Anda di halaman 1dari 16

Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. I, Maret 2004, hal.

25-39
Pusat Studi Lingkungan Hidup
Univers itas Gadj ah Mada
Yogyakorta, Indonesia

SUMBER KONFLIK DAN POTENSI PENERAPAN ALTERNATIF


PENYELESAIAN KONFLIK (APK)
DALAM SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP: KASUS SENGKETAANTARA
MASYARAKAT SOSORLADANG DENGAN PT. INTI INDORAYON UTAMA/
PT. TOBA PULP LESTARI DI KECAMATAN PORSEA
KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA
(Conflict Sources and the Potential of Alternstive Dispute Resolution (ADR)
Application on Environmental Conflict: The Case of Sosorladang Community and PT
Inti Indorayon Utama/PT Tbba Palp Lestari at Kecamatan Porseo, Kabupaten Tbbo
Samosir, North Sumatera Province, Indonesia)

T[ra Hasiholan Hutabarat


Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Univesitas Gadjah Mada

Abstrak

Penelitian ini mengkaji konflik lingkungan yang terjadi antara masyarakat Porsea dengan PT. Inti Indorayon
Utama flru). Konflik ini tedadi berkepanjangan karena tidak bertemunya faktor-faktor rasional dan irasional.
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana factor-faktor yang irasional bekerja dalam penyelesaian konflik
melalui Altemative Dispute Resolution (ADR). Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif melalui
survai baik dengan kuesioner maupun interview. Penelitian ini menemukan bahwa dari 4 faktor rasional yang
dipertimbangkan dalam penyelesaian konflik hanya faktor penerimaan bantuan yang berkorelasi dengan
pengembangan sikap masyarakat. Adapun faktor-faktor irasional memiliki relasi, dan faktor etnosentrik
manjadi faktor yang paling berpengaruh.

Kata kunci: konflik, ADR, faktor rational dan irrasional

Abstract

This research was carried oul based on an environmental conflict phenomenon between Porsea people,
especially Sosorladang, and PT Inti Indorayon (ltama or Toba Pulp Lestari (PT IIU/TPL). Occured.four years,
the confict is dfficult to resolve due to some irrational .factors aside .from rational ones that should have
made the confict resolution realistic. The research aims to identify how the nonrealistic confiict influences
an unfeasibility of solution through an approach o.f Alternative Dispute Resolution (ADR). The method used
was a combination of survey and descriptive approaches. The main means of data collection is questionnoire
supported by in-depth interview and directfield obsen,atbn, including the company environment. Data derived
from questionnaire and interview were analyzed by exomining their correlation. The result of the correlation
test show thal amongfour rationalfactors considered, only aid acceptancefactor that has relation in building
up the socielal attitude. The irrational.factors prove o real relationship, and the ethnocentric.factor become the
most influental.factor It is proven that the conflict between the inhahitant and company is due lo a nonrealislic
.factor

Key words; conflict, Alternative Dispute Resolution (ADR), rational and irrational.factors

25
Tua Hasiholan Hutabarat

I. PENGANTAR munculnya generasi Batak yang kerdil dan ke-


terbelakangan mental (Realita Pos, 1998:l), pe-
Latar Belakang Penelitian langgaran HAM (Sinar Indonesia Baru, 1998:
I ), praktek manipulatif perusahaan (Gema Refor-
Sektor industri merupakan salah satu sektor
yang dibutuhkan bagi pembangunan di negara- masi, 1998: 3) dan beberapa pelanggaran lain
negara berkembang, termasuk Indonesia. Keterse- yang mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan
diaan sumber daya alam yang melimpah di Indo- masyarakat.
nesia mendorong tumbuhnya berbagai industri Kerusakan lingkungan, minimnya manfaat
skala besar di beberapa kawasan, termasuk industri yang diberikan kepada masyarakat, manipulasi
yang memprodvksi pulp dan rayon Salah satu pihak perusahaan, munculnya konflik horizontal
perusahaan yang memproduksi pulp dan rayon dr dan kerugian yang dialami masyarakat kemudian
Indonesia adalah PT Inti Indorayon Utama (PT IIU) memunculkan perlawanan penolakan masyarakat
yang pada saat ini berganti nama menjadi PT Toba terhadap PT IIU/TPL. Puncaknya adalah pada
Pulp Lestari (PT TPL) di Sosorladang, Kecamatan tahun 1998, ketika reformasi di Indonesia ber-
Porsea, Kabupaten Toba Samosir. langsung, perlawanan masyarakat mencapai titik
Sebagai sebuah industri yang tergolong high paling radikal yang memaksa pemerintah menutup
polluted industry aktifitas PT IIU/TPL banyak operasional perusahaan sementara pada tahun
mendapat penentangan dari masyarakat maupun t999.
Lembaga Swadaya Masyarakat. Konflik antar Berbagai penelitian dan dialog ilmiah pun
perusahaan dan masyarakat yang didukung oleh berlangsung untuk membahas aspek lingkungan
organisasi-organisasi yang cocernpada lingkungan dan sosial budaya dari keberadaan PT IIU/TPL
hidup selalu muncul. Masyarakat menilai keber- sebagai upaya mengoperasikan kembali per-
adaan perusahaan di Sosorladang telah menyalahi usahaan. Usaha-usaha tersebut ternyata mengalami
aspek tata ruang sehingga menimbulkan ancaman kegagalan. Pihak-pihak yang terlibat konflik tidak
terhadap alam di Sosorladang dan khususnya di menemukan kata sepakat tentang akar konflik dan
sekitar kawasan Danau Toba. strategi penyelesaian yang paling tepat.
Selain itu, keberadaan PT IIU/TPL di Porsea Masing-masing pihak bertahan dengan argu-
dianggap tidak memiliki dampok positif bagi mentasi yang saling bertolak belakang sehingga
masyarakat. Kebij akan-kebij akan pihak perusaahan pada akhirnya menjadikan konflik menjadi
bersifat arogan dengan tidak memperhatikan eksen- lebih kompleks dan bertambah kabur. Walaupun
tensi budaya dan kesejahteraan masyarakat lokal. pemah diterapkan beberapa pendekatan dalam
Ada 4 (empat) kesalahan yang telah teridentifikasi penyelesaian konflik, namun sampai saat penelitian
menjadi landasan penolakan masyarakat. Pertama, ini dilakukan pendekatan tersebut sulit untuk
kesalahan lokasi pabrik, kedua, dampak pencemaran diterapkan bahkan mendapat penolakan keras dari
pabrik pada I in gktrn gan, keti ga, aro gansi manaj emen masyarakat.
perusahaan, dan keempat, fenomena penurunan Pendekatan yang paling relevan dalam penye-
permukaan Danau Toba (Ozon, 2001). lesaian konflik lingkungan sebenarnya adalah pen-
Selain keempat tuduhan tersebut, perusahaan dekatan Alternative Dispute Resolution (ADR)
juga dipersalahkan sebagai penyebab isu-isu atau Alternatif Penyelesaian Konflik (APK).

