontradiksi


Tabel 1: Seleksi Klien Pengguna Spermisida

SPERMISIDA

Sesuai Untuk Klien Yang Tidak Sesuai Untuk Klien Yang


 Tidak dianjurkan metode  Berdasarkan umur dan paritas serta
kontrasepsi hormonal, masalah kesehatan menyebabkan
seperti perokok, atau diatas
kehamilan menjadi beresiko tinggi
usia 35 tahun.
terinfeksi saluran uretra.
 Tidak menyukai penggunaan  Tidak stabil secara psikis atau
AKDR tidak suka menyentuh alat
kelaminnya (vulva dan vagina)
 Menyusui dan perlu  Mempunyai riwayat sindrom syok
kontrasepsi karena keracunan.

 Memerlukan proteksi  Ingin metode KB efektif.


terhadap IMS

 Memerlukan metode sederhana


sambil menunggu metode yang
lain.

46
f. Efek Samping dan Penanganannya

EFEK SAMPING ATAU


PENANGANAN
MASALAH
Periksa adanya vaginitis dan IMS. Jika
penyebabnya spermisida alihkan ke spermisida
Iritasi Vagina
lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau
bantu klien memilih metode lain
Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida,
Iritasi Penis dan Tidak alihkan ke spermisida lainnya dengan komposisi
Nyaman kimia berbeda atau bantu klien memilih metode
lain
Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan
bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada
Gangguan Rasa Panas di
perubahan, alihkan ke spermisida lainnya dengan
Vagina
komposisi kimia yang berbeda atau bantu klien
memilih metode lain.
Pilih spermisida lain dengan komposisi kimia
Kegagalan Tablet Tidak
berbeda atau bantu klien memilih metode yang
Larut
lain.

g. Cara Penggunan/ Instruksi Bagi Klien


 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim dan insersi spermisida.
 Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas hubungan
seksual.
 Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau supositoria adalah 10-15
menit
 Tidak ada jarak tunggu setelah memasukan busa.
 Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara penggunaan dan
penyimpanan dari setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum diisi ke dalam
aplikator).
 Spermisida di tempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi
dengan baik.

47
h. Petunjuk Bagi Klien Untuk Penggunaan Spermisida Supositoria

 Biarkan 10-30 menit sampai melarut. Jika pelumasan vagina menurun, efektivitas
metode ini juga menurun. Jika supositoria tidak larut, pasangan dapat merasakan
“seperti berpasir” dan dapat menyebabkan rasa terbakar di penis atau vagina.
 Gunakan satu supositoria untuk setiap kali senggama
 Dapat menyebabkan pengeluaran rabas setelah senggama
 Simpan di kulkas selama cuaca panas

i. Skenario Kasus

Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar


diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

j. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

k. Standart Operasional Prosedur

SPERMISIDA

Pengertian Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol – 9) digunakan

48
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma
Tujuan  Menyebabkan sel membran sperma terpecah
 memperlambat pergerakkan sperma
 menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Persiapan  Aerosol (busa)
Alat/Bahan  Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
 Krim
 Jelly
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang motivasi ber KB apabila memungkinkan
tanyakan apakah ia ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin
hamil lagi
3. Lakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang :
a. Risiko IMS / AIDS
b. Kelainan medis yang merupakan kontra indikasi absolut untuk
kehamilan
c. kontrasepsi jenis spermisida mana yang akan digunakan
4. Tanyakan tentang apa yang sudah diketahui klien tentang
spermisida, dan apabila ada hal – hal yang belum betul berikan
penjelasan dengan baik
5. Berikan penjelasan secara singkat mengenai topik – topik berikut
(sekiranya klien belum memahaminya dengan benar) :
a. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
b. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan
pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan
kondisi klien.
c. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan
disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit

49
setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
d. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan
diafragma
6. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya

Tahap Kerja
1. Aerosol (busa)
a. Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.
b. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas,
c. Letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk
mengisi busa.
d. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan
posisi berbaring.
e. Dorong sampai busa keluar.
f. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali
pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
g. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
h. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi.
i. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak
lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.

2. Krim dan jeli


a. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan
hubungan seksual.
b. Isi aplikator dengan krim atau jeli.
c. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks.
d. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar.
e. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina.
f. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
g. Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli
dengan inserter.

50
3. Kontrasepsi vaginal/tissu
a. Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
b. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis
yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film
menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari.
c. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke
dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina,
akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket.
d. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
4. Suppositoria
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan.
b. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan.
c. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam
vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan
seksual.
d. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam
dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi

51
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang jika ada keluhan)

52
Kegiatan Belajar 2

METODE KB HORMONAL

Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, anda diharapkan dapat menjelaskan tentang berbagai
macam metode KB hormonal, cara kerjanya, keuntungan dan kerugiannya, efek samping
yang sering timbul, konseling terhapap akseptor, termasuk bagaimana mahasiswa membina
akseptor yang bermasalah dengan metode KB hormonal
Uraian Materi
1. METODE KB HORMONAL KOMBINASI
A. KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI
Kontrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam
jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi
sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan berupa hormon
progesterone dan estrogen atau hormon progesteron saja pada wanita usia subur
a. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik Kombinasi
1.) Primer (mencegah ovulasi).
Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu
menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel
de Graaf tidak terjadi.
2.) Sekunder.
 Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga sulit ditembus
spermatozoa.
 Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang
telah dibasahi.
 Menghambat transport ovum dalam tuba falopii.

b. Jenis Suntikan Kombinasi


Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesterone asetat dan 5 mg
estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (intramuskuler) sebulan sekali dan 50
mg Noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yangn diberikan injeksi IM
sebulan sekali.

53
c. Efektifitas Suntik Kombinasi.
Sangat efektif (0,1- 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.

d. Keuntungan Kontrasepsi dan Non Kontrasepsi Keuntungan kontrasepsi.


 Resiko terhadap kesehatan kecil.
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
 Tidak diperluka pemeriksaan dalam.
 Jangka panjang.
 Efek samping sangat keci.
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
 Mengurangi jumlah pendarahan.
 Mengurangi nyeri saat haid.
 Mencegah anemia.
 Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker miomotrium.
 Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
 Mencegah kehamilan ektopik.
 Melindungi klien darijenis-jenis tertentu.
 Pada keadaan tertenyu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopouse.
Keuntungan Non Kontrasepsi Keuntungan
 Mengurangi jumlah pendarahan.
 Mengurangi nyeri saat haid.
 Mencegah anemia.
 Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
 Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
 Mencegah kehamilan ektopik.
 Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
 Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan perimenopouse.
Kerugian
 Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, pendarahan bercak/ spooting,
pendarahan sela sampai sepuluh hari.
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga.

54
 Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
 Efektifitasnya berrkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) obat tuberculosis (ripampisin).
 Dapat terjadi perubahan berat badan.
 Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
 Kemungkinannya terlambat pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

e. Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi pemakaian suntikan kombinasi.
 Usia reproduksi.
 Telah memiliki anak, ataupun belum memiliki anak.
 Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinngi.
 Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
 Pasca persalinan dan tidak menyusui.
 Anemia.
 Nyeri haid hebat.
 Haid teratur.
 Riwayat kehamilan ektopik.
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Kontraindikasi pemakaian suntikan kombinasi.


 Hamil atau di duga hamil.
 Menyusui dibawah 6 Minggu pasca persalinan.
 Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
 Penyakit hati akut (virus hepatitis).
 Usia > 35 tahun yang merokok.
 Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110
mmHg)
 Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
 Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
55
 Keganasan payudara
Sampai disini, apakah mahasiswa dapat memahami uraian diatas?? Baik,
tentunya sekarang mahasiswa bertanya-tanya, kapankan waktu yang tepat untuk
menggunakan metode ini???untuk lebih jelasnya akan silahkan mahasiswa baca
uraian dibawah ini:

f. Waktu Mulai Menggunakan Suntik Kombinasi


 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari.
 Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
untuk 7 hari lamanya atau menggunakan menggunakan kontrasepsi lain selama
masa waktu 7 hari
 Bila klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal dipastikan tidak hamil.
 Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
 Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
 Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi.
 Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan dalam waktu 7 hari.
 Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, maka lakukanlah uji
kehamilan terlebih dahulu
 Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut
dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi lain.
 Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan asal
56
diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid

g. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
dalam klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan dapat diberikan 7 hari lebih
awal dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah
7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

h. Yang Harus Diwaspadai Akseptor Suntik Kombinasi


 Nyeri dada yang hebat atau nafas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di
paru atau serangan jantung.
 Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi atau migrain.
 Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
tungkai.
 Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.

i. Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus

MASALAH PENANGANAN

Tekanan darah < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan
tinggi
Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi dan kencing
manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu diawasi
Migrain Bila tidak ada gejala neurologic yang berhubungan dengan
sakit kepala, boleh diberikan

