25-39
Pusat Studi Lingkungan Hidup
Univers itas Gadj ah Mada
Yogyakorta, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini mengkaji konflik lingkungan yang terjadi antara masyarakat Porsea dengan PT. Inti Indorayon
Utama flru). Konflik ini tedadi berkepanjangan karena tidak bertemunya faktor-faktor rasional dan irasional.
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana factor-faktor yang irasional bekerja dalam penyelesaian konflik
melalui Altemative Dispute Resolution (ADR). Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif melalui
survai baik dengan kuesioner maupun interview. Penelitian ini menemukan bahwa dari 4 faktor rasional yang
dipertimbangkan dalam penyelesaian konflik hanya faktor penerimaan bantuan yang berkorelasi dengan
pengembangan sikap masyarakat. Adapun faktor-faktor irasional memiliki relasi, dan faktor etnosentrik
manjadi faktor yang paling berpengaruh.
Abstract
This research was carried oul based on an environmental conflict phenomenon between Porsea people,
especially Sosorladang, and PT Inti Indorayon (ltama or Toba Pulp Lestari (PT IIU/TPL). Occured.four years,
the confict is dfficult to resolve due to some irrational .factors aside .from rational ones that should have
made the confict resolution realistic. The research aims to identify how the nonrealistic confiict influences
an unfeasibility of solution through an approach o.f Alternative Dispute Resolution (ADR). The method used
was a combination of survey and descriptive approaches. The main means of data collection is questionnoire
supported by in-depth interview and directfield obsen,atbn, including the company environment. Data derived
from questionnaire and interview were analyzed by exomining their correlation. The result of the correlation
test show thal amongfour rationalfactors considered, only aid acceptancefactor that has relation in building
up the socielal attitude. The irrational.factors prove o real relationship, and the ethnocentric.factor become the
most influental.factor It is proven that the conflict between the inhahitant and company is due lo a nonrealislic
.factor
Key words; conflict, Alternative Dispute Resolution (ADR), rational and irrational.factors
25
Tua Hasiholan Hutabarat
Kctcrangan:
Konflik Utama
-re'rv Kontlik
Aliansi
Lebih Kecil
- flslsngan Kuat
Gambar l. Peta Konflik -
26
Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. I, Maret 2004, hal. 25-39
Pusat Studi Lingkungan Hidup
Universitas Gadj ah Mada
Yog,takarta, Indones ia
Abstrak
Penelitian ini mengkaji konflik lingkungan yang te{adi antara masyarakat Porsea dengan PT. Inti Indorayon
Utama flfQ. Konflik ini tedadi berkepanjangan karena tidak bertemunya faktor-faktor rasional dan irasional.
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana factor-faktor yang irasional bekerja dalam penyelesaian konflik
melalui Alternative Dispute Resolution (ADR). Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif melalui
survai baik dengan kuesioner maupun interview. Penelitian ini menemukan bahwa dari 4 faktor rasional yang
dipertimbangkan dalam penyelesaian konflik hanya faktor penerimaan bantuan yang berkorelasi dengan
pengembangan sikap masyarakat. Adapun faktor-faktor irasional memiliki relasi, dan faktor etnosentrik
manjadi faktor yang paling berpengaruh.
Abstract
This research was carried out based on an environmental confict phenomenon between Porsea people,
especially Sosorladang, and PT Inti Indorayon Utama or Toba Pulp Lestari (PT IIU/TPL). Occured.four years,
the confict is dfficult to resolve due to some irrational .factors aside.from rational ones that should have
made the confict resolution realistic. The research aims to identify how the nonrealistic conflict influences
an unfeasibility of solution through an approach of Alternative Dispute Resolution (ADR). The method used
wos a combination of survey and descriptive approaches. The main means of data collection is questionnaire
supported by in-depth intertiew and directfeld obseruation, including the company environment. Data derived
from questionnaire and interview were analyzed by examining their correlation. The result of the correlation
test show thal amongfour rational faclors considered, onlv aid acceptance factor that has rclation in building
up the societal attitude. The irrational.factors prove a real relationship, and the ethnocentric.factor become the
most infuental.factor. It is proven that the conflict between the inhahitant and companv is due to a nonrealistic
factor.