Kctcrangan:
Konflik Utama
-re'rv Kontlik
Aliansi
Lebih Kecil

- flslsngan Kuat
Gambar l. Peta Konflik -

26
Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. I, Maret 2004, hal. 25-39
Pusat Studi Lingkungan Hidup
Universitas Gadj ah Mada
Yog,takarta, Indones ia

SUMBER KONFLIK DAN POTENSI PENERAPAN ALTERNATIF


PENYELESAIAN KONFLIK (APK)
DALAM SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP: KASUS SENGKETAANTARA
MASYARAKAT SOSORLADANG DENGAN PT. INTI INDORAYON UTAMA/
PT. TOBA PULP LESTARI DI KECAMATAN PORSEA
KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA
(Conflict Sources ond the Potential of Alternative Dispute Resolution (ADR)
Application on Environmental Conflict: The Case of Sosorladang Community and PT
Inti Indoroyon Utama/PT Tbba Pulp Lestari ot Kecamatan Porsea, Kahupaten Tbba
Samosir, North Sumaters Province, Indonesia)

T[ra Hasiholan Hutabarat


Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Univesitas Gadjah Mada

Abstrak

Penelitian ini mengkaji konflik lingkungan yang te{adi antara masyarakat Porsea dengan PT. Inti Indorayon
Utama flfQ. Konflik ini tedadi berkepanjangan karena tidak bertemunya faktor-faktor rasional dan irasional.
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana factor-faktor yang irasional bekerja dalam penyelesaian konflik
melalui Alternative Dispute Resolution (ADR). Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif melalui
survai baik dengan kuesioner maupun interview. Penelitian ini menemukan bahwa dari 4 faktor rasional yang
dipertimbangkan dalam penyelesaian konflik hanya faktor penerimaan bantuan yang berkorelasi dengan
pengembangan sikap masyarakat. Adapun faktor-faktor irasional memiliki relasi, dan faktor etnosentrik
manjadi faktor yang paling berpengaruh.

Kata kunci: konflik, ADR, faktor rational dan irrasional

Abstract

This research was carried out based on an environmental confict phenomenon between Porsea people,
especially Sosorladang, and PT Inti Indorayon Utama or Toba Pulp Lestari (PT IIU/TPL). Occured.four years,
the confict is dfficult to resolve due to some irrational .factors aside.from rational ones that should have
made the confict resolution realistic. The research aims to identify how the nonrealistic conflict influences
an unfeasibility of solution through an approach of Alternative Dispute Resolution (ADR). The method used
wos a combination of survey and descriptive approaches. The main means of data collection is questionnaire
supported by in-depth intertiew and directfeld obseruation, including the company environment. Data derived
from questionnaire and interview were analyzed by examining their correlation. The result of the correlation
test show thal amongfour rational faclors considered, onlv aid acceptance factor that has rclation in building
up the societal attitude. The irrational.factors prove a real relationship, and the ethnocentric.factor become the
most infuental.factor. It is proven that the conflict between the inhahitant and companv is due to a nonrealistic
factor.

Key words; conflict, Alternative Dispute Resolution (ADR), rational and irrationalfactors

25
Surnber Konflik

Pendekatan tersebut adalah yang paling fleksibel 412), sil-at yang belum tersentuh dan terjangkau
dan dapat mengakomodasi berbagai kepentingan, kemajuan (Rahail, 1995: 417) dan produktivitas
sehingga akan menghasilkan kesepakatan penye- pertanian berintegritas ekosistem (Mitchell, 2000:
lesaian yang saling menguntungkan (win-win 300) sedang mengalami ancaman dari organisasi
solution) antar pihak yang berkonflik. industri modern yang tamak akan sumber daya
Sebelum pendekatan ADR/APK diterapkan, alam.
maka penelitian holistik yang berusaha melihat Dampak dari kebijakan yang tidak popu-
faktor-faktor (rasional dan irasional) yang menjadi lis dari pemerintah dan industri yang meng-
penyebab konflik perlu dilakukan. Faktor-faktor eksploitasi sumber daya hutan adalah melahirkan
tersebut kemudian dihubungkan pendekatan ADR/ resistensi pada masyarakat lokal (Ghai, 1994: 4\.
APK untuk melihat kemungkinan penyelesaian Kombinasi kekuatan pemerintah yang mendorong
konflik. modernisasi telah menggiring masyarakat pada
kerusakan tatanan sosial dan ekologi (sosial and
Permasalahan ecological extinction). Hutan milik masyarakat
l. Apakah faktor rasional dan irasional mem- asli (indigenous people) telah dieksploitasi oleh
pengaruhi pembentukan sikap negatif masya- perusahaan perambah (logging companlt) luar,
rakat terhadap perusahaan? maupun domestik yang kemudian melahirkan
2. Variabel manakah di antara faktor rasional relokasi dan pengusiran masyarakat asli. Reduk-
dan irasional yang paling mempengaruhi pem- si sumber daya alam mengakibatkan ketidak-
bentukan sikap negatif masyarakat terhadap terjaminan dan kemiskinan, yang akhirnya menurut
perusahaan? Colchester (1994: 7 8-7 9) membentuk keterasingan
3. Apakah konflik antara masyarakat dengan (alienation) masyarakat pada sumber daya hutan.
perusahaan bersifat realistis atau nonrea- Secara lebih luas Dixon (1991 3-4) mengung-
listis? kapkan bagaimana degradasi dan pengurangan
4. Apakah faktor rasional dan irasional mem- pada lingkungan mengakibatkan konflik dalam
pengaruhi kemungkinan diterapkannya Alter- masyarakat. Ada6 (enam) tipe perubahan ling-
natif Penyelesaian Konflik (APKX kungan yang dapat memicu terjadinya konflik,
5. Apakah dengan sikap negatif masyarakat Desa yaitu:
I . efek rumah kaca (greenhouse ffict\ dan per-
Sosorladang terhadap perusahaan memung-
kinkan untuk diterapkannya mekanisme ubahan iklim (climate changel
Alternatif Penyelesaian Konflik (APK) dalam 2. kerusakan ozon stratosfer
penyelesaikan konflik antara masyarakat Desa 3. degradasi dan kehilangan lahan pertanian
Sosorladang dengan perusahaan? produktif
4. degradasi dan perarnbahan hutan
5. pengurangan dan polusi supply air; dan
6. hilangnya sumber tangkapan ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan pembangunan yang disponsori
Perturnbuhan ekonomi khususnya di negara- oleh pemerintah dan penanaman modal besar te-
negara dunia ketiga (termasuk Indonesia) kemu- lah rnerninggirkan hak dan memutuskan akses
dian harus dibayar mahal dengan kerusakan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam.
lingkungan. Kerusakan lingkungan kemudian Penrutusan hak lokal pada alam dan kontrol
diperparah oleh masuknya dirty industry, yakni masyarakat pada sumber inilah yang menjadi akar
industri yang merniliki kadar intensitas polutan perlawanan atau konflik sosial (Ghai, 1994: 5).
yang relatif tinggi (Abimanyu dan Poppy, 1995:
lZ) melalui kebijakan-kebijakan pembangunan l. Alternatif Penyelesaian Sengketa
di negara-negara dunia ketiga semata-mata bagi Lingkungan
kebutuhan pertumbuhan ekonomi. Ironisnya elemen Sistem hukum Indonesia mengenal mekanisme
masyarakat yang paling sering menderita akibat penyelesaian sengketa lingkungan, yang meru-
pembangunan ekonomi adalah masyarakat lokal. pakan terobosan baru guna menampung banyaknya
Potensi dinamika pola pertanian tindakan kolektif kasus-kasus sengketa lingkungan yang tidak dapat
(collective action) (Rachbini, 1990: 79), kehidupan diselesaikan, ataupun bila terselesaikan tidak
harmonis dengan alarn (Kusumaatmadja. 1995:

