Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit

Demam Berdarah Dengue adalah Penyakit yang banyak

ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, terutama pada

daerah perkotaan.

Demam Berdarah merupakan salah satu penyakit yang

banyak menelan korban di indonesia. Di Indonesia, penyakit

ini muncul di seluruh provinsi dan akan sangat meningkat

kejadiannya pada waktu musim hujan. (Anggraeni, 2011)

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit

yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang

ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti

merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain

seperti Ae albopictus juga dapat menjadi vektor penular.

Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh

pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian

lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD

banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (DepKes, 2015)

7
2. Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan

tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat type virus

tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Virus yang banyak berkembang dimasyarakat adalah virus

dalam group B arthropod borne viruses (arboviruses). Virus

dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,

terdiri dari 4 serotipe (yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-

4). Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan

struktur yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing

serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung

waktu dan daerah penyebaran.

Struktur virus dengue adalah, genomnya mempunyai

berat molekul 11 kb tersusun dari protein struktur dan non-

struktur. Protein struktur yang terdiri dari protein envelope (E),

protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan

25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural

merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 dan

NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara

protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein

E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada

8
protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-

1. (Zulkoni,2011)

Aedes aegypti menempati habitat domestik terutama

penampungan air di dalam rumah yang tidak berhubungan

dengan tanah. Nyamuk-nyamuk Aedes berkembang biak

dalam air-air bersih yang terapung dalam kontainer-kontainer

bekas seperti botol-botol plastik, kaleng-kaleng bekas.

Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa

membutuhkan waktu 7-8 hari, namun bisa lebih lama bila

kondisi lingkungan tidak mendukung. Aedes aegypti bersifat

diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan

penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karna hanya nyamuk

betina yang menghisap darah. Penghisapan darah dilakukan

dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu

setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari

terbenam (15-00-17.00). Nyamuk ini menyenangi area yang

gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Nyamuk

dewasa ini biasanya tinggal pada tempat gelap di dalam

ruangan seperti lemari baju dan di bawah tempat tidur.

(Anggraeni, 2011).

9
3. Patogenesis dan patofisiologi

Patogenesis tidak sepenuhnya di pahami, namun

terdapat dua perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu

meningkatnya permibilitas kapiler yang mengakibatkan

bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD

terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma

kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran

plasma terjadi singkat (24-48 jam). Hemostasis abnormal yang

disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati,

mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

Aktifitas sistem komplemen selalu dijumpai pada

pasien DBD. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum

diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD,

namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai

penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD di

bandingkan dengan Demam Dengue (DD) dijelaskan dengan

adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag

oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infeksi dengue

sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor

virus serta respon imun cell-mediated terlibat juga dalam

patogenesis DBD.

10
Penyakit DBD sering salah di diagnosis (rancu) dengan

penyakit lain seperti flu atau tifus, hal ini disebabkan karena

virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia bersamaan

dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tifus. Dalam

praktek sehari-hari, pada saat pertama kali penderita masuk

rumah sakit tidaklah mudah untuk memprediksikan apakah

penderita DBD tersebut akan bermanifestasi ringan atau

berat. Manifestasi infeksi virus dengue sangat bervariasi bisa

bersifat asimtomatik (tidak jelas gejalanya) sampai dengue

shock syndroma (berat), bila diurutkan dari yang ringan

sampai yang berat adalah :

a. Asimtomatik

b. Demam ringan yang tidak spesifik

c. Demam dengue (DD)

d. Demam berdarah dengue (DBD)

e. Dengue shock syndrome (DDS) (Zulkoni,2011)

4. Vektor Penularan penyakit DBD

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat

membawa virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah.