Key words; conflict, Alternative Dispute Resolution (ADR), rational and irrationalfactors
25
Surnber Konflik
Pendekatan tersebut adalah yang paling fleksibel 412), sil-at yang belum tersentuh dan terjangkau
dan dapat mengakomodasi berbagai kepentingan, kemajuan (Rahail, 1995: 417) dan produktivitas
sehingga akan menghasilkan kesepakatan penye- pertanian berintegritas ekosistem (Mitchell, 2000:
lesaian yang saling menguntungkan (win-win 300) sedang mengalami ancaman dari organisasi
solution) antar pihak yang berkonflik. industri modern yang tamak akan sumber daya
Sebelum pendekatan ADR/APK diterapkan, alam.
maka penelitian holistik yang berusaha melihat Dampak dari kebijakan yang tidak popu-
faktor-faktor (rasional dan irasional) yang menjadi lis dari pemerintah dan industri yang meng-
penyebab konflik perlu dilakukan. Faktor-faktor eksploitasi sumber daya hutan adalah melahirkan
tersebut kemudian dihubungkan pendekatan ADR/ resistensi pada masyarakat lokal (Ghai, 1994: 4\.
APK untuk melihat kemungkinan penyelesaian Kombinasi kekuatan pemerintah yang mendorong
konflik. modernisasi telah menggiring masyarakat pada
kerusakan tatanan sosial dan ekologi (sosial and
Permasalahan ecological extinction). Hutan milik masyarakat
l. Apakah faktor rasional dan irasional mem- asli (indigenous people) telah dieksploitasi oleh
pengaruhi pembentukan sikap negatif masya- perusahaan perambah (logging companlt) luar,
rakat terhadap perusahaan? maupun domestik yang kemudian melahirkan
2. Variabel manakah di antara faktor rasional relokasi dan pengusiran masyarakat asli. Reduk-
dan irasional yang paling mempengaruhi pem- si sumber daya alam mengakibatkan ketidak-
bentukan sikap negatif masyarakat terhadap terjaminan dan kemiskinan, yang akhirnya menurut
perusahaan? Colchester (1994: 7 8-7 9) membentuk keterasingan
3. Apakah konflik antara masyarakat dengan (alienation) masyarakat pada sumber daya hutan.
perusahaan bersifat realistis atau nonrea- Secara lebih luas Dixon (1991 3-4) mengung-
listis? kapkan bagaimana degradasi dan pengurangan
4. Apakah faktor rasional dan irasional mem- pada lingkungan mengakibatkan konflik dalam
pengaruhi kemungkinan diterapkannya Alter- masyarakat. Ada6 (enam) tipe perubahan ling-
natif Penyelesaian Konflik (APKX kungan yang dapat memicu terjadinya konflik,
5. Apakah dengan sikap negatif masyarakat Desa yaitu:
I . efek rumah kaca (greenhouse ffict\ dan per-
Sosorladang terhadap perusahaan memung-
kinkan untuk diterapkannya mekanisme ubahan iklim (climate changel
Alternatif Penyelesaian Konflik (APK) dalam 2. kerusakan ozon stratosfer
penyelesaikan konflik antara masyarakat Desa 3. degradasi dan kehilangan lahan pertanian
Sosorladang dengan perusahaan? produktif
4. degradasi dan perarnbahan hutan
5. pengurangan dan polusi supply air; dan
6. hilangnya sumber tangkapan ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan pembangunan yang disponsori
Perturnbuhan ekonomi khususnya di negara- oleh pemerintah dan penanaman modal besar te-
negara dunia ketiga (termasuk Indonesia) kemu- lah rnerninggirkan hak dan memutuskan akses
dian harus dibayar mahal dengan kerusakan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam.
lingkungan. Kerusakan lingkungan kemudian Penrutusan hak lokal pada alam dan kontrol
diperparah oleh masuknya dirty industry, yakni masyarakat pada sumber inilah yang menjadi akar
industri yang merniliki kadar intensitas polutan perlawanan atau konflik sosial (Ghai, 1994: 5).