2l
Tua Hasiholan Hutabarat

mengandung aspek keadilan. Sebagai undang- karakteristik yang bersifat menguntungkan dalam
undang yang memayungi ketentuan hukum penge- penerapan APK.
lolaan lingkungan hidup, telah diaturpada Pasal 30, l. Sifat kesukarelaan dalam proses
Pasal 31,32, dan 33 UUPLH No. 23 Tahun 1997 2. Prosedur yang cepat
(Hardjasoemantri, 2000: 377-382). Pada pasal- 3. Keputusannonyudisial
pasal tersebut secara jelas mengatur sekaligus 4. Kontrol tentang kebutuhan organisasi
menjadi acuan bagi aturan-aturan hukum lainnya 5. Prosedur rahasia (confidential)
dalam hal penyelesaian sengketa lingkungan. 6. Fleksibilitas dalam merancang syarat-syarat
Ada dua mekanisme yang dapat ditempuh oleh penyelesaian masalah
masyarakat untuk mencari penyelesaian sengketa 7. Hemat waktu
lingkungan hidup, yakni melalui proses pengadilan 8. Hemat biaya
atau di luar pengadilan. 9. Pemeliharaanhubungan
Sebenarny a adatiga jalur penyelesaian sengketa 10.'fingginya kemungkinan untuk melaksanakan
yang lazim dijalankan dalam setiap negara, yakni kesepakatan
penyelesaian sengketa di pengadilan (yuridis), I l. Kontrol dan lebih mudah memperkirakan
mekanisme politis dan administratif. Pendekatan hasil
politis dilakukan oleh politisi melalui pertimbangan 12. Keputusan bertahan sepanjang waktu
nilai dan kepentingan yang berbeda. Kemudian
pendekatan administratif yang dilakukan melalui Karakteristik-karakteristik tersebut merupakan
organisasi pengelolaan sumber daya yang secara suatu keuntungan sehingga pendekatan APK
resmi dibentuk dan memberikan kesempatan lebih memungkinkan dapat diimplementasikan
pada para birokrat untuk mengambil keputusan dalam rnenyelesaikan sengketa lingkungan saat
tentang suatu sengketa, dan yang terakhir adalah mekanisme legal formal mengalami kegagalan.
pendekatan yuridis atau hukum dilakukan melalui
pengadilan (Mitchell, 2000: 367-368).
2. Landasan Teori
Pendekatan kontemporer dalam penyelesaian
sengketa lingkungan saat ini adalah pendekatan Penelitian ini didasarkan pada suatu realitas
alternatif penyelesaian konflik (APK) atau konflik yang tidak terselesaikan. Mengenai rea-
yang lebih dikenal dengan Alternative Dispute litas konflik, Lewis Coser pada bukunya, "The
Resolution (ADR). Pendekatan ini merupakan Function.s of Social Conflict ", (dalam Johnson,
altematif terhadap kelemahan berbagai pendekatan 1990: 202) pembedaan antara konflik realistis
penyelesaian sengketa lingkungan lain. Pendekatan dan konflik nonrealistik. Secara gamblang Coser
penyelesaian sengketa melalui lembaga pengadilan (1956: 49) menjabarkan konflik realistik sebagai
berlangsung dalam suatuproses formal beracara pada berikut:
rangkaian persidang an (i udicial process),sedangkan "... Conflicts which arise fro^ frustation of
pendekatan APK merupakan kebalikannya yakni spectfic demands within the relationship and from
mengupayakan penyelesaian sengketa di luar estimates o/-gains of participants, and which are
institnsi pengadilan (Yazid, 1995: 2). directed at the presumed.fnrstating oh.ject, can be
Ada beberapa tipe pendekatan dalam APK, called realistic confict ... "
yakni mediasi, negosiasi, arbitrase, fasilitasi dan Pernyataan ini memiliki arti, konflik realistik
berbagai tipe lainnya. Inti pendekatan ini adalah adalah konflik yang muncul sebagai akibat dari
menekankan pada terciptanya konsensus antara kondisi frustasi yang dialami oleh partisipan ketika
pihak-pihak yang bersengketa dengan bersama- tuntutan dari suatu hubungan tidak tercapai. Roy
sama memaksimalisasi kemampuan menyusun (dalam Burton, 1990: 126) menyatakan hal yang
suatu proses penyelesaian. Dengan kata lain, sama. Ia mendasarkan munculnya konflik dari
mekanisme konsensus dapat menghasilkan kese- perspektif kebutuhan dasar manusia (basic human
pakatan melalui tindakan bersama antar partisipan needs). Ketika kebutuhan dasar manusia tidak ter-
untuk kemudian menyadari berbagai aspek per- penuhi. maka akan muncul keadaan frustasimaupun
bedaan tanpa ada perubahan hak suatu kelompok tertekan yang bersifat manifes. Jika keadaan ter-
terhadap kelompok lain (Cormick, 1996 4). sebut berlanjut maka dapat rnendistorsi perilaku
Mekanisme APK memiliki daya tarik khusus ke arah konflik. Namun konflik nonrealistik adalah
yang penerapannya membawa keuntungan. sebaliknya. Konflik nonrealistik adalah konflik
Margono (2000: 4l -43) mengidentifikasi beberapa yang sekedar bersifat antagonistik belaka, tanpa