Menggunakan Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50μg etinilestradiol


obat TBC/ atau cari metode lain
epilepsy

57
Mempunyai Sebaiknya jangan menggunakan suntikan kombinasi
penyakit anemia
bulan sabit (sickle
cell)

j. Penanganan Efek Samping yang Sering Terjadi

EFEK PENANGANAN
SAMPING
Amenorea Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, maka
tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Jelaskan bahwa
darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Anjurkan klien
untuk kembali ke klinik bila haid belum juga dating. Bila
hamil, segera rujuk. Hentikan penyuntikan dan jelaskan
bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit sekali
pengaruhnya pada janin
Mual/pusing/ Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak
muntah hamil, informasikan bahwa hal ini adalah wajar dan akan
hilang dalam waktu dekat
Perdarahan/perdar Bila hamil, segera rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab
ahan bercak perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang
(spotting) terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan
menghawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari

k. Skenario Kasus
Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar
diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

l. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play secara lengkap terhadap pasien.
58
m. Standart Operasional Prosedur

PENYUNTIKAN KB KOMBINASI

Pengertian Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg Depo Medroksiprogesteron


Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan
sekali, dan 50mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M. sebulan sekali
Tujuan  Cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan
hormonal
 Mengatur jarak kehamilan

Persiapan  Obat / suntikan KB Kombinasi


Alat/Bahan  Handscoon (sebagai proteksi diri)
 Korentang
 Spuit 3cc
 Kapas alkohol dan kapas DTT
 Bengkok
 Tensi meter, Stetoskop
 Timbangan berat badan
 Buku catatan dan register KB
 calender
 Informed consent
 Larutan klorin 0,5%
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan alasan klien menggunakan KB suntik
6. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
 Usia ibu saat ini
 Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan
usia anak terkecil
 Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat hubungan seksual terakhir
7. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
 Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6 mg dan 6
bulan?

59
Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya
 Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus
hepatitis)
 Apakah klien berusia > 35th dan merokok (tanyakan juga
keluarga)
 Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan,
dan antibiotik berspektum luas)
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
 Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
 Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah
>180/110mmhg?
 Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
 Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah
yang menyebabkan sakit kepala/migrain
 Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis >20th
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
Jika ada salah satu jawaban iya, maka diharapkan pertimbangan
untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain
8. Melakukan konseling awal
9. Mendapatkan persetujuan klien

Tahap Kerja
1. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
2. Mengukur tekanan darah pasien
3. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
4. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
5. Dekatkan alat yang sudah disiapkan
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
keringkan dengan handuk kering
7. Pakai sarung tangan
8. Memeriksa tanggal kadarluasa obat suntik dalam botol dosis
tunggal dan menyampaikan hasilnya kepada klien
9. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
10. Mengocok botol/ vial dengan baik sehingga menjadi homogen,
ingat hindari terjadinya gelembung-gelembung udara
11. Buka dan buang tutup logam atau plastik vial yang menutupi karet
(jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus karet
bagian atas di bagian atas vial dengan kapas alkohol dan biarkan
kering)
12. Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan
memegang pangkal jarum dalam keadaan tutup jarum masih
terpasang
13. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial
hingga terbalik dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik
dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan, jangan
60
memasukan udara ke dalam alat suntik
14. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial
dan pegang alat suntik, dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan tekan pendorong ketanda batas
dosis, cabut jarum dari vial
15. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada
klien (dengan tehnik pengambilan yang benar, tidak akan
mengurangi ketajaman jarum)
16. Membebaskan daerah yang akan di suntik (musculus gluteus
kuadran luar) dari pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan
(temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan 1/3
bagian atas SIAS sebagai tempat penyuntikan
17. Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang dicelupkan
dengan air DTT dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
18. Menusukan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM
19. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit
20. Jika tidak terlihat darah terhisap, suntikan obat secara perlahan-
lahan hingga habis dan cabut jarum
21. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT yang baru
agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan (bukan
memasase)
22. Jangan memasase / memijat daerah suntikan , jelaskan pada pasien
bahwa dengan tindakan tersebut dapat mempercepat pelepasan obat
dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif kontrasepsinya
menjadi lebih pendek
23. Sedot larutan klorin 0,5 % kedalam spuit untuk membilas spuit dan
jarum kemudian buang spuit tanpa ditutup kedalam tempat sampah
khusus (jarum tidak mudah tembus)

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan dan pasien
2. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian
rendam dalam larutan klorin
3. Mencuci tangan
4. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

61
2. PIL KOMBINASI
a. Profil
 Efektif dan reversible
 Harus diminum setiap hari
 Pada bulan pertama pemakaian efek samping berupa mual dan perdarahan bercak
yang tidak berbahaya dan akan segera hilang
 Efek samping serius sangat jarang terjadi
 Dapat dipakai oleh semua perempuan
 Dapat diminum setiap saat asal dipastikan ibu tidak hamil
 Tidak dianjurkan pada ibu menyusui
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

b. Jenis Pil Kombinasi

Monofasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Bifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
Trifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (EIP) dengan tiga dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif

c. Cara Kerja
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu juga

62
d. Keuntungan Penggunaan Pil Kombinasi
 Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
 Tidak mengganggu hubungan seksual.
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia),
 Tidak terjadi nyeri haid.
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya
 Untuk mencegah kehamilan.
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
 Mudah dihentikan setiap saat.
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
 Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul, akne dan lain-lain

e. Kerugian Pil Kombinasi


 Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
 Mual, terutama pada 3 bulan pertama
 Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
 Pusing.
 Nyeri payudara.
 Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru
memiliki dampak positif Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
 Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui (mengurangi ASI)
 Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana
hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
 Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
 Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.

f. Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi
 Usia reproduksi
63
 Primipara atau multipara
 Gemuk atau kurus
 Menginginkan metode dengan efektifitas tinggi
 Setelah melahirkan anak dan tidak menyusui
 Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua
cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu
 Pasca keguguran
 Anemia karena haid berlebihan
 Nyeri haid hebat
 Siklus haid tidak teratur
 Riwayat KET
 Kelainan payudara jinak
 Kencing manis tanpa komplikasi
 Varises vena
Kontra Indikasi
 Hamil atau dicurigai hamil
 Menyusui eksklusif
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
 Penyakit hati akut (hepatitis)
 Perokok dengan usia >35 tahun
 Riwayat penyakit jantung, stroke dan tekanan darah tinggi>180/110 mmHg
 Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau kencing manis>20 tahun
 Kanker payudara atau dicurigai ada kanker payudara
 Migraine dan gejala neurologic fokal
 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

g. Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi


 Setiap saat selagi haid
 Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
 Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi
yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai 14 atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai menghabiskan paket pil
 Setelah melahirkan:

64
» Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
» Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
 Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
 Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid

Penggunaan pil kombinasi akan berhasil apabila klien menggunakannya secara benar
sesuai dengan ketentuan. Tugas mahasiswa sebagai bidan untuk menyampaikan informasi
sejelas - jelasnya mengenai metode kontrasepsi ini. Berikut instruksi yang harus
disampaikan kepada klien:
 Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari
 Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
 Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
 Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket28 pil habis,
sebaiknya mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya
tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru
 Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambilah pil yang lain, atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain
 Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan
 Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil
mengikuti cara menggunakan pil lupa
 Bila lupa minum 1pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera setelah
ingatwalaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (1-21), sebaiknya
minum 2 pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan. Gunakan juga metode
kontrasepsi yang lain
 Bila tidak haid, segera ke klinik untuk tes kehamilan

65
PENANGANAN EFEK SAMPING YANG SERING TERJADI DAN MASALAH
KESEHATAN LAINNYA
EFEK SAMPING ATAU MASALAH PENANGANAN
Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak
hamil dank lien minum pil dengan benar,
tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan
besar karena kurang adekuatnya efek
Amenorea (tidak ada perdarahan atau
estrogen terhadap endometrium. Tidak
spotting)
perlu pengobatan khusus. Bila klien hamil
intrauterine, hentikan pil dan yakinkan
pasien bahwa pil yang diminum tidak ada
efek terhadap janin
Tes kehamilan atau pemeriksaan
Mual, pusing atau muntah (akibat reaksi ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan
anafilaktif) minum pil pada saat makan malam atau
sebelum tidur
Tes kehamilan atau pemeriksaan
ginekologik. Sarankan minum pil pada
waktu yang sama. Jelaskan bahwa
perdarahan/ spotting adalah hal yang biasa
Perdarahan pervaginam/ spotting terjadi pada 3 bulan pertama pemakaian
dan lambat laun akan berhenti. Bila
perdarahan tetap terjadi maka segera rujuk
untuk mendapatkan pengobatan atau ganti
metode kontrasepsi

h. Skenario Kasus

Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar


diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!
i. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan kegiatan
role play secara lengkap terhadap pasien.

