Anda di halaman 1dari 6

Nama: Roger Leonardo

NIM: 03051200018

Kelas: 20L2

Mata Kuliah: Hukum Pidana

1 Sebut dan jelaskan tentang sifat penyertaan!


= Ada dua pandangan ialah:

(1) Sebagai strafausdehnungsgrund (dasar memperluas dapat dipidananya orang):

• dipandang sebagai persoalan pertanggung- jawaban pidana.

• bukan merupakan suatu delik karena bentuknya tidak sempurna.

• Penganut: Simons, van Hattum, Hazewinkel Suringa.

(2) SebagaiTatbestandausdehnungsgrund (dasar memperluas dapat dipidananya perbuatan):

• dipandang sebagai bentuk khusus dari tindak pidana

• merupakan suatu delik, hanya bentuknya istimewa.

• Penganut: Pompe, Mulyatno, Roeslan Saleh.

2. Sebutkan pembagian penyertaan menurut KUHP!


= Dari ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP dapat diketahui bahwa :

a. pembuat / dader dalam Pasal 55 terdiri dari :

1. pelaku ( pleger )

2. yang menyuruh lakukan ( doenpleger )

3. yang turut serta ( medepleger )

4. penganjur ( uitlokker )

b. pembantu / medeplichtige dalam Pasal 56 terdiri dari :

1. pembantu pada saat kejahatan dilakukan

2. pembantu sebelum kejahatan dilakukan


3. Jelaskan pedoman untuk menentukan siapa yang menjadi pembuat!

1. Peradilan Indonesia - pembuat ialah orang yang menurut maksud pembuat


undang-undang harus dipandang yang bertanggung jawab.
2. Peradilan Belanda – dader ialah orang yang mempunyai kemampuan untuk
mengakiri keadaan terlarang, tetapi tetap membiarkan keadaan terlarang itu
berlangsung terus.
3. Pompe - dader ialah orang yang mempunyai kewajiban untuk mengakhiri
keadaan terlarang itu.

4. Jelaskan doenpleger dan unsur2nya!

= Doenpleger adalah orang yang melakukan perbuatan dgn perantaraan orang lain, sedang
perantara itu hanya digunakan sebagai alat. Jadi ada 2 pihak yaitu:

1. Pembuat langsung (manus ministra)


2. Pembuat tidak langsung (manus domina).

Istilah lain: Doenplegen (menyuruh melakukan), dalam doktrin disebut middellijk daderschap.

Unsur-unsur dalam Doenpleger:

1. Alat yang dipakai adalah manusia;


2. Alat yang dipakai itu “berbuat” (bukan alat yang mati);
3. Alat yang dipakai itu “tidak dapat dipertanggungjawabkan”. Unsur ketiga ini
yang merupakan tanda ciri dari doenpleger.

5. Mengapa orang yang disuruh melakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan?

1. Bila ia tidak sempurna pertumbuhan jiwanya atau rusak jiwanya (pasal 44);
2. Bila ia berbuat krn daya paksa (pasal 48);
3. Bila ia melakukannya atas perintah jabatan yg tdk sah (pasal 51 ayat 2);
4. Bila ia keliru (sesat) mengenai salah satu unsur delik;
5. Bila ia tidak mempunyai maksud seperti yang disyaratkan untuk kejahatan ybs.
6. Sebut pengertian & syarat2 medepleger!

= Medepleger adalah orang yang dgn sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan
terjadinya sesuatu. Oki, kualitas masing2 peserta tindak pdn adl sama.

1. ada kerjasama secara sadar

Disini tidak perlu ada permufakatan terlebih dahulu, yang penting ada
pengertian antara peserta saat perbuatan dilakukan dengan tujuan yang sama. Harus
ada kesengajaan (a) untuk bekerja sama yang sempurna dan erat, dan (b) ditujukan
kepada hal yang dilarang oleh uu.

2. ada pelaksanaan bersama secara fisik.

Adanya perbuatan pelaksanaan bersama berarti perbuatan langsung


menimbulkan selesainya delik yang bersangkutan. Di sini harus ada kerja sama yang
erat dan langsung.

7. Sebut pengertian dan syarat-syarat penganjuran (uitlokking)!

= Penganjur adalah org yg menggerakkan org lain untuk melakukan suatu tindak
pidana dgn menggunakan sarana2 yg ditentukan UU secara limitatif, yaitu memberi
atau menjanjikan sesuatu, menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan,
ancaman atau penyesatan, dgn memberi kesempatan, sarana, atau keterangan
(Pasal 55 ayat (1) angka 2 KUHP).

Syarat penganjuran yang dapat dipidana:

1) ada kesengajaan untuk menggerakkan orang lain untuk melakukan perbuatan


terlarang.

2) menggerakkannya dengan menggunakan sarana-sarana seperti tersebut dalam


undang-undang sifatnya limitatif.

3) putusan kehendak dari si pembuat materiil ditimbulkan karena hal-hal tersebut


angka 1 dan angka 2 diatas harus ada psychische causaliteit.

4) si pembuat materiil tersebut harus melakukan tindak pidana yang dianjurkan atau
percobaan melakukan tindak pidana.
5) pembuat materiil tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum
pidana.

8. Jelaskan kapan ada medeplichtige (pembantuan)!

= Dilihat dari perbuatannya, pembantuan bersifat accessoir, artinya untuk adanya


pembantuan harus ada orang lain yang melakukan kejahatan atau harus ada orang
lain yang dibantu. Namun dilihat dari pertanggungan jawabnya tidak bersifat
accessoir artinya dipidananya si pembantu tidak tergantung pada dapat tidaknya si
pelaku dipidana.

9. Bagaimanakah pertanggungjawaban pembantu?

1. = KUHP menganut sistem bhw pidana pokok untuk pembantu lebih ringan
drpd pembuat (pasal 57 ay (1) & (2).

• Pengecualian thd prinsip ini terlihat dalam:

a. Pasal 333 (4), 415, 417 (pembantu dipidana sama berat dgn pembuat).

b. Pasal 231 (3), 349 (pembantu dipidana lebih berat dari si pembuat).

2. Pidana tambahan untuk pembantu sama dg ancaman thd sipembuat (pasal 57:3).

3. KUHP menganut sistem pertg jwbnya berdiri sendiri, tidak tergantung pd pertg jwb
si pembuat. Prinsip ini terlihat dlm pasal 57 (4) dan 58.

4. Mulyatno dan Oemar Seno Adji: bhw sistem pemidanaan utk pembantu hendaknya
terserah pada hakim. Juga utk bentuk2 penyertaan yg lain.
10. Sebutkan dan jelaskan ajaran/teori tentang penyertaan!

1. Teori penyertaan yang objektif:

• tiap2 peserta sama jahatnya dgn yg melakukan tindak pidana tsb., shg mrk juga dipertanggung
jawabkan sama dengan pelaku.

• Terdapat dalam Code Penal Perancis dan dianut juga di Inggris.

2. Teori penyertaan yang subjektif:

• Tiap2 peserta tidak dipandang sama jahatnya, tergantung perbuatan yang dilakukan. Maka
pertanggungan- jawabnya juga berbeda, adakalanya sama berat, adakalanya lebih ringan dari
pelaku.

• Dianut oleh KUHP Jerman dan Swiss.

3. teori campuran

Menurut Mulyatno, KUHP kita dapat digolongkan teori campuran, karena:

1. Dalam pasal 55 disebut “dipidana sbg pembuat” dan dalam pasal 56 disebut “dipidana sebagai
pembantu”. Jadi dianut sistem yang pertama.

2. Jika dilihat perbedaan pertanggungan jawabnya, yi pembantu dipidana lebih ringan dari
pembuat, maka berarti dianut sistem yang kedua.

Kasus:

1. Jelaskan status masingmasing pelaku tindak pidana dalam contoh kasus di atas!
• Ali : doenpleger ( orang yang menyuruh lakukan )
• Yudi : medepleger ( yang turut serta )
• Yuda : medepleger ( yang turut serta )
• Budi : Pleger ( pelaku )

b. Tentukan ancaman pidana untuk masing-masing pelaku!


• Ali : 5 taun penjara / denda 900 rupiah (pasal 362)
• Yudi : paling lama 12 tahun penjara ( pasal 365(2))
• Yuda : paling lama 12 tahun penjara (pasal 365 (2))
• Budi : 5 tahun penjara / denda 900 rupiah ( pasal 362)
2. a. Tentukan status masing-masing pelaku tersebut dalam contoh kasus di atas!

• Abu bakar : pleger (pelaku )


• Maliki : medepleger ( orang yang turut serta)
• Abdurrahman : medepleger ( orang yang turut serta )

b. Kapan seseorang dapat dikatakan memberikan bantuan secara fisik ataun non fisik. Dengan
memperhatikan contoh di atas, tentukan status Maliki dan juga Abdurrahman !
Seorang di katakana dapat memberikan bantuan secara fisik atau non fisik pada saat pelaku terdesak
dalam menghadapi korban atau bisa dalam memberi aba-aba/ kode seperti ikut menganiaya korban
dan memberikan senjata kepada pelaku .

Anda mungkin juga menyukai