28
Sumber Konflik

terkait dengan isu yang mendasari konflik. Tentang mengakibatkan putusnya hubungan, apalagi jika
konflik nonrealistik, Coser mengatakan: terjadi pada hubungan dengan keeratan emosional
Non realistic confiicts, on the other hand, tinggi. Konflik seperti ini dapat menimbulkan
although still involving interation between two or meledaknya konflik secara tiba-tiba dan parah,
more per.sons, are not occasioned by the rival end dirnana ketegangan dan permusuhan yang teraku-
of the antagonist, but by the need for tension releose mulasi akan meledak dalam bentuk amukan
of at least one of them. In this case the choice of' keras. Kedua, adalah nrengelakkan perasaan
anlagonisl depends on determinants. not directly bermusuhan itu dari sumber yang .sebenarnya,
related to a conlentious i.ssue and i.s not orienled dan mengembangkan suatu saluran alternatif
toward the attainment of specific nrles..." untuk rnengungkapkannya yang disebut katup
Perbedaan konflik realistis dan nonrealistis pengamanan (safety valve). Ketiadaan mekanisme
menurut Coser akan berdampak pada sifat peredarnan konflik tersebut akan memunculkan
pemecahannya. Konflik yang realistik diarahkan kekerasan dan menghancurkan struktur sosial.
pada objek konflik, sedangkan konflik nonrealistik Salah satu teori yang berkaitan dengan ketidak-
adalah konflik yang membelok dari objek konflik percayaan adalah teori kesalah pahaman antar
yang sebenarnya. Konflik yang nonrealistik budaya. Pada teori ini diasumsikan bahwa konflik
lebih sulit untuk didefinisikan, tidak terkontrol, disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-
dan keluar dari isu yang sebenarnya (Folger dan cara komunikasi di antara berbagai budaya yang
Marshal, 1984: 6). Konflik akan cenderung bersifat berbeda. Pola penyelesaian kemudian diarahkan
realistis daripada nonrealistis jika kebenaran dari untuk menambah pengetahuan pihak-pihak yang
kepentingan-kepentingan yang bertentangan itu mengalami stereotype negatif tentang pihak lain,
diterima secara eksplisit daripada diingkari. Saat dan meningkatkan keefektifan komunikasi antar
kepentingan antar pihak yang beroposisi diterima, budaya (Fisher. et al, 2000: 8). Dalam teori ini
maka terbuka kemungkinan untuk melakukan unsur stereotype n"remegang peranan penting
perundingan dan menekan perbedaan-perbedaan meryadi penyebab munculnya konflik. Untuk itu
yang menjadi rangsangan utama perubahan sosial dalarn penyelesaiannya di.iadikan fokus yang harus
(Johnson, 1990:202). dipecahkan. Stereotype merupakan pandangan
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap (image) umum suatu kelompok tentang kelompok
konflik nonrealistis adalah adanya karakter lain atau tentang sejumlah orang (Johnson, 1996:
etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu 223). Stereotype sangat penting bagi pembentukan
bentuk kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada konflik, sebab menjadi dasar individu atau ke-
kelompok sendiri, disertai prasangka terhadap lompok dalam memperlakukan orang lain.
kelompok etnis atau bangsa lain. Masyarakat Interaksi antar kelompok banyak dipengaruhi oleh
dengan karakter etnosentrisme yang tinggi akan gambaran stereotype salah, akan memunculkan
menanamkan rasa nasionalisrne dan menuntut konflik. Unsur lain yang mempengaruhi terben-
loyalitas dan pengorbanan pada kelompok dalarn, tuknya konflik adalah faktor kecemburuan.
disertai dengan propaganda dan kampanye- Simanjuntak (2001: 239) menyatakan bahwa
kampanye yang memperkuat tingkat emosional orang Batak Toba sangat dipengaruhi oleh budaya
kelompok (Johnson, 1996: 80-81). konflik. Budaya konflik tersebut muncul sehari-
Etnosentrisme yang tinggi dapat membentuk hari dalam bentuk kecemburuan antar sesama.
suatu sikap ketidakpercayaan terhadap kelompok Kecemburuan adalah nilai tradisional Batak'loba
outgroup. Kesadaran kolektif yang didasarkan oleh yang dikenal dengan nama: late (cemburu) dan
keseluruhan kepercayaan normatif dan kemudian e I a t (dengki). P e n gej awa n t a h an kecemburuan dan

diperkuat oleh adanya konflik akan semakin kedengkian diwujudkan dalam persaingan dengan
memperkental perasaan ingroup-outgroup dan cara perlombaan, pamer kekayaan, kepintaran
mempertegas garis batas dengan kelompok lain. atau keahlian dan kepongahan ketika bersaing
Jika keadaan tersebut dibiarkan tanpa adanya tanpa kemampuan yang wajar. Karakter ini
komunikasi, dan dibiarkan ditekan (repressecll masih menguasai orang Batak Toba dan menurut
dalam waktu lama maka seperti yang dikatakan Simanjuntak sebagai penyebab utama munculnya
Coser (dalam Johnson, 1990: 201), mengakibatkan konflik.
dua hal. Pertama. dipendamnya konflik dapat

29
'l ua Hasiholan Hutabarat

Fektor-fektor Reclonrl Fe}ton-frllor Nonnrlond


Peogetahuan Eboscntisne
Akscs pada SDA Keccurburuan
Tingkat Kerugian Solidaritas
Penerimaan Bantuan Prtsangka

Ket.
-------+ Pemanfaatan
I Pembagian

.) Dampak
Sumber : diolah sendiri

Gambar 2. Kerangka Teoritis

III. CARA PENEI,ITIAN l. Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Sosorladang,
Penelitian ini nrencoba melakukan pendekatan Kecamatan Porsea KabupatenToba Samosir. Lokasi
survey lapangan untuk menjelaskan fenomena ini dipilih dengan pertimbangan, di desa inilah
konflik lingkungan antara masyarakat dengan letak PT. llU beroperasi, sehingga masyarakat desa
PT. Inti Indorayon Utama. Sebagaimana halnya ini yang paling merasakan dampak keberadaan PT.
dengan penelitian survey, pengambilan data IIU.
menggunakan kuesioner merupakan yang utama,
ditambah dengan teknik wawancara mendalam 2. Alat Penelitian
(indepth interview), observasi dan dokumentasi. Alat pengumpulan data paling utama adalah
Penggabungan ini diupayakan dapat mengangkat menggunakan kuesioner kepada responden. Untuk
permasalahan ke permukaan, untuk kemudian mengisi kuesioner digunakan beberapa alat tulis
dianalisis secara kuantitatif, ditambah dengan berupa pensil oleh beberapa tenaga lapangan.
analisis kualitatif. Kemudian metode pengumpulan data kedua ada-

30
Sumber Konflik

lah wawancara secara mendalam terhadap bebe- dengan menggunakan bahasa yang mudah di-
rapa responden kunci, yakni kepada para tokoh mengerti oleh responden. Hal ini dilakukan
masyarakat, pihak perusahaan, maupun kepada untuk menghindari kesalahan jika diisi secara
beberapa orang responden. langsung oleh responden. Wawancara mendalam,
dokumentasi dan observasi dilakukan untuk
3. Kesulitan Penelitian memperoleh data kualitatif, seperti sikap, kelakuan,
Ada beberapa kendala yang ditemui di la- pengalaman, sifat khas dan harapan manusia
pangan, sehingga membuat proses penelitian tidak
(Vredenbregt, 1978: 84). Alat yang digunakan
maksimal seperti yang direncanakan. Adapun dalam wawancara mendalam adalah panduan
kendala-kendala tersebut adalah:
wawancara bersifat terstruktur, dan terbuka tak
l. Kondisi ketakutan dan traumatis masyarakat terstruktur.
terhadap masa lalu
2. Minimnya data sekunder dari Desa. Dapat T.Variabel Penelitian
dikatakan administrasi Desa Pangombusan
l) Variabel Rasional
dan Tangga Batu I tidak berjalan sebagaimana
Adapun yang termasuk dalam variabel rasional
mestinya sehingga data jumlah penduduk,
dalam penelitian ini adalah:
monografi desa tidak diperoleh.
l. Tingkat pengetahuan masyarakat
2. Akses terhadap sumber daya alam
4. Unit Penelitian 3. Tingkat kerugian yang diterima masyarakat
Unit penelitian adalah kepala keluarga, dise- 4. Perolehan bantuan
babkan s istem kekerabatan Batak Toba yang bersifat
patrilineal. Sistem patrilineal menjadikan seorang
2) Variabel lrasional
kepala keluarga (ayah) memiliki peran yang sangat
Beberapa variabel irasional dalam penelitian
dominan dalam mengambil keputusan, baik urusan
ini adalah:
internal keluarga maupun dalam hubungan sosial
budaya.
l. Etnosentrisme
2. Kecemburuan
3. Solidaritas
5. Populasi Penelitian 4. Prasangka
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Sosorladang, Kecamatan Porsea
3) Sikap
berjumlah 120 KK. Berdasarkan jumlah kepala
Merupakan variabel terpengaruh (variabel de-
keluarga tersebut, maka diputuskan sampel sama
penden), sebagai akibat dari pengaruh variabel
dengan populasi. Pada saat penyebaran kuesioner,
rasional dan irasional terhadap keberadaan per-
ternyata ditemui 25 KK menolak, atau hanya 95
usahaan.
orang yang bersedia mengisi kuesioner. Jumlah
tersebut dinyatakan sudah mewakili populasi
sehingga layak dijadikan sampel penelitian. 4) Alternatif Penyelesaian Konflik (APK)
Merupakan variabel terpengaruh (variabel de-
pendeir) sebagai akibat dari pengaruh variabel
6. Cara Pengumpulan Data sikap.
Data primer yang diperoleh melalui kuesioner
dilakukan secara langsung oleh tenaga lapangan,

