Anda di halaman 1dari 2

SKRIP MENOLAK LUPA ~ 10 November 2021

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pemerintah mengeluarkan maklumat


yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan di
seluruh wilayah Indonesia. Gerakan pengibaran bendera tersebut meluas ke seluruh daerah-daerah,
salah satunya di kota pahlawan Surabaya.

Beberapa minggu kemudian, tentara Inggris mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945
dan kemudian ke Surabaya pada tanggal 25 oktober 2021.. Tentara Inggris tergabung dalam
AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA
(Netherlands Indies Civil Administration).

Tugas mereka adalah melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya dan
membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang. Namun seperti sebuah peribahasa “ada
udang dibalik batu”, tentara inggris yang datang juga membawa misi utamanya yaitu
mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Hindia Belanda sebagai negara jajahan. Inilah
yang kemudian memicu gejolak amarah dari rakyat Indonesia. Gerakan perlawanan sekutu muncul
di banyak daerah.

Kembalinya sekutu turut diikui berkibarnya bendera merah-putih-BIRU di puncak hotel yamato.
Hal ini memicu kemarahan serta kegeraman para arek arek Suroboyo, mereka menganggap
Belanda telah menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih. Dengan
itikad baik, Pihak Indonesia meminta perundingan dan negosiasi penurunan bendera. Tetapi hal
tersebut berakhir meruncing, karena Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian
dalam ruang perundingan tersebut. Sebagian massa berusaha naik ke atas hotel untuk menurunkan
bendera belanda. Hariyono bersama Koesno Wibowo berhasil merobek bagian biru bendera
Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih.

Setelah aksi heroik arek-arek suroboyo tersebut, 27 oktober meletuslah pertempuran pertama
antara Indonesia dengan tentara inggris. 2 hari berselang, pihak Indonesia dan inggris sepakat
untuk menandatangani gencatan senjata. Akan tetapi, pertempuran tersebut kembali terjadi karena
terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris yang tewas tertembak. Melalui
Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum yang
menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta
meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.

Ancaman dari jenderal tersebut telah membuat seluruh rakyat Indonesia bersatu dari berbagai
daerah. Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, bali dan masih banyak lagi. Dari sini munculah
semboyan “Merdeka atau mati, Sekali Merdeka Tetap Merdeka” Hingga akhirnya 10 November
1945, puncak pertempuran pun tak dapat dielakkan. Demi menjaga persatuan Indonesia, para
pahlawan tidak membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Menjadikan Indonesia semakin
kuat dan mampu menghadapi lawan sekuat dan sebesar apapun.

Sebagai seorang mahasiswa, kita seharusnya menjaga kesatuan dan persatuan banga Indonesia di
tengah perbedaan yang ada. Seperti yang telah dicontohkan oleh para pahlawan kita. Saling
menghormati, menghargai, dan menjaga toleransi diantara perbedaan yang ada. Ingat kata presiden
RI pertama di Indonesia, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.

“Perlawan rakyat Indonesia berlangsung selama 3 minggu lebih 3 hari (27 Oktober – 20 November
1945). Setidaknya 6.000-16.000 pejuang dan pahlawan Indonesia gugur demi mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kemudian tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan oleh
Negara Republik Indonesia”

Anda mungkin juga menyukai