yang relatif tinggi (Abimanyu dan Poppy, 1995:
lZ) melalui kebijakan-kebijakan pembangunan l. Alternatif Penyelesaian Sengketa
di negara-negara dunia ketiga semata-mata bagi Lingkungan
kebutuhan pertumbuhan ekonomi. Ironisnya elemen Sistem hukum Indonesia mengenal mekanisme
masyarakat yang paling sering menderita akibat penyelesaian sengketa lingkungan, yang meru-
pembangunan ekonomi adalah masyarakat lokal. pakan terobosan baru guna menampung banyaknya
Potensi dinamika pola pertanian tindakan kolektif kasus-kasus sengketa lingkungan yang tidak dapat
(collective action) (Rachbini, 1990: 79), kehidupan diselesaikan, ataupun bila terselesaikan tidak
harmonis dengan alarn (Kusumaatmadja. 1995:
2l
Tua Hasiholan Hutabarat
mengandung aspek keadilan. Sebagai undang- karakteristik yang bersifat menguntungkan dalam
undang yang memayungi ketentuan hukum penge- penerapan APK.
lolaan lingkungan hidup, telah diaturpada Pasal 30, l. Sifat kesukarelaan dalam proses
Pasal 31,32, dan 33 UUPLH No. 23 Tahun 1997 2. Prosedur yang cepat
(Hardjasoemantri, 2000: 377-382). Pada pasal- 3. Keputusannonyudisial
pasal tersebut secara jelas mengatur sekaligus 4. Kontrol tentang kebutuhan organisasi
menjadi acuan bagi aturan-aturan hukum lainnya 5. Prosedur rahasia (confidential)
dalam hal penyelesaian sengketa lingkungan. 6. Fleksibilitas dalam merancang syarat-syarat
Ada dua mekanisme yang dapat ditempuh oleh penyelesaian masalah
masyarakat untuk mencari penyelesaian sengketa 7. Hemat waktu
lingkungan hidup, yakni melalui proses pengadilan 8. Hemat biaya
atau di luar pengadilan. 9. Pemeliharaanhubungan
Sebenarny a adatiga jalur penyelesaian sengketa 10.'fingginya kemungkinan untuk melaksanakan
yang lazim dijalankan dalam setiap negara, yakni kesepakatan
penyelesaian sengketa di pengadilan (yuridis), I l. Kontrol dan lebih mudah memperkirakan
mekanisme politis dan administratif. Pendekatan hasil
politis dilakukan oleh politisi melalui pertimbangan 12. Keputusan bertahan sepanjang waktu
nilai dan kepentingan yang berbeda. Kemudian
pendekatan administratif yang dilakukan melalui Karakteristik-karakteristik tersebut merupakan
organisasi pengelolaan sumber daya yang secara suatu keuntungan sehingga pendekatan APK
resmi dibentuk dan memberikan kesempatan lebih memungkinkan dapat diimplementasikan
pada para birokrat untuk mengambil keputusan dalam rnenyelesaikan sengketa lingkungan saat
tentang suatu sengketa, dan yang terakhir adalah mekanisme legal formal mengalami kegagalan.
pendekatan yuridis atau hukum dilakukan melalui
pengadilan (Mitchell, 2000: 367-368).