Selain dengue,Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus

demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran

jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis

diseluruh dunia. (Anggraeni,2010)

11
DBD tidak menular melalui kontak manusia secara

langsung, tetapi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus

dengue pada telurnya, selanjutnya virus tersebut akan

ditularkan ke manusia melalui gigitan. Setelah satu kali gigitan

terhadap seseorang, nyamuk ini akan berulang kali menggigit

orang lain sehinggadarah dari seseorang yang mengandung

virus dengue dapat dengan mudah dipindahkan ke orang lain,

terutama orang yang tinggal dalam satu rumah.

(Anggraeni,2011)

5. Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala penyakit demam berdarah sifatnya

tidak khas dan spesifik.hal tersebut, maksudnya adalah tanda

dan gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi pada tiap

penderita berdasarkan derajat yang dialaminya. Pada

umumnya tanda dan gejala yang dialami oleh penderita,

adalah sebagai berikut :

a. Penderita mengalami demam tinggi.

b. Penderita mengalami pendarahan atau bintik-bintik merah

pada kulit.

c. Penderita mengalami keluhan pada sluran pernapasan.

d. Penderita mengalami keluhan pada saluran pencernaan.

e. Penderita biasanya merasakan sakit pada waktu menelan.

12
f. Penderita mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain,

misalnya nyeri atau sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi,

dan ulu hati, serta pegal-pegal diseluruh tubuh.

g. Penderita dapat mengalami pembesaran hati, limpa, dan

kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada

masa penyembuhan.

h. Pada keadaan keadaan renjatan atau shock , yang dikenal

dengan shock syndrome atau DDS. Yang parah penderita

mengalami. (Anggraeni, 2011)

6. Penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti atau Aedes albopictus dewasa betina yang

sebelumnya telah membawah virus dalam tubuhnya dari

penderita demam berdarah lain. Nyamuk aedes aegypti sering

menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit)

dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang

yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak

yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal

dilingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.

(Zulkoni,2011).

7. Pencegahan

a. Pencegahan penyakit DD dikenal dengan istilah

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dapat

13
dilakukan dengan beberapa tehnik, yaitu kimia, biologi,dan

fisika. Adapun masing-masing uraiannya adalah sebagai

berikut :

1) Pemberantasan secara kimiawi

Penderita DBD secara kimia, dapat ditempuh dengan 2

teknik berikut, yaitu :

a) Pengasapan (fogging), yaitu suatu teknik yang

digunakan untuk mengedalikan DBD dengan

menggunakan senyawa kimia malathion dan fenthion,

yang berguna untuk mengurangi penularan sampai

batas waktu tertentu.

b) Pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia.

Namun, mengingat tempat perkembangbiakan larva

vektor DBD banyak terdapat pada penampungan air

yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari

terutama untuk minum dam masak, maka larvisida

(kimia pemberantasan larva) yang digunakan harus

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : efektif pada

dosis rendah, tidak bersifat racun bagi

manusia/mamalia, tidak menyebabkan perubahan

rasa, warna dan bau pada air yang diperlukan, dan

efektivitasnya lama. Larvisida dengan kriteria seperti

tersebut di atas diantaranya adalah temephos yang

14
lebih dikenal dengan sebutan abate. Larvisida ini

terbukti efektif terhadap larva Aedes aegypti dan

racunnya rendah terhadap mamalia.

2) Pemberantasan secara hayati

Pengendalian larva Aedes aegypti secara hayati tidak

sepopuler cara kimiawi oleh karena penerunan padat

populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan

tidak sedrastis bila menggunakan larvisida (kimiawi).

Organisme yang digunakan dalam pengendalian secara

hayati umumnya bersifat predator, parasitik atau

patogenik dan umumnya ditemukan pada habitat yang

sama dengan larva yang menjadi mangsanya. Beberapa

agen hayati adalah ikan cupang dan larva ikan nila yang

mangsanya adalah larva nyamuk.

3) Pemberantasan secara fisik

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat

untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam

berdarah adalah dengan mengendalikan penyebaran

penyakit demam berdarah adalah dengan

mengendalikan populasi dan penyebaran vektor DBD.

