Anda di halaman 1dari 1

1) Keputusan mentri kesehatan republic Indonesia nomor 145 tahun 2007

tentang pedoman penanggulangan bencana bidang kesehatan


2) Keputusan mentri kesehatan republic Indonesia nomor 1653 tahun 2005
tentang pedoman penanganan bencana bidang kesehatan1) Keputusan
Menteri Kesehatan RI. Nomor 205/Menkes/SK/III/1999 tentang petunjuk
pelaksanaan permintaan dan pengiriman bantuan medic dari rumah sakit
Keputusan Menteri rujukan saat bencana.
Kesehatan RI 2) Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 066/MENKES/SK/11/2006
tentang manajemen sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam
penanggulangan bencana.
3) Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4) Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013


Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan
2) Permenkes 75 tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN PENANGANAN 4) Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 432 tahun 2007 tentang
DISASTER FASE TANGGAP DARURAT INTRAHOSPITAL pedoman pelaksanaan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di
Peraturan Menteri
rumah sakit
Kesehatan RI
5) Peraturan Menpan RI. Nomor 39 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
bencana di rumah sakit
MANAJEMEN BENCANA INTRAHOSPITAL
6) Peraturan menteri kes esehatan RI Nomor 75 Tahun 2019 tentang
KASUS KELOMPOK I : BOM BALI penaggulangan krisis kesehatan
7) PP23/2005 B b IV 8 Standard layanan Instansi pemerintah yang
menerapkan PPK BLU menggunakan SPM ditetapkan oleh Menteri /
pimpinan lembaga / Gub/ Bupati sesuai dengan kewenangannya

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktek Kedokteran
2) Undang-undang Republik Indonesia No 38 tahun 2014
tentang keperawatan
Undang - Undang RI
3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
4) Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723)

a) Medical Support :
• Triase
• Life Saving First Aid
• Advence Life Supports
• Prosedur khusus
b) Management Support
• Komando & Kontrol
a. Elemen dalam menejemen bencana • Off Duty Staff
• Logistik
• Keamanan Parkir & Akses (Lalu Lintas) serta Kerahasiaan korban
• Area Dekontaminasi
• Data Pasien & Alokasi Pasien
• Manajemen Orang Yang Meninggal
• Komunikasi (Rumah Sakit In & Outside)
• Media Massa & Pengunjung

Komponen pengorganisasian dalam menajemen bencana rumah sakit terdiri dari:


a) Perencanaan
Perencanaan penanggulangan bencana terdiri dari:
• Rencana tindakan yang akan dilakukan
• Siapa yang melaksanakan tindakan
• Sarana dan prasarana yang diperluka
• Prosedur standar yang harus dilakukan
b) Penyelenggaraan
Penyelenggaraan penaggulangan bencana di rumah sakit terbagi atas dua tahapan
b. Pengorganisasian
yaitu aktivasi dan deaktivasi. Penyelenggaraan penanggulangan bencana rumah
sakit perlu mempersiapkan pos komando, pusat informasi/humas, tanda evakuasi,
jalur evakuasi cepat, tempat berkumpul, tempat penilaian pasien (triase), kamar
operasi darurat, bangsal tambahan terbuka, kamar jenazah, dapur umum, gudang
logistik cadangan, pintu darurat, ramp, dan jalur hubungan dengan gedung yang
berdekatan dengan Rumah Sakit
c) Pembiayaan
d) Komunikasi
e) Operasional
SISTEM PENGELOLAAN BENCANA Elemen dalam manajemen bencana dan
INTRAHOSPITAL pengorganisasian