2. Landasan Teori
Pendekatan kontemporer dalam penyelesaian
sengketa lingkungan saat ini adalah pendekatan Penelitian ini didasarkan pada suatu realitas
alternatif penyelesaian konflik (APK) atau konflik yang tidak terselesaikan. Mengenai rea-
yang lebih dikenal dengan Alternative Dispute litas konflik, Lewis Coser pada bukunya, "The
Resolution (ADR). Pendekatan ini merupakan Function.s of Social Conflict ", (dalam Johnson,
altematif terhadap kelemahan berbagai pendekatan 1990: 202) pembedaan antara konflik realistis
penyelesaian sengketa lingkungan lain. Pendekatan dan konflik nonrealistik. Secara gamblang Coser
penyelesaian sengketa melalui lembaga pengadilan (1956: 49) menjabarkan konflik realistik sebagai
berlangsung dalam suatuproses formal beracara pada berikut:
rangkaian persidang an (i udicial process),sedangkan "... Conflicts which arise fro^ frustation of
pendekatan APK merupakan kebalikannya yakni spectfic demands within the relationship and from
mengupayakan penyelesaian sengketa di luar estimates o/-gains of participants, and which are
institnsi pengadilan (Yazid, 1995: 2). directed at the presumed.fnrstating oh.ject, can be
Ada beberapa tipe pendekatan dalam APK, called realistic confict ... "
yakni mediasi, negosiasi, arbitrase, fasilitasi dan Pernyataan ini memiliki arti, konflik realistik
berbagai tipe lainnya. Inti pendekatan ini adalah adalah konflik yang muncul sebagai akibat dari
menekankan pada terciptanya konsensus antara kondisi frustasi yang dialami oleh partisipan ketika
pihak-pihak yang bersengketa dengan bersama- tuntutan dari suatu hubungan tidak tercapai. Roy
sama memaksimalisasi kemampuan menyusun (dalam Burton, 1990: 126) menyatakan hal yang
suatu proses penyelesaian. Dengan kata lain, sama. Ia mendasarkan munculnya konflik dari
mekanisme konsensus dapat menghasilkan kese- perspektif kebutuhan dasar manusia (basic human
pakatan melalui tindakan bersama antar partisipan needs). Ketika kebutuhan dasar manusia tidak ter-
untuk kemudian menyadari berbagai aspek per- penuhi. maka akan muncul keadaan frustasimaupun
bedaan tanpa ada perubahan hak suatu kelompok tertekan yang bersifat manifes. Jika keadaan ter-
terhadap kelompok lain (Cormick, 1996 4). sebut berlanjut maka dapat rnendistorsi perilaku
Mekanisme APK memiliki daya tarik khusus ke arah konflik. Namun konflik nonrealistik adalah
yang penerapannya membawa keuntungan. sebaliknya. Konflik nonrealistik adalah konflik
Margono (2000: 4l -43) mengidentifikasi beberapa yang sekedar bersifat antagonistik belaka, tanpa
28
Sumber Konflik
terkait dengan isu yang mendasari konflik. Tentang mengakibatkan putusnya hubungan, apalagi jika
konflik nonrealistik, Coser mengatakan: terjadi pada hubungan dengan keeratan emosional
Non realistic confiicts, on the other hand, tinggi. Konflik seperti ini dapat menimbulkan
although still involving interation between two or meledaknya konflik secara tiba-tiba dan parah,
more per.sons, are not occasioned by the rival end dirnana ketegangan dan permusuhan yang teraku-
of the antagonist, but by the need for tension releose mulasi akan meledak dalam bentuk amukan
of at least one of them. In this case the choice of' keras. Kedua, adalah nrengelakkan perasaan
anlagonisl depends on determinants. not directly bermusuhan itu dari sumber yang .sebenarnya,
related to a conlentious i.ssue and i.s not orienled dan mengembangkan suatu saluran alternatif
toward the attainment of specific nrles..." untuk rnengungkapkannya yang disebut katup
Perbedaan konflik realistis dan nonrealistis pengamanan (safety valve). Ketiadaan mekanisme
menurut Coser akan berdampak pada sifat peredarnan konflik tersebut akan memunculkan
pemecahannya. Konflik yang realistik diarahkan kekerasan dan menghancurkan struktur sosial.
pada objek konflik, sedangkan konflik nonrealistik Salah satu teori yang berkaitan dengan ketidak-
adalah konflik yang membelok dari objek konflik percayaan adalah teori kesalah pahaman antar
yang sebenarnya. Konflik yang nonrealistik budaya. Pada teori ini diasumsikan bahwa konflik
lebih sulit untuk didefinisikan, tidak terkontrol, disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-
dan keluar dari isu yang sebenarnya (Folger dan cara komunikasi di antara berbagai budaya yang
Marshal, 1984: 6). Konflik akan cenderung bersifat berbeda. Pola penyelesaian kemudian diarahkan
realistis daripada nonrealistis jika kebenaran dari untuk menambah pengetahuan pihak-pihak yang
kepentingan-kepentingan yang bertentangan itu mengalami stereotype negatif tentang pihak lain,
diterima secara eksplisit daripada diingkari. Saat dan meningkatkan keefektifan komunikasi antar
kepentingan antar pihak yang beroposisi diterima, budaya (Fisher. et al, 2000: 8). Dalam teori ini
maka terbuka kemungkinan untuk melakukan unsur stereotype n"remegang peranan penting
perundingan dan menekan perbedaan-perbedaan meryadi penyebab munculnya konflik. Untuk itu
yang menjadi rangsangan utama perubahan sosial dalarn penyelesaiannya di.iadikan fokus yang harus
(Johnson, 1990:202). dipecahkan. Stereotype merupakan pandangan
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap (image) umum suatu kelompok tentang kelompok
konflik nonrealistis adalah adanya karakter lain atau tentang sejumlah orang (Johnson, 1996:
etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu 223). Stereotype sangat penting bagi pembentukan
bentuk kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada konflik, sebab menjadi dasar individu atau ke-
kelompok sendiri, disertai prasangka terhadap lompok dalam memperlakukan orang lain.