3l
Tua Hasiholan Hutabarat

i"F-i
lR ["i.lt,.f"*gli$.::g,.:] i'--=Kcfrim{'-"-"i
i
i

ie !
I i
ngar,nrrr. i
is i i" iLi#"tiiiinP*:] I
..-_..-....."..-."_..-J
ir
:o
i
i i- it*,ri*-p..*-"."1
i

int i
I
rl
lAl tlifi"{iirisl'9q'ry*i ,J
I

i,-.+
I
i.r.j
sIKAP |",-4liiq*i
i t-.d;,;*1.-*;r;iJ
lr
iFl
. plqiiit$:,i',:.^."i
ii;i
in i i" !!

ii
i:

:A
is [ !ciiir$: ll::]
i_""*""""""i
II i-*^iiotffiiiiffi*."*i i-*Koi.T'flrf*-j
iO
!v
1.,,.,..,.,..,,....,,...,,....,..-,,...----.-.-,.-i

iN
!
iNOWng,eusTII{l
i
i- :t*:*sti"::.:i i..,*.........*.--.--^.--.*..*.--...*--i

,ii
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN but tidak memiliki bukti-bukti kuat dan dapat
dipertanggungiawabkan secara ilmiah. Masing-
masing pihak yang bersengketa saling melontarkan
1. FaktorYang Berhubungan dengan
argumentasi berdasarkan studi-studi yang pernah
Pembentukan Sikap Masyarakat.
dilakukan. Selama beberapa tahun polemik
Beberapa faktor yang dianggap menjadi pe-
berlangsung temyata kata sepakat tentang faktor
nyebab penolakan dan terbentuknya sikap ne-
penyebab terbentuknya sikap negatif dan penolakan
gatif masyarakat terhadap PT Iru/TPL adalah
masyarakat tersebut tidak pemah tercapai. Pihak-
adanya pemahaman atau pengetahuan masyarakat
pihak yang terlibat tetap bersikukuh pada prinsip
terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan
dan alasan masing-masing.
perusahaan, terputus atau terbatasnya akses ma-
Dikarenakan adanya polemik tersebut maka
syarakat pada sumberdaya alam, besarnya ke-
pada penelitian ini dilakukan uji terhadap faktor
ruglan yang diderita masyarakat dan rendah atau
rasional tersebut unfuk melihat kebenaran dari
minimnya bantuan atau kontribusi perusahaan
keempat faktor ras ional yang diindikasikan menj adi
terhadap masyarakat lokal.
dasar pembentukan sikap negatif masyarakat.
Keempat faktor tersebut diidentifikasi memiliki
Berdasarkan hasil analisis statistik dan data
hubungan dengan terbentuknya sikap negatif
kualitatif berupa hasil wawancara mendalam
masyarakat terhadap PT Iru/TPL. Walaupun
terhadap beberapa responden ternyata dari empat
fbktor rasional yang dijadikan dasar penolakan
faktor rasional yang diindikasikan menyebabkan
tersebut telah berdampak pada penutupan per-
sikap penolakan masyarakat, ternyata hanya faktor
usahaan, namun banyak pihak, termasuk pihak
tingkat bantuan yang memiiiki hubtngan yang
perusahaan, pemerintah dan beberapa konsultan
signifikan.
independen masih dianggap bersifat indikatif.
Artinya, dasar-dasar penolakan masyarakat terse-

32
Sumber Konflik

Faktor-faktor yang selama konflik berlangsung sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat
dianggap mempengaruhi perlawanan masyarakat menilai, sejak perusahaan beroperasi tidaklah
ternyata tidak terbukti. Salah satunya adalah faktor terlalu berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat
tingkat kerugian dan akses terhadap sumberdaya dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
alam. Tanggapan dari masyarakat tentang intensitas di sekitar tempat tinggal mereka, seperti hutan
kerugian merupakan salah satu bukti bahwasanya dan lahan disekitar kawasan Hutan Tanaman
selama PT IIU/TPL beroperasi telah menyebabkan lndustri (HTI). Masyarakat masih memiliki kebe-
kerugian bagi masyarakat. basan untuk membuka lahan perladangan baru
Masyarakat yang menyatakan bahwasanya dibeberapa areal yang berdekatan dengan tapak
operasional perusahaan telah menyebabkan keru- pabrik dan HTI. Satu-satunya faktor rasional yang
gian dalam intensitas sering sekali hanya 33,7oA, berpengaruh terhadap sikap negatif masyarakat
sedangkan yang memberi tanggapan kadang- hanyalah rendahnya bantuan atau kontribusi
kadang sebanyak 66,3oh. Hal itu menunjukkan perusahaan terhadap masyarakat" Walaupun pihak
tidaklah selalu kegiaan PT IIU/TPL di Porsea manajemen perusahaan (khususnya HUMAS
menyebabkan kerugian bagi masyarakat, bahkan PT IIU/TPL) menyatakan telah menyalurkan
beberapa responden menyebutkan beberapa ke- dana yang cukup terhadap pembangunan dan
untungan yang diperoleh ketika perusahaan ber- kesejahteraan masyarakat namun temyata tidak
operasi. Kondisi serupa juga terjadi pada tang- dinikmati oleh masyarakat.
gapan masyarakat terhadap faktor akses pada

Tabel l. Korelasi Sederhana Faktor-faktor Rasional


Terhadap Pembentukan Sikap

Variabel Bebas (X) Sikap (Y)