Cara pemberantasannya adalah dengan melakukan

kegiatan 3M, yaitu Menguras dan menaburkan bubuk

15
abate, Menutup tempat penampungan air, dan Mengubur

barang-barang bekas yang dapat menampung air.

MENGURAS bak mandi, untuk memastikan tidak adanya

larva nyamuk yang berkembang didalam air dan tidak

ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

MENUTUP tempat penampungan air sehingga tidak ada

nyamuk yang memiliki askes ke tempat itu untuk

bertelur.

MENGUBUR barang bekas sehingga tidak dapat

menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk

bertelur (Anggraeni,2011)

8. Perawatan

a) Perawatan kesehatan utama dan prinsip-prinsip

pengobatan pada pasien dengan Demam Berdarah

Dengue yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Deman tinggi harus dengan kompres dan penggunaan

parasetamol yang tepat. ( asam asetilsalisilat

[ aspirin ] dan salisilat lain tidak boleh diberikan karena

dapat menimbulkan pendarahan dan menyebabkan

iritasi lambung dan asidosis ),

2. Terapi rehidrasi oral harus diberikan pada tahap awal

demam,

16
3. Pasien harus segera dirujuk kerumah sakit bila ada

bukti pendarahan,.

4. Rujukan segera kerumah sakit atau pusat kesehatan

yang ada perlu untuk memberi cairan intravena bila

suhu tubuh turun, ekstremitas menjadi dingin atau

pasien menjadi gelisa. Bila rujukan tidak

memungkinkan, rehidrasi oral harus dilanjutkan

sampai pasien mengalami keluaran urine normal dan

kulit menjadi hangat.(WHO, 2014).

b) Pengaruh pemberian ekstrak daun jambuh biji terhadap

peningkatan jumlah trombosit penderita DBD pada anak :

1. Ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat

pencapaian jumlah trombosit lebih dari 100.000/µl dan

dapat meningkatkan jumlah trombosit pada penderita

DBD pada anak. Pengaruh ini terutama pada

penderita DBD pada anak yang tidak mengalami

presyok dan syok yaitu penderita DBD grade I dan II.

Sedangkan pada penderita DBD yang mengalami

presyok dan syok pengaruh ekstrak daun jambu biji

kurang bermakna.

2. Pemberian ekstrak daun jambuh biji pada penderita

DBD pada anak adalah merupakan terapi tambahan,

yaitu pemberian replacement cairan harus tetap

17
diberikan sesuai dengan protap yang ada.

(Soegijanto, 2006).

B. Manifestasi klinik Demam Berdarah Dengue

1. Manifestasi klinik berdasarkan berat ringannya gejala

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu

manifestasi klinis yang bervariasi seperti demam tanpa penyebab

yang jelas,DD,DBD tanpa syok dan SSD.

a. Asimtomatik

Gejala hampir sama dengan demam dengue dan demam

karena infeksi virus yang lain. Ketika demam terjadi pada 2-7

hari tanda ekstravasasi plasma mulai tampak, kesan

mendiagnosa DHF biasanya dalam 24 jam sebelum dan

sesudah demam. Mendiagnosa DHF memiliki kriteria :

a. Demam tinggi mendadak

b. Manifestasi perdarahan seperti hemoconsentrasi,

trombositopenia, uji torniket positif

c. Hepatomegali.

b. Demam ringan yang tidak spesifik

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. Terdapat

manifestasi perdarahan ditandai dengan :

a. Uji bendung positif petekie

b. Purpura perdarah mukosa

18
c. Epistaksis

d. Perdarahan gusi

e. Hematemesis atau melena

c. Demam dengue

Periode inkubasi adalah 1-7 hari. Manifestasi klinis

bervariasi dan dipengaruhi usia pasien. Penyakit ini tidak dapat

terbedakan atau di karakteristikkan pada bayi dan anak-anak

sebagai demam selama 1-5 hari, Peradangan faring, rinitis, dan

batuk ringan.