kelompok etnis atau bangsa lain. Masyarakat Interaksi antar kelompok banyak dipengaruhi oleh
dengan karakter etnosentrisme yang tinggi akan gambaran stereotype salah, akan memunculkan
menanamkan rasa nasionalisrne dan menuntut konflik. Unsur lain yang mempengaruhi terben-
loyalitas dan pengorbanan pada kelompok dalarn, tuknya konflik adalah faktor kecemburuan.
disertai dengan propaganda dan kampanye- Simanjuntak (2001: 239) menyatakan bahwa
kampanye yang memperkuat tingkat emosional orang Batak Toba sangat dipengaruhi oleh budaya
kelompok (Johnson, 1996: 80-81). konflik. Budaya konflik tersebut muncul sehari-
Etnosentrisme yang tinggi dapat membentuk hari dalam bentuk kecemburuan antar sesama.
suatu sikap ketidakpercayaan terhadap kelompok Kecemburuan adalah nilai tradisional Batak'loba
outgroup. Kesadaran kolektif yang didasarkan oleh yang dikenal dengan nama: late (cemburu) dan
keseluruhan kepercayaan normatif dan kemudian e I a t (dengki). P e n gej awa n t a h an kecemburuan dan
diperkuat oleh adanya konflik akan semakin kedengkian diwujudkan dalam persaingan dengan
memperkental perasaan ingroup-outgroup dan cara perlombaan, pamer kekayaan, kepintaran
mempertegas garis batas dengan kelompok lain. atau keahlian dan kepongahan ketika bersaing
Jika keadaan tersebut dibiarkan tanpa adanya tanpa kemampuan yang wajar. Karakter ini
komunikasi, dan dibiarkan ditekan (repressecll masih menguasai orang Batak Toba dan menurut
dalam waktu lama maka seperti yang dikatakan Simanjuntak sebagai penyebab utama munculnya
Coser (dalam Johnson, 1990: 201), mengakibatkan konflik.
dua hal. Pertama. dipendamnya konflik dapat
29
'l ua Hasiholan Hutabarat
Ket.
-------+ Pemanfaatan
I Pembagian
.) Dampak
Sumber : diolah sendiri
30
Sumber Konflik
lah wawancara secara mendalam terhadap bebe- dengan menggunakan bahasa yang mudah di-
rapa responden kunci, yakni kepada para tokoh mengerti oleh responden. Hal ini dilakukan
masyarakat, pihak perusahaan, maupun kepada untuk menghindari kesalahan jika diisi secara
beberapa orang responden. langsung oleh responden. Wawancara mendalam,
dokumentasi dan observasi dilakukan untuk
3. Kesulitan Penelitian memperoleh data kualitatif, seperti sikap, kelakuan,
Ada beberapa kendala yang ditemui di la- pengalaman, sifat khas dan harapan manusia
pangan, sehingga membuat proses penelitian tidak
(Vredenbregt, 1978: 84). Alat yang digunakan
maksimal seperti yang direncanakan. Adapun dalam wawancara mendalam adalah panduan
kendala-kendala tersebut adalah:
wawancara bersifat terstruktur, dan terbuka tak
l. Kondisi ketakutan dan traumatis masyarakat terstruktur.
terhadap masa lalu
2. Minimnya data sekunder dari Desa. Dapat T.Variabel Penelitian
dikatakan administrasi Desa Pangombusan
l) Variabel Rasional
dan Tangga Batu I tidak berjalan sebagaimana
Adapun yang termasuk dalam variabel rasional
mestinya sehingga data jumlah penduduk,
dalam penelitian ini adalah:
monografi desa tidak diperoleh.
