Anda di halaman 1dari 63

YULIA IRVANI DEWI, M.Kep., Sp.

Mat
Tujuan

¨  Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti sesi pembelajaran peserta mampu
menerapkan tehnik pencegahan infeksi di RS, Puskesmas/
Rumah
¨  Tujuan pembelajaran Khusus:

1.  Menjelaskan mekanisme terjadinya infeksi dalam tubuh


manusia
2.  Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi di RS, puskesmas/rumah
3.  Menjelaskan peran perawat dalam dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi di RS, puskesmas/rumah
Insiden HAIs
  Tinjauan literatur WHO (1995-2010) —> HAIs di dunia berkisar antara 3,5 % - 12 %
  Sekitar 31% dari semua HAI di RS à 3% kematian akibat IDO
  WHO (2016) Kejadian HAIs dari semua pasien rawat inap: 15%

  Asia Tenggara dan sub Sahara Afrika à 75% (WHO, 2016)


Penyebab kematian neonatus: 4-56%
  183 US hospitals with 11,282 patients reported that 4% HAIs (Magil, SS, et al, 2014)

  Negara maju mencapai 7,6%, Negara berkembang 10,1% dengan variasi 5,7% sampai 19,1%.
  Singapore: 11.9% (646) HCAIs (Cai, Y, et al, 2017)
  European: 2,609,911 HCAIs (Cassini, A, et. al, 2016)

  Southeast Asian countries (Brunei, Myanmar, Cambodia, East Timor, Indonesia, Laos,

Malaysia, the Philippines, Singapore, Thailand, and Vietnam): 9.1% (Ling, Ml, 2015)
LATAR BELAKANG
  WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,70% dari 55 rumah sakit di 14 negara yang
berada di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya
HAIs.
Prevalensi HAIs paling banyak di Mediterania Timur dan Asia Tenggara yaitu sebesar
11,80% dan 10%. Sedangkan di Eropa dan Pasifik Barat masing- masing sebesar
7,70% dan 9% (Kurniawati, Satyabakti, & Arbianti, 2015)
•  Peningkatan kasus-kasus penyakit infeksi, wabah/KLB
•  Puskesmas sebagai fasilitas yankes berpotensi menularkan penyakit infeksi
kepada tenaga kesehatan, pasien, dan pengunjung
•  Infeksi akibat layanan kesehatan (IRS)/ Healthcare-associated Infections (HAIs)
à merupakan penyebab bermakna angka morbiditas dan mortalitas
•  Fasilitas yankes harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel,
transparan terhadap masyarakat: khususnya jaminan keselamatan pasien (patient
safety)
Dasar Hukum
•  Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1)
mewajibkan Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan menurut Pasal 3
ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
•  Peraturan Menteri Kesehatan (2011), Keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
•  Patient Safety: Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan
(Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000).
•  Peraturan Menteri Kesehatan no 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
•  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas
Dasar Hukum
•  Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI)adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan.
•  Pasal 3 (1) Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus melaksanakan PPI.
Kendala
Belum semua
pengambil kebijakan
paham PPI

Tim PPI tidak dilibatkan


Perawat PPI
dalam setiap
purnawaktu masih
pengambil kebijakan di
sedikit
Fasyankes

Bangunan fisik Fasyankes


belum sesuai kaidah
patient safety
Kewaspadaan Isolasi

Lapis Pertama: Kewaspadaan Standar


1.  Kebersihan Tangan
2.  APD
3.  Pengendalian lingkungan
4.  Penanganan limbah
5.  Peralatan perawatan pasien
6.  Perlindungan kesehatan karyawan
7.  Penyuntikan yang aman
8.  Etika batuk/bersin
9.  Praktik lumbal punksi

Lapis Kedua: Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Common vehicle (makanan,
air, obat, alat, peralatan).
Contact

Kewaspadaan
Berdasarkan
Transmisi
Airborne
Droplet

Vektor (lalat,
nyamuk, tikus)
Invasi tubuh oleh

Infeksi patogen atau


mikroorganisme dengan/
tanpa disertai gejala
klinik.