a. Proses penyiapan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Unit Gawat
Darurat (melalui telepon atau radio). Kepala penanganan korban massal yang ditunjuk
di Rumah sakit harus mengaktifkan rencana penanganan korban massal. Dan mulai
memanggil tenaga penolong yang dibutuhkan.
b. Mobilisasi
Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga Penanggulangan
Bencana di Rumah Sakit akan segera diberangkatkan ke lokasi kejadian. Jika bencana
c. Manajemen
tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari Rumah Sakit, tim tersebut hanya
Pengelolaan bencana
akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.
Intrahospital
c. Pengosongan Fasilitas Penerima Korban
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di Rumah Sakit untuk menampung
korban bencana massal yang akan dibawa ke Rumah Sakit tersebut. Untuk menampung
korban, Pos Komando Rumah Sakit harus segera memindahkan para penderita rawat
inap yang kondisinya telah memungkinkan untuk dipindahkan.
d. Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit
Daya tampung Rumah Sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur
yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban..

1. System pengelolaan bencana yang ada saat ini masih belum optimal, khususnya apabila
ada kejadian bom, yang dapat menyebabkan korban meninggal dan cidera cukup banyak.
Belum ada nya pelatihan dan sosialisas hospital disaster plan terkait bencana BOM belum
ada. Di Rumah Sakit hospital disaster plan hanya berfokus pada internal RS saja, seperti
apabila ada kebakaran dan gempa bumi.

Masalah yang terjadi


2. Terkait kesiapsiagaan SDM dalam menghadapi bencana, khususnya bencana BOM di
Rumah Sakit khususnya di IGD masih kurang. Melihat kejadian BOM Bali 1 pada tanggal 12
oktober 2020 yang menyebabkan 202 orang meninggal dunia dan 209 luka ringan sampai
berat. Apabila di hubungkan jumlah tenaga yang ada dengan kompetensi pelatihan
tentang bencana khususnya BOM masih kurang dengan jumlah korban yang ada,
penanganan para korban bencana di rumah sakit tidak akan maksimal.

a. Distribusi; Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah dinas kesehatan. Pada saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari
dalam/luar negeri diterima oleh dinas kesehatan berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dan didistribusikan oleh dinas kesehatan.
Pendayagunaan tenaga
SDM
b. Mobilisasi.
Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada saat
dan pasca bencana bila masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat ditangani oleh
daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional, nasional dan internasional.

Pengorganisasian satu komando sangat penting karena merupakan bentuk dari mengkoordinasikan secara
rasional berbagai kegiatan dan sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui pengaturan
pembagian kerja dan fungsi menurut jenjangnya secara bertanggung jawab. Dengan adanya pembagian tugas
dan fungsi antar unit dalam upaya penanggulangan bencana tersebut, diharapkan tentunya setiap unit dapat
bekerja seoptimal mungkin dalam membantu semua masyarakat korban bencana, baik bencana eksternal
maupun bencana internal

MANAJEMEN SDM DALAM PENGELOLAAN Pengorganisasian satu Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan krisis yaitu
BENCANA INTRAHOSPITAL komando a. Tim reaksi cepat
Tim reaksi cepat merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi bencana yang terdiri dari pelayanan medik,
surveilans epidemiolog/sanitarian, dan petugas komunikasi.
b. Tim penilaian cepat (tim RHA)
Tim ini dapat dijalankan bersamaan dengan tim reaksi cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam yang terdiri dari dokter
umu, epidemiolog, dan sanitarian
c. Tim bantuan kesehatan
Tim bantuan kesehatan digunakan sesuai dengan kebutuhan setelah tim reaksi cepat dan RHA kembali dengan pelaporan hasil di
lapangan.

Masalah sumberdaya tenaga kesehatan yang tidak terorganisasi. seharusnya pihak dari rumah sakit mulai menjalin
kerjasama dengan institusi tenaga kesehatan, seperti PPNI, IDI, dan institusi tenaga kesehatan yang lain terkait apabila
ada bencana khususnya BOM. Apabila ada bencana seperti BOM ketika RS kekurangan tenaga, maka pihak rumah sakit
bisa langsung menghubungi institusi tenaga kesehatan terkait.