Tingkat Pengetahuan (Xl) 0,018
Sig. (2-tailed) 0,862
Akses SDA (X2) 0,126
Sig. (2-tailed) 0.223
Tingkat Kerugian (X3) 0.109
Sig. (2-tailed) 0,291
Bantuan (X4) 0,408
Sis. (2-railed) 0.000
Sumber: Hasil Analisis

sering sekali lntendtas Kerugian


33,70h

Gambar 4. Diagram Tanggapan Masyarakat Tentang lntensitas Kerugian

_13
Tua Hasiholan Hutabarat

Sebagian besar dana jatuh ke pihak-pihak Selama konflik berlangsung memang ada beberapa
yang tidak berhak menerima, seperti organisasi- pihak yang menghubungkan penolakan masyarakat
organisasi kepemudaan dan elit pemerintah mau- terhadap faktor nilai-nilai budaya Batak Toba.
pun masyarakat. Hotman Siahaan pernah mernbuka suatu wacana
Faktor lain yang memiliki hubungan dalam baru yang selama konflik berlangsung tidak men-
pembentukan sikap negatif masyarakat adalah dapat perhatian serius dari pihak-pihak yang
faktor irasional, yakni etnosentri sme, kecemburuan, bersengketa. Ia menilai telah terjadi marginalisasi
solidaritas dan prasangka. Faktor-faktor tersebut terhadap nilai-nilai budaya masyarakat lokal oleh
sangat mempengaruhi perilaku orang Batak Toba budaya industri yang dibawa oleh perusahaan.
dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki Masing-masing budaya memiliki kepentingan
prinsip hidup Hamoraon (kekayaan), Hagabeon yang berbeda satu sama lain sehingga dapat menim-
(kebesaran) dan Hasangapon (kebijaksanaan) dan bulkan sumber konflik.
memiliki struktur sosial Dalihan Na Taolu yang Melalui proses pengujian, terlihat bahwa
berisi nilai-nilai hidup yang tampak (overt culture) faktor etnosentrisme, kecemburuan, solidaritas
orang Batak Toa juga dipengaruhi oleh covert dan prasangka memiliki hubungan dengan sikap
culture, yakni nilai-nilai budaya laten yang sering negatif masyarakat. Berdasarkan fakta tersebut,
kali lebih berpengaruh. Budaya laten tersebut jikadihubungkan dengan teori Lewis Coser
sering disingkat dengan HOTEL(hossom, teal, elat maka konflik antara masyarakat dengan PT IIU/
dan late). Makna yang dikandung istilah tersebut TPL merupakan konflik yang bersifat realistis.
pada intinya adalah kedengkian, kecemburuan Faktor yang dianggap lebih berpengaruh terhadap
dan prasangka terhadap pihak lain, khususnya perlawanan dan penolakan masyarakat ternyata
yang dianggap lebih berhasil dalam status sosial tidak terbukti. Penolakan masyarakat ternyata
ekonomi. Berlandaskan budaya laten tersebutlah tidaklah berdasarkan pada masalah kerusakan
maka dilakukan pengujian terhadap faktor irasional lingkungan dan'kerugian yang diakibatkan oleh
dalam pembentukan sikap masyarakat. operasional perusahaan namun telah bergeser
Hasil pengujian keempat faktor irasional pada hal-hal di luar konflik, yakni etnosentrisme,
tersebut ternyata menunjukkan hasil yang signifi- kecemburuan, solidaritas dan prasangka.
kan dalam membentuk sikap negatif masyarakat.

Tabel 2. Korelasi Faktor lrasional Terhadap Pembentukan Sikap Negatif


Masyarakat

Faktor Bebas (X) Sikap (Y)


Etnosentrisme (X5) 0,539
Sig. (2-tailed) 0,000
Kecemburuan (X6) 0,537
Sig. (2-tailed) 0.000
Solidaritas (X7) 0.428
Sig. (2-tailed) 0,000
Prasangka (X8) 0,281
Sig. (2-tailed) 0,539

Sumber: Hasil Analisis

34
Sumber Konflik

2. FaktorYang Berhubungan dengan sekal i tidak berhubungan dengan ketidakmun gkinap


Alternatif Penyelesaian Konfl ik penyelesaian konflik
Salah satu pendekatan penyelesaian konflik Kondisi tersebut ternyata berbeda ketika faktor
yang mulai banyak digunakan pada saat ini adalah irasional dihubungkan dengan pendekatan APK.
mekanisme Alternatif Penyelesaian Konfl ik (APK) Keempat faktor irasional ternyata terlihat memiliki
atau Alternative Dispute Resolution (APK). Pen- hubungan dengan kebuntuan penyelesaian.
dekatan ini dianggap memiliki kelebihan diban- Fakta tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
dingkan pendekatan administratif, politis maupun tidaklah mempersoalkan lagi tentang alasan-alasan
yuridis. Selain dari segi waktu lebih pendek, pen- rasional yang selama ini drjadikan perdebatan oleh
dekatan ini lebih mampu mengakomodasi berbagai berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pihak
kepentingan sehingga melahirkan kesepakatan perusahaan. Berbagai janji yang dikemukakan
yang bersifat Win-win Solution. Faktor rasional oleh pihak perusahaan, seperti mengintroduksi
dan irasional dalam penelitian ini dihubungkan paradigma batu PT IIU/TPL dalam pengelolaan
dengan APK adalah untuk melihat kemungkinan lingkungan dan janji perbaikan hubungan masya-
penyelesaian berdasarkan suatu pendekatan yang rakat melalui pendirian yayasan yang akan
lebih fleksibel dan mengutamakan kepercayaan mengelola lo/, dari biaya produksi perusahaan
dalam penyelesaian konflik. dalam satu tahun ternyata tidak mendapat tem-
Keempat faktor rasional tersebut ternyata pat pada masyarakat. Masyarakat sudah tidak
tidak memiliki hubungan dengan pendekatan memiliki kepercayaan kepada perusahaan dan
penyelesaian konflik alternatif (APK). Hal ini pemerintah yang berupaya mengoperasikan kem-
menunjukkan bahwa faktor tingkat pengetahuan, bali perusahaan.
akses pada sumberdaya alam, tingkat kerugian dan Faktor yang lebih memiliki hubungan atas ke-
bantuan bukanlah menjadi penyebab kebuntuan tidakmungkinan penyelesaian konflik melalui pen-
penyelesaian konflik. Hampir sama dengan faktor dekatan APK adalah faktor-faktor irasional. Melalui
pembentuk sikap masyarakat, faktor irasional penuturan yang dapat direkam dari masyarakat,
selama ini dianggap sebagai dasar penolakan mereka tidak peduli dengan paradigma baru dan
masyarakat terhadap perusahaan ternyata sama konsep-konsep pengelolaan yang dikemukakan
perusahaan.