l. Tingkat pengetahuan masyarakat
2. Akses terhadap sumber daya alam
4. Unit Penelitian 3. Tingkat kerugian yang diterima masyarakat
Unit penelitian adalah kepala keluarga, dise- 4. Perolehan bantuan
babkan s istem kekerabatan Batak Toba yang bersifat
patrilineal. Sistem patrilineal menjadikan seorang
2) Variabel lrasional
kepala keluarga (ayah) memiliki peran yang sangat
Beberapa variabel irasional dalam penelitian
dominan dalam mengambil keputusan, baik urusan
ini adalah:
internal keluarga maupun dalam hubungan sosial
budaya.
l. Etnosentrisme
2. Kecemburuan
3. Solidaritas
5. Populasi Penelitian 4. Prasangka
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Sosorladang, Kecamatan Porsea
3) Sikap
berjumlah 120 KK. Berdasarkan jumlah kepala
Merupakan variabel terpengaruh (variabel de-
keluarga tersebut, maka diputuskan sampel sama
penden), sebagai akibat dari pengaruh variabel
dengan populasi. Pada saat penyebaran kuesioner,
rasional dan irasional terhadap keberadaan per-
ternyata ditemui 25 KK menolak, atau hanya 95
usahaan.
orang yang bersedia mengisi kuesioner. Jumlah
tersebut dinyatakan sudah mewakili populasi
sehingga layak dijadikan sampel penelitian. 4) Alternatif Penyelesaian Konflik (APK)
Merupakan variabel terpengaruh (variabel de-
pendeir) sebagai akibat dari pengaruh variabel
6. Cara Pengumpulan Data sikap.
Data primer yang diperoleh melalui kuesioner
dilakukan secara langsung oleh tenaga lapangan,
3l
Tua Hasiholan Hutabarat
i"F-i
lR ["i.lt,.f"*gli$.::g,.:] i'--=Kcfrim{'-"-"i
i
i
ie !
I i
ngar,nrrr. i
is i i" iLi#"tiiiinP*:] I
..-_..-....."..-."_..-J
ir
:o
i
i i- it*,ri*-p..*-"."1
i
int i
I
rl
lAl tlifi"{iirisl'9q'ry*i ,J
I
i,-.+
I
i.r.j
sIKAP |",-4liiq*i
i t-.d;,;*1.-*;r;iJ
lr
iFl
. plqiiit$:,i',:.^."i
ii;i
in i i" !!
ii
i:
:A
is [ !ciiir$: ll::]
i_""*""""""i
II i-*^iiotffiiiiffi*."*i i-*Koi.T'flrf*-j
iO
!v
1.,,.,..,.,..,,....,,...,,....,..-,,...----.-.-,.-i
iN
!
iNOWng,eusTII{l
i
i- :t*:*sti"::.:i i..,*.........*.--.--^.--.*..*.--...*--i
,ii
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN but tidak memiliki bukti-bukti kuat dan dapat
dipertanggungiawabkan secara ilmiah. Masing-
masing pihak yang bersengketa saling melontarkan
1. FaktorYang Berhubungan dengan
argumentasi berdasarkan studi-studi yang pernah
Pembentukan Sikap Masyarakat.
dilakukan. Selama beberapa tahun polemik
Beberapa faktor yang dianggap menjadi pe-
berlangsung temyata kata sepakat tentang faktor
nyebab penolakan dan terbentuknya sikap ne-
penyebab terbentuknya sikap negatif dan penolakan
gatif masyarakat terhadap PT Iru/TPL adalah
masyarakat tersebut tidak pemah tercapai. Pihak-
adanya pemahaman atau pengetahuan masyarakat
pihak yang terlibat tetap bersikukuh pada prinsip
terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan
dan alasan masing-masing.
perusahaan, terputus atau terbatasnya akses ma-
Dikarenakan adanya polemik tersebut maka
syarakat pada sumberdaya alam, besarnya ke-
pada penelitian ini dilakukan uji terhadap faktor
ruglan yang diderita masyarakat dan rendah atau
rasional tersebut unfuk melihat kebenaran dari
minimnya bantuan atau kontribusi perusahaan
keempat faktor ras ional yang diindikasikan menj adi
terhadap masyarakat lokal.
dasar pembentukan sikap negatif masyarakat.