66
j. Standart Operasional Prosedur

PEMBERIAN PIL KOMBINASI

Pengertian Pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progesteron


Tujuan  Kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
 Mencegah terjadinya ovulasi
 Mengatur jarak kehamilan
 Untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera)
Persiapan - Sampiran
Alat/Bahan - Lembar catatan
- Alat tulis
- Tensimeter
- Timbang berat badan
- Alat kontrasepsi (pil kombinasi)
- Lembar balik pelayanan kb
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
 Usia ibu saat ini
 Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan
usia anak terkecil
 Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat hubungan seksual terakhir
 Apakah ibu pasca keguguran

67
6. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
 Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6 minggu dan 6
bulan?
 Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya
 Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
 Apakah klien berusia > 30 th dan merokok (tanyakan juga
keluarga)
 Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan,
dan antibiotik berspektum luas)
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
 Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
 Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah >160/90mmhg?
 Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
 Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah
yang menyebabkan sakit kepala/migrain
 Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis >20th
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
 Apakah klien pelupa atau sering lupa apabila menggunakan pil?
Jika ada salah satu jawaban iya, maka diharapkan pertimbangan
untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain
7. Melakukan konseling awal
8. Mendapatkan persetujuan klien
Tahap Kerja
9. Memberikan KIE mengenai pil kombinasi, meliputi:
a. Profil (efektivitas, angka kegagalan)
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penanganannnya

68
10. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
11. Mengukur tekanan darah pasien
12. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
13.
a. Pil dapat dimulai pada saat haid (untuk meyakinkan wanita
tersebut tidak hamil)
b. Apabila dimulai setelah haid (misalnya hari ke-8) maka ibu
perlu menggunakan barier lain selama 7 hari atau tidak
melakukan hubungan seksual
14. Memberikan instruksi cara minum pil kombinasi:
a. Minum setiap hari pada waktu yang sama
b. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, minum
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi
c. Bila klien muntah hebat, diare lebih dari 24 jam maka bila
keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk anda, pil dapat
diteruskan
d. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
e. Bila lupa minum pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut
segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang
sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain
f. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (hari 1-21) sebaiknya minum 2
pil setiap hari sampai terkejar. Sebaiknya gunakan kontrasepsi
lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai
menghabiskan paket pil tersebut
Tahap Terminasi
15. Merapikan peralatan
16. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

69
2. METODE KONTRASEPSI PROGESTIN
1.) SUNTIK PROGESTIN
a. Pengertian
Kontrasepsi suntikan progestin adalah metode kontrasepsi berupa cairan, yang
hanya berisi hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara
berkala setiap 3 bulan.

b. Profil
 Sangat efektif
 Aman
 Dapat dipakai oleh perempuan dsalam usia reproduksi
 Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
 Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
c. Klasifikasi
Secara umum Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
1. Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150mg DMPA
yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro Muskuler (di daerah
bokong). Depo provera atau depo metroxy progesterone asetat adalah satu
sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progesterone asli dari tubuh
wanita.
2. Depo Nonsterat Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200mg
Noretisteron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intra
muskuler.
d. Cara Kerja
Secara umum kerja dari KB suntik adalah:
1. Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi
lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah
ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH) .
2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus
serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus

70
yang normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di
bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.
3. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari
ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan
menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium
untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan
transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap
kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba.

e. Efektivitas
1. Efektif bagi wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit metabolik seperti
diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan darah serta riwayat
stroke. Tidak cocok buat wanita perokok. Karena rokok dapat menyebabkan
peyumbatan pembuluh darah.
2. Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikan dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3. Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan
2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10
minggu *(Norigest)*
4. Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI.
Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang
keluar.

f. Keuntungan
1. Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari
2. Tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah ASI.
3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius terhadap
kesehatan.
4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
5. Penggunaan jangka panjang
6. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

71
7. Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi
masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause
9. Membantu mencegah kehamilan ektopik dan kanker endometrium
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

g. Kekurangan/Efek Samping
1. Gangguan haid seperti:
 Siklus haid yang memendek atau memanjang
 Perdarahan yang banyak atau sedikit
 Perdarahan tidak teratur atau bercak (spotting)
 Tidak haid sama sekali atau amenorhoe
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk jadwal suntikan berikutnya)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, harus menunggu sampai masa
efektifnya habis (3 bulan)
4. Berat badan bertambah
5. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara
kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan berat badan
tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa
para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya.
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B dan virus
HIV
7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian bukan
karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genitalia, melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan).
8. Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat:
 Menurunkan kepadatan tulang
 Menimbulkan kekeringan pada vagina
72
 Menurunkan libido.
 Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas
dingin, pegal- pegal, nyeri perut dan lain-lain.

h. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Nulipara ataupun yang telah mempunyai anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektifitasnya tinggi
4. Ibu menyusui
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Pasca abortus
7. Perokok
8. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit
9. Menggunakan obat untuk epilepsy atau TBC
10. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12. Anemia

i. Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi
Sampai disini, apakah ada yang ingin mahasiswa diskusikan ??? Jika ya,
ajaklah teman mahasiswa untuk mendiskusikan beberapa temuan atau
pemikiran mahasiswa, jika perlu gunakanlah sumber lain yang akan semakin
memperkaya wawasan mahasiswa mengenai kontrasepsi ini. Jika mahasiswa
sudah memahaminya, tentunya mahasiswa semakin penasaran, apakah waktu
mulai penggunaan metode ini sama dengan waktu penggunaan metode
kombinasi? berikut uraiannya:

j. Waktu Mulai Penggunaan


1. Setiap saat selama siklus haid asal dipastikan ibu tidak hamil
73
2. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan suntikan hormonal, suntikan pertama
dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid atau dapat
diberikan setiap saat setelah lebih dari 7 hari siklus haid, asal yakin klien tidak
hamil
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama
dapat dilakukan setiap saat asal saja dipastikan klien tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

k. Cara Penggunaan
1. Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intromuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntik diberikan setiap 90
hari pemberian kontrasepsi suntikan nonsterat untuk 3 injeksi berikutnya
diberikan setiap 8 minggu mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12
minggu.

74
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil atau iso propil alkohol 60-90% biarkan kulit kering sebelum disuntik
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara,
kontrasepsi tidak perlu di dinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
vial, upayakan menghilangkannya dengan cara menghangatkannya.

l. Peringatan bagi akseptor


1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat, kemungkinan gejala kehamilan ektopik
tergantung.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala, migrain, sakit kepala berulang yang berat/kaburnya
penglihatan.
5. Peredarahan berat yang 2x lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam waktu 1 periode masa haid.
6. Bila hal diatas terjadi, segera hubungi tenaga kesehatan untuk tindakan
selanjutnya.

m. Informasi yang Perlu Disampaikan pada Klien


1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid yang
bersifat sementara dan jarang mengganggu kesehatan
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang
3. Karena terlambat kembali kesuburannya, penjelasan perlu diberikan kepada
ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan atau bagi yang merencanakan
kehamilan berikutnya dalam waktu dekat
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera dating. Haid baru dating
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja
terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, anjurkan klien
datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari penyebab tidak haid
tersebut
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan:
- Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal kunjungan
- Suntukan dapat diberikan 2 minggu setelah jadwal kunjungan asal
dipastikan tidak hamil, anjurkan klien tidak berhubungan seksual selama 7
75
hari atau menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari tersebut. Bila
perlu, anjurkan klien menggunakan kontrasepsi darurat
- Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal
diyakini klien tidak hamil

PENANGANAN MASALAH DAN EFEK SAMPING YANG SERING DIJUMPAI

EFEK PENANGANAN
SAMPING
Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan
bahwa darah haid tidak terkumpul dala rahim
Bila telah trejadi kehamilan, segera rujuk. Hentikan
Amenorea penyutikan. Jelaskan bahwa hormone progestin tidak akan
mengganggu janin
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi haid juga segera rujuk

Perdarahan Informasikan bahwa perdarahan ringan sering terjadi, dan


tidak membutuhkan pengobatan
bercak
(spotting)
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan
Kenaikan berat sebanyak 1-2 kg dapat terjadi. Perhatikan diet harian. Bila
badan berat badan naik berlebihan, pertimbangkan untuk
mengganti metode

n. Skenario Kasus
Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar
diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

o. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan roleplay secara lengkap terhadap pasien.