Pencegahan dan
Penyakit infeksi terkait
Pengendalian Infeksi kesehatan (Healthcare
(PPI) Associated Infected/ HAIs)
Sumber Infeksi

•  Masyarakat/ Komunitas •  Rumah Sakit (Healthcare


(CommunityAcquired Associated Infections (HAIs) à
Infection) Infeksi Nosokomial (Hospital
Acquired Infection)
Rantai Infeksi (chain of
infection)àrangkaian yang harus ada
untuk menimbulkan infeksi

1.  Agen Infeksi (infectious agent) à MO penyebab infeksi


(bakteri, virus, jamur, parasit) à patogenitas, virulensi
dan jumlah (dosis atau load)
2. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat
hidup, tumbuh dan berkembang biak dan siap dirularkan
kepada penjamu atau manusia
3. Portal of exit (pintu keluar) à lokasi tempat agen infeksi
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran
cerna, saliran kemih serta transplasenta
Rantai Infeksi(chain of
infection)àrangkaian yang harus ada
untuk menimbulkan infeksi

4. Metode transmisi/cara penularan à metode


transport MO dari wadah/ reservoir ke penjamu yang
rentan à langsung dan tidak langsung, droplet,
airbone, vehikulum (makanan, air/minuman, darah),
vektor (serangga dan binatang pengerat)
5. Portal of entry (pintu masuk)
6. Susceptible host (penjamu rentan)à seseorang
dengan imunitas menurun sehingga tidak mampu
melawan infeksi
Jenis dan Faktor Risiko HAIs
•  Jenis HAIs
–  Ventilator Associatedpneumonia (VAP)
–  Infeksi Aliran Darah (IAD)
–  Infeksi Saluran Kemih (ISK)
–  Infeksi Daerah Operasi (IDO)
•  Faktor Risiko
–  Umur
–  Status Imun
–  Gangguan/ interupsi barier anatomis à kateter urin, prosedur
operasi, intubasi dan pemakaian ventilator, kanula vena dan
arteri, luka bakar dan trauma
–  Implantasi benda asing
–  Perubahan mikroflora normal à pemakaian AB

Tindakan pencegahan dan pengendalian
Infeksi di Rumah
•  Laksanakan PHBS:
•  Kebersihan rumah dan lingkungan sekitar à
peralatan rumah tangga, buang sampah pada
tempat yang tepat, tidak membuang sampah di
sungai/selokan/jalan, pembuangan air kotor,
kamar mandi
•  Makan makanan yang sehat, bergizi dan
seimbang
•  Imunisasi lengkap pada semua anggota keluarga
sesuai kebutuhan
•  Pemeriksaan kesehatan secara teratur
•  Pengolahan dan penyimpanan makanan secara
tepat
  Makanan harus bebas serangga (kecoa, semut) dan
tikus à tertutup
  Tinggi rak dari permukaan lantai minimal: 30 cm,
dengan langit-langit: 60 cm
  Air memenuhi syarat air minum, tidak terkontaminasi
  Tempat sampah yang tertutup
  Ventilasi cukup, asap keluar dengan cepat
  Penjamah makanan à cuci tangan, hindari batuk atau
bersin di depan makanan, rambut tidak terurai, tidak
merokok, kuku jari pendek, tidak menyentuh makanan
dengan tangan telanjang
Transmisi Infeksi
•  Droplet
Ø Penyakit menular lewat droplet ditularkan melalui
batuk, bersin dan berbicara à droplet kecil & besar
Ø Droplet: percikan > 5µm melayang di udara jatuh
mengenai mukosa mata, hidung satu mulut orang tanpa
pelindung dan akan jatuh pada jarak < 1m
Ø Transmisi droplet: jumlah droplet yang mengandung
mikroba
•  Berbicara (10)
•  Batuk (100)
•  Bersin keras (10.000)
Transmisi Infeksi
•  Udara (airborne)
Ø  Penyebaran inti droplet (droplet nuklei) dari droplet yang sudah
menguap, ukuran < 5 µm, mengapung dan menyebar
mengikuti aliran udara
Ø  dapat terhirup sampai jarak jauh
Ø Diperlukan ruang isolasi dengan sistem ventilasi khusus
(tekanan negatif, pemakaian filter hepa) untuk mencegah
transmisi udara
Ø Contoh: TB, campak, cacar air
•  Transmisi vehicle (kendara perantara) à produk darah,
cairan infus, obat, makanan, air
•  Transmisi vector (serangga, hewan pengerat/tikut)
Berapa Banyak Mikroba?