Demam dengue biasa terjadi pada orang dewasa dan

remaja dengan gambaran manifestasi klinis awal berupa

demam ringan saja. Gejala selanjutnya biasanya ditandai

dengan demam mendadak tinggi dengan suhu meningkat cepat

hingga 39,4- 41,1oC, sakit kepala berat, nyeri di belakang

mata, nyeri otot dan nyeri sendi serta ruam yang terlihat selama

24-48 jam pertama demam.

(WHO 2005)

d. Demam Berdarah Dengue

DBD ditandai dengan munculnya awitan akut demam,

peningkatan permebilitas pembuluh darah yang mengakibatkan

kebocoran plasma, pendarahan, trombositopenia dan

hemokonsentrasi.

19
DBD umumnya dimulai dengan peningkatan suhu tiba-tiba

berlangsung 2-7 hari yang disertai kemerahan pada wajah serta

gejala fisik nonspesifik lain yang menyerupai demam dengue

misalnya anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri otot serta

sendi. Beberapa gejala lain yang sering terjadi seperti sakit

tenggorokan, nyeri epigastrik, hati dapat membesar, petekie

menyebar di kening dan ekstremitas, ekimosis spontan serta

memar.

Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi,WHO (1997)

membagi menjadi 4 derajat, yaitu:

1. Derajat I:

Deman disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan

manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji

tourniquet positif.

2. Derajat II:

Gejala-gejala derajat I di sertai gejala-gejala perdarahan

kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

3. Derajat III:

Kegagalan sirkulasi yang di tandai dengan:denyut nadi

yang cepat dan lemah.menyempitnya tekanan nadi 20

mmHg atau kurang atau hipotensi,di tandai dengan kulit

dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisa.

20
4. Derajat IV:

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun

tekanan darah.

Aktivitas sistem komplemen selalu di jumpai pada pasien

DBD. kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a

meningkat. mekanisme aktivasi komplemen-komplemen

tersebut belum di ketahui. Adanya kompleks imun telah

dilaporkan pada DBD, namun demikian peran kompleks

antigen-antibodi sebagai penyebab aktivitas komplemen pada

BDB belum terbukti.

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD di

bandingkan dengan DD di jelaskan dengan adanya pemacuan

dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi

heterotipik sebagai akibat infeksi Dengue sebelunya. Namun

demikian terdapat bukti bahwa faktor virus serta resfons Imun

cell-mediated terlibat juga dalam pathogenesis DBD.

(WHO,2000)

e. Sindrom syok dengue

Penderita DBD yang disertai renjatan akan

menunjukkan keadaaan umum yang tiba-tiba memburuk. Biasa

terjadi pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara

hari ke-3 dan ke-7 sakit serta timbul tanda-tanda kegagalan

21
sirkulasi seperti kulit teraba dan dingin, sianosis sekitar mulut,

dan nadi menjadi cepat serta lemah. Awalnya penderita akan

mengalami letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat

memasuki tahap kritis syok. Durasi syok adalah pendek yang

bila dilakukan terapi penggantian volume yang tepat dan cepat

maka akan terjadi perbaikan dalam 2-3 hari dengan tanda

keluarnya urin adekuat dan kembalinya nafsu makan, tetapi bila

tidak segera diberi terapi maka penderita dapat meninggal

dalam 12-24 jam.

(WHO 2005).

2. Kriteria Laboratoris

a. Trombositopenia

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan

permeabilitas kapiler. Dengan manifestasi peningkatan > 20%

dari nilai standar. Penurunan hematokrit > 20% setelah

mendapat terapi cairan Efusi pleura/perikardial, asites,

hipoproteinemia.

b. Hemokonsentrasi

Dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin (Hb) dan

nilai hematokrit (Ht) 20% atau lebih, menurut standar umur dan

jenis kelamin.

22

Anda mungkin juga menyukai