76
p. Standart Operasional Prosedur

PENYUNTIKAN KB PROGESTIN

Pengertian Jenis kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan atau 2 bulan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler
Tujuan  Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
 Menjarangkan kelahiran
Persiapan  Obat / suntikan KB Progestin
Alat/Bahan  Handscoon (sebagai proteksi diri)
 Korentang
 Spuit 3cc
 Kapas alkohol dan kapas DTT
 Bengkok
 Tensi meter, Stetoskop
 Timbangan berat badan
 Buku catatan dan register KB
 Informed consent
 Larutan klorin 0,5%
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan alasan klien menggunakan KB suntik
3. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
 Usia ibu saat ini
 Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan usia
anak terkecil

77
 Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat hubungan seksual terakhir
4. Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
 Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6mg dan 6 bulan?
 Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya
 Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
 Apakah klien berusia > 35th dan merokok (tanyakan juga keluarga)
 Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi, tuberkolosan, dan
antibiotik berspektum luas)
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
 Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
 Apakah klien mempunyai riwayat tekanan darah >180/110mmhg?
 Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala/migrain
 Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan komplikasi
atau kencing manis >20th
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma(terutama
payudara)
5. Melakukan konseling awal
6. Mendapatkan persetujuan klien

Tahap Kerja
1. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
2. Mengukur tekanan darah pasien
3. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
4. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
5. Dekatkan alat yang sudah disiapkan
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk kering
7. Pakai sarung tangan

78
8. Memeriksa tanggal kadarluasa obat suntik dalam botol dosis tunggal
9. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
10. Mengocok botol/ vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat
hindari terjadinya gelembung-gelembung udara
11. Buka dan buang tutup logam atau plastik vial yang menutupi karet
(jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus karet bagian
atas di bagian atas vial dengan kapas alkohol dan biarkan kering)
12. Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang
pangkal jarum dalam keadaan tutup jarum masih terpasang
13. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial
hingga terbalik dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik
dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan, jangan
memasukan udara ke dalam alat suntik
14. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan
pegang alat suntik, dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan tekan pendorong ketanda batas dosis,
cabut jarum dari vial
15. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada
klien (dengan tehnik pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi
ketajaman jarum)
16. Membebaskan daerah yang akan di suntik (musculus gluteus kuadran
luar) dari pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan (temukan SIAS
dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan 1/3 bagian atas SIAS
sebagai tempat penyuntikan
17. Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang dicelupkan dengan
air DTT dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
18. Menusukan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM
19. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit
20. Jika tidak terlihat darah terhisap, suntikan obat secara perlahan-lahan
hingga habis dan cabut jarum
21. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT yang baru
agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan (bukan memasase)
22. Jangan memasase / memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasien
bahwa dengan tindakan tersebut dapat mempercepat pelepasan obat dari
79
tempat suntikan dengan akibat masa efektif kontrasepsinya menjadi
lebih pendek
23. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum
kemudian buang spuit tanpa ditutup kedalam tempat sampah khusus
(jarum tidak mudah tembus)

Tahap Terminasi
24. Merapikan peralatan dan pasien
25. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam
dalam larutan klorin
26. Mencuci tangan
27. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan kunjungan
ulang 12 minggu kemudian)

80
2.) KONTRASEPSI ORAL TIPE MINIPIL
a. Profil
1. Hanya berisi derivat progestin
2. Dosis rendah
3. Tidak menurunkan produksi ASI
4. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

b. Jenis Mini Pil


1. Kemasan dengan isi 35 pil: 300µg levonorgestrel atau 350 µg noretindron
2. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg norgestrel

c. Efektivitas Mini pil


Sangat efektif (98,5%), penggunaannya jangan sampai lupa dan jangan sampai
terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare) karena kemungkinan dapat terjadi
kehamilan sangat besar. Penggunaan obat mukolitik asetilsistein bersama dengan
minipil karena dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan pil dapat
terganggu. Agar didapatkan keefektifan yang tinggi, maka:
1. Jangan sampai lupa minum pil
2. Pil diminum pada jam yang sama
3. Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan pil

d. Cara Kerja
Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium tetapi tidak
begitu kuat
1. Terjadinya transformasi lebih awal pada endometrium sehingga implantasi lebih
sulit
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
3. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

e. Keuntungan Kontrasepsi
1. Sangat efektif bila digunakan secara benar
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali
5. Nyaman dan mudah digunakan
81
6. Sedikit efek samping
7. Dapat dihentikan setiap saat
8. Tidak mengandung estrogen

f. Keuntungan Nonkontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah darah haid
3. Menurunkan tingkat anemia
4. Mencegah kanker endometrium
5. Melindungi dari penyakit rongga panggul
6. Tidak meningkatkan pembekuan darah
7. Dapat diberikan pada penderita endometriosis
8. Kurang menyebabkanpeningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi
9. Dapat mengurangi keluhan premenstruasi sindrom
10. Sedikit sekali mengganggu metabolism karbohidrat sehingga relative aman
diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami
komplikasi

g. Keterbatasan
1. Gangguan haid
2. Peningkatan/ penurunan berat badan
3. Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa 1 pil, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
6. Efektifitas menurun apabila sedang pengobatan TBC atau epilepsy
7. Tidak melindungi dari IMS atau HIV/AIDS

h. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Telah atau belum mempunyai anak
3. Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang efektif selama menyusui
4. Pasca keguguran
5. Perokok segala usia
6. Mempunyai riwayat tekanan darah tinggi (selama <180/110mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah
82
i. Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
4. Menggunakan obat TBC atau obat epilepsi
5. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6. Sering lupa menggunakan minum pil
7. Tumor uterus

j. Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil


1. Mulai hari pertama sampai hari ke 5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan
dengan kontrasepsi lain
2. Dapat digunakak setiap saat, asal saja tidak hamil. Bila menggunakannya
setelah hari ke 5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 2 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja
3. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulanpascap persalinan dan tidak haid,
mini pil dapat diminum setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan
metode kontrasepsi tambahan
4. Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dank lien telah mendapat haid, mini
pil dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid
5. Minipil dapat diberikan secara pasca keguguran
6. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan
pada jadwal suntikan yang berikutnya. Tidak diperlukan menggunakan metode
kontrasepsi lain
8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari ke 1-5 siklus
haid dan tidak memerlukan kontrasepsi lain
9. Bila kontrasepsi sebelumnya menggunakan AKDR, minipil dapat diberikan
pada hari ke 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR

83
k. Skenario Kasus

Seorang ibu usia 30 tahun dating ke PMB untuk mengganti alat kontrasepsi iud
dengan mini pil karena efek samping

l. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

m. Standart Operasional Prosedur

PEMBERIAN MINI PIL

Pengertian Pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah
Tujuan  Kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
 Mencegah terjadinya ovulasi
 Mengatur jarak kehamilan
 Untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera)
Persiapan - Sampiran
Alat/Bahan - Lembar catatan
- Alat tulis
- Tensimeter
- Timbang berat badan
- Alat kontrasepsi (mini pil)
- Lembar balik pelayanan kb
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:

84
4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan alasan klien menggunakan KB pil mini
6. Menanyakan keadaan klien, yaitu:
 Usia ibu saat ini
 Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan usia
anak terkecil
 Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat hubungan seksual terakhir
 Apakah klien sedang menyusui
7. Menanyakan alasan klien ingin menggunakan mini pil:
- apakah klien dalam masa menyusui?
- Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya?
- Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon?
- Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit stroke?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi (>180/110
mmHg)?
- Apakah klien mempunyai riwayat tromboemboli?
- Apakah klien mempunyai kelainan pembuluh darah (yang
menyebabkan sakit kepala/migran)
- Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis dengan
komplikasi atau kencing manis > 20 tahun?
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit karsinoma (terutama
payudara)
- Apakah klien ingin haid normal atau tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid?
- Apakah klien pelupa atau sering lupa jika menggunakan pil?
Jika ada salah satu jawaban “ iya”, maka diharapkan
pertimbangan untuk pemilihan cara kontrasepsi yang lain

85
8. Melakukan konseling awal
9. Mendapatkan persetujuan klien

Tahap Kerja
1. Memberikan KIE mengenai mini pil, meliputi:
a. Profil (efektivitas, angka kegagalan)
b. Cara kerja
c. Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d. Keterbatasan
e. Efek samping dan penanganannnya
f. Kontraindikasi
2. Mencuci tangan efektif
3. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
4. Mengukur tekanan darah pasien
5. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
6. Menjelaskan pada ibu, bila beralih dari kontrasepsi lain, maka:
a. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera
diberikan, bila kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar
atau klien sedang tidak hamil, tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
b. Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah suntikan, minipil
diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak perlu
penggunaan kontrasepsi lain.
c. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah nonhormonal dan klien
ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari
1-5 siklus haid dan tidak perlu penggunaan kontrasepsi lainnya
d. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR (termasuk AKDR
yang mengandung hormon), minipil diberikan pada hari 1-5 siklus
haid. Dilakukan pengangkatan AKDR
7. Memberikan instruksi cara minum pil:
a. Minum setiap hari pada waktu yang sama
b. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, minum
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien
86
berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
c. Bila klien terlambat minum pil lebih dari 3 jam. Minumlah pil
tersebut ketika ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.
d. Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut ketika ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir
bulan

Tahap Terminasi
8. Merapikan peralatan
9. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
10. Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti atau ada yang mau
ditanyakan mengenai penjelasan yang sudah diberikan

Dokumentasi
11. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
12. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)

4. Metode Kontrasepsi AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )


a. Pengertian IUD
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang
telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa
aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur
berimplementasi dalam uterus

87
b. Profil pemakaian IUD adalah:

a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun: CuT-380A)

b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan

d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi

Menular Seksual (IMS).


c. Jenis – Jenis IUD
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen
dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. Spiral
jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu
pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10
tahun.
b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. IUD ini berbentuk angka 7 dengan
maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,
small, dan mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari
4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A