Tabel 3. Korelasi Sederhana Faktor-faktor Rasional Terhadap Pembentukan


Sikap

Variabel Bebas (X) Sikap (Z)


Tingkat Pengetahuan (Xl) -0,027
Sig. (2-tailed) 0,796
Akses SDA (X2) -0,174
Sig. (2-tailed) 0,092
Tingkat Kemgian (X3) -0,160
Sig. (2-tailed) 0,121
Bantuan (X4) -0,141
Sig. (2-tailed) -0,170

Sumber: Hasil Analisis

35
Tua Hasiholan Hutabarat

Tabel 4. Korelasi Faktor lrasional Terhadap Pembentukan Sikap


Negatif Masyarakat

Faktor Bebas (X) Sikap (Z)


Etnosentrisme (X5) -0,309
Sig. (2-tailed) 0,002
Kecemburuan (X6) -0,300
Sig. (2-tailed) 0,003
Solidaritas (X7) -0,295
Sig. (2-tailed) 0,005
Prasangka (X8) -0,249
Sig. (2-tailed) 0,015

Sumber: Hasil Analisis

Kebohongan-kebohongan yang selama ini 3. PenerapanAlternatif Penyelesaian


pernah dilakukan pihak perusahaan sudah cukup Konflik (APK) Berdasarkan Sikap Negatif
menjadi pegangan bagi masyarakat untuk tidak Masyarakat.
mempercayai strategi apapu.n yang akan diterapkan, Sikap negatif masyarakat terhadap PT IIU/TPL
walaupun itu akan lebih menguntungkan masyara- selama ini telah dianggap menjadi dasar kebuntuan
kat secara ekonomi. Bagi masyarakat, yang lebih penyelesaian konflik. Masyarakat sudah sangat
penting dari segalanya adalah kembalinya kehi- membenci eksistensi perusahaan tersebut di
dupan harmonis yang pemah mereka rasakan Sosorladang sehingga beberapa pendekatan pe-
sebelum perusahaan beroperasi. Kehadiran PT IIU/ nyelesaian konflik yang pernah dilaksanakan tidak
TPL dianggap telah mengganggu kerukunan dan mampu merubah padangan masyarakat untuk dapat
ketenangan masyarakat, dan terlebih telah merusak menerima kembali operasional PT IIU/TPL di
tatanan sosial dan budaya masyarakat lokal. wilayah Porsea. Melalui pengujian dan informasi
Teori Lewis Coser yang dijadikan dasar pene- yang diperoleh dari lokasi penelitian, masyarakat
litian ini ternyata bukti. Konflik yang bersifat pada umumnya sudah sulit untuk menerima keber-
nonrealistis temyata memiliki hubungan terhadap adaan perusahaan. Walaupun ada kelompok-
ketidakmungkinan penyelesaian konflik, karena kelompok masyarakat yang lokasinya berada
yang menjadi akar persoalan bukanlah substansi jauh dari tapak pabrik menerima reoperasional
dari munculnya konflik, namun sudah keluar dari pabrik, namun masyarakat di Sosorladang sendiri
frame konflik. Ketika kondisi tersebut terjadi, maka tetap pada pendirian menolak rencana-rencana
akan sulit untuk dicarikan solusi yang paling tepat. pengaktifan kembali perusahaan.
Masyarakat sudah tidak memiliki kepercayaan Ada yang menarik dari hasil penelitian ini
yang cukup kepada pihak perusahaan dan perihal sikap penolakan masyarakat terhadap
pemerintah untuk menyelesaian konflik. Padahal, kemungkinan penyelesaian konflik melalui pen-
dalam pendekatan APK, kepercayaan merupakan dekatan APK. Walaupun terbukti bahwa masya-
syarat utama dalam tahap awal penyelesaian. rakat menolak reoperasional perusahaan, namun
Berlangsungnya dialog-dialog dalam penyelesaian hubungan tersebut tidaklah kuat.
konflik akan terhambat bahkan tidak terjadi sama
sekali jika tidak ada kepercayaan antar pihak yang
berkonflik terutama di masyarakat.

36
Sumber Konffik

Tabel 5. Korelasi Variabel Sikap Terhadap APK Correlations

Y Z
Y Pearson Correlation 1,000 -,326**
Sig. (2-tailed) t ,001
N 95 95
Z Pearson Conelation -,326** 1,000
Sig. (2-tailed) ,001
N 95 95
**Correlation is significant at the 0.01 level

Hubungan yang bersifat negatif tersebut meng- PENUTUP


artikan bahwasanya sikap negatifmasyarakat Sosor-
ladang benar-benar memiliki hubungan dengan A. Kesimpulan
ketidakmungkinan penyelesaian konflik. Fakta Mengacu dari hasil penelitian dan pembahasan
tersebut juga memiliki rnakna bahwa masyarakat pada Bab IV maka adapun kesimpulan yang dapat
memiliki persepsi negatif bahwasanya konflik ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
dapat diselesaikan dengan akhir pembukaan kem- l. Hanya faktor irasional, yakni etnosentrisme,
bali operasional pabrik. Kebencian masyarakat kecemburuan, solidaritas dan prasangka yang
pada perusahaan dan pihak-pihak yang dianggap membentuk sikap negatif masyarakat terhadap
memiliki hubungan pada PT IIU/TPL menjadi PT IIU/TPL, sedangkan pada faktor rasional
dasar penolakan pembukaan kembali perusahaan. hanyalah faktor penerimaan bantuan.
H ubungan antara sikap negati fterhadap ketidak-
2. Berdasarkan hasil pengujian statistik dan
mungkinan penyelesaian konflik ternyata tidaklah informasi dari responden, faktor rasional
kuat. Selain fakta tersebut bersumber dari hasil uji yang berhubungan kuat dengan pembentukan
statistik, hasil pengamatan dan wawancara dengan sikap masyarakat adalah faktor penerimaan
masyarakat juga menunjukkan kondisi yang sama. bantuan, karena hanya faktor tersebutlah yang
Ketidakpercayaan dan keengganan masyarakat memiliki hubungan dengan pembentukan
terhadap perusahaan dan untuk berdialog dengan sikap negatif masyarakat, sedangkan pada
pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian konfl ik faktor irasional, faktor etnosentrismelah yang
bukanlah semata-mata disebabkan sikap negatif memiliki hubungan paling kuat terhadap
masyarakat. Ada faktor lain yang sebenamya lebih pembentukan sikap negatif masyarakat.
berperan namun sulit untuk diidentifikasi sebagai 3. Konflik antara masyarakat dengan perusahaan
penyebab keenganan masyarakat untuk berdialog adalah bersifat konflik nonrealistis, sebab
dengan pihak perusahaan dan pemerintah dalam faktor-faktor irasional yang lebih memiliki
menyelesaikan konflik. Faktor tersebut adalah hubungan dengan pembentukan sikap ma-
adanya kondisi traumatik di kalangan masyarakat syarakat, sedangkan pada faktor rasional
atas benturan dan disharmonisasi tatanan sosial hanyalah pada faktor penerimaan bantuan.
masyarakat pada masa lalu. Kondisi tersebut 4. Ketidakmungkinan penyelesaian konflik an-
masih membekas dan membawa ketakutan yang tara masyarakat dengan PT IIU/TPL lebih
besar pada masyarakat. Warga menjadi enggan dipengaruhi oleh faktor irasional, sedangkan
untuk berkomentar dan mengungkit konflik yang faktor-tbktor rasional tidak berhubungan
dianggap menjadi penyebab kerusuhan sosial. sama sekali. Halini membuktikan bahwa-
Untuk menghindari terulangnya benturan tersebut, sannya konflik yang bersifat nonrealistik
masyarakat lebih memilih pasif dan menjauhi merupakan penyebab tidak dimungkinkannya
polemik tentang keberadaan PT IIU/TPL di penyelesaian konflik.
Porsea.

