ABDUL RAHIM
NIM 221RPL71009
IDENTIFIKASI PENYIMPANGAN TATA RUANG WILAYAH DI KOTA SELONG
LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT PADA TAHUN 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian (1) Apakah bahu jalan
di jalan M Yamin kota selong digunakan sesuai dengan aturan tataruang, (2) Apakah
Trotoar dijalan M Yamin kota selong digunakan sesuai dengan aturan tata ruang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemamfaatan bahu jalan tidak sesuai dengan tujuan
dibuatnya bahu jalan tersebut. Karena masih banyak para pedagang kaki lima (PKL)
dan parkir liar melakukan operasi di bahu jalan tersebut. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa pemamfaatan Trotoar jalan tidak sesuai dengan tujuan dibuatnya Trotoar jalan
tersebut. Karena masih banyak para pedagang kaki lima (PKL) dan parkir liar
melakukan operasi di bahu jalan tersebut.
Kata Kunci: Penyimpangan, tata ruang, bahu jalan, trotoar.
a. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam
kelansungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan hidup yang sungguh sungguh. Dapat terlihat
dampak negatif perbuatan manusia yang diakibatkan oleh pembangunan.
Pembangunan merupakan rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan
perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara,bangsa
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (sondang. P. Siagaan, 2001).
Sedangkan (ginanjar kartasasmita dalam riyadi, 2005) mengatakan bahwa
pembangunan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana.
Sedangkan pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam undang undang dasar republik indonesia tahun 1945.
Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan usaha kegiatan yang dilakukan
secara sadar, terencana, dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan kearah
perubahan perubahan yang lebih baik yakni kesejahteraan dan kemakmuran yang
merata dan adil bagi rakyat.
Pembangunan di daerah pada masa reformasi mengalami pergeseran pada
kewenangannya. Adapun berdasarkan undang undang no.32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah pasal 14 ayat 2, urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota adalah kewenangan dalam perencanaan, pemamfaatan dan
pengawasan tata ruang.
Secara normatif kebijakan tata ruang wilayah tercantum dalam undang undang
no.26 tahun2007 tentang penataan ruang. Ruang didefinisikan sebgai wadah yang
meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara, termasuk didalamnya lahan
atau tanah, air, udara dn benda lainnya serta daya dan keadaan sebagai satu
kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan
kegiatan serata memelihara kelangsungan hidupnya (Direktorat Bina tata
perkotaan dan pedesaan Ditjen Cipta karya Dep. PU, 1996) yang dikutip oleh
(Tarigan, 2004). Sedangkan tata ruang adalah wujud struktural dan pola
pemamfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak. Pasal dalam Undang
Undang 24/92 tersebut memberi makna bahwa tata ruang adalah struktur pola
pemamfaatan wilayah daratan, udara, dan lautan oleh kegiatan manusia dan
lainnya.
Permasalahan yang menjadi perhatian khususnya di Kota Selong adalah
penyalahgunaan ruang jalan. Terdapat banyak titik yang menyebar di seluruh kota
Selong. dimana warga atau oknum tertentu mendayagunakan bahu jalan untuk
keperluan pribadi ataupun bisnis Hal ini bertentangan dengan Permen PU Nomor 20
Tahun 2010 Pasal 12 yaitu Bangunan dan jaringan utilitas pada jaringan jalan di
dalam kawasan perkotaan dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan dengan
ketentuan:
a. Yang berada di atas atau di bawah tanah ditempatkan di luar bahu jalan atau trotoar
dengan jarak paling sedikit 1 (satu) meter dari tepi luar bahu jalan atau trotoar;
b. Balam hal tidak terdapat ruang di luar bahu jalan, trotoar, atau jalur lalu lintas,
bangunan dan jaringan utilitas sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat
ditempatkan di sisi terluar ruang milik jalan. Hal ini berarti, fungsi bahu jalan tidak
boleh diselewengkan dengan cara apapun termasuk dimiliki secara pribadi sebab
bahu jalan diperuntukkan bagi keperluan lalu lintas.
Selong merupakan Ibu kota Kabupaten Lombok Timur Merupakan kota yang
dengan jumlah penduduk begitu padat. Tercatat ada 1.319.537 Jiwa dan kepadatan
sebesar 1.072,00/km2 (2,776,5/sqmi th 2020). Dengan kepadatan yang cukup,
tentunya tidak akan lepas dari masalah masalahnya. Salah satu permasalahan yang
ada seperti berkembangnya kota selong yang diikuti dengan perkembangan
kawasan pemukiman menuntut dibangunnya jalan jalan baru sebagai akses bagi
masyarakat serta tuntutan pemenuhan kondisi jalan dalam kondisi baik.