88
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
4. Cara Kerja
Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
5. Efektivitas
Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100
perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan.
6. Keuntungan
Keuntungan IUD yaitu:
a. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak perlu
diganti) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
b. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
c. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)
d. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
e. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
f. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
Tidak ada interaksi dengan obat – obat Membantu mencegah kehamilan ektopik.
7. Kerugian
Kerugian IUD:
a. Efek samping yang mungkin terjadi:
1) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
89
3) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
l. Skenario Kasus

Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar


diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

m. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemasangan & pencabutan IUD secara lengkap terhadap pasien.

n. Standart Operasional Prosedur

PEMASANGAN IUD

Pengertian Pemasangan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam genetalia ( Rahim )


Tujuan -Mencegah kehamilan
-Mencegah terjadinya ovulasi
-Mengatur jarak kehamilan
-Bentuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera )
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
- alat kontrasepsi ( iud)
- lembar balik pelayanan KB

90
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Sapa ngan dengan ramah dan perkenalkan diri
2. Tanyakan tujuan kunjungan
3. Berikan informasi umum tentang keluarga berecana
4. Jelaskan apa yang dapat diperoleh dari kunjungannya
5. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi (apakah klien ingin
mengatur jarak
Kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
6. Tanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung
atau menolak Salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada
Metode Konseling :
7. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8. Kumpulkan data-data pribadi klien9(nama, alamat, dan sebagainya)
9. Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan
resiko serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi:
- Tunjukan dimana dan bagaimana IUD dipasang
- Jelaskan bagaimana proses kerja IUD dan efektifitasnya
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah lainnya yang
mungkin akan di Alami
- Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami klien
10. Didiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan ke khawatiran klien
dengan sikap yang simpatik
11. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
Bila klien memilih metode
12. Telitilah dengan seksama untuk menyakinkan bahwa klien tidak
memiliki kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
(lengkapi rekam medik)
13. Jelaskan kemungkinan – kemungkinan efek samping, sampai benar –
benar dimengerti oleh klien
14. Periksa kembali rekam medik untuk memastikan apakah klien cocok

91
menggunakan IUD dan apakah ada masalah yang harus terus diawasi
selama pemasangan IUD
15. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul
16. Periksa apakah klien sedang dalam masa tujuh hari dari saat haid
terahirnya
17. Singkirkan kemungkinkan hamil bila telah diatas hari ke tujuh
(rujuklah bila anda bukan seorang konselor dengan latar belakang
medis)
18. Jelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses dan setelah pemasangan
19. Berikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya serta
berikan jawaban sesuai kebutuhannya
20. Persilakan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed
konsen, dan mintalah tanda tangan klien dan suaminya

Tahap Kerja
Tindakan Pra Pemasangan
1. Setelah selesai pemeriksaan mikroskopik (bila dilakukan), cuci tangan
dengan sabun dan air, keringkan dengan kain atau handuk bersih
2. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk
mengajukan pertanyaan
3. Masukka lengan IUD COPPER T 380 A didalam kemasan sterilnya :
- Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
- Masukkan pendorong kedalam tabung inserter
- Letakkan kemasan dalam tempat yang datar
- selipkan kertas pengukur dibawah lengan IUD
- Tahan kedua ujung lengan IUD (dengan tangan kiri dan dorong
tabung inserter sampai kepangkal lengan sehingga lengan akan
melipat dengan tangan kanan)
- Setelah lengan melipat hingga menyentuh tabung inserter (tangan
kiri tetap menahan posisi lengan tersebut), tarik tabung inserter
sampai bawah lipatan lengan
- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk
memasukkan ujung lengan IUD yang sudah terlipat tersebut
92
kedalam tabung inserter Tindakan pemasangan IUD
Tindakan pemasangan IUD
4. Lampu periksa dipasang dan dinyalakan
5. Pakai kembali sarung tangan (streril atau DTT) yang baru
6. Pakai spekulum vagina untuk melihat serviks
7. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik (misalnya povidon
iodin 10% ) 2 saampai 3 kali
8. Jepit serviks dengan tenakulum(pada posisi pukul 12) secara berhati -
hati Masukkan sonde uterus dengan tehnik 'tidak menyentuh”
(no touch tehnique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde
kedalam Rongga uterus dengan sekali masuk tanpa menyentuh
dinding vagina ataupun bibir spekulum
10. Tentukan posisi dan kedalaman ronggan uterus
11. Keluarkan sondee dan ukurkan kedalaman rongga uterus pada tabung
inserter yang masih berada didalam kemasan steriln ya dengan
menggeser leher biru pada tabung inserter.kemudian buka seliruh
plastik penutup kemasan
12. Keluarkan inserternya dari tempat kemasan tanpa menyentuh
permukan yang tidak steril(no touch technique), hati- hati jangan
sampai pendorongnya terdorong ( lengan IUD akan lepas dari
insertter) atau pendorongnya terjatuh
13. Pegang insertersedemikian sehingga leher biru dalam posisi
horisontal (sejajar arah lengan IUD ). Kemudian masukkan tabung
inserter secara hati-hati( no touch tehnique) kedalam uterus sampai
leher biru tersebut menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan
14. pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
15. Leaskan lengan IUD DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK
WITHRAWAL yaitu menahan pendorong ( pendorong tidak bol eh
bergerak)
16. Keluarkan pendorong dari tabung inserter , kemudian inserter
didorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh seviks
atau terasa adanya tahanan ( langkah ini akan menempatkan kedua
lengan IUD tepat di ujung kavum uteri)
93
17. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang UID
kurang lebih 3-4 cm dari se
18. Keluarkan seluruh tabung inserter
19. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati
20. periksa seviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, Tekan dengan kasa selama 30-60 detik
21. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Tindakan Pasca Pemasangan
22. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalaam larutan klorin
0,5% selama 1 menit untuk dekontaminasi
23. Buang bahan-bahan yang sudah dipakai lagi (kasa,sarung tangan
sekali pakai) Ketempat yang sudah disediakan untuk srung tangan
pakai ulang celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 Kemudian lepaskan dengan cara
mn rendam mengebalikkannya dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
24. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan kain atau handuk
bersih
25. Buat rekam medik dan lengkapi kartu IUD untuk klien, lakukan
pencatatan pada buku register /catatan akseptor

Tahap Terminasi
27 Merapikan peralatan
1. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti atau ada yang mau
ditanyakan mengenai penjelasan yang sudah diberikan

Dokumentasi
2. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)

94
PENCABUTAN IUD

Pengertian Proses melepas alat kontrasepsi IUD ( alat kontrasepsi dalam Rahim ) .
Tujuan 
memulai terjadinya ovulasi

memberikan kesempatan untuk terjadinya kehamilan

untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera )
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Bivale spekulum (kecil,sedang atau besar)
2. Forcep / korentang
3. Penjepit benang
4. Cucing untuk larutan antiseptik
5. Sarung tangan steril (DTT)
6. Cairan antiseptik
7. Kain kassa /depper

95
- Lampu penerang
- Tempat cuci tangan
- Waskom tempat larutan
- Sampah medis dan non medis
- Buku register
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk menjelaskan
pertanyaan
2. Persiapkan peralatan yang diperlukan
3. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
4. Lampu periksa di pasang dan ditanyakan

Tahap Kerja
TINDAKAN PENCABUTAN
5. Pakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau sarung tangan (pakai ulang)
yang steril atau DTT
6. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
7. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2-3 kali
8. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
9. Tarik keluar benang IUD dengan perlahan untuk mengeluarkan IUD
10. Tunjukan IUD tersebut pada klien
11. Keluarkan spekulum dengan hati-hatil
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
12. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
13. Buang bahan-bahan yang tidak dipakai lagi (kassa, sarung tangan sekali
pakai) ketempat yang sudah disediakan (untuk sarung tangan pakai ulang,
celupkan ke dua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dengan cara membaliknyadan

96
rendam dalam larutan klorin tersebut )
14. Cuci tangan dengan air air dan sabun keringkan dengan handuk atau kain
yang
15.Buat rekam medik tentang pencabutan IUD, lakukan pencatatan pada buku
register/catatan akseptor
Konseling Pasca Pencabutan
1. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (mis:
perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
2. Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan

3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan, dan


jawablah sesuai dengan kebutuhaannya
4. Ulangi kembali tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan masing-masing alat kontrasepsi(apabila klien ingin tetap
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan
alat kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat
kontasepsi baru yang akan dipakai ( bila klien belum menginginkan
kehamilan)
6. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan
2. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
3. Konseling Pasca Pencabutan Implan
 Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (mis:
perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
 Berikan kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan, dan jawablah
sesuai dengan kebutuhaannya
 Ulangi kembali tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan masing-masing alat kontrasepsi(apabila klien ingin tetap

97
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
 Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat
kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontasepsi baru
yang akan dipakai ( bila klien belum menginginkan kehamilan)
 Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Dokumentasi
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
 Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)

5. Alat Kontrasepsi AKBK ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit )


Implant ( AKBK ) merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa
digunakan untuk jangka waktu 5 tahun. Norplant dipasang dibawah kulit,
diatas danging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari 6/2 kapsul
lentur seukur korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing masing
kapsul mengandung progestin levonogestrel sintesis yang juga terkandung
dalam beberapa pil KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui
dinding kapsul sampai kapsul terlepas dari lengan pemakai. Kapsul -kapsul ini
bisa terasa dan kadang kala terlihat seperti benjolan atau garis-garis.
a. Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya

1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun

2. Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya

3 tahun

3. Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

Adapun Mekanisme Kerjanya adalah :

1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma

98
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok

untuk implantasi zygote

3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

4. Mengurangi transportasi sperma.

b. Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi

1. Pemakaian KB yang jangka waktu lama

2. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu

dekat.