Evaluasi kejadian

Pada kasus Serangan bom yang terjadi di Indonesia, peneliti menemukan beberapa masalah utama yang dihadapi selama
serangan teror di Indonesia yaitu masalah tenaga kerja, kurangnya tempat tidur, dan kekurangan sumber daya. Selain itu Burn
Units atau Burn Centers harus tersedia. Konsep Tim dalam satu komando dan komunikasi yang efektif akan banyak membantu
untuk memastikan bahwa situasi krisis yang tiba-tiba tidak membebani tenaga dan sumber daya rumah saki

a. Perlunya kontrol dan koordinasi


b. Hazard Mapping
c. Semua sarana pelayanan medis dan pendukung diinventarisir dan disiapkan
Kesiapan Manajemen
d. Secara rutin dilakukan pemeriksaan jumlah dan kondisi/fungsi sarana dan prasarana RS
sarana dan Jejaring Antar RS
e. RS tersebut harus dapat mengidentifikasi RS yang ada di sekitarnya beserta
kapasitasnya
f. RS harus dapat membuat jejaring dengan RS di sekitarnya

a. Fasilitas dan sarana prasarana utama/inti yang diperlukan dalam penanganan bencana atau
dalam situasi emergency yang terdiri beberapa komponen utama: pos komando;diharapkan
dalam ruangan ini terdapat : Peta RS, Peta kota tersebut dan propinsi, Alat komunikasi (telepon
dan radio frekuensi), Komputer, printer dan internet, Televisi, Nomer-nomer telepon penting
(karyawan dan RS terdekat), Peta bangunan sekitar untuk pelebaran ruangan, Buku protap, Alur
sistem komando.

b. Humas atau pusat informasi; Papan tulis utk laporan data korban , Meja , Kursi, Telepon,
Komputer , printer dan internet, Humas yang mampu berbahasa inggris.

Pengelolaan sarana dan prasarana yang c. Dapur umum


harus dipersiapkan rumah sakit dalam
menghadapi bencana
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DALAM d. Gudang logistik untuk penerimaan bantuan; dibedakan dengan gudang logistik yang sehari-hari
PENGELOLAAN BENCANA INTRAHOSPITAL

e. Tempat berkumpulnya relawan ; relawan disini adalah relawan yang sudah siap untuk masuk
tugas di rumah sakit. Yang sudah tercatat dengan jelas oleh pihak pencatat relawan di rumah sakit
tersebut.

f. Tempat berkumpulnya keluarga pasien;

g. Surge in place atau persediaan bangsal yang ditutup ( tidak dipakai


pada saat operasional harian)

Korban bom bali kebayakan mengalami luka bakar sehingga sangat membutuhkan cairan untuk memenuhi keseimbangan
cairan yang hilang dalam 24 jam pertama selain itu sarana dan prasarana yang tersedia sehingga memudahkan penanganan
medis. evaluasi pengelolaan sarana dan prasarana pada kasus BOM Bali mengalami permasalahan yang kompleks yaitu
rumah sakit memiliki peralatan dan bahan medis yang terbatas yang tidak mencukupi rasio alat dengan korban.

Terkait dengan Burn units, sistem penanganan korban khususnya luka bakar pasca kejadian BOM di RS dengan aliran
korban yang searah ternyata sangat penting untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat mengatasi pasien yang
Evaluasi kejadian
banyak dan memastikan bahwa perawatan yang memadai dapat diberikan kepada semua korban dalam situasi korban
massal.

berdirinya burn unit di RSUP Sanglah juga merupakan salah satu respon dari pengelolaan dan manajemen rumah sakit,
yang pada saat itu terjadi banyak korban luka bakar akibat Bom Bali.
Hal ini dapat menjadi gambaran bahwasannya pemerintah dan rumah sakit telah melakukan perencaan yang baik dan
mengambil langkah tanggap dalam menghadapi isu dan permasalahan yang ada selama terjadinya bom bali.

Anda mungkin juga menyukai