Keempat faktor tersebut diidentifikasi memiliki
Berdasarkan hasil analisis statistik dan data
hubungan dengan terbentuknya sikap negatif
kualitatif berupa hasil wawancara mendalam
masyarakat terhadap PT Iru/TPL. Walaupun
terhadap beberapa responden ternyata dari empat
fbktor rasional yang dijadikan dasar penolakan
faktor rasional yang diindikasikan menyebabkan
tersebut telah berdampak pada penutupan per-
sikap penolakan masyarakat, ternyata hanya faktor
usahaan, namun banyak pihak, termasuk pihak
tingkat bantuan yang memiiiki hubtngan yang
perusahaan, pemerintah dan beberapa konsultan
signifikan.
independen masih dianggap bersifat indikatif.
Artinya, dasar-dasar penolakan masyarakat terse-
32
Sumber Konflik
Faktor-faktor yang selama konflik berlangsung sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat
dianggap mempengaruhi perlawanan masyarakat menilai, sejak perusahaan beroperasi tidaklah
ternyata tidak terbukti. Salah satunya adalah faktor terlalu berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat
tingkat kerugian dan akses terhadap sumberdaya dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
alam. Tanggapan dari masyarakat tentang intensitas di sekitar tempat tinggal mereka, seperti hutan
kerugian merupakan salah satu bukti bahwasanya dan lahan disekitar kawasan Hutan Tanaman
selama PT IIU/TPL beroperasi telah menyebabkan lndustri (HTI). Masyarakat masih memiliki kebe-
kerugian bagi masyarakat. basan untuk membuka lahan perladangan baru
Masyarakat yang menyatakan bahwasanya dibeberapa areal yang berdekatan dengan tapak
operasional perusahaan telah menyebabkan keru- pabrik dan HTI. Satu-satunya faktor rasional yang
gian dalam intensitas sering sekali hanya 33,7oA, berpengaruh terhadap sikap negatif masyarakat
sedangkan yang memberi tanggapan kadang- hanyalah rendahnya bantuan atau kontribusi
kadang sebanyak 66,3oh. Hal itu menunjukkan perusahaan terhadap masyarakat" Walaupun pihak
tidaklah selalu kegiaan PT IIU/TPL di Porsea manajemen perusahaan (khususnya HUMAS
menyebabkan kerugian bagi masyarakat, bahkan PT IIU/TPL) menyatakan telah menyalurkan
beberapa responden menyebutkan beberapa ke- dana yang cukup terhadap pembangunan dan
untungan yang diperoleh ketika perusahaan ber- kesejahteraan masyarakat namun temyata tidak
operasi. Kondisi serupa juga terjadi pada tang- dinikmati oleh masyarakat.
gapan masyarakat terhadap faktor akses pada
_13
Tua Hasiholan Hutabarat
Sebagian besar dana jatuh ke pihak-pihak Selama konflik berlangsung memang ada beberapa
yang tidak berhak menerima, seperti organisasi- pihak yang menghubungkan penolakan masyarakat
organisasi kepemudaan dan elit pemerintah mau- terhadap faktor nilai-nilai budaya Batak Toba.
pun masyarakat. Hotman Siahaan pernah mernbuka suatu wacana
Faktor lain yang memiliki hubungan dalam baru yang selama konflik berlangsung tidak men-
pembentukan sikap negatif masyarakat adalah dapat perhatian serius dari pihak-pihak yang
faktor irasional, yakni etnosentri sme, kecemburuan, bersengketa. Ia menilai telah terjadi marginalisasi
solidaritas dan prasangka. Faktor-faktor tersebut terhadap nilai-nilai budaya masyarakat lokal oleh
sangat mempengaruhi perilaku orang Batak Toba budaya industri yang dibawa oleh perusahaan.
dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki Masing-masing budaya memiliki kepentingan
prinsip hidup Hamoraon (kekayaan), Hagabeon yang berbeda satu sama lain sehingga dapat menim-
(kebesaran) dan Hasangapon (kebijaksanaan) dan bulkan sumber konflik.