3. Tidak dapat memakai jenis KB yang lain

Kontra Indikasi

1. Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab.

2. Wanita dalam usia reproduksi

3. Telah atau belum memiliki anak

4. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)

5. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

6. Pasca persalinan dan tidak menyusui

7. Pasca keguguran

8. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap

9. Riwayat kehamilan ektopik

10. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia

bulan sabit (sickle cell)

11. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen

12. Sering lupa menggunakan pil

13. Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya

14. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara


99
15. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

16. Miom uterus dan kanker payudara.

17. Gangguan toleransi glukosa.

c. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan

sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :

1. Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat

mengembalikan kesuburan secara sempurna

2. Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan atau

memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil

3. Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun

4. Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan tidak

mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual

5. Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginkan anak lagi,

kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant diangkat

6. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau mempunyai anak

lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi .

Keuntungan dari metode ini adalah:

1. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

2. Tidak melakukan pemeriksaan dalam

3. Bebas dari pengaruh estrogen

4. Tidak mengganggu ASI

5. Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan

6. Perdarahan lebih ringan

7. Tidak menaikkan tekanan darah


100
8. Mengurangi nyeri haid

9. Mengurangi/ memperbaiki anemia

10. Melindungi terjadinya kanker endometrium

11. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara

12. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul

Kekurangan pada alat kontrasepsi implant adalah

1. Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri

payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.

2. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan

3. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual, termasuk

HIV/AIDS

4. Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi.

5. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per

tahun)

d. Efek Samping

1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada

kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.

2. Yang paling sering terjadi:

- Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid

- Perdarahan bercak (spotting)

- Berkurangnya panjang siklus haid

- Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan

bercak.

3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang

membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada

biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.


101
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya waktu.

5. Perdarahan hebat jarang terjadi.

6. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui.

Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan.

e. Skenario Kasus

Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar


diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

f. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemasangan & pencabutan implan secara lengkap terhadap pasien.

g. Standart Operasional Prosedur

PEMASANGAN IMPLAN

Pengertian Proses pemasangan alat kontrasepsi hormonal yang dipasang dibawah lengan.
Tujuan 
menghambat terjadinya ovulasi

memberikan jarak terjadinya kehamilan

untuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera )
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan

102
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Handuk kecil
2. Kain bersih
3. Tempat cuci tangan
4. Sabun
5. Sarung tangan steril / DTT
6. Kapsul implant
7. Antiseptik (bethadine)
8. Cucing 2 buah (untuk larutan antiseptik dan untuk tempat implant)
9. Kassa steril (DTT) dalam tempatnya
10. Duk steril (DTT)
11. Spuit 5 cc
12. Implan set steril
13. Lidokain
14. Bisturi
15. plester
16. Larutan klorin
17. Waskom tempat larutan
18. Sampah medis dan non medis
19. Buku register

Prosedur Tahap Persiapan


Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
Persiapan
1. Periksa kembali rekam medik untuk memastikan apakah klien cocok
menggunakan implan dan apakah ada masalah yang harus terus diawasi
selama pemasangan implan
2. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci
lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air, serta membilasnya
sehingga tidak ada sisa sabun.

103
3. Bantu klien naik ke meja periksa.
4. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien dan atur
posisi lengan klien dengan benar (lengan yang dipasang implan adalah
lengan yang tidak dominan aktif, untuk yang tidak kidal, dipasang
dilengan kiri )
5. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm diatas lipatan siku
6. Beri tanda pada tempat implan nanti akan dimasukkan
7. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didesinfeksi tingkat ti nggi
(DTT) sudah tersedia
8. Buka peralatan steril dari kemasan
9. Buka kemasan implan dan tempatkan kedalam mangkok kecil yang
steril(atau biarkan dalam kemasannya bila tidak tersedia mangkok kecil
yang steril, mintalah bantuan seorang asisten )
Tahap Kerja
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
10. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan handuk atau kain yang
bersih
11. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila terdapat bedak )
12. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap 2 buah
13. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah
luar secara melingkar seluas 8-13 cm dan biarkan kering
14. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekeliling pasien
PEMASANGAN KAPSUL IMPLAN
15. Tusukkan jarum semprit dikulit tepat dilokasi insisi pada kulit nantinya
akan dilakukan
16. Suntikan anastesi lokal (lidokain 1%-2%) 0,3 – 0,5 cc tepat dibawah
kulit (intradermal ) pada tempat insisi yang telah ditentukan, sampai
kulit sedikit menggelembung
17. Teruskan penusukan jarum kelapisan dibawah kulit (subdermal) kurang
lebih sejauh 4 cm dari lokasi insisi yang direncanakan, lakukan aspirasi
untuk meyakinkan bahwa jarum tidak masuk kepembuluh darah
18. Suntikkan 0,5 cc obat anastesi sambil menarik semprit ke arah tempat
tusukan jarum dikulit tetapi tidak sampai mencabut seluruh jarumnya
104
(dengan tehnik ini, anastesi lokal akan merata disepanjang bawah kulit
dimana batang implan akan ditempatkan)
19. Ulangi langkah 17 dan 18. Kira-kira membentuk sudut 20 – 30 terhadap
lokasi suntikan anastesi sebelumnya ( jumlah keseluruhan obat anastesi
yang diperlukan tidak lebih dari 2 cc)
20. Tunggu 2-3 menit, lakukan uji efek anastesinya sebelum melakukan
insisi pada kulit
21. Buat insisi dangkal dikulit selebar + 2 mm dengan bisturi (sebagai
alternatif, langkah ini dapat digantikan dengan menusukkan trokar
langsung kelapisan bawah kulit/subdrmal )
22. Masukkan ujung trokar (yang pendorongnya telah dipasang ) melalui
tempat insisi dengan sudut yang agak besar (+30 dari permukaan kulit)
23. Setelah ujung trokar menembus kulit, ubah sudut trokar menjadi sejajar
kulit (bila langkah ini dikerjakan dengan benar, kulit akan terangkat )
24. Masukkan terus trokar dan pendorngnya sampai sedikit melewati batas
tanda pertama (pada pangkal trokar ) tepat berada pada luka insisi
(perhatikan : oleh karena trokar yang kita pakai adalah trokar untuk
implan enam batang yang ukuran implannya lebih pendek dari pada
implan dua batang, maka trokar perlu di dorong sedikit melebihi batas
yang ada pada trokar sesuai dengan selisih panjang implan dua batang
dan enam batang)
25. Keluarkan pendorong
26. Masukkan kapsul yang pertama kedalam trokar dengan tangan atau
dengan tangan atau pinset : tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul
sehingga dapat menangkap kapsul bila jatuh
27. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa adanya tahanan
28. Tahan pendorong dtempatnya dengan satu tangan. Dan tarik trokar
keluar sampai mencapai pegangan pendorong (dengan tehnik ini batang
implan akan tertunggal dibawah kulit sesuai yang akan drencanakan )
29. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama- sama sampai batas
tanda kedua (pada ujung trokar) terlihat pada luka insisi : jangan
mengelurkan trokar dari tempat insisi
30. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan
105
kembali trokar , ulangi lagi kembali langkah 24-28
31. Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul implan telah terpasang
(keduanya kira-kira membentuk suduk15 ⁰ -30 ⁰ )
32. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari
insisi (ujung implan tidak boleh menyembul diluka insisi)
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
1. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan
(kalau ada)
2. Dekatkan ujung – ujung insisi dan tutup dengan band –aid
3. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi
memar
4. Beri petujukpada klien cara merawat luka (mis; bila ada nanah, atau
darah atau kapsul keluar dari luka insisi, klien harus segera kembali ke
klinik)
5. Sedot larutan klorin o,5% kedalam tabung semprit. Keluarkan lagi, lalu
lepaskan jarum dari tabung semprit
Buang jarum diwadah khusus (terbuat dari bahan yang sulit ditembus benda
tajam ), buang tabung semprit dan pendorongnya ditempat sampah
medis. catatan : Bila tempat sampah khusus benda tajam telah penuh,
bakar atau kubur
7. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi , pisahkan trokar dari pendorongnya
8. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ketempatnya (kasa,
kapas,sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
9. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin, kemudian buka dan rendam selama 10 menit
10. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan handuk
atau kain bersih
11. Buat rekam medik tentang pemasangan implan, lakukan pencatatan pada
buku register /catatan akseptor
12. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang

Tahap Terminasi
106
KONSELING PASCA PEMASANGAN IMPLAN
1. Lengkapi rekam medik dan gambar posisi implan
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping
3. Beritahu kapan klien harus dating kembali ke klinik untuk control
4. Ingatkan kembali masa pemakaian implant 4 tahun (perhatikan:
tergantung jenisnya)
5. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat dating ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic tau bila menginginkn
mencabut kembali implant tersebut
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang elah diberikan
7. Berikan kewempatan bertanya kepada klien dan suaminya, berikan
jawaban sesuai kebutuhannya
8. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan
klien pulang
Dokumentasi
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

PENCABUTAN IMPLAN

Pengertian Proses melepas alat kontrasepsi IMPLAN ( alat kontrasepsi bawah kulit ) .
Tujuan  M
emulai terjadinya ovulasi
 M
emberikan kesempatan untuk terjadinya kehamilan
 U
ntuk mewujudkan terbentuknya NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera )

107
Persiapan - sampiran
Alat/Baha - lembar catatan
n - alat tulis
- tensimeter
- timbang berat badan
- lembar balik pelayanan KB
- Bak instrument berisi :
1. Handuk kecil
2. Kain bersih
3. Tempat cuci tangan
4. Sabun
5. Sarung tangan steril / DTT
6. Antiseptik (bethadine)
7. plester
8. Cucing 2 buah (untuk larutan antiseptik dan untuk tempat implant)
9. Kassa steril (DTT) dalam tempatnya
10. Duk steril (DTT)
11. Spuit 5 cc
12. Implan set steril
13. Lidokain
14. Bisturi
15. Larutan klorin
16. Sampah medis dan non medis
17. Waskom tempat larutan

- Lampu penerang
- Buku register
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk menjelaskan

108
pertanyaan
2. Persiapkan peralatan yang diperlukan
3. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
4. Lampu periksa di pasang dan ditanyakan

Tahap Kerja
KEGIATAAN
KONSELING PRA PENCABUTAN
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungan klien
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut implan tersebut dan jawab Semua
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kebutuhannya
4. Tanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau membatasijumlah anaknya )
5. Jelaskan proses pencabutan implan dan apa yang akan klien rasakan pada

TINDAKAN PRA PENCABUTAN


8. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk atau kain bersih
9. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila sarung tangan di beri bedak, hapus
bedak dengan menggunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam air steril atau
DTT )
10. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan
11. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan arah luar secara
melingkar seluas 8-13 cm dan biarkan kering
12. Pasang kain penutup (DOEK) steril atau DTT disekeliling lengan klien
PENCABUTAN KAPSUL DENGAN TEHNIK STANDAR
13 Tusukkan jarum semprit dikulit tepat dilokasi insisi pada kulit nantinya akan
dilakukan
14. Suntikan anastesi lokal (lidokain 1% - 2%) 0,3 – 0,5cc tepat dibawah kulit(
intradermal) pada tempat insisi yang telah ditentukan, sampai Kulit sedikit
menggelembung
15. Teruskan penusukan jarum kelapisan dibawah kulit (subdermal) dibawah ujung
akhir dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul, lakukan aspirasi untuk
meyakinkan bahwa jarum tidak masuk kepembuluh darah
109
16. Suntikan 0,5-1cc obat anastesi sambil menarik spuit kearah tempat tusukan
jarum dikulit tetapi tidak sampai mencabut seluruh jarumnya (dengan
tehnik ini, anastesi local akan merata disepanjang bawah kulit dan agar kapsul
tetap mudah diidentifikasi dengan perabaan )
17. Tunggu 2-3 menit, uji efek anastesinya sebelum membuat insisi pada kulit
18. Buat insisi kecil dengan bisturi dengan jarak sekitar 5 mm dibawah ujung dari
kapsul yang terdekat dengan siku
19. Tentukan lokasi kapsul yang termudah untuk dicabut dan didorong pelan –
pelan kerah insisihingga ujung dari kapsul tampak
20. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Masquito) dan bawah kearah insisi
PENCABUTAN KAPSUL DENGAN TEHNIK POP OUT
CATATAN : Prosedur pemberian anastesi sudah dilakukan
21. Pilih kapsul yang mudah di cabut
22. Dorong ujung atas dari kapsul (dekat bahu) dengan mnggunakan jari
23. Pada saat ujung bawah kapsul (dekat siku) menonjol keluar , buat insisi kecil
(2-3 mm) di atas ujung kapsul tersebut dengan menggunakan bisturi
24. Tekan ujung kapsul dengan ibu jari dan jari-jari lainya sehingga mencuat dari
tempat insisi
25. Masukkan bisturi ketempat insisi sehingga menyentuh ujung kapsul dan
potong jaringan ikat yang menutupi ujung kapsul
26. Setelah jaringan ikat dilepaskan dari ujung kapsul, tekan kapsul dengan jari
tangan sehingga ujung kapsul mencuat (pop out) pada tempat insisi
27. Keluarkan kapsul dengan cara menarik kapsul secara perlahan menggunakan
klem atau pinset, taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%
28. Lakukan langkah yang sama untuk kapsul berikutnya yang akan dicabut (bila
diperlukan suntikkan lagi anastesi)
PENCABUTAN KAPSUL DENGAN TEHNIK U
CATATAN : Prosedur pemberian anastesi sudah dilakukan
29. Buat insisi kecil (selebar ± 3-4 mm ) pada kulit dintara kapsul pertama dan
kedua dengan arah memanjang ± berjarak 5 mm diatas ujung kapsul
30. Pegang kapsul dngan jari tangan dan masukkan ujung klem implan (alat
vasektomi yang dimodifikasi) sampai mencapai kapsul
31. Jepit kapsul dan tarik keluar sampai mendekati permukaan kulit, klem implan
dijatuhkan 90⁰ kea rah bahu (kalau perlu sampai 180⁰ )hingga kapsul terlihat
110
32. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggunakan kasa atau skalpel
33. Jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung, tarik keluar
dan taruh
34. Lakukan langkah yang sama untuk kapsul berikutnya yang akan dicabut (bila
diprlukan disuntikkan lagi anastesi)
Konseling Pasca Pencabutan
1. Tanyakan apakah sudah mrngetahui prosedur pencabutan implant
2. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anastesi
3. periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air, serta membilasnya sehingga tidak ada
sisa sabun
4. Bantu klien naik kemeja periksa, letakkan kain bersih dan kering
dibawahlengan klien dan atur posisi lengan klien dengan benar
5. Raba kapsul untuk menentukan jumlah kapsul lokasi insisi guna mencabut
kapsul dengan memperhitungkan jarak yang sama dari ujung kedua kapsul
6. Pastika bahwa peralatan yang steril atau yang telah didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT)
7. Buka peralatan steril dari kemasannya

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan
2. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
3. Konseling Pasca Pencabutan Implan
Dokumentasi
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
 Melakukan konseling akhir ( jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus kembali)

111
Kegiatan Belajar 3
PAP SMEAR

Kanker serviks adalah penyakit yang paling sering ditemukan diantara penyakit
ginekologi yang lain. Kanker serviks merupakan penyakit yang ditakuti oleh
semua wanita karena penyebab utaman kematian pada wanita di negara
berkembang termasuk Indonesia. Pencegahan kanker serviks bisa dilakukan
dengan beberapa cara yaitu tes Pap Smear dan Visual Asam Asetat (IVA),
Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi yang dilakukan oleh ahli
patologi untuk melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya
inflamasi, displasia atau kanker. Cara kerja dari Pap Smear adalah dengan
mengambil sel-sel dari serviks menggunakan alat spatula dan sikat khusus,
kemudian di oleskan ke kaca objek untuk di baca oleh ahli. Hasil akan di dapat
kurang lebih satu minggu sampai satu bulan kemudian.
a. Manfaat dan Keuntungan Pap smear
Pap smear berguna untuk mengetahui ada tidaknya radang dan tingkatan
radang pada rahim, adanya kelainan degeneratif pada rahim, serta ada
tidaknya tanda – tanda keganasan (kanker) pada rahim. Selain itu
dengan melakukan tes Pap smear, akan diketahui penyebab radang baik
oleh parasit, bakteri maupun Jamur.
Menurut Ramli (2002), Pap smear mempunyai keuntungan yaitu: dapat
dikerjakan dengan cepat, sederhana, tidak sakit dan tidak merusak
jaringan,mudah diulang (bila sediaan apus yang dibuat kurang
representatif, atau diulang dalam waktu yang telah ditetapkan dalam
program). Pemeriksaan tersebut juga dapat menenangkan hati bagi
sebagian besar orang yang mengalami perubahan sebelum keganasan
kanker mulut rahim ditemukan dan meningkatkan harapan hidup bagi
wanita
b. Proses Pemeriksaan Pap smear
Pap smear merupakan pemeriksaan daerah seviks. Dalam melakukan
pemeriksaan serviks, perlu dijelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan karena pasien biasanya gelisah dan berasumsi