Jumlah mikroba
pada tubuh seorang Pegangan keran
manusiaà >jumlah terdapat 229.000
penduduk di mikroba per inch
Indonesia

Diatas meja kerja


Tangan 1500
21.000 mikroba/
mikroba/inch
inch
Mengapa cuci tangan penting?

39.000-460.000 CFU per sentimeter kubik


(WHO)
Number of Microorganism on your
Hands (2008)
Kepadatan
No Lokasi pada Tangan
Mikroorganisme
1. Dibawah kuku jari 61.368 CFU/cm2

2. Telapak tangan 847 CFU/cm2

3. Punggung Tangan 250 CFU/cm2

4. Disela jari 223 CFU/cm2


Mengapa cuci tangan penting?
•  TANGAN merupakan media transmisi kuman patogen
tersering di Rumah Sakit
•  Manusia memiliki sekitar 2-10 juta bakteri diantara ujung jari
dan siku
•  Tangan basah menyebarkan kuman 1.000 kali lebih banyak
—> bertambah 2x lipat setelah menggunakan TOILET
•  Kuman bertahan ditangan sampai 3 jam
•  Jutaan kuman bersembunyi di balık aksesoris: jam tangan,
cincin, gelang (Hand hygiene Europe, 2012)
•  Penularan penyakit dari pasien ke pasien melalui tangan
petugas (Ignaz Philipp Semmelweis
•  Kegalalan kebersihan tangan menyebabkan multi resisten,
wabah (Boyke dan Pittet 2002)
•  Kebersihan tangan baik dan benar menurunkan insiden HAIs
(Boyce dan Larson 1995)
•  Memindahkan mikroorganisme/kuman dari satu pasien ke
pasien lain, dari permukaan lingkungan ke pasien
Hasil Penelitian di RSCM (2010)
Jenis tindakan Kepatuhan Perawat Kepatuhan Dokter
Sesudah kontak
60% 50%
dengan pasien
Sesudah tindakan
70% 60%
invasif (bedah dll)
Tindakan aseptik
(pencegahan sebelum 67% 42%
kontak dengan pasien
Sesudah kontak
dengan lingkungan
47% 30%
atau benda-benda
milik pasien
Sesudah kontak
dengan cairan tubuh 53% 43%
pasien
Alasan
Ø  Tangan tidak terlihat kotor
Ø  Terlalu sibuk/beban kerja berlebihan
Ø  Sarana cuci tangan kurang memadai
dan letaknya tidak strategis
Ø  Sudah menggunakan sarung tangan
Ø  Mengalami iritasi kulit jika terlalu
sering cuci tangan
Ø  Menghabiskan banyak waktu
Ø  Kurang pengetahuan petugas/
kurang informasi
Ø  Tidak ada dukungan, kontrolong,
monitoring
Ø  Tidak ada SOP
Hal penting dalam Hand Hygiene
•  Jaga kuku selalu pendek dan bersih
•  Jangan memakai perhiasan, kuku palsu, cuteks
•  Jangan mencuci sarung tangan saat
menggunakan diantara pasien
•  Tidak dianjurkan pakai handuk pakai ulang &
tisue rol
•  Tidak boleh menambah sabun cair/antiseptik
sebelum habis benar, sebelum mengisi
bersihkan dispenser hingga bersih dan kering
Penelitian terkait Hand Hygiene
•  Belladona, Inayati (2011): cuci tangan menggunakan
sabun yang mengandung Chlorhexidine 2% selama 45
dedik lebih efektif dari pada cuci tangan selama 30
detik dan 60 detik
•  Subiyanto, Kingkin Ambar Wiraswati (2014):
Gambaran pelaksanaan cuci tangan yang baik oleh
perawat di PKM Sambirejo Kecamatan Sambirejo
Kabupaten Sragen —> kategori baik(0%), kategori
cukup berjumlah 10 Perawat (76.9%), kurang
berjumlah 3 Perawat (23.1%)
•  Penelitian Perawat di Australia: Pengetahuan baik,
akan tetapi praktik rendah (Felembam O, 2012)
Hand Hygiene
Flora bakteri normal tangan:
•  Flora Transient
–  MO yang berada di lapisan kulit, diperoleh melalui kontak
dengan petugas kesehatan lain atau permukaan yang
terkontaminasi (meja kerja, TT, dll) selama bekerja
–  Flora transien tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat
sebagian dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir
•  Flora Residen
–  Mo yang tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam
folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya,
bahkan dengan pencucian dan pembilasan dengan sabun dan
air bersih
Waktu Melakukan Hand Hygiene
  Sesudah kontak dengan
darah dan cairan tubuh
lainnya
  Bila tangan tampak kotor
  Sebelum meninggalkan RS/
Puskesmas
  Segera setelah melepaskan
sarung tangan
  Segera setelah
membersihkan sekresi
hidung
  Sebelum dan setelah
menyiapkan dan
mengkonsumsi makanan
Rekomendasi CDC dan HICPAC 2007
Kewaspaspadaan Standar