memiliki struktur sosial Dalihan Na Taolu yang Melalui proses pengujian, terlihat bahwa
berisi nilai-nilai hidup yang tampak (overt culture) faktor etnosentrisme, kecemburuan, solidaritas
orang Batak Toa juga dipengaruhi oleh covert dan prasangka memiliki hubungan dengan sikap
culture, yakni nilai-nilai budaya laten yang sering negatif masyarakat. Berdasarkan fakta tersebut,
kali lebih berpengaruh. Budaya laten tersebut jikadihubungkan dengan teori Lewis Coser
sering disingkat dengan HOTEL(hossom, teal, elat maka konflik antara masyarakat dengan PT IIU/
dan late). Makna yang dikandung istilah tersebut TPL merupakan konflik yang bersifat realistis.
pada intinya adalah kedengkian, kecemburuan Faktor yang dianggap lebih berpengaruh terhadap
dan prasangka terhadap pihak lain, khususnya perlawanan dan penolakan masyarakat ternyata
yang dianggap lebih berhasil dalam status sosial tidak terbukti. Penolakan masyarakat ternyata
ekonomi. Berlandaskan budaya laten tersebutlah tidaklah berdasarkan pada masalah kerusakan
maka dilakukan pengujian terhadap faktor irasional lingkungan dan'kerugian yang diakibatkan oleh
dalam pembentukan sikap masyarakat. operasional perusahaan namun telah bergeser
Hasil pengujian keempat faktor irasional pada hal-hal di luar konflik, yakni etnosentrisme,
tersebut ternyata menunjukkan hasil yang signifi- kecemburuan, solidaritas dan prasangka.
kan dalam membentuk sikap negatif masyarakat.
34
Sumber Konflik
35
Tua Hasiholan Hutabarat
36
Sumber Konffik
Y Z
Y Pearson Correlation 1,000 -,326**
Sig. (2-tailed) t ,001
N 95 95
Z Pearson Conelation -,326** 1,000
Sig. (2-tailed) ,001
N 95 95
**Correlation is significant at the 0.01 level
37
Tua I lasiholan l"lutabarat
38
Sumber Konflik
Kusumaatmadja, Sarwono. 1995. "Sumbangan Mitchell, Bruce, B. Setiawan, dan Dwita Hadi
Kearifan Tradisional Terhadap Upaya Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan
Pelestarian Lingkungan Hidup: Sebuah Lingkungar, Gadjah Mada University Press,
Pengantar", CSIS, 6, 413-416. Yogyakarta.
Yazid, TM., Luthfi, 1995. Mendayagunakan American Arbitration Association (AAA), 2000.
ADR dalam Sengketa Lingkungan Hidup, A. Beginners Guide Tb Alternative Dispute
Yogyakarta lnstitue For Environmental Re s o I tt t io n, ht tp : //www. adr. o rg
Research, Yogyakarta. Hardjasoemantri, Koesnadi. 2000. Hukum Tata
Suharko, 1997. "Industri, Dampak Lingkungan Lingkungar. Gadjah Mada University Press,
dan Konflik Sosial, Analisis Data Sekunder Yogyakarta.
Terhadap Hasil Monitoring Lingkungan Margono, Suyud. 2001 . ADR dan Arbitrase, Proses
Perusahaan Pertambangan Unocal Kaltim", Pelembagaan dan Aspek Hukum. Ghalia
Laporan Penelitian. Jurusan Sosiologi FISIP- Indonesia, Jakarta.
UGM. Simanjuntak, B.A. 2001. Konfik Status dan
Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jendela,
Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Keraf, Sony. 2000. "lntervensi Negara dalam Media Surat Kabar
Penyelesaian Konflik Lingkungan Hidup".
Ozon, Vol. 2 No. 8, Mei 2001
Makdlah pada Seminar Nasional Penyelesaian
Realita Pos, Kamis,2l Desember 1998
Konflik dengan Pendekatan Tepat Guna, Gema Reformasi, Minggu Ke-lV, Nopember 1998
PPLH LP-UIL Yogyakarta.
Harian Sinar Indonesia Baru, I September 1998
39