112
bahwa jika hasil Pap smear abnormal berarti ada kanker pada tubuhnya.
Pengambilan Pap smear dilakukan 10 hari setelah bersih menstruasi dan
hari sebelum pengambilan tidak melakukan hubungan seksual, agar
tidak mengaburkan hasil pemeriksaan. Dalam pengambilan sediaan
apusan lebih dulu dituliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar
permintaan konsultasi meliputi: nama, umur, alamat, usia menikah,
jumlah paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi, riwayat radiasi /
kemoterapi, keadaan klinis dan keluhan kemudian membersihkan daerah
vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan
menggunakan kapas DTT dan untuk menampilkan serviks digunakan
spekulum cocor bebek. Menggeserkan spekulum cukup dilakukan sekali
agar tidak terjadi kerusakan sel. Pengambilan sediaan apus beras al dari
kutub vagina, dari mulut rahim, dan dari saluran serviks yang diambil
dengan kapas lidi., kemudian mengoleskannya dengan kaca benda dan
segera difiksasi, dibiarkan dalam larutan fiksasi minimal selama 30
menit sambil mengeringkannya di udara. Bahan fiksasi yang dapat
dipakai adalah alkohol 95%.
Hal tersebut memerlukan keterampilan yang tinggi dari pengambil
sediaan. Apabila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek atau
laboratorium, sediaan apus dimasukkan dalam amplop atau pembungkus
agar tidak pecah.
o. Skenario Kasus

Lakukan Roleplay dengan teman mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar


diatas. Lakukan secara bergantian, kemudian catat dan berikanlah umpan balik pada
teman mahasiswa tersebut!!!!!

p. Petunjuk Praktikum
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan role play pemeriksaan papsmear secara lengkap terhadap pasien.

q. Standart Operasional Prosedur

113
PEMERIKSAAN PAPSMEAR

Pengertian Pemeriksaan lender serviks sebagai deteksi dini kanker serviks


Tujuan Deteksi dini kanker serviks
Persiapan 1. Alkohol
2. Bak isntrumen
Alat/Baha
3. Spatel
n 4. Spekulum
5. Kaca preparat

Prosedur Tahap Persiapan


Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Tanyakan tentang Identitas pasien serta Keluhan Utama dan menggali
riwayat penyakit sekarang,
3. Jelaskanlah tentang prosedur pemeriksaan
4. Jelaskanlah tentang tujuan pemeriksaan
5. Jelaskanlah bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan
perasaan khawatir atau kurang menyenangkan
6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
8. Minta pasien mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
9. Atur pasien pada posisi litotomi dan hidupkan lampi sorot
10. Pemeriksa cuci tangan dan memakai sarung tangan
Tahap Kerja
1. Pemeriksa duduk dan menghadap ke aspekus genitalis.
2. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
3. Ambil spekulum dan masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina.
4. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci sehingga tampak porsio
kemudian kunci.
5. Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya
114
pengambilan epitel tidak terganggu).
6. Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio (ektoserviks).dengan
menggunakan spatula ayre yang diputar 360° pada permukaan porsio.
7. Oleskan sampel pada gelas objek
8. Sampel endoserviks (kanalis servikalis) diambil dengan menggunakan kapas
lidi dengan memutar 360° sebanyak satu atau dua putaran
9. Oleskan sampel pada gelas objek yang sama pada tempat yang berbeda dengan
sampel yang pertama
10. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Bila mnggunakan spray usahakan
menyemprot dari jarak 20 – 25 cm atau merendam pada wadah yang
mengandung etilalkohol 95% selama 15 menit, kemudian biarkan mengering
kemudian diberi label
11. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan speculum dan letakkan pada tempat yang tersedia
12. Pemeriksa berdiri untuk melakukan periksa bimanual untuk tentukan
konsistensi porsio, besar dan arah uterus serta keadaan parametrium
13. Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada bekas
sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva
14. Beritahukan bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk
PENCEGAHAN INFEKSI
15.Kumpulkan semua peralatan dan lakukan dekontaminasi
16. Buang sampah pada tempatnya
17. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan cuci tangan

Tahap Terminasi
1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
dan pastikan pasien mengerti
2. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis
3. Buat pengantar pemeriksaan ke ahli patologi anatomi
4. Buat jadwal kunjungan ulang atau Persilahkan ibu
ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau
ke ruang tindakan (untuk proses/tindakan lanjutan)

Dokumentasi
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

115
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifudin, dr,Prof, dkk (2003); Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi; Jakarta; yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Everett, Suzanne (2008); Buku Saku: Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif.
Edisi 2; Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Glasier, Anna & Gebbie, Ailsa (2006); Keluarga Berencana dan Kesehatan
reproduksi; Jakarta: EGC
Noviawati Dyah dan Sujitini. 2008. Panduan Lengkap Layanan KB Terkini. R
PUSTAKA
YBP-SP. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirhardjo.

116
LAMPIRAN 1

KUNCI JAWABAN KEGIATAN BELAJAR 1

NOMOR SOAL JAWABAN


1. A
2. B
3. B
4. B
5. C
6. B
7. D
8. A
9. B
10. D

KUNCI JAWABAN TES AKHIR MODUL

NOMOR SOAL JAWABAN


1. A
2. D
3. B
4. E
5. D
6. E
7. A
8. B
9. E
10. C

NOMOR SOAL JAWABAN


1. D
2. A
3. D
4. B
5. B
6. C

117
7. B
8. C
9. B
10. D
11. C
12. B
13. D
14. C
15. C
16. D
17. A
18. A
19. D
20. B
21. A
22. B
23. D
24. B
25. A
26. D
27. B
28. E
29. D

118
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penyusunan Modul pelayanan KB 1 ini dapat terselesaikan
dengan baik. Modul
Modul pelayanan KB 1 disusun dengan tujuan untuk media pembelajaran
Program Studi D III Kebidanan. Bahan belajar berupa modul ini sengaja kami susun
agar dapat digunakan sebagai media belajar mandiri, dikatakan mandiri karena
sesungguhnya modul ini dapat dipelajari sendiri oleh mahasiswa tanpa bimbingan
dosen. Selain digunakan sebagai bahan belajar mandiri, modul ini dapat digunakan
sebagai bahan belajar di kelas dengan berbagai macam metode, misalnya diskusi
kelompok.
Mudah-mudahan Modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan bagi mahasiswa
Pendidikan D.III Kebidanan.

Penulis

ii
119
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................ ii


Kata Pengantar ............................................................................................. iii
................................................................................................
Daftar Istilah ................................................................................................ iv
Kegiatan Belajar ..................................................................................................... 1
Metode Kontrasepsi Sederhana ..................................................................... 4
Kegiatan Belajar ........................................................................................... 34
Metode Kontrasepsi Hormonal ...................................................................... 34
Evaluasi Akhir .............................................................................................. 56
Lampiran ................................................................................................ 67

iii 120
DAFTAR ISTILAH

ISTILAH KETERANGAN
asekumpulan nanah (neutrofil mati) yang telah terakumulasi di rongga di
Abes jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya karena bakteri atau parasit)
atau barang
suatu keadaan atau kondisi dimana pada seorang wanita tidak mengalami
menstruasi pada masa menstruasi sebagaimana mestinya atau secara
Amenorrhea
sederhana disebut dengan tidak haid pada suatu periode atau masa
menstruasi.
reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan
Anafilaktif
reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang
sebelumnya sudah tersensitisasi.
keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
Anemia pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Anemia bulan sabit
kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan
Anemia sel sabit
sabit, seperti huruf C.
Diabetes melitus merupakan penyakit di mana kadar gula dalam darah meningkat.
lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya ovum yang
Endometrium
telah dibuahi
sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai
Estrogen
hormonsekswanita
FSH (follicle stimulating hormone) adalah hormon yang dikeluarkan
oleh gonadotrop. Yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan
FSH
kematangan folikel atau sel telur dalam ovarium dan juga berpengaruh
pada peningkatan hormon estrogen pada wanita
hal yang berkaitan dengan sistem pencernaan, terutama lambung dan
Gastrointestinal
usus.
Implantasi atau
masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium
nidasi
hormon yang dikeluarkan oleh gonadrotop. Pada wanita, hormon ini
berfungsi untuk merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium dan
LH
mempertahankan folikel sisa sel telur tersebut serta membuatnya
berwarna kekuningan (lutein).
Libido keinginan individual untuk terlibat dalam aktivitas seksual.

sakit kepala episodik dengan perubahan neurologis, pencernaan, dan


Migrain otonom.Faktor genetik berperan penting dalam migrain, tapi pola
pewarisan tertentu belum bisa didefinisikan.
proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan sehingga
Trombosis
menghambat aliran darah, atau bahkan menghentikan aliran tersebut

iv 121
Varices pelebaran pembuluh balik.

122

Anda mungkin juga menyukai