Di bangunnya jalan jalan baru menimbulkan masalah tata ruang yang
menyalahi konsep dari tujuan dibuatnya jalan tersebut, sebagai salah satu contoh
tata ruang yang menyalahi konsep adalah penyalahgunaan bahu dan badan jalan
untuk parkir liar dan PKL(Pedagang Kaki Lima). Bahu jalan adalah bagian tepi
yang dipergunakan sebagai tempat untuk kendaraan yang mengalami kerusakan
berhenti, atau digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulan,,pemadam
kebakaran, polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan
kedaruratan dikala jalan sedang mengalami kemacetan yang tinggi
(Wikipedia,2021). Selain itu, bahu jalan juga digunakan sebagai tempat
menghindar, dari terutama pada jalan yang tidak dipisahkan dari media jalan.
Untuk itu penelitian ini terfokus pada infrastruktur perkotaan yang menyalahi
aturan tata ruang.
Fungsi trotoar sering kali disalah gunakan oleh pedagang kaki lima (PKL),
terutama dikawasan perkotaan. Padahal fungsinya sudah diatur baik dalam
undang undang no 22 tahun 2009 pasal 45 ayat 1, maupun dalam peraturan
pemerintah no 34 tahun2006 pasal 34 ayat 4, bahwa fungsi trotoar hanya
diperuntukkan untuk pejalan kaki..
Perumusan Masalah
1. Apakah bahu jalan di jalan M Yamin kota selong digunakan sesuai dengan
fungsinya?
2. Apakah Trotoar dijalan M Yamin kota selong digunakan sesuai dengan
fungsinya?
b. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi bahu jalan di jalan M.Yamin kota selong digunakan sesuai
dengan fungsinya.
2. Mengidentifikasi Trotoar di jalan M.Yamin kota selong digunakan sesuai dengan
fungsinya.
Mengacu pada tujuan penelitian maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bahu jalan yang digunakan pada penelitian ini terfokus pada bahu jalan di
Jalan M.Yanin kota selong.(taman tugu selong)
2. Trotoar yang digunakan pada penelitan ini adalah trotoar di jalan M.Yamin
kota selong (taman tugu seolng)
c. Metode Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah bahu jalan dan trotoar jalan di jalan kota
selong.sedangkan Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah kota selong
(taman tugu Selong)
e. Instrumen Penelitian
Penyusunan Instrumen Penelitian ini didasarkan pada variabel dalam
penelitian ini yaitu Penggunaan bahu jalan dan trotoar jalan yang yang menyalahi
konsep tata ruang dikota selong (taman tugu selong)
f. Tahap penelitian
1. Studi literatur
Dalam kajian literatur penelitian ini difokuskan pada materi yang berhubungan
dengan identifikasi bahu jalan dan trotoar jalan di jalan M.Yamin kota selong
(taman tugu Selong)
2. Tahap pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan tahapan ini, dilakukan penyisiran pada jalan kota selong.
Berdasarkan bahu jalan dan trotoar jalan dijalan M.Yamin kota selong
dilakukan pendataan pada bahu jalan dan trotoar jalan apakah sesuai dengan
konsep tata ruang dan memenuhi penggunaan dan pemamfaatan bahu jalan
dan trotoar jalan tersebut.
3. TahapAnalisis Data
Dilakukan pengamatan pada titik bahu jalan dan trotoar jalan di jalan kota
selong apakah sesuai dengan fungsi dan pemamfaatan bahu jalan dan trotoar
jalan dijalan M.Yamin kota selong ( depan taman tugu selong).
g. Perumusan rekomendasi langkah penanganan bahu dan trotoar jalan
Perumusan langkah penanganan bahu jalan dan trotoar jalan di jalan M.Yamin
kota selong yang tidak sesuai dengan aturan fungsi dan pemamfaatan bahu
jalan dan trotoar jalan agar tidak terjadi pada bahu jalan dan trotoar jalan pada
jalan lainnya.
Rancangan Undang undang tentang lalu lintas dan angkutan jalan (10 Oktober 2006)
Jalan
Direktorat Bina tata perkotaan dan pedesaan Ditjen Cipta karya Dep. PU, 1996