1.  Kebersihan Tangan à Cuci tangan à sabun:


40-60 detik, alkohol 20-30 detik
2.  Alat Pelindung diri (APD) à masker medis/
bedah, pelindung mata (eye-visor/kaca mata),
pelindung wajah,kap penutup kepala, gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup
(sepatu boot)
3.  Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
4.  Kesehatan lingkungan
5.  Pengelolaan limbah
6.  Penatalaksanaan linen
7.  Perlindungan kesehatan petugas
8.  Penempatan pasien
9.  Hygiene respirasi/ etika batuk dan bersin
10. Praktik menyuntik yang aman
11. Praktik lumbal pungsi yang aman
Waktu Melakukan Hand Hygiene

  Segera setelah tiba di RS/Puskesmas


  Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
  Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau
benda yang terkontaminasi cairan tubuh pasien
  Diantara kontak satu dengan yang lain
  Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada
pasien
  Sesudah dari toilet

Tehnik Hand Hygiene
•  Sebelum melakukan kebersihan tangan
pastikan asesoris cincin, gelang, arloji à
tidak dipakai
•  Penelitian: kulit dibawah perhiasan à
kolonisasi yang berat à sulit
dibersihkan/dekontaminasi
•  Memakai perhiasan akan sulit saat
memakai sarung tangan
Cuci Tangan
•  Air Mengalir
•  Sabun
•  Penggunaan Antiseptik
dengan benar
•  Lap tangan kering/ sekali pakai
Observasi
dan umpan
balik Kampaye
Edukasi & dalam RS/
pelatihan Puskesmas

Perubahan sistem 5 Komponen


(alcohol-based inti strategi Iklim safety
handrub pd point of perbaikan HH dlm RS/
care & pengadaan dlm program Puskesmas
WHO
sarana air yg kontinu
& aman, sabun,
handuk/tisu)
Kewaspadaan Transmisi Droplet
•  Droplet melayang diudara
—> jatuh (1-2 m)
•  Mikroba patogen 5 µm —>
batuk, bersin, tertawa,
muntah, kontak dengan
pasien atau aerosolisasi
dari mikroba (< 2m) —>
mukosa atau konjungtiva
•  Aerosol berukuran kecil —
> infeksi melalui udara,
besar (droplet)
•  Transmisi droplet:
common cold, respiratory
syncitial virus (RSV),
Adenovirus, Adenovirus,
H5N1, H1N1. Covid-19
Kewaspadaan Transmisi melalui Udara
(air-borne precautions)
u  Bila menghirup partikel yang mengandung droplet nuklei
1-5 µm (<5 µm) —> terbawa liran udara (>2 m dari
sumber)
u  Penting penanganan udara atau ventilasi dalam
pencegahan transmisi airborne melalui udara, diupayakan
pertukaran udara > 12 x/jam (12 ACH)
u  WHO merekomendasikan natural ventilasi + mekanikal
ventilasi (kipas angin) —> ekshaust fan/jendela/lubang
angin
Langkah:
➤  Posisi duduk petugas
➤  Penempatan pasien TB —> Stategi TemPO
➤  Edukasi cara transmisi (dicantumkan)
Prinsip PPI Pada Infeksi yang
Ditransmisikan Melalui Udara