37
Tua I lasiholan l"lutabarat

5. Sikap negatif masyarakat ternyata memiliki DAFT'AR PUSTAKA


hubungan den gan ketidaknrungkinan penye le-
saian konflik antara masyarakat dengan PT Cormick. Gerald. Norman Dale, Paul Emond, S.,
IIU/TPL. Pembuktian ini jelas menunjukkan Genn Sigurdson, dan Ban)' f). Stuart, 1996.
bahwa sikap negatif masyarakat merupakan
Building Consensus.fitr a Sustainable Future,
sumber tidak terselesaikannya konflik. Tang-
gapan-tanggapan dari masyarakat terhadap Putting Principles into Practice. Natural
perusahaan, pemerintah dan aspek-aspek yang Round Thble on The Environment and
mendukung penyelesaian konflik temyata Economy, Ottawa, Toronto.
bersifat negatif, sehingga menyebabkan FisheE Simon, Jawe Ludin, Steve Williams,
pendekatan Alternatif Penyelesaian Konflik Dekhan lbrahim Abdi, Richard Smith, dan
(APK) tidak relevan untuk diterapkan. Sikap Sue Williams. 2000. Mengelola Konflik,
masyarakat menunjukkan penolakan jika Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak.
konflik diselesaikan melalui pendekatan APK. The British Council, Jakarta.
Coser, Lewis. 1956. The Fttnctions of Sosial
B. Saran Conflict. The Free Press, New York.
Konflik yang berlangsung antara masyarakat Vredenbregt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik
Sosorladang dan umumnya masyarakat Porsea Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia
merupakan konflik nonrealistis, sebab ternyata Jakarta.
faktor yang lebih rnempengaruhi pembentukan Folger, Joseph P. and Marshal Scott Poole, 1984.
sikap negatif masyarakat adalah faktor-faktor Working Through Conflict, A Communication
irasional, yakni; etnosentrisme, kecemburuan,
Perspective, Scott Foresman and Company
solidaritas dan prasangka. Perdebatan tentang pe-
nyebab perlawanan dan penolakan masyarakat Glenview, lllinois, USA.
ternyata salah tempat. Artinya, yang menjadi dasar Rachbini, Didik, J. l990, "Petani, Pertanian
kebencian masyarakat pada PT llUlTPL bukanlah Subsisten dan Kelembagaan Tradisional,
dampak perusahaan pada lingkungan, kerugian Suatu Tinjauan Teoritis" Prisnra, 3,65'73.
yang diderita masyarakat ataupun terbatasnya Johnson, Paul Doyle. 1990. Teori Sosiologi Klosik
akses masyarakat terhadap sumberdaya alam. dan Modern. Gramedia Pustaka Utama,
Berdasarkan hal itu, keberadaan industri harus- Jakarta.
lah mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal. Nurdu'A, M. Arief dan Nursyam B. Sudharsono.
Jika terjadi marginalisasi terhadap nilai-nilai l99l . A.spek Hukum Pernyelesaian Masalah
tersebut, maka konsekuensinya sangat berat. Bukan dan Kerusakan Lingkungan Hidup. Satya
saja pengkritisan atas kinerja sebuah industri dan
Wacana, Semarang.
dampaknya terhadap lingkungan hidup yang akan
Dixon, Thomas F, Homer, 1991. "Environmental
muncul, namun dapat berakhir dengan penolakan
Changes as Causes o/' Ac'cute Conflict",
terhadap eksistensi sebuah industri. Ketika kondisi
itu terjadi dan telah menyentuh keberadaan sebuah International Security, 16, 76-1 16.
entitas budaya, maka proses penyelesaian konflik Ghai, Dharam. 1994. "Environment Livelihood
akan semakin sulit. and Powerment", Development and Change.
Walaupun sulit untuk menyelesaikan sebuah 25, l-l l.
konflik yang bersifat nonrealistis. namun minimal Colchester, Marcus. 1994, "Sustaining The
pihak-pihak yang memiliki keinginan dan otoritas Forests: The Community Based Approach in
penyelesaian konflik dapat memiliki pegangan South and South East Asia", Development
dalam menyelesaikan konflik sumberdaya alam. and Change,2l, 69-93.
Fokus penyelesaian tidak hanya cukup dengan Abimanyu, Anggito dan Poppy lsmalina, 1995.
memunculkan konsep-konsep ekonomi dan bio- "Ekonomi Global dan Dampak Lingkungan".
fisik belaka. Jika konflik sumberdaya alam sudah Makalah pada Seminar Nasional Lingkungan
bersifat nonrealistis, maka titik berat penyelesaian H idup Setrajana. Faku ltas Fisipol. Universitas
harus adalah pada faktor-faktor yang bukan Gadjah Mada.
merupakan substansi konflik. Kenrampuan untuk Rahail, J.P. 1995, "Kearifan Budaya Masyarakat
mengidentifi kas i faktor-faktor tersebut akan mem u- Lokal Melestarikan Lingkungan Hidup",
dahkan langkah rekonsiliasi antara sebuah industri csrs. 6.417-420.
dengan masyarakat.

38
Sumber Konflik

Kusumaatmadja, Sarwono. 1995. "Sumbangan Mitchell, Bruce, B. Setiawan, dan Dwita Hadi
Kearifan Tradisional Terhadap Upaya Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan
Pelestarian Lingkungan Hidup: Sebuah Lingkungar, Gadjah Mada University Press,
Pengantar", CSIS, 6, 413-416. Yogyakarta.
Yazid, TM., Luthfi, 1995. Mendayagunakan American Arbitration Association (AAA), 2000.
ADR dalam Sengketa Lingkungan Hidup, A. Beginners Guide Tb Alternative Dispute
Yogyakarta lnstitue For Environmental Re s o I tt t io n, ht tp : //www. adr. o rg
Research, Yogyakarta. Hardjasoemantri, Koesnadi. 2000. Hukum Tata
Suharko, 1997. "Industri, Dampak Lingkungan Lingkungar. Gadjah Mada University Press,
dan Konflik Sosial, Analisis Data Sekunder Yogyakarta.
Terhadap Hasil Monitoring Lingkungan Margono, Suyud. 2001 . ADR dan Arbitrase, Proses
Perusahaan Pertambangan Unocal Kaltim", Pelembagaan dan Aspek Hukum. Ghalia
Laporan Penelitian. Jurusan Sosiologi FISIP- Indonesia, Jakarta.
UGM. Simanjuntak, B.A. 2001. Konfik Status dan
Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jendela,
Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Keraf, Sony. 2000. "lntervensi Negara dalam Media Surat Kabar
Penyelesaian Konflik Lingkungan Hidup".
Ozon, Vol. 2 No. 8, Mei 2001
Makdlah pada Seminar Nasional Penyelesaian
Realita Pos, Kamis,2l Desember 1998
Konflik dengan Pendekatan Tepat Guna, Gema Reformasi, Minggu Ke-lV, Nopember 1998
PPLH LP-UIL Yogyakarta.
Harian Sinar Indonesia Baru, I September 1998

39

Anda mungkin juga menyukai