a) Medical Support :
• Triase
• Life Saving First Aid
• Advence Life Supports
• Prosedur khusus
b) Management Support
• Komando & Kontrol
a. Elemen dalam menejemen bencana • Off Duty Staff
• Logistik
• Keamanan Parkir & Akses (Lalu Lintas) serta Kerahasiaan korban
• Area Dekontaminasi
• Data Pasien & Alokasi Pasien
• Manajemen Orang Yang Meninggal
• Komunikasi (Rumah Sakit In & Outside)
• Media Massa & Pengunjung
a. Proses penyiapan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Unit Gawat
Darurat (melalui telepon atau radio). Kepala penanganan korban massal yang ditunjuk
di Rumah sakit harus mengaktifkan rencana penanganan korban massal. Dan mulai
memanggil tenaga penolong yang dibutuhkan.
b. Mobilisasi
Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga Penanggulangan
Bencana di Rumah Sakit akan segera diberangkatkan ke lokasi kejadian. Jika bencana
c. Manajemen
tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari Rumah Sakit, tim tersebut hanya
Pengelolaan bencana
akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.
Intrahospital
c. Pengosongan Fasilitas Penerima Korban
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di Rumah Sakit untuk menampung
korban bencana massal yang akan dibawa ke Rumah Sakit tersebut. Untuk menampung
korban, Pos Komando Rumah Sakit harus segera memindahkan para penderita rawat
inap yang kondisinya telah memungkinkan untuk dipindahkan.
d. Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit
Daya tampung Rumah Sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur
yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban..
1. System pengelolaan bencana yang ada saat ini masih belum optimal, khususnya apabila
ada kejadian bom, yang dapat menyebabkan korban meninggal dan cidera cukup banyak.
Belum ada nya pelatihan dan sosialisas hospital disaster plan terkait bencana BOM belum
ada. Di Rumah Sakit hospital disaster plan hanya berfokus pada internal RS saja, seperti
apabila ada kebakaran dan gempa bumi.
a. Distribusi; Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah dinas kesehatan. Pada saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari
dalam/luar negeri diterima oleh dinas kesehatan berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dan didistribusikan oleh dinas kesehatan.
Pendayagunaan tenaga
SDM
b. Mobilisasi.
Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada saat
dan pasca bencana bila masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat ditangani oleh
daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional, nasional dan internasional.
Pengorganisasian satu komando sangat penting karena merupakan bentuk dari mengkoordinasikan secara
rasional berbagai kegiatan dan sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui pengaturan
pembagian kerja dan fungsi menurut jenjangnya secara bertanggung jawab. Dengan adanya pembagian tugas
dan fungsi antar unit dalam upaya penanggulangan bencana tersebut, diharapkan tentunya setiap unit dapat
bekerja seoptimal mungkin dalam membantu semua masyarakat korban bencana, baik bencana eksternal
maupun bencana internal
MANAJEMEN SDM DALAM PENGELOLAAN Pengorganisasian satu Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan krisis yaitu
BENCANA INTRAHOSPITAL komando a. Tim reaksi cepat
Tim reaksi cepat merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi bencana yang terdiri dari pelayanan medik,
surveilans epidemiolog/sanitarian, dan petugas komunikasi.
b. Tim penilaian cepat (tim RHA)
Tim ini dapat dijalankan bersamaan dengan tim reaksi cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam yang terdiri dari dokter
umu, epidemiolog, dan sanitarian
c. Tim bantuan kesehatan
Tim bantuan kesehatan digunakan sesuai dengan kebutuhan setelah tim reaksi cepat dan RHA kembali dengan pelaporan hasil di
lapangan.
Masalah sumberdaya tenaga kesehatan yang tidak terorganisasi. seharusnya pihak dari rumah sakit mulai menjalin
kerjasama dengan institusi tenaga kesehatan, seperti PPNI, IDI, dan institusi tenaga kesehatan yang lain terkait apabila
ada bencana khususnya BOM. Apabila ada bencana seperti BOM ketika RS kekurangan tenaga, maka pihak rumah sakit
bisa langsung menghubungi institusi tenaga kesehatan terkait.
Evaluasi kejadian
Pada kasus Serangan bom yang terjadi di Indonesia, peneliti menemukan beberapa masalah utama yang dihadapi selama
serangan teror di Indonesia yaitu masalah tenaga kerja, kurangnya tempat tidur, dan kekurangan sumber daya. Selain itu Burn
Units atau Burn Centers harus tersedia. Konsep Tim dalam satu komando dan komunikasi yang efektif akan banyak membantu
untuk memastikan bahwa situasi krisis yang tiba-tiba tidak membebani tenaga dan sumber daya rumah saki
a. Fasilitas dan sarana prasarana utama/inti yang diperlukan dalam penanganan bencana atau
dalam situasi emergency yang terdiri beberapa komponen utama: pos komando;diharapkan
dalam ruangan ini terdapat : Peta RS, Peta kota tersebut dan propinsi, Alat komunikasi (telepon
dan radio frekuensi), Komputer, printer dan internet, Televisi, Nomer-nomer telepon penting
(karyawan dan RS terdekat), Peta bangunan sekitar untuk pelebaran ruangan, Buku protap, Alur
sistem komando.
b. Humas atau pusat informasi; Papan tulis utk laporan data korban , Meja , Kursi, Telepon,
Komputer , printer dan internet, Humas yang mampu berbahasa inggris.
e. Tempat berkumpulnya relawan ; relawan disini adalah relawan yang sudah siap untuk masuk
tugas di rumah sakit. Yang sudah tercatat dengan jelas oleh pihak pencatat relawan di rumah sakit
tersebut.
Korban bom bali kebayakan mengalami luka bakar sehingga sangat membutuhkan cairan untuk memenuhi keseimbangan
cairan yang hilang dalam 24 jam pertama selain itu sarana dan prasarana yang tersedia sehingga memudahkan penanganan
medis. evaluasi pengelolaan sarana dan prasarana pada kasus BOM Bali mengalami permasalahan yang kompleks yaitu
rumah sakit memiliki peralatan dan bahan medis yang terbatas yang tidak mencukupi rasio alat dengan korban.
Terkait dengan Burn units, sistem penanganan korban khususnya luka bakar pasca kejadian BOM di RS dengan aliran
korban yang searah ternyata sangat penting untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat mengatasi pasien yang
Evaluasi kejadian
banyak dan memastikan bahwa perawatan yang memadai dapat diberikan kepada semua korban dalam situasi korban
massal.
berdirinya burn unit di RSUP Sanglah juga merupakan salah satu respon dari pengelolaan dan manajemen rumah sakit,
yang pada saat itu terjadi banyak korban luka bakar akibat Bom Bali.
Hal ini dapat menjadi gambaran bahwasannya pemerintah dan rumah sakit telah melakukan perencaan yang baik dan
mengambil langkah tanggap dalam menghadapi isu dan permasalahan yang ada selama terjadinya bom bali.