•  Deteksi dini dan mengenali pasien dengan


cepat
•  Penggunaan standar percaution PPI rutin
untuk semua pasien
•  Tambahan precaution untuk pasien
terpilih
•  Infrastruktur PPI di faskes untuk
mendukung kegiatan PPI
Higiene Saluran Nafas/Etika Batuk

•  Efektif menurunkan transmisi


patogen droplet melalui saluran
nafas (influenza, adenovirus, B
pertusis, mycoplasma pneumonia)
•  Petugas dengan infeksi sal. Nafas
menjauhi kontak langsung dengan
mengenakan masker

Kebersihan pernafasan dan etika batuk
Menutup mulut & hidung saat batuk/bersin

Pakai tisu, buang ke tempat sampah (kuning) bila


terkena sekret sal.nafas

Lakukan cuci tangan dg sabun/antiseptik dan air


mengalir, alkohol handrub setelah kontak dengan
sekret

Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan


demam
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Kontak Droplet Udara
➤  Ruang rawat terpisah atau
➤  Ruang rawat terpisah atau ➤  Ruang rawat terpisah atau
kohorting atau pertimbangan
kohorting atau kohorting atau pertimbangan
tim PPI
Penempatan pasien pertimbangan tim PPI tim PPI
➤  TT dengan jarak ≥ 1 m
➤  TT terpisah dengan jarak ➤  TT dengan jarak ≥1 m
➤  Ruang bertekanan negatif atau
≥1 m ➤  Cegah terjadinya kontaminasi
ruang dg pertukaran
Batasi gerak bila diperlukan Batasi gerak bila diperlukan keluar
Transport Pasien Batas gerak keluar ruangan pasien diberi ruangan pasien diberi respirasi
respirasi dan etika batuk dan etika batuk
➤  Kebersihan tangan sebelum
menggunakan APD
➤  Masker bedah uurtuk pasien
➤  Kebersihan tangan
➤  Kebersihan tangan sebelum dan respirator partikulat untuk
sebelum menggunakan
menggunakan APD petugas saat masuk ke ruang
APD
➤  Sarung tangan, gaun dan pasien
➤  Sarung tangan dan gaun
masker dipakai bila bekerja ➤  Org yg rentan tidak boleh
bagi petugas saat masuk
APD dalam radius 1-2 m thd pasien, masuk ruang pasien yg
keruang pasien
saat kontak erat diketahui atau suspek campak,
➤  Ganti sarung tangan
➤  Gaun dan apron sama seperti cacar air
setelah kontak dg bahan
transmisi kontak ➤  Bila masuk atau melakukan
infeksius
➤  Pakai Apron tindakan dg kemungkinan
➤  Pakai Apron
timbul aerosol, maka petugas
harus mengenakan respirator
partikulat
Kewaspdaan berdasarkan Transmisi
Kontak Droplet Udara

➤  Ruang rawat
➤  Dekontaminasi
pasien tdk perlu
permukaan dg H202
➤  Perlu terminal penanganan secara
0,5-1,4% dg lama
dekontaminasi khusus
kontak 30 detik-1 mnt
area sekitar pasien ➤  Perlu terminal
Peralatan ➤  (Baktericidal, virusidal)
atau ruangan dekontaminasi
untuk atau lama kontak 5
setelah pasien area sekitar pasien
perawatan mnt bila dg tu juan
pulang atau ruangan
pasien dan mikrobakterisidal atau
➤  Na hipoklorit 0,5% setelah pasien
lingkungan dry mist dg H202 5% di
bilas dengan air pulang
combinais dg Ag
atau dengan H202 ➤  Na hipoklorit 0,5%
dengan lama kontak
0,5-1,4% bilas dengan air
55 menit untuk luas
atau dengan H202
ruangan 0,135 m3
0,5-1,4%
Penggunaan APD (sarung tangan, masker,
pelindung mata, gaun/apron)
Manfaat Alat Pelindung
Alat Terhadap pasien Terhadap Nakes
Pelindung
Sarung tangan Mencegah kontak M.O dari tangan Mencegah kontak tangan nakes
nakes kepada pasien dengan darah dan cairan tubuh pasien,
mukosa, kulit luka à alkes/ permukaan
yang terkontaminasi

Masker Mencegah kontak droplet dari Mencegah mukosa nakes (hidung dan
mulut & hidung Nakes saat napas, mulut) kontak dengan percikan darah /
bicara, batuk kepada pasien cairan tubuh (c.t) pasien

Kacamata Mencegah mukosa nakes kontak


pelndung - dengan percikan darah / c.t. pasien

Tutup kepala Mencegah jatuhya MO rambut/


kepala nakes ke daerah steril -
Jubah & celemek Mencegah kontak MO dari tangan/ Mencegah kulit nakes kontak dengan
plastik tubuh/ pakaian nakes kepada percikan darah/ c.t. pasien
pasien
Sepatu Pelindung Mengurangi terbawanya MO dari Mencegah kaki terluka oleh benda
ruangan lain tajam yang terkontaminasi dan
mencegah kontak dengan darah / c.t.
lainnya
Dekontaminasi (Pembersihan,
Desinfeksi & Sterilisasi)


Suatu proses menghilangkan/memusnahkan
MO dan kotoran yang melekat pada
peralatan medis sehingga aman untuk
pemakaian selanjutnya


Spaulding (1968)
Semi kritikal
(mukosa dan
area kecil di
kulit yg lecet)
Kritikal Non-Kritikal
(kulit utuh
(Steril/ sistem yang risiko
darah terendah

Risiko
potensi
infeksi
Standar Prosedur Operasional (SPO)
•  Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau
enzyme lalu dibersihkan dengan menggunakan spons
sebelum dilakukan DTT atau sterilisasi
•  Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus di
dekontaminasi sblm dipakai pasien lain
•  Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan
sesuai prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar
•  Untuk alat bekas pakai yang akan dipakai lagi à setelah
dibersihkan dengan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama
10 menit
•  Peralatan non-kritikal yang terkontaminasi à DTT dengan
menggunakan alkohol 70%. Peralatan semikritikal à DTT
atau disterilkan, peralatan kritikal à harus di DTT dan
disterilkan
•  Peralatan besar spt USG dan X-ray à Dekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruang isolasi
Pemprosesan alat bekas pakai
Pre-cleaning

Sterilisasi DTT
Kimiawi Pencucian Rebus
Autoklaf Kukus
Panas Kering
Kimiawi

Kering/Dingin-kan
dan Simpan
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

CUCI DAN BILAS


Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif


Sterilisasi DTT

OTOKLAF PANAS KERING KIMIAWI REBUS / KUKUS KIMIAWI


106 kPa 170 ˚C Rendam Panci tertutup
Rendam
121 ˚C 60 menit 10-24 jam 20 menit 20 menit
30 menit jika
Terbungkus
20 menit jika Tidak terbungkus

DINGINKAN DAN SIAP DIGUNAKAN


Peralatan yang sudah diproses bisa disimpan dalam wadah tertutup yang DTT s/
d 1 mg jika wadahnya tidak dibuka
1-51
Proses recapping
yang aman:
Metoda satu tangan
Limbah Laboratorium
Limbah infeksius,
patologi dan anatomi

Limbah kimia & Sitotoksik


Farmasi

Radioaktif
Pengelolaan Limbah dan Sanitasi Ruangan

•  Limbah Cair
•  Sampah Medis
•  Sampah RT
•  Insinerasi
•  Penguburan
•  Disinfeksi
permukaan
Peran perawat dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi di Puskesmas/
Rumah
Pertemuan Infection Control Nurses Association in the
Health Care 1990 di Birmingham
•  Mengidentifikasi dan menginvestasi KLB
•  Membuat, memonitoring dan evaluasi kebijakan
pencegahan infeksi
•  Pendidikan dan pelatihan
•  Memperkenalkan metode dan tehnologi baru dalam
pencegahan infeksi
•  Pengukuran dan pencapaian
Masalah Keperawatan

•  Risiko/ Infeksi
•  Risiko/ kerusakan integritas kulit
•  Risiko keracunan
•  Risiko/ kerusakan jaringan
References
•  https://id.wikipedia.org
•  Permenkes RI, no. 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai