Anda di halaman 1dari 196

LAPORAN INDIVIDU

SEMUA TUGAS PSIKOSOSIAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : SHAHNAZ FATHIRRIZKY

NIM : R014202049

Kelompok : 2 (dua)

Preseptor : Akbar Harisa, S. Kep., Ns., PMNC., MN

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................... 2
Plan Of Action ....................................................................................................... 3
Laporan Pendahuluan ......................................................................................... 5
Ansietas ............................................................................................................. 6
Gangguan Citra Tubuh .....................................................................................15

Ketidakberdayaan .............................................................................................21
Keputusasaan ....................................................................................................34
Harga Diri Rendah Situasional .........................................................................40
Responsi Laporan Pendahuluan ........................................................................47
Laporan Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial ............................................48
Telaah Jurnal .......................................................................................................54
Penyuluhan Kesehatan Jiwa ..............................................................................59

Seminar Kasus Kelompok .................................................................................61


Laporan lengkap Askep Psikososial Kelompok ...............................................62
Lampiran-lampiran ............................................................................................63
Lampiran 1. Laporan Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial Klien 1............63
Lampiran 2. Laporan Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial Klien 2 ............64
Lampiran 3. Jurnal yang di telaah ....................................................................65
Lampiran 4. Laporan Lengkap Askep Psikososial Kelompok..........................66

2
PLAN OF ACTION
Kelompok 2

3
LAPOPORAN PENDAHULUAN
MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL:
“ANSIETAS, GANGGUAN CITRA TUBUH,
KETIDAKBERDAYAAN, KEPUTUSASAAN, HARGA
DIRI RENDAH SITUASIONAL”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SHAHNAZ FATHIRRIZKY

NIM : R014202049

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

5
ANSIETAS

A. Definisi ansietas
Kata ansietas berasal dari bahasa latin “angustus” yang berarti
kaku, dan kata “ango, anco” yang berarti mencekik. Menurut NANDA
tahun 2018-2020 Domain 9, Kelas 2 Kode Diagnosis 00146 hal. 324
mendefinsikan ansietas sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar dan disertai adanya respon otonom (sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui); atau dapat pula diartikan
sebagai perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
sebagai isyarat kewaspadaan individu akan bahaya sehingga individu
tersebut mampu bertindak menghadapi ancaman yang terjadi (Herdman &
Kamitsuru, 2018).

B. Patway ansietas
Ansietas merupakan respon dari presepsi terhadap ancaman atau
bahaya yang di terima oleh sistem syaraf pusat yang melibatkan .jalur
Cortex Cerebri Limbic System - Reticular Activating System –
Hypothalamus. Hipotalamus kemudian memberikan impuls kepada
kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal untuk organ
target yaitu kelenjar adrenal. Selanjutnya hormon yang disekresikan oleh
kelenjar adreanal akan memacu sistem syaraf otonom yang dikontrol oleh
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA). Hormon yang
dimaksud ini diantaranya adalah norepinephrin dan serotonin (Kusuma,
2012).

C. Etiologi ansietas
Penyebab terjadinya ansietas pada setiap individu dapat berbeda,
namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perasaan
ini berdasarkan teori-teori sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
Menurut Suliswati (2005) adapun stressor predisposisi merupakan
semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan kecemasan
dapat berupa :
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego

6
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
h. Terapi medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi merupakan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat mencetus ansietas dapat berupa
a. Ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi:
1) Sumber internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (normal)
2) Sumber eksternal yaitu paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan, lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak memadainya lingkungan tempat tinggal
b. Ancaman terhadap harga diri yang meliputi:
1) Sumber internal yaitu kesulitan dalam berhubungan
interpresonal di rumah, tempat kerja, ataupun tempat lainnya
bahkan kesulitan akibat adaptasi pada peran baru, maupun
adanya ancaman terhadap integritas fisik.
2) Sumber eksternal yaitu kehilangan terhadap orang atau benda
yang disayangi, perubahan status, pekerjaan, sosial budaya, dan
tekanan dari lingkungan.

D. Rentang respon
Respon yang dapat diberikan oleh individu pada perasaan ansietas
dapat berbeda-beda pada individu yang berbeda. Namun pada dasarnya
rentan respon yang dapat ditunjukkan oleh individu tidak lepas dari
rentang respon adaptif dan respon maladaptif. Respon adaptif merupakan
keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu mampu untuk
menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal yang
positif, antara lain seperti dapat memecahkan masalah dan konflik, adanya
dorongan untuk bermotivasi, serta terjadinya peningkatan prestasi.
Sedangkan respon maladaptif merupakan adalah suatu keadaan dimana
tidak terjadi pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap
ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman terhadap individu,
kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia dapat
beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan

7
tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif, maka yang
akan terjadi adalah individu akan menggalami kecemasan secara bertahap,
mulai dari sedang, ke tingkat berat dan akhirnya menjadi panik.

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

E. Tingkat ansietas
Menurut (Hawari, 2011), tingkat ansietas dapat dikelompokkan pada
empat tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:

No. Tingkatan Definisi Manifestasi


1 Ringan berhubungan dengan 1) Agak tidak nyaman
ketegangan akan 2) Gelisah
kehidupan sehari-hari. 3) Insomnia ringan
Pada tingkat ini lapang 4) Perubahan nafsu makan ringan
persepsi meningkat dan 5) Pengulangan pertanyaan
individu akan berhati- 6) Perilaku mencari perhatian
hati dan waspada. Pada 7) Peningkatan kewaspadaan
tingkat ini individu 8) Peningkatan kewaspadaan
terdorong untuk belajar 9) Peningkatan persepsi
dan akan menghasilkan 10) Peningkatan pemecahan masalah
pertumbuhan dan 11) Mudah marah
kreativitas 12) Gerakan tidak tenang
2 Sedang Pada tingkat ini lapang 1) Perkembangan dari ansietas ringan
persepsi terhadap 2) Perhatian terpilih pada lingkungan
lingkungan mulai 3) Ketidaknyamanan subjektif sedang
menurun. Individu 4) Peningkatan ketegangan otot
lebih memfokuskan 5) Perubahan dalam nada suara
pada hal yang penting 6) Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu
saat itu dan 7) Peningkatan jumlah waktu yang digunakan
mengesampingkan hal pada situasi masalah
lain. 8) Takipnea
9) Takikardi
10) Gemetaran
11) Suara bergetar
3 Berat lapang persepsi 1) Perasaan terancam
menjadi sangat 2) Ketegangan otot berlebihan
menurun. Individu 3) Diaphoresis
cenderumng 4) Nafas panjang, hiperventilasi, dispnea dan
memikirkan hal yang pusing
kecil saja dan 5) Mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati,

8
mengabaikan hal yang sendawa, anoreksia, diare atau konstipasi
lain. Individu tidak 6) Takikardia, palpitasi, rasa tidak nyaman pada
mampu berfikir berat precordial, ketidakmampuan untuk belajar,
lagi dan membutuhkan ketidakmampuan untuk konsentrasi
banyak pengarahan. 7) Rasa terisolasi
8) Kesulitan atau ketidaktepatn pengungkapan
9) Aktivitas yang tidak berguna
10) Bermusuhan dengan lingkungan
4 Panik Pada tingkat ini 1) Hiperaktifitas
individu sudah tidak 2) Rasa terisolasi yang ekstrim
dapat mengontrol diri 3) Kehilangan identitas, desintegrasi
lagi dan tidak dapat kepribadian
melakukan apa-apa lagi 4) Sangat goncang dan otot tegang
walaupun sudah diberi 5) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
pengarahan. dengan kalimat yang lengkap
6) Distorsi,persepsi penilaian yang tidak
realitas terhadap lingkungan dan ancaman
7) Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
8) Menyerang.

F. Pohon Masalah

Gangguan Citra tubuh/ konsep diri


Dampak

Masalah utama Ansietas

Penyebab Koping individu inefektif

G. Definisi Koping
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata koping dapat
dimaknai sebagai cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan perubahan (KBBI, 2016). Menurut Videbeck
mekanisme koping dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang
digunakan seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi
yang mengurangi rasa nyaman, dan menghadapi situasi yang
menimbulkan stres (Mesuria, Huriania, & Sumarsih, 2014).

H. Sumber dan mekanisme koping


Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan
sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal

9
ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil. Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai
kemampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan
seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika
ansietas menghebat. Ansietas ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa
pemikiran yang serius.
Adapun tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber
stres.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara
seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap
stres.

I. Pengkajian Pada Pasien Ansietas


Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
pasien melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang dirasakan. Adapun data fokus yang perlu dikaji ada klien
yang mengalami kecemasan menurut (Stuart & Sundden, 2007) adalah
sebagai berikut;
a. Perilaku
b. Faktor predisposisi
c. Faktor prepitasi
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping

J. Tanda dan Gejala Ansietas


Pasien datang ke pelayanan kesehatan atau ke psikiatri biasanya
mengeluh trias-ansietas, yaitu;
a. Rasa cemas hari depan tak menentu,
b. hiperaktifitas,
c. Perasaan tegang dan takut.

10
K. Masalah Keperawatan
Ansietas

L. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Rencana tindakan
Keperawatan
1 Cemas Setelah dilakukan tindakan a. Lindungi klien dari bahaya,
berat/Panik keperawatan selama 3x24 b. Bina hubungan terapeutik : terima
jam, klien mampu terlebih dahulu kehendaknya dan
S: beri dukungan klien dari pada
a. Mengungkapkan melawan
bahwa cemasnya c. Kenalkan realitas nyeri yang
berkurang atau tidak berhubungan dengan mekanisme
merasa cemas lagi koping
setelah melakukan d. Jangan fokuskan pada fobia, ritual
intervensi. atau keluhan fisik.
b. Mengatakan bahwa e. Beri umpan balik tentang: perilaku
mampu mengontrol stress, penilaian stresor dan sumber
rasa cemas setelah koping
diberikan intervensi f. Perkuat ide bahwa kesehatan fisik
keperawatan Berhubungan dengan kesehatan
emosi,
O: g. Mulailah membuat batasan
a. Mendemontrasikan perilaku maladaptif klien dengan
teknik intervensi yang cara mendukung.
diajarkan untuk h. Modifikasi lingkungan yang dapat
mengurangi ansietas mengurangi kecemasan
b. Menunjukkan ekspresi i. Lakukan cara yang tenang kepada
yang bukan menjadi klien Kurangi stimulasi lingkungan
tanda dan gejala j. Batasi interaksi pasien dengan
kecemasan orang lain, untuk meminimalkan
menularnya cemas pada orang lain.
A:
k. Identifikasi dan modifikasi situasi
a. Ansietas (+)
yang mempengaruhi kecemasan
P: Pertahankan intervensi f, i, l. Berikan tindakan yang dapat
l, m, o, 1, r, s. mendukung fisik, seperti; mandi
hangat, massage.
m. Dorong klien melakukan aktifitas
yang telah dijadwalkan
n. Dukung klien untuk beraktifitas
dengan berbagi kegiatan seperti
membersihkan ruangan, merawat
taman selanjutnya berikan
penguatan perilaku produktif
secara social
o. Berikan beberapa jenis latihan fisik
seperti; senam, relaksasi.

11
p. Susunlah jadwal kegiatan bersama
pasien
q. Libatkan keluarga atau sismtem
pendukung lainnya yang
memungkinkan.
r. Kolaborasi pemberian obat-obat
anti ansietas untuk menurunkan
gejala gejala cemas berat
s. Monitor adanya efek samping dari
terapi obat yang diberikan.
2 Cemas sedang Setelah dilakukan tindakan c. Identifikasi perasaan cemas yang
keperawatan selama 2x24 dimulai dengan membina
jam, klien mampu hubungan saling percaya
S: d. Membantu klien untuk
 Mengungkapkan menguraikan perasaannya
bahwa cemasnya e. Monitor kesesuaian perilaku
berkurang atau tidak dengan perasaan
merasa cemas lagi f. Validasi pasien tentang perasaan
setelah melakukan cemasnya semua perubahan dari
intervensi. asumsi yang ada
 Mengatakan bahwa g. Gunakan pertanyaan terbuka,
mampu mengontrol kaitkan perilaku klien dengan
rasa cemas setelah perasaan klien
diberikan intervensi h. Lakukan konfrontasi suportif
keperawatan secara bijaksana (jika perlu).
O: i. Kenali penyebab kecemasan klien
 Mendemontrasikan j. Bantu klien untuk
teknik intervensi yang menggambarkan situasi dan
diajarkan untuk interaksi yang mendahului cemas.
mengurangi ansietas k. Tinjau penilaian klien terhadap;
 Menunjukkan ekspresi stresor; nilai-nilai yang terancam;
yang bukan menjadi timbulnya konflik.
tanda dan gejala l. Hubungkan pengalaman klien
kecemasan sekarang dengan masa lalu
A : Ansietas (+) m. Dorong klien untuk menguraikan
P: pertahankan intervensi i, m, cara koping adaptif.
n, t, x n. Observasi bagaimana klien
mengatasi cemas dimasa lalu dan
bagaimana tindakan yang
dilakukan.
o. Tunjukan efek distruktif dari
koping mal-adaptif.
p. Dorong klien untuk melakukan
koping adaptif yang efektif.
q. Beri tanggung jawab klien.
r. Bantu klien menilai kembali:
nilai, sifat dan arti stressor.
s. Diskusikan dengan klien manfaat

12
manfaat berhubungan dan akibat
kita tidak berhubungan.
t. Bantu klien melakukan 2 respon
adaptif untuk mengatasi cemas.
u. Bantu klien mengidentifikasi cara
untuk membangun kembali:
pikiran positif; perilaku adaptif,
penggunaan sumber-sumer
koping, dan menguji respon
koping yang baru.
v. Beri dorongan untuk melakukan
aktifitas fisik dalam menyalurkan
energi.
w. Libatkan orang terdekat sebagai
sumber koping/ dukungan social.
x. Ajarkan beberapa tindakan
sebagai berikut :
 Relaksasi dengam tarik napas
dalam, relaksasi progresif
 Ventilasi perasaan dengan
komunikasi terbuka
 Menghentikan pikiran negatif
 Teknik reduksi ansietas melalui
kegiatan

M. Pelaksanaan dan Evaluasi


Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
a. Evaluasi Subyektif
 Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
 Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
b. Evaluasi Objektif
1) Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien sudah
menurun
2) Tingkah laku klien merefleksikan tingkat ansietas ringan atau
sedang
3) Sumber koping dikaji dan digunakan
4) Klien mengenal ansietasnya dan menyadari perasaan tersebut
5) Klien menggunakan respon koping yang adaptif
6) Klien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk
menurunkan ansietasnya
7) Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan diri

13
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi


Dan Klasifikasi 2018-2020 Ed.11 . Jakarta: EGC.

KBBI. (2016). Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/koping

Kusuma, Y. M. (2012). Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Siswa


Kelas IX SMP Negeri 2 Semarang. Undergraduate thesis, UNIMUS. Retrieved
from http://repository.unimus.ac.id/851/

Mesuria, R. P., Huriania, E., & Sumarsih, G. (2014). Hubungan Mekanisme Koping
dengan Tingkat Stres Pada Pasien Fraktur. NERS JURNAL KEPERAWATAN Vol.
10 No 1 bulan Maret , 66-74.

Stuart, G. W., & Sunden. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed. 5. Jakarta: EGC.

14
GANGGUAN CITRA TUBUH
A. Definisi
Gangguan citra tubuh merupakan perubahan presepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat
adanya presepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Presepsi
tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersiapkan diri
kita secara disik (Muhith & Abdul, 2015). Sedangkan merurut definisi
NANDA 2018-2020 menuliskan bahwa gangguan citra tubuh domain 6
kelas 3 kode diagnosis 00118.merupakan konfusi dalam gambaran mental
tentang diri-fisik individu (Herdman & Kamitsuru, 2018).

B. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gangguan citra
tubuh diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Predisposisi pada gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial dan budaya (Paxton
et al, 2011).
1) Biologis, faktor genetik turut mempengaruhi terhadap
ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Fakor biologis yang paling
menonjol terkait dengan ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dan
bentuk tubuh, salah satu faktor yang juga mempengaruhi adalah
interaksi antara ukuran tubuh dan sikap sosial negatif serta
diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh (Paxton et al.,
2011).
2) Psikologis, yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial
gangguan citra tubuh. Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh
keadaan depresi, rendah diri, dan ketidaksempurnaan yang
dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi
terhadap pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh
seseorang.
3) Sosial dan budaya, individu yang mengalami keterlambatan
perkembangan atau situasi yang menyebabkan tertundanya tugas
perkembangan dapat mengakibatkan individu memiliki konsep
diri negatif (Bolton, 2010). Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial
berpengaruh terhadap pandangan individu tentang citra tubuh, hal
ini disebabkan oleh perbandingan dari orang lain termasuk teman
sebaya atau media yang semakin mempertinggi perbedaan diri
sendiri dengan orang lain serta ideal diri (Schutz et al, 2002).
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma
2) Penyakit, kelainan hormonal
3) Operasi atau pembedahan
4) Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan; maturasi

15
5) Perubahan fisiologis tubuh
6) Prosedur medis dan keperawatan; radioterapi; efek
pengobatan; kemoterapi

D. Kriteria citra tubuh


Menurut Veronica (2010), adapun kriteria citra tubuh yang dapat dmiliki
oleh sesorang mencakup dua kriteria citra tubuh sebagai berikut :
a. Body Image positif
1) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat
berbagai bagian tubuh sebagaimana yang sebenarnya.
2) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami
bahwa penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai
dan karakter.
3) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta
merasa nyaman dan yakin dalam tubuhnya.
b. Body Image negatif
1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa
terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak sebenarnya.
2) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan
bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan
pribadi.
3) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang tubuhnya.
4) Individu tidak nyaman dan canggung dalam tubuhnya.

E. Respon terhadap citra tubuh


Menurut Riyadi (2009) mengungkapkan bahwa respon pasien
terhadap perubahan bentuk meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1) Respon adaptif: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau
penerimaan).
2) Respon mal-adaptif: lanjutan terhadap penyangkalan yang
berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi
pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang
perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
1) Respon adaptif: merupakan tanggung jawab terhadap rasa
kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan
perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan
sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan
keluarga.
2) Respon mal-adaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung
atau dengan keras menolak bantuan.

16
c. Respon terhadap sosialisasi dan komunikasi dapat berupa:
1) Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan
komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak
sebagai pendukung bagi yang lain.
2) Respon mal-adaptif: mengisolasikan dirinya sendiri,
memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak
mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan)

F. Tanda dan gejala


Menurut NANDA 2018-2020 menuliskan beberapa batasan
karakteristik yang dapat dialami oleh seseorang sebagai tanda memiliki
gangguan citra tubuh diantaranya adalah:
1) Adanya bagian tubuh yang hilang
2) Perubahan fungsi tubuh
3) Perubahan struktur tubuh
4) Perubahan pandangan tentang penampilan
5) Menghindari melihat tubuh orang lain
6) Menghindari menyentuh tubuh orang lain
7) Perubahan gaya hidup
8) Perubahan dalam keterlibatan sosial
9) Berfokus pada penampilan masa lalu
10) Menyembunyikan bagian tubuh
11) Perasaan negatif tentang tubuh
12) Menolak menerima perubahan
13) Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi.

G. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara
obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)

17
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau
potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan mengamuk) (Stuart & Sundeen, 2006).

H. Pohon Masalah
Efek Harga Diri Rendah Situasional

Core Problem Gangguan Citra Tubuh

Etiologi Ansietas

I. Masalah keperawatan
Gangguan Citra Tubuh

J. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan tindakan
1) Mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3) Mengidentifikasi aspek positif diri
4) Mengtahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Melakukan cara-cara untuk menigkatkan citra tubuh
6) Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan pesepsi pasien tentang citra tubuhnya dulu dan saat
ini, perasaan tntang citra tubuhnya dan harapan tentang cita
tubuhnya saat ini
2) Motivasi pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan
perawat untuk melihat dan meyentuh bagian tubuh secara
bertahap
3) Diskusikan aspek positif diri
4) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara
memberikan motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang
mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal
5) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:

18
 Susun jadwal kegiatan sehari-hari
 Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan tlibat
dalam aktivitas keluarga dan sosial
 Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti atau mempunyai peran pentng baginya
 Berikan pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan
interaksi
c. Evaluasi
1) Mengungkapkan presepsi tentang citra tubuhnya, dulu dan saat
ini
2) Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
tentang citra tubuhnya saat ini
3) Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan
menyentuh bagian tubuh secara bertahap
4) Mendiskusikan aspek positif
5) Meminta bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu
d. Pedokumentasian
Dokumentasi dilakukan pada stiap tahap proses kperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.


Jogjakarta : Trans Info Media

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Definisi Dan Klassifikasi


2018-2020 Ed. 11. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., et al. (2011). Keperawatan Kesehatan Gangguan Jiwa Komunitas
(CMHN-Basic Course). Jakarta: EGC
Muhith, Abdul. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: CV Andi Offier
Nurhalimah (2015). Modul Keperawatan Jiwa I: Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial (Gangguan Citra Tubuh dan Masalah
Kehilanhgan). Pusat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

Paxton, S. (2011). Psychological Prevention and Intvention Strategis or body


dissatisfaction and disorder eating. Australian psychological Society.
Potter, P.A, & Perry, A.G (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Teguh Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC

20
KETIDAKBERDAYAAN
A. Definisi
Menurut NANDA tahun 2018-2020 Domain 9, Kelas 2 Kode Diagnosis
00125 hal. 343 mendefinsikan ketidakberdayaan sebagai suatu pengalaman
hidup kurang pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhi hasil (Herdman
& Kamitsuru, 2018). Sedangkan pada NANDA (2011) ketidakberdayaan
didefinisikan sebagai persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang
diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi.

B. Patway
Ketidakberdayaan berawal dari ketidakmampuan individu dalam
mengatasi masalah sehingga menimbulkan stress yang diawali dengan respon
otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres ini akan menyebabkan
korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipothalamus dan selanjutnya
mengaktifkan sistem pitutary adrenal (HPA). Kemudian sinyal ini juga akan
ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya yang
berperan dalam status emosional yaitu amigdala. Sehingga pada akhirnya
individu kehilangan mood atau motivasi untuk beraktivitas, hambatan emosi,
dan langkah awal menuju ketidakberdayaan (Stuart & Laraia, 2005).

C. Etiologi
Penyebab terjadinya ansietas pada setiap individu dapat berbeda, namun
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perasaan ini
berdasarkan teori-teori sebagai berikut (Stuart G. W., Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 5, 2012):
1) Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi proses kehilangan
2) Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang
yang mengalami kehilangan yng traumatis atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan
individu tersebut mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa
individu menjadi tidak berdaya dan akan sulit mencapai fase menerima
3) Teori kognitif, mengemukalan bahwa dipresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif diri sendiri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang diirnya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak
ada harapan.
4) Teori model belajar ketidakberdayaan menyatakan depresi terjadi karena
individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi
pasif dan tidak mampu mengendalikan masalahnya.

21
D. Tanda dan gejala
Menurut NANDA 2018-2020, menyebutkan beberapa tanda dan gejala
terjadinya ketidakberdayaan yaitu:
a) Perasaan terasing
b) Bergantung pada orang lain
c) Depresi
d) Ragu tentang penampilan peran
e) Frustasi karena tidak mampu melakukan aktivitas sebelumnya
f) Kurang berpatisipasi dalam perawatan
g) Kurang rasa kendali
h) Memiliki malu yang tinggi
Sedangkan menurut (Husna, 2017) tanda yang dapat dialami oleh individu
dengan masalah ketidakberdayaan diantaranya adalah sebagai berikut:

No. Perubahan Manifestasi klinik


1 Afektif Gelisah, Sedih yang mendalam hingga
mengalami frustasi, Menangis,
Mengalami penyesalan, Merasa tidak
berdaya, Berfokus pada diri sendiri,
Merasa bingung, Ragu dan tidak percaya
diri, Merasa khawatir, Cenderung
menyalahkan diri sendiri, Apatis, Pesimis,
dan Mudah marah.
2 Fisiologis Simpatik: Anoreksia, Mulut kering,
Wajah pucat, Nadi dan tekanan darah
turun, Pupil menyempit, Lemah, Nafas
pelan sesekali nafas dalam.
Parasimpatik: Nyeri kepala (pusing),
Penurunan tekanan darah dan frekuensi
denyut nadi, Letih, Tidur berlebihan, dan
Lesu.
3 Perilaku Gerakan pelan dan lemas, Penurunan
produktivitas, Gelisah dan melihat hanya
sepintas, Kontak mata buruk, Apatis,
Melamun, Menunduk, dan Memalingkan
wajah.
4 Sosial Bicara pelan dan lirih, Menarik diri dari
hubungan interpersonal, Kurang inisiatif,
Menghindari kontak sosial dengan orang
lain, dan Menunjukkan sikap apatis.

E. Rentang respon
Respon yang dapat diberikan oleh individu pada perasaan
ketidakberdayaan dapat berbeda-beda pada individu yang berbeda. Namun
pada dasarnya rentan respon yang dapat ditunjukkan oleh individu tidak lepas
dari rentang respon adaptif dan respon maladaptif.

22
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Emosional Berduka rumit Supresi emosi Reaksi berduka tertunda Depresi

F. Pohon masalah

Keputusasaan

Dampak

Masalah utama Ketidakberdayaan

Penyebab Koping individu tidak efektif

G. Definisi Koping
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata koping dapat
dimaknai sebagai cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan perubahan (KBBI, 2016). Menurut Videbeck
mekanisme koping dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang
digunakan seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi
yang mengurangi rasa nyaman, dan menghadapi situasi yang
menimbulkan stres (Mesuria, Huriania, & Sumarsih, 2014).

H. Sumber dan mekanisme koping


1. Sumber Koping:
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.

23
b) Sosial support
1) Care giver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang
dimiliki (tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang
membantunya selama proses gangguan fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang
dirasakan: tidak ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang
ada.
2. Mekanisme Koping
a) Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan.
b) Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
atau meminta bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
(mengalami ketegangan peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai
tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan
minum, kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung
pada orang lain).
7) Enggan/ sukar mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

I. Data yang perlu dikaji


Data yang perlu dikaji pada pasien ketidakberdayaan yaitu sebagai berikut:
1) Data Subjektif
a. Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi.
b. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
2) Data Objektif
a. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan.

24
b. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
c. Tidak memantau kemajuan, ketidakmampuan mencari informasi
tentang perawatan.
d. Apatis, pasif.
e. Ekspresi muka murung.
f. Bicara dan gerakan lambat.
g. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
h. Tidur berlebihan.
i. Menghindari orang lain.

1. Diagnosis Keperawatan :
Ketidakberdayaan.

25
M. Rencana tindakan keperawatan :
Menurut (Pongtiku, 2020) rencana tindakan keperawatan yang dapat dirancang untuk menangani diagnosa ketidakberdayaan adalah
Dignosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intrevensi Rasional
Ketidakberdayaan TUM: Setelah dilakukan tindakan Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari pasien
Pasien menunjukkan keperawatan selama 2x24 jam, prinsip komunikasi terapeutik yaitu: merupakan hal yang akan
kepercayaan kesehatan dengan pasien mampu: a. Mengucapkan salam terapeutik. Sapa memudahkan perawat dalam
kriteria: merasa memiliki S: pasien dengan ramah, baik verbal melakukan pendekatan
harapan, mampu melakukan, a. Bersedia menceritakan ataupun non verbal keperawatan atau intervensi
merasa dapat mengendalikan, perasaannya b. Berjabat tangan dengan pasien selanjutnya terhadap pasien.
dan merasakan kualitas hidup b. Bersedia mengungkapkan c. Perkenalkan diri dengan sopan
yang positif masalah d. Tanyakan nama lengkap pasien dan
TUK 1: nama panggilan yang disukai pasien
Pasien dapat membinan O: e. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling percaya c. Menunjukkan ekspresi f. Membuat kontrak topik, waktu, dan
wajah bersahabat tempat setiap kali bertemu pasien
d. Menunjukkan kontak mata g. Tunjukkan sikap empati dan menerima
pasien apa adanya
A: Ketidakberdayaan (+) h. Beri perhatian kepada pasien dan
perhatian kebutuhan dasar pasien
P: Pertahankan intervensi
nomor a, c, e, f, g, h.
TUK 2: Setelah dilakukan tindakan a. Dengarkan pengungkapan perasaan Intervensi penuh harapan ini
Membantu pasien keperawatan selama 2x24 jam, pasien secara aktif, perlakukan pasien memberikan izin kepada pasien
mengidentifikasi dan pasien mampu: selaku individu dan terima perasaannya. untuk berbicara dan
mengungkapan tentang segala S: b. Sampaikan empati atas pengakuan mengeksplorasi hidupnya
perasaan ketidakberdayaan Menceritakan masalah yang verbal pasien mengenai keraguan,
dihadapi ketakutan dan kekhawatirannya Keputusasaan dapat menuntun
c. Validasi dan refleksikan kesan dengan manusia pada penemuan diri

26
O: orang tersebut. Penting untuk disadari (self-discovery).
Mengekpresikan perasaan bahwa pasien dengan kanker misalnya
sering memiliki realitas mereka sendiri
A: Ketidakberdayaan (+) yang mungkin berbeda dari perawat
d. Dorong pasien untuk mengungkapkan
P: Pertahankan intervensi bagaimana harapan tersebut tidak pasti
nomor b, d, e, h dan bagian dimana harapan tersebut
telah mengecewakan pasien
e. Bantu pasien untuk memahami bahwa
dia dapat mengatasi aspek keputusaan
dengan memisahkannya dengan aspek
penuh harapan dan berdayanya
f. Bantu pasien untuk mengenali dan
mengidentifikasi aspek
ketidakberdayaan
g. Bantu pasien untuk membedakan antara
yang mungkin dan tidak mungkin
h. Perawat memobilisasi sumber daya
internal dan eksternal pasien untuk
mempromosikan harapan. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi alasan pribadi
mereka untuk hidup yang memberikan
makna dan tujuan hidup mereka
TUK 3: Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi Faktor-faktor tersebut dapat
Menilai dan memobilisasi keperawatan selama 2x24 jam, faktor-faktor maupun situasi yang dapat digunakan untuk
sumber daya internal pasien pasien mampu: berpengaruh pada ketidakberdayaan mengidentifikasi hal-hal yang
atau mengientifikasi tindakan S: (misalnya pekerjaan, aktivitas hiburan, berpotensi dapat dikendalikan
yang berada dalam kendali a. Menyebutkan aspek tanggung jawab peran, hubungan antar dan dapat digunakan sebagai
pasien positif yang dimiliki, pribadi sumber kekuatan bagi pasien

27
b. Menyebutkan hal yang b. Menekankan kekuatan dan buka
dapat membantu kelemahan pasien penting untuk mengenali
mengurangi perasaan c. Pujilah pasien pada upayanya yang kemungkinan konstruktif pada
tidak berdaya sesuai orang dewasa yang hidup
d. Dorong pasien untuk mengenali alasan dengan HIV/AIDS untuk
O: hidup untuk menumbuhkan harapan mempromosikan kehidupan
Menunjukkan ekspresi e. Identifikasi bidang kesuksesan dan yang layak dan pasien
nyaman untuk menyampaikan kegunaan seperti dengan menekankan mengenali adanya secercah
masalah yang dihadapi prestasi masa lalu. Gunakan informasi harapan. Jika tidak, seseorang
ini untuk mencapai tujuan bersama akan terjebak dan tenggelam ke
A: Ketidakberdayaan (+) dengan pasien. dalam eksistensi yang sempit,
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi hal- pusat perhatian pada hal yang
P: Pertahankan intervensi hal yang dia sukai dan anggap sebaagai tidak mungkin dan kehilangan
nomor b, c, d, e, h, i, j, k humor. Aktivitas seperti itu dapat perspektif masa depan.
berfungsi sebagai pengganggu terhadap
adanya ketidaknyamanan kognitif kegembiraan humor, dan
g. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kenangan menggairahkan
sumber harapan (misalnya hubungan, digunakan untuk menumbuhkan
iman, hal-hal yang harus dilakukan) harapan pada orang-orang yang
h. Bantu pasien dalam menyesuaikan dan sakit parah.
mengembangkan tujuan jangka pendek
dan jangka panjang yang realistis
(berjalan dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks).
i. Ajarkan pasien untuk memantau tanda
perkembangan tertentu yang digunakan
sebagai penguatan diri
j. Dorong pemikiran “akhir yang
bermakna” (means-end) secara positif

28
(yaitu: Jika saya melakukan ini maka
saya akan dapat ….”)
k. Tingkatkan kegembiraan dan berbagi
kenangan yang menggembirakan
TUK 4: Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien mengidentifikasi situasi Mendorong pasien untuk
Mengidentifikasi tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kehidupan yang tidak dapat ia mengungkapkan rasa yang
yang berada di luar kendali pasien mampu: kendalikan berhubungan dengan
pasien S: b. Diskusikan dan ajarkan cara melakukan ketidakmampuan sebagai upaya
Menyebutkan tindakan yang manipulasi untuk mengendalikan mengatasi masalah yang tidak
berada diluar kendalinya keadaan yang sulit dikendalikan dapat terselesaikan

O:
Mengekpresikan perasaan

A: Ketidakberdayaan (+)

P: Pertahankan intervensi
nomor a dan b
TUK 5: Setelah dilakukan tindakan a. Menghormati pasien sebagai pembuat TeknJika seseorang dapat
Membantu pasien dengan keperawatan selama 2x24 jam, keputusan yang kompeten; perlakukan mengenali dan menangani
pemecahan masalah dan pasien mampu: keputusan dan keinginannya dengan ketidakberdayaannya secara
pembuatan keputusan S: hormat imajinatif, maka pergerakan,
Menunjukkan inisitif, b. Dorong verbalisasi untuk menentukan pertumbuhan dan akal bisa
pengarahan diri sendiri, persepsi pilihan pasien memunculkan suatu hasil.
otonomi dalam c. Memperjelas nilai-nilai pasien untuk Kekakuan tidak akan pernah
pebgambilan keputusan, menentukan apa yang penting darinya bisa mengatasi
serta strategi pemecahan d. Membantu pasien dalam ketidakberdayaan
masalah yang efektif. mengidentifikasi masalah yang tidak
dapat diselesaikan hingga masalah yang Motivasi sangat penting untuk

29
O: bisa ia hadapi. Dengan kata lain, memulihkan pasien dari
Menyampaikan masalah yang membantu pasien untuk menjauhkannya keputusasaan. Pasien harus
dihadapi dari pandangan ketidakmungkinan dan menentukan tujuan bahkan jika
keputusasaan dan mulai menghadapi hal- dia memiliki harapan rendah
A: Ketidakberdayaan (+) hal yang realistis dan penuh harapan untuk mencapainya. Perawat
e. Menilai persepsi pasien terhadap diri adalah katalisator yang
P: Pertahankan intervensi sendiri dan orang lain sehubungan mendorong pasien untuk
nomor b, d, e, f dengan ukuran (orang dengan mengambil langkah pertama
ketidakberdayaan sering melihat orang untuk mengidentifikasi tujuan.
lain sebagai sosok yang besar dan Kemudian pasien harus
menilai diri mereka sendiri sebagai menciptakan tujuan lain.
sosok yang kecil)
f. Jika persepsi tidak realistis, bantu pasien
untuk menilai ulang mereka untuk
mengembalikannya ke dalam skala yang
tepat
g. Promosikan fleksibilitas. Dorong pasien
untuk mencoba suatu alternatif dan
mengambil risiko.
TUK 6: Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien dengan menetapkan tujuan Terapi musik, aromaterapi dan
Membantu pasien untuk keperawatan selama 2x24 jam, jangka pendek dan jangka panjang yang pijat dengan minyak esensial
mempelajari kemampuan pasien mampu: realistis dan dapat dicapai ditemukan dapat membantu
koping yang efektif S: b. Ajarkan pentingnya saling berbagi dalam pasien belajar melepaskan stres
ketidakberdayaan dengan berbagi keprihatinan dan mengekspresikan perasaan
koping yang adaptif c. Ajari nilai-nilai untuk menghadapi untuk beradaptasi dengan
O: masalah kehidupansaat ini dan
Menyebut dan d. Biarkan pasien waktu untuk mengenang menghadapi dampak penyakit
mendemonstrasikan cara kembali wawasan pengalaman masa lalu dengan sikap positif.
menangani ketidakberdayaan e. Jelaskan manfaat dari distraksi terhadap Orang biasanya dapat

30
kejadian negatif mengatasi sebagaian dari
A: Ketidakberdayaan (+) f. Ajarkan dan bantu teknik relaksasi kehidupan yang mereka anggap
sebelum mengantisipasi kejadian stres tidak berdaya nika mereka
P: - g. Dorong citra mental untuk menyadari bahwa ada faktor-
mempromosikan proses berpikir positif faktor lain dalam kehidupan
h. Ajarkan pasien untuk berharap menjadi yang berharga. Oleh karena itu,
orang terbaik saat ini dan menghargai ketidakberdayaan bisa
setiap momen menimbulkan penemuan
i. Ajarkan pasien untuk memaksimalkan alternatif yang memberi makna
pengalaman estetika (misalnya aroma dan tujuan hidup. Hal ini
kopi, gosokan punggung, rasakan penting untuk mencegah
kehangatan matahari, aangin sepoi- ketidakberdayaan
sepoi) yang bisa menginspirasi harapan
j. Ajarkan pasien untuk mengantisipasi Hilangnya kontrol terhadap
pengalaman yang dia suka setiap hari hidup dalam penyakit, seperti
(misalnya: berjalan-jalan, membaca epilepsi, dapat mengakibatkan
buku favorit, atau menulis surat) pikiran negatif mengarah pada
k. Bantu pasien untuk mengungkapkan ketidakberdayaan.
keyakinan spiritual
l. Ajarkan pasien cara untuk melestarikan
dan menghasilkan energi melalui latihan
fisik moderat
m. Dorong terapi musik, aromaterapi, dan
pijatan dengan minyak esensial untuk
meperbaiki fisik dan status mental
pasien
Menilai dan memobilisasi Setelah dilakukan tindakan a. Libatkan keluarga dan orang penting Mempertahankan tanggung
sumber daya eksternal pasien keperawatan selama 2x24 jam, lainnya dalam rencana perawatan jawab peran keluarga sangat
pasien mampu: b. Dorong pasien untuk menghabiskan penting untuk menimbulkan

31
S: waktu atau pikiran dengan orang yang harapan dan penanganan. Selain
M emanfaatkan sumber daya dicintainya dalam hubungan yang sehat itu, harapan sangat penting bagi
eksternal atau sistem c. Ajarkaan peran anggota keluarga dalam pihak keluarga orang sakit kritis
pendukung yang ada mempertahankan harapan melalui untuk memfasilitasi penanganan
hubungan yang positif dan suportif dan penyesuaian.
O: d. Diskusikan tujuan pasien yang dapat
Mengekpresikan perasaan dicapai dengan keluarga Pasien yang tinggal sendiri
e. Memberdayakan pasien yang memiliki tanpa dukungan keluarga
A: Ketidakberdayaan (-) penyakit kronis dengan menanamkan ternyata memiliki lebih banyak
harapan melalui penyempurnaan sistem gejala putus asa.
P: - pendukung
f. Sampaikan harapan, informasi dan Harapan berhubungan dengan
. kepercayaan diri kepada keluarga karena bantuan orang lain karena
mereka akan menyampaikan perasaan pasien percaya bahwa sumber
mereka kepada pasien daya eksternal mungkin
g. Gunakan sentuhan dan kedekatan mendukung ketika sumber daya
dengan pasien untuk menunjukkan dan kekuatan internalnya
kepada keluarga akspetabilitasnya tampaknya tidak cukup untuk
(berikan privasi). mengatasinya (misalnya
keluarga atau orang yang
penting lainnya seringkali
merupakan sumber harapan)

Harapan yang dipelihara oleh


anggota keluarga memiliki efek
yang menular pada pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan
Klasifikasi 2018-2020 Ed.11 . Jakarta: EGC.

Husna, H. (2017). Kelompok Diagnosis Gangguan Psikososial Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Masalah Ketidakberdayaan. Retrieved from
https://www.academia.edu/33515544/Laporan_Pendahuluan_LP
KBBI. (2016). Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/koping
Mesuria, R. P., Huriania, E., & Sumarsih, G. (2014). Hubungan Mekanisme Koping dengan
Tingkat Stres Pada Pasien Fraktur. NERS JURNAL KEPERAWATAN Vol. 10 No 1 bulan
Maret , 66-74.
Pongtiku, D. A. (2020). Laporan Pendahuluan Ketidakberdayaan.
Rasiddin, M. (2015). Laporan Pendahuluan Ketidakberdayaan. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/273287158/Laporan-Pendahuluan-Ketidakberdayaan
Stuart, & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta.

33
KEPUTUSASAAN
1. Definisi
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat
subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau
pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang
diinginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, 2016). Sedangkan NANDA 2018-2020
menuliskan bahwa keputuasaan pada Domain 6 Kelas 1 Kode Diagnosis 00124 halaman
264 sebagai kondisi subjektif ketika individu memandang adanya keterbatasan atau tidak
adanya alternatif pilihan pribadi serta tidak mampu memobilisasienergi untuk
kepentingan sendiri (Herdman & Kamitsuru, 2018).

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah:
1) Faktor genetic: Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan
2) Kesehatan jasmani: Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
4) Struktur kepribadian
5) Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:
1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus
3) Faktor Lingkungan
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6) Adanya tekanan hidup
7) Kurangnya iman

3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala menurut (Keliat, Panjaitan, & Helena, 2005) adalah:
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan tampak murung.

34
c. Terlihat kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan.
f. Kontak mata kurang.
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
h. Nampak selalu murung atau blue mood.
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur.
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan

Sedangkan menurut, (Yosep, 2010) beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh individu
dengan keputusasaan diantaranya terjabar dalam tanda mayor dan minor sebagai berikut:
a. Mayor (harus ada)
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan,
dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil
isyarat verbal tentang kesedihan.
1) Fisiologi
a) Respon terhadap stimulus melambat
b) Tidak ada energi
c) Tidur bertambah
2) Emosional
a) Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya
tapi dapat merasakan
b) Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan
Tuhan
c) Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
d) Hampa dan letih
e) Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
f) Tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan:
a) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
b) Penurunan verbalisasi
c) Penurunan afek
d) Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
e) Ketidakmampuan mencapai sesuatu
f) Hubungan interpersonal yang terganggu
g) Proses pikir yang lambat
h) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif
a) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
b) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini

35
c) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
d) Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
e) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
f) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
g) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
h) Tidak dapat mengenali sumber harapan
i) Adanya pikiran untuk membunuh diri.
b. Minor ( mungkin ada )
a. Fisiologis
Anoreksia, BB menurun
b. Emosional
Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain, merasa berada diujung
tanduk, tegang, muak (merasa ia tidak bisa), kehilangan kepuasan terhadap peran dan
hubungan yang ia jalani
c. Individu memperlihatkan
Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara, penurunan
motivasi, keluh kesah, kemunduran, sikap pasrah, depresi
d. Kognitif
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima, hilangnya
persepsi waktu tentang mas lalu, masa sekarang, masa datang, bingung,
ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, distorsi proses pikir dan asosiasi,
penilaian yang tidak logis.

4. Pohon Masalah
Resiko Perilaku kekerasan (akibat lanjutan)

Isolasi Sosial (akibat)

Keputusasaan (Core Problem)

Ketidakberdayaan (etiologi/causa)

5. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


1. Data Subyektif
Tanda-tanda lisan seperti misalnya, isi pembicaraan pesimis,”saya tidak bisa”,
menghela napas. Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak
berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.

2. Data Objektif
Menutup mata, penurunan nafsu makan, penurunan afek, penurunan respon
terhadap stimuli, penurunan pengungkapan verbal, kurang inisiatif, kurang terlibat
dalam perawatan, pasif, mengangkat bahu sebagai respong terhadap pembicara,
gangguan pola tidur, meninggalkan pembicara, dan menghindari kontak mata.

36
3. Koping Maladaptif
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: tampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

6. Diagnosa keperawatan
1. Keputusasaan
2. Ketidakberdayaan
3. Resiko Perilaku kekerasan

7. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut (Judith & Nancy, 2002) adapun rencana keperawatan yang dapat disusun
untuk individu dengan masalah psikososial keputusasaan, adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum ; Klien mampu mengekpresikan harapan positif tentang masa depan,
mengekpresikan tujuan dan arti kehidupan.
2. Tujuan Khusus ; klien mampu:
 Membina hubungan saling percaya
 Mengenal masalah keputusasaan
 Berpartisipasi dalam aktifitas
 Menggunakan keluarga sebagai system pendukung
3. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
 Ucapkan salam
 Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
 Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai
 Jelaksan tujuan pertemuan
 Dengarkan klien dengan penuh perhatian
 Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
b. Klien mengenal masalah keputusasaannya
 Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya.
 Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap
kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien
 Bantu klien mengidentifikasikan tingkah laku yang mendukung putus
asa: pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan
kurangnya partisipasi dalam aktifitas.
 Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi
masalahnya, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
 Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini
digunakan oleh klien.
 Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
 Bantu klien identifikasi keuntungan dn kerugian dari tiap alternative.
 Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah faktor
resiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri): tanyakan tentang rencana,
metode dan cara bunuh diri.

37
c. Klien berpartisipasi dalam aktifitas
 Identifikasi aspek positif dari dunia klien
 Dorong klien untuk berfikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus
asa.
 Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung
pikiran dan perasaan yang positif.
 Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam
mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam
aktifitas.
d. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
 Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa
klien.
 Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien
atasi masalah dan bagaimana hasilnya.
 Tanyakan harapan keluarga tentang keputusasaan.
 Diskusikan dengan keluaga tentang keputusasaan:
- Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
- Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping,
akibat bila tidak patuh minum obat.
- Cara keluarga merawat klien.
- Askes bantuan bila keluarga bila tidak dapat mengatasi kondisi
klien.

38
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi
Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klassifikasi 2018-2020 Ed.11. Jakarta: EGC.
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan ed.9. Jakarta: EGC.
Keliat, budi anna, Panjaitan, ria utami, & Helena, N. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

39
HARGA DIRI RENDAH
(SITUASIONAL)
1. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri setelah melakukan tindakan yang tidak
sesuai dengan ideal diri (Fajariyah, 2012). Menurut NANDA 2018-2020, diagnosa
keperawatan harga diri domain 6 kelas 2, kemudian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
harga diri rendah kronik, resiko harga diri rendah kronik, harga diri rendah situasional
dan resiko harga diri rendah situasional (Herdman & Kamitsuru, 2018). Adapun
perbedaan antara situsional dan kronik tersebut adalah:
a. Situasional
Merupakan perasaan trauma yang tiba-tiba, misalnya saat individu harus
dioperasi, kecelakaan, diceraikan oleh istri/suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai (Iskandar, 2012).
b. Kronik
Merupakan perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (Iskandar, 2012).

2. Etiologi
Berbagai faktor yang menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang diantaraya adalah seringnya disalahkan pada masa kecil, bullying, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya, maupun karena trauma seperi pemerkosaan
(Damayanti & Iskandar, 2012). Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (2006) adapun
faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi
dan faktor presipitasi sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas yang
menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara

40
tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk
dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat
(Yosep, 2009).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2009).
3. Rentang respon
Menurut (Rizani, 2018) rentang respon yang dialami individu dengan harga diri rendah
adalah sebagai berikut

Respon adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri rendah identitas

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik
dengan orang lain (Eko, 2014).

4. Proses terjadinya masalah


a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Direja & Herman,
(2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal
diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah:
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

41
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri
rendah adalah :
a) Penolakan
b) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut
c) Persaingan antar saudara
d) Kesalahan dan kegagalan berulang
e) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah:
stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural (Direja &
Herman, 2011).
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran
yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesui
a) Trauma peran perkembangan
b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
c) Transisi peran situasi
d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
e) Transisi peran sehat-sakit
f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk, penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan (Direja & Herman, 2011).
3) Perilaku
a) Citra tubuh
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak
bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh.
b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi
hidup, keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup
bertentangan, distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir,

42
merasa diri paling penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu,
merasa bersalah, mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
c) Keracunan identitas diantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa,
perasaan mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas
tinggi, tidak mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari
diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri, sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif
bingung, disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat,
gangguan penilaian, kepribadian ganda (Direja & Herman, 2011).

5. Tanda dan gejala


Menurut Stuart & Sundeen (2006) tanda- tanda individu dengan harga diri rendah
diantaranya adalah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
Sedangkan menurut (Damayanti & Iskandar, 2012) data yang perlu dikaji
berhubungan dengan HDR adalah sebagai berikut :
a. Data subjektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Sikap negatif terdap diri sendiri
4) Sikap pesimis pada kehidupan
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
6) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
7) Merasa diri lebih penting
8) Mengungkapkan kegagalan pribadi
9) Rasa bersalah
10) Keluhan-keluhan fisik
11) Pandangan hidup terpolarisasi
12) Mengingkari kemampuan diri sendiri
13) Mengejek diri sendiri
14) Mencederai diri sendiri
15) Khawatir
16) Ketegangan peran
17) Ketidak mampuan menentukan tujuan

43
b. Data Objektif
1) Produktivitas menurun
2) Prilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain
3) Penyalahgunaan zat
4) Menarik diri dari hubungan sosial
5) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
6) Menunjukkan tanda depresi
7) Tampak mudah tersinggung/mudah marah

6. Pohon Masalah
Efek Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Situasional


Core Problem

Etiologi Gangguan Citra Tubuh

7. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Harga diri rendah situasional
Data yang perlu dikaji adalah
1) Perasaan rendah diri
2) Pikiran yang mengarah mengkritik diri sendiri
3) Kurang terlibat dalam hubungan sosial
4) Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
5) Menyalahkan diri sendiri
6) Perasaan putus asa dan tidak berdaya.

8. Diagnosa keperawatan keperawatan


a. Harga diri rendah situasional
b. Gangguan Citra tubuh
c. Isolasi Sosial

9. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan tindakan
Adapun tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada Pasien bertujuan
untuk
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

44
b. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga,
dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien

45
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: Refika Publisher.
Direja, & Herman, A. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Eko, P. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawayan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Iskandar, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Fajariyah, N. (2012). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Definisi Dan Klassifikasi 2018-2020 Ed. 11.
Jakarta: EGC.
Rizani, H. A. (2018). asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan harga diri
rendah dengan fokus studi terapi hubungan interpersonal di RSUD Banyumas. Repository
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, http://repository.poltekkes-
smg.ac.id//index.php?p=show_detail&id=16574.
Stuart , & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, M. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care in Evidence Based
Practice 6 th ed. Philadelphia: F. A Davis.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Revika Aditama.

46
RESPONSI LAPORAN PENDAHULUAN
Hari/ Tanggal : Kamis/ 8 April 2021
Dokumentasi Screen Shoot Kegiatan :

47
LAPORAN HASIL ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
BERDASARKAN HASIL SKRINING SECARA ONLINE

DISUSUN OLEH :

NAMA : SHAHNAZ FATHIRRIZKY

NIM : R014202049

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

48
1. Hasil skrining keluarga/kerabat terdekat
Hari/ tanggal : Rabu-Jum’at/ 7-9 April 2021
Jumlah responden : 9 Responden
Link google drive bukti surat hasil skrining :
https://drive.google.com/drive/folders/1tBe-kwqO33XFpImwy0fUiptdvaBxCUaX?usp=sharing

Dokumentasi Kegiatan :

49
50
51
2. Penyampian Surat Hasil Skrining Ke Dwipuji Astuty Paputungan

3. Surat Hasil Skrining dari kak Akbar (2 dengan skor tertinggi akan menjadi responden
pengkajian psikososial lebih lanjut)
Link google Drive :
https://drive.google.com/drive/folders/1yhY1l7AfDaAnlR-qx0aDAmREvZhpo9dv?usp=sharing

4. Identitas Responden dengan skor tertinggi :


a. Responden I :
Nama : Ny. Aeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Skor Self Report Questionnaire : 18
Link hasil pengkajian dan rekaman :
 Laporan Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial (terlampir 1)
https://drive.google.com/file/d/1L7wYAe70Oi7NrfOpcN0z4rVRvVsNc03c/view?
usp=sharing
 Bukti rekaman (3 rekaman)
https://drive.google.com/drive/folders/1Wx0sV9Uwp3eg5ZlJG8zJVDqJwVEbSD
5G?usp=sharing

52
b. Responden II:
Nama : Ny. Ila
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Skor Self Report Questionnaire : 10
Link hasil pengkajian dan rekaman :
 Laporan Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial (terlampir 2)
https://drive.google.com/file/d/13kplCHfN8RtD7fHH4JCvFo4xaxVROOc4/view?usp=sharing

 Bukti rekaman
https://drive.google.com/drive/folders/1yY0n8aFojBzLvuuMHo-Wt9s185tua9nP?usp=sharing

53
TELAAH JURNAL
(Jurnal terlampir 3)

54
55
56
57
58
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA

(Mini Seminar Online)

Hari/ Tanggal Pelaksaan : Senin/ 19 April 2021

Kelompok :2

Materi Penyuluhan : Anxiety Disorder Deteksi Dini & Penanganannya

Dokumentasi Bukti Keiikutsertaan :

Rowndown, Juknis, SAP Kegiatan, serta PPT penyuluhan (terlampir)

59
60
PENAMPILAN LAPORAN AKHIR PSIKOSIAL KELOMPOK

(Seminar Kasus Psikososial)

Hari/ Tanggal Pelaksanaan : Sabtu/1 Mei 2021

Pukul : 08.00-selesai

Dokumentasi Bukti Keiikutsertaan :

Saya menerima tugas sebagai notulen selama kegiatan berlangsung, dan berikut adalah bukti
penyetoran hasil notulensi di group Profesi 2021 Stase Jiwa, yang juga terdapat seluruh dosen
yang berperan sebagai preseptor institusi stase Keperawatan Jiwa Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin tahun 2021.

61
LAPORAN LENGKAP ASKEP PSIKOSOSIAL KELOMPOK

(terlampir 4)

62
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial Klien 1 Ny. Nuraeni

LAPORAN HASIL
PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. NURAENI DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

HARGA DIRI RENDAH SITUSIONAL DAN ANSIETAS

OLEH

SHAHNAZ FATHIRRIZKY

R014202049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN

(NURSING CARE PLAN)

Nama Klien : Ny. Nuraeni

Umur : 22 tahun

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
1 TUM : Membina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Harga Diri Klien dapat dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk kelancaran
Rendah meningkatkan harga komunikasi teraupetik. hubungan interaksi selanjutnya
Situasional dirinya a. Menyapa klien dengan
ramah baik verbal maupun
TUK : non verbal
1. Klien dapat b. Memperkenalkan diri
membina 1. Klien dengan sopan
hubungan saling menunjukkan c. Menanyakan nama lengkap
percaya rasa senang, ada klien dan nama panggilan
kontak mata, yang disukai klien
mau berjabat d. Menjelaskan tujuan
tangan, mau pertemuan
menjawab salam, e. Menunjukkan sifat empati
klien duduk dari menerima klien apa
berdampingan adanya
dengan perawat, f. Memberikan perhatian
mau kepada klien dan perhatian
mengutarakan kebutuhan dasar klien
pendapat yang g. Mendiskusikan
dihadapi. kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
2. Membantu pasien 2. Pasien dapat Meminta klien untuk mengeksperikan Penerimaan diri dapat ditingkatkan
untuk mengidentifikasi perasaannya : dengan mengklarifikasi perasaan
memgidentifikasi dan a. Menjadi empati dan tidak dan pikiran yang sedang dihadapi.
dan mengekspresikan menghakimi
mengekspresikan perasaanya b. Mendengarkan keluhan
perasaan
klien. Jangan mengecilkan
uangkapan kemarahan,
tangisan dan sebagainya
c. Menanyakan apa yang
terjadi saat dia mulai
merasa seperti ini
d. Memperjelas hubungan
antara peristiwa kehidupan
Mendiskusikan tingkat kemampuan
3. Klien dapat 3. Klien Mendiskusikan kemampuan dan aspek
klien seperti menilai realitas,
mengidentifikasi mengidentifikasi positif yang dimiliki klien. kontrol diri atau integritas ego
kemampuan dan kemampuan dan sebagai dasar asuhan keperawatan
aspek positif yang aspek positif
dimiliki yang dimiliki Reinforcement positif akan
Menghindari memberikan nilai negatif
meningkatkan harga diri
setiap bertemu klien
Pujian yang realistis tidak
4. Klien dapat 4. Klien membuat Utamakan memberi pujian yang
menyebabkan melakukan kegiatan
menetapkan rencana kegiatan realistis. hanya karena ingin mendapatkan
kegiatan yang harian pujian
sesuai dengan
kemampuan yang Keterbukaan dan pengertian
dimiliki Mendiskusikan dengan klien
tentang kemampuan yang dimiliki
kemampuan yang masih dapat
adalah prasyarat untuk berubah.
digunakan.
Pengertian tentang kemampuan
Mendiskusikan kemampuan yang yang dimiliki diri memotivasi untuk
didapat dilanjutkan penggunaannya. tetap mempertahankan
penggunaanya

Merencanakan bersama klien aktivitas Klien adalah individu yang


yang dapat dilakukan setiap hari bertanggung jawab terhadap dirinya
sesuai kemampuan sendiri

Memberi kesempatan kepada klien Klien perlu bertindak secara


untuk mencoba kegiatan yang telah realistis dalam kehidupannya
direncanakan

Memberikan pujian atas keberhasilan Pujian akan meningkatkan harga


klien diri klien.
No DIGNOSIS TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTREVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

2 Ansietas TUM: Pasien menunjukkan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan prinsip Membina hubungan saling percaya akan
dapat membina hubungan saling komunikasi terapeutik yaitu: membuat klien terbuka dengan
Klien dapat percaya dengan perawat yaitu: masalahnya.
mengurangi a. Menyapa klien dengan ramah baik verbal
ansietasnya dari a. Ekspresi wajah bersahabat ataupun nonverbal
tingkat ringan hingga b. Pasien menunjukkan rasa b. Memperkenalkan diri dengan sopan
panik. senang c. Menanyakan nama lengkap klien dan nama
c. Pasien bersedia berjabat panggilan yang disukai klien
tangan d. Menjelaskan tujuan pertemuan
d. Pasien bersedia e. Menunjukkan sikap empati dan menerima
TUK 1:
menyebutkan nama klien apa adanya.
Pasien dapat e. Ada kontak mata f. Memberi perhatian kepada klien dan perhatian
membinan hubungan f. Pasien bersedia duduk kebutuhan dasar klien.
saling percaya berdampingan dengan
perawat
g. Pasien bersedia
mengutarakan masalah yang
dihadapinya
TUK 2: Pasien mampu mengidentifikasi Dalam rangkaa mengurangi ansietas, maka perlu
dan mengungkapkan gejala dilakukan intervensi berupa:
Pasien dapat ansietas a. Untuk mendapatkan informasi
mengenali ansietasnya a. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengapa klien mengalami cemas
menguraikan perasaanya
b. Menghubungkan perilaku dan perasaanya b. mengidentifikasi kesesuaian fisik dan
c. Memvalidasi kesimpulan dan asumsi jiwa klien
terhadap pasien
c. Memperoleh masalah yang mencetus
d. Menggunakan pertanyaan terbuka untuk
kecemasan
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik d. Mengalihkan perhatian klien
e. Menggunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
f. Mendengarkan penyebab ansietas pasien e. Membantu agar pasien lebih nyaman
dengan penuh perhatian
g. Mengobservasi tanda verbal dan nonverbal f. Mengumpulkan informasi terkait
dari ansietas pasien penyebab ansietas klien

g. Mengindentifikasi adanya reaksi fisik


saat klien menjelaskan alasan
merasakan ansietas.

TUK 3: Tingkat ansietas pasien Dalam rangka mengurangi level ansietas klien,
berkurang adapun intervensi yang dapat dilakukan dalam
Pasien dapat kaitannya dengan teknik menenangkan (calming
mengurangi tingkat technique):
ansietasnya a. Keluarga biasanya menjadi orang
a. Menganjurkan keluarga untuk tetap yang paling berarti atau berharga bagi
mendampingi pasien klien
b. Mengurangi atau menghilangkan rangsangan
b. Membantu menurunkan tingkat
yang menyebabkan ansietas pada pasien
cemas klien

TUK 4: Tingkat ansietas pasien a. Menggali cara pasien mengurangi ansietas a. Mengidentifikasi jenis koping yang
berkurang dimasa lalu pernah dilakukan
Pasien dapat b. Menunjukkan akibat maladaptif dan destruktif b. Membantu klien memahami bahaya
menggunakan dari respons koping yang digunakan dari koping maladaptif yang pernah
mekanisme koping c. Mendorong pasien untuk menggunakan digunakan
yang adaptif respons koping adapatif yang dimilikinya c. Mengalihkan teknik koping klien dari
d. Membantu pasien untuk menyusun kembali maladaptif ke koping adaptif
tujuan hidup, memodifikasi tujuan, d. Membantu klien menyusun tujuan
menggunakan sumber. hidup jangka pendek ataupun jangka
e. Memberikan aktivitas fisik untuk menyalurkan panjang.
energinya e. Aktivitas dapat membantu
f. Melibatkan pihak yang berkepentingan seperti mengalihkan pikiran cemas klien
keluarga, sebagai sumber dukungan sosial f. Dukungan orang terpenting akan
dalam membantu pasien menggunakan koping membantu klien lebih bersemangat
adapatif yang baru. mencapai tujuan yang direncanakan.
TUK 5: Tingkat ansietas pasien Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk Melatih dan membantu klien
berkurang dan pasien dapat meningkatkan kendali dan rasa percaya diri: menggunakan teknik relaksasi untuk
Mampu mengendalikan gangguan mengatasi ansietas.
memperagakan dan ansietas atau ansietasnya a. Pengalihan situasi
menggunakan dan b. Latihan relaksasi
menggunakan teknik 1. Tarik nafas dalam
relaksasi untuk 2. Mengerutkan dan mengendurkan oto-otot
mengatasi ansietas 3. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)

TUK 6: Keluarga mengetahui maslaah a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan a. Keluarga adalah orang berarti yang
ansietas anggota keluarganya keluarga dalam merawat pasien paling mengetahui pasien
Meningkatkan serta mengetahui cara perawatan b. Mendiskusikan tentang ansietas, proses b, c. Membantu keluarga mengkaji
pengetahuan dan dan penanganan anggota terjadinya ansietas serta tanda dan gejala kapan seseorang mengalami ansietas
kesiapan keluarga keluarga dengan gangguan ansietas d. Menganjurkan beberapa tekhnik yang
dalam merawat pasien ansietas c. Mendiskusikan tentang penyebab dan akibat dapat mengurangi kecemasan klien
dengan gangguan dari ansietas
ansietas d. Mendiskusikan cara merawat pasien dengan
ansietas dengan mengajarkan teknik relaksasi
berupa:
1. Mengalihakn situasi
2. Latihan relaksasi dengan nafas dalam,
mengerutkan dan mengendurkan otot.
3. Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari)
Lampiran 2. Hasil Asuhan Keperawatan Psikososial Klien 2 Ny. Ila

LAPORAN HASIL

PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. ILA DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL HARGA DIRI RENDAH SITUSIONAL, GANGGUAN CITRA TUBUH
DAN ANSIETAS

OLEH :

SHAHNAZ FATHIRRIZKY

R014202049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
Ansietas

berkelahi lagi
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN

(NURSING CARE PLAN)

Nama Klien : Ny. ILA

Umur : 22 tahun

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
1 TUM : Membina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Harga Diri Klien dapat dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk kelancaran
Rendah meningkatkan harga komunikasi teraupetik. hubungan interaksi selanjutnya
Situasional dirinya a. Menyapa klien dengan
ramah baik verbal maupun
TUK : non verbal
1. Klien dapat b. Memperkenalkan diri
membina 1. Klien dengan sopan
hubungan saling menunjukkan c. Menanyakan nama lengkap
percaya rasa senang, ada klien dan nama panggilan
kontak mata, yang disukai klien
mau berjabat d. Menjelaskan tujuan
tangan, mau pertemuan
menjawab salam, e. Menunjukkan sifat empati
klien duduk dari menerima klien apa
berdampingan adanya
dengan perawat, f. Memberikan perhatian
mau kepada klien dan perhatian
mengutarakan kebutuhan dasar klien
pendapat yang g. Mendiskusikan
dihadapi. kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
2. Membantu pasien 2. Pasien dapat Meminta klien untuk mengeksperikan Penerimaan diri dapat ditingkatkan
untuk mengidentifikasi perasaannya : dengan mengklarifikasi perasaan
memgidentifikasi dan a. Menjadi empati dan tidak dan pikiran yang sedang dihadapi.
dan mengekspresikan menghakimi
mengekspresikan perasaanya b. Mendengarkan keluhan
perasaan
klien. Jangan mengecilkan
uangkapan kemarahan,
tangisan dan sebagainya
c. Menanyakan apa yang
terjadi saat dia mulai
merasa seperti ini
d. Memperjelas hubungan
antara peristiwa kehidupan
Mendiskusikan tingkat kemampuan
3. Klien dapat 3. Klien Mendiskusikan kemampuan dan aspek
klien seperti menilai realitas,
mengidentifikasi mengidentifikasi positif yang dimiliki klien. kontrol diri atau integritas ego
kemampuan dan kemampuan dan sebagai dasar asuhan keperawatan
aspek positif yang aspek positif
dimiliki yang dimiliki Reinforcement positif akan
Menghindari memberikan nilai negatif
meningkatkan harga diri
setiap bertemu klien
Pujian yang realistis tidak
4. Klien dapat 4. Klien membuat Utamakan memberi pujian yang
menyebabkan melakukan kegiatan
menetapkan rencana kegiatan realistis. hanya karena ingin mendapatkan
kegiatan yang harian pujian
sesuai dengan
kemampuan yang Keterbukaan dan pengertian
dimiliki Mendiskusikan dengan klien
tentang kemampuan yang dimiliki
kemampuan yang masih dapat
adalah prasyarat untuk berubah.
digunakan.
Pengertian tentang kemampuan
Mendiskusikan kemampuan yang yang dimiliki diri memotivasi untuk
didapat dilanjutkan penggunaannya. tetap mempertahankan
penggunaanya

Merencanakan bersama klien aktivitas Klien adalah individu yang


yang dapat dilakukan setiap hari bertanggung jawab terhadap dirinya
sesuai kemampuan sendiri

Memberi kesempatan kepada klien Klien perlu bertindak secara


untuk mencoba kegiatan yang telah realistis dalam kehidupannya
direncanakan

Memberikan pujian atas keberhasilan Pujian akan meningkatkan harga


klien diri klien.
No DIGNOSIS TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTREVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

2 Gangguan Cutra TUM: Pasien menunjukkan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan prinsip Membina hubungan saling percaya akan
Tubuh dapat membina hubungan saling komunikasi terapeutik yaitu: membuat klien terbuka dengan
Klien mampu percaya dengan perawat yaitu: masalahnya.
mengidentifikasi Citra a. Menyapa klien dengan ramah baik verbal
Tubuhnya a. Ekspresi wajah bersahabat ataupun nonverbal
b. Pasien menunjukkan rasa b. Memperkenalkan diri dengan sopan
senang c. Menanyakan nama lengkap klien dan nama
c. Pasien bersedia berjabat panggilan yang disukai klien
TUK 1:
tangan d. Menjelaskan tujuan pertemuan
Pasien dapat d. Pasien bersedia e. Menunjukkan sikap empati dan menerima
membinan hubungan menyebutkan nama klien apa adanya.
saling percaya e. Ada kontak mata f. Memberi perhatian kepada klien dan perhatian
f. Pasien bersedia duduk kebutuhan dasar klien.
berdampingan dengan
perawat
g. Pasien bersedia
mengutarakan masalah yang
dihadapinya
TUK 2: Pasien mampu mengidentifikasi Dalam rangkaa mencapai tujuan khusus ini, maka
dan mengungkapkan aspek perlu dilakukan intervensi berupa:
Pasien dapat positif yang dimiliki a. Untuk mendapatkan informasi
mengenal/ a. Membantu pasien mengenal citra mengapa klien mengalami masalah
mengidentifikasi aspek tubuhnya, pasien mampu keperawatan gangguan citra tubuh
positif pada dirinya mengindentifikasi dan menguraikan
perasaannya b. untuk mengetahui perasaan dan
b. Mendiskusikan presepsi pasien tentang pandangan pasien terkait citra tubuhnya
citra tubuhnya
c. membantu pasien menyadari keadaan
c. Membantu pasein melihat, menyentuh
bagian tubuh yang menjadi penyebab
bagian tubuh yang terganggu
pasien mengalami gangguan citra tubuh.
TUK 3: Pasien mampu mengenali cara Dalam rangka mencapai tujuan ini adalah dengan
meningkatkan citra tubuh :
Pasien dapat a. Membuat pasien tetap nyaman
mengetahui dan a. Mempertahankan kepercayaan diri pasien
melakukan cara untuk b. Mengajarkan latihan peningkatan citra tubuh b. Membantu meningkatkan
meningkatkan citra c. Memberikan pujian atas setiap keberhasilan kepercayaan diri klien terhadap
tubuh pasien tubuhnya

c. Meningkatkan kepercayaan diri klien

TUK 4: Peningkatan komunikasi dan a. Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang Meningkatkan interaksi klien dengan orang
peran klien dalam bersosialisasi lain lain dan meningkatkan rasa percaya diri saat
Pasien dapat b. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas dalam berinteraksi.
berinteraksi dengan keluarga maupun sosial
orang lain c. Mendorong klien untuk mengunjungi teman atau
orang yang berarti
d. Memotivasi klien untuk memberikan kontak mata
dengan lawan bicara
No DIGNOSIS TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTREVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

3 Ansietas TUM: Pasien menunjukkan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan prinsip Membina hubungan saling percaya akan
dapat membina hubungan saling komunikasi terapeutik yaitu: membuat klien terbuka dengan
Klien dapat percaya dengan perawat yaitu: masalahnya.
mengurangi g. Menyapa klien dengan ramah baik verbal
ansietasnya dari h. Ekspresi wajah bersahabat ataupun nonverbal
tingkat ringan hingga i. Pasien menunjukkan rasa h. Memperkenalkan diri dengan sopan
panik. senang i. Menanyakan nama lengkap klien dan nama
j. Pasien bersedia berjabat panggilan yang disukai klien
tangan j. Menjelaskan tujuan pertemuan
k. Pasien bersedia k. Menunjukkan sikap empati dan menerima
TUK 1:
menyebutkan nama klien apa adanya.
Pasien dapat l. Ada kontak mata l. Memberi perhatian kepada klien dan perhatian
membinan hubungan m. Pasien bersedia duduk kebutuhan dasar klien.
saling percaya berdampingan dengan
perawat
n. Pasien bersedia
mengutarakan masalah yang
dihadapinya
TUK 2: Pasien mampu mengidentifikasi Dalam rangkaa mengurangi ansietas, maka perlu
dan mengungkapkan gejala dilakukan intervensi berupa:
Pasien dapat ansietas a. Untuk mendapatkan informasi
mengenali ansietasnya d. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengapa klien mengalami cemas
menguraikan perasaanya
e. Menghubungkan perilaku dan perasaanya b. mengidentifikasi kesesuaian fisik dan
f. Memvalidasi kesimpulan dan asumsi jiwa klien
terhadap pasien
c. Memperoleh masalah yang mencetus
g. Menggunakan pertanyaan terbuka untuk
kecemasan
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik d. Mengalihkan perhatian klien
h. Menggunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
i. Mendengarkan penyebab ansietas pasien e. Membantu agar pasien lebih nyaman
dengan penuh perhatian
j. Mengobservasi tanda verbal dan nonverbal f. Mengumpulkan informasi terkait
dari ansietas pasien penyebab ansietas klien

g. Mengindentifikasi adanya reaksi fisik


saat klien menjelaskan alasan
merasakan ansietas.

TUK 3: Tingkat ansietas pasien Dalam rangka mengurangi level ansietas klien,
berkurang adapun intervensi yang dapat dilakukan dalam
Pasien dapat kaitannya dengan teknik menenangkan (calming
mengurangi tingkat technique):
ansietasnya a. Keluarga biasanya menjadi orang
d. Menganjurkan keluarga untuk tetap yang paling berarti atau berharga bagi
mendampingi pasien klien
e. Mengurangi atau menghilangkan rangsangan
b. Membantu menurunkan tingkat
yang menyebabkan ansietas pada pasien
cemas klien

TUK 4: Tingkat ansietas pasien e. Menggali cara pasien mengurangi ansietas a. Mengidentifikasi jenis koping yang
berkurang dimasa lalu pernah dilakukan
Pasien dapat f. Menunjukkan akibat maladaptif dan destruktif b. Membantu klien memahami bahaya
menggunakan dari respons koping yang digunakan dari koping maladaptif yang pernah
mekanisme koping g. Mendorong pasien untuk menggunakan digunakan
yang adaptif respons koping adapatif yang dimilikinya c. Mengalihkan teknik koping klien dari
h. Membantu pasien untuk menyusun kembali maladaptif ke koping adaptif
tujuan hidup, memodifikasi tujuan, d. Membantu klien menyusun tujuan
menggunakan sumber. hidup jangka pendek ataupun jangka
i. Memberikan aktivitas fisik untuk menyalurkan panjang.
energinya e. Aktivitas dapat membantu
j. Melibatkan pihak yang berkepentingan seperti mengalihkan pikiran cemas klien
keluarga, sebagai sumber dukungan sosial f. Dukungan orang terpenting akan
dalam membantu pasien menggunakan koping membantu klien lebih bersemangat
adapatif yang baru. mencapai tujuan yang direncanakan.
TUK 5: Tingkat ansietas pasien Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk Melatih dan membantu klien
berkurang dan pasien dapat meningkatkan kendali dan rasa percaya diri: menggunakan teknik relaksasi untuk
Mampu mengendalikan gangguan mengatasi ansietas.
memperagakan dan ansietas atau ansietasnya a. Pengalihan situasi
menggunakan dan b. Latihan relaksasi
menggunakan teknik 1. Tarik nafas dalam
relaksasi untuk 2. Mengerutkan dan mengendurkan oto-otot
mengatasi ansietas 3. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)

TUK 6: Keluarga mengetahui maslaah a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan a. Keluarga adalah orang berarti yang
ansietas anggota keluarganya keluarga dalam merawat pasien paling mengetahui pasien
Meningkatkan serta mengetahui cara perawatan b. Mendiskusikan tentang ansietas, proses b, c. Membantu keluarga mengkaji
pengetahuan dan dan penanganan anggota terjadinya ansietas serta tanda dan gejala kapan seseorang mengalami ansietas
kesiapan keluarga keluarga dengan gangguan ansietas d. Menganjurkan beberapa tekhnik yang
dalam merawat pasien ansietas c. Mendiskusikan tentang penyebab dan akibat dapat mengurangi kecemasan klien
dengan gangguan dari ansietas
ansietas d. Mendiskusikan cara merawat pasien dengan
ansietas dengan mengajarkan teknik relaksasi
berupa:
1. Mengalihakn situasi
2. Latihan relaksasi dengan nafas dalam,
mengerutkan dan mengendurkan otot.
3. Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari)
Lampiran 3. Lampiran jurnal yang ditelaah

LAUGHTER THERAPY MENURUNKAN ANSIETAS MAHASISWA


TINGKAT I STIKes SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

LAUGHTER THERAPY REDUCES ANXIETY ON FIRST YEAR


STUDENTS OF STIKes SANTA ELISABETH MEDAN IN 2018

Mestiana Br Karo1, Lindawati Simorangkir2, Lestariani Gea3


1,2
Dosen Prodi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan
3
Mahasiswa Prodi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan
Email: lindasimorangkir79@gmail.com

ABSTRAK
Ansietas adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Rasa cemas yang berlebihan akan menghambat fungsi
seseorang dalam kehidupannya. Mahasiswa sering mengalami cemas, akibat dari faktor psikososial, dimana
mahasiswa tidak merespon secara tepat terhadap stressor misalnya terhadap situasi lingkungan yang baru.
Laughter therapy atau terapi tawa merupakan penangkal stres, sakit dan konflik yang kuat. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruhlaughter therapy terhadap ansietas mahasiswa tingkat I STIKes Santa Elisabeth
Medan Tahun 2018. Desain penelitian menggunakan rancangan One Group Pre-Post Test Design. Teknik
pengambilan sampel dipilih dengan menggunakan quota sampling, denganrjumlah sampel sebanyak 63 orang.
Hasil penelitian sebelum diberikan laughter therapy, rata-rata tingkat ansietas 1,83. Kemudian setelah
diberikan laughter therapy terdapat penurunan menjadi 0,98. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon
dengan nilai p value = 0,0001 (p < 0,05) yang berarti ada pengaruh laughter therapy terhadap ansietas
mahasiswa tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2018. Dari hasil penelitian di harapkan mahasiswa
dapat melakukan laughter therapy sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dialami dan membuat lebih
tenang dan rileks.

Kata kunci: Ansietas, Laughter Therapy, Mahasiswa

ABSTRACT
Anxiety is a reaction that anyone can experience. Excessive anxiety will hinder a person's function in his life.
Students often experience anxiety, as a result of psychosocial factors, where students do not respond
appropriately to stressors, for example, new environmental situations. Laughter therapy is a powerful antidote
to stress, illness and conflict. The purpose of this study was to determine the effect of child therapy on the
anxiety of first-year students of STIKes/Health Institute of Santa Elisabeth Medan in 2018. The research
design applied One Group Pre-Post Test Design. The sampling technique was selected using quota sampling,
with a total sample of 63 people. The results of the study revealed that the average anxiety level of the students
was 1.83 before being given the laughter therapy. After the laughter therapy, the average of students’ anxiety
level decreased into 0.98. The Wilcoxon test showed the comparison score before and after the therapy, with p
value 0.0001 (p <0.05). This also means that there was an effect of laughter therapy on the anxiety of students
at STIKes Santa Elisabeth Medan in 2018. From the research results, it is expected that students should
experience the laughter therapy to reduce their anxiety and manage to more calm and relaxed.

Keyword: Anxiety, Laughter Therapy, Students

PENDAHULUAN Mahasiswa memiliki tugas untuk belajar,

Masa kuliah adalah masa dimana seorang namun ia juga harus mulai memikirkan

individu mengalami suatu peralihan dari bagaimana kelangsungan hidupnya kelak.

masa remaja menuju dewasa, termasuk Semua perubahan tersebut menyebabkan

perkembangan secara psikologis. mahasiswa cukup rentan untuk mengalami


gangguan psikologis, salah satunya adalah
40 Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019
gangguan kecemasan, terutama bagi kesurupan dan pingsan akibat kehilangan
mahasiswa tingkat awal yang sedang kontrol diri yang merupakan salah satu
mengalami masa transisi perkuliahan karateristik kecemasan panik, dan adanya
(Hasianna & Maulan, 2014). permusuhan antar sesama teman akibat
mudah tersinggung.
Mahasiswa sering mengalami gangguan
cemas, salah satunya adalah akibat dari Ansietas pada tingkat tertentu dianggap
faktor psikososial, dimana mahasiswa tidak normal, tetapi apabila terjadi terus menerus
merespon secara tepat dan akurat terhadap maka fungsi homeostasis gagal
stressor misalnya terhadap situasi mengadaptasi dan akan terjadi cemas yang
lingkungan yang baru. Gangguan patologis. Semakin tinggi level kecemasan
kecemasan dapat mempengaruhi proses maka cenderung menghasilkan
belajar mengajar pada mahasiswa karena kebingungan dan distorsi persepsi
pada gangguan ini seseorang akan (Widyartini dan Diniari, 2016). Distorsi
mengalami distorsi pemrosesan informasi. tersebut dapat mengganggu belajar dengan
Hal ini dapat mengganggu kemampuan menurunkan kemampuan memusatkan
memusatkan perhatian, menurunkan daya perhatian, menurunkan daya ingat,
ingat dan mengganggu proses belajar pada mengganggu kemampuan menghubungkan
mahasiswa (Chandratika & Purnawati, satu hal dengan yang lain sehingga dapat
2014). berpengaruh pada prestasi belajar
mahasiswa yang sedang aktif dalam proses
Pada bulan Januari 2018, peneliti belajar mengajar (Widyartini dan Diniari,
mengumpulkan data awal dengan 2016). Untuk itu diperlukan terapi alternatif
menggunakan kuesioner berisi lima untuk mengurangi kecemasan. Kim dkk
pertanyaan kepada mahasiswa tingkat II (2015) dalam penelitianny menemukan
yang sudah berpengalaman menjalani masa bahwa terapi tawa dapat menurunkan
tingkat I dan didapatkan hasil sebagai kecemasan pada pasien kanker.
berikut: 76,7% mahasiswa mengalami
ansietas dari 30 responden. Peneliti juga Laughter therapy atau terapi tawa
mengumpulkan data secara objektif pada merupakan penangkal stres, sakit dan
mahasiswa tingkat I. Hasilnya terlihat konflik yang kuat. Dengan tertawa, beban
bahwa mahasiswa sering mengalami akan terasa ringan, memiliki harapan dan

Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019 41


melepaskan hormon anti stress dan
menimbulkan kegembiraan (Demir, 2015; Populasi dalam penelitian ini adalah
Kim, et al., 2015; Shanmugam dan Anitha, mahasiswa/i tingkat I di lingkungan STIKes
2013). Terapi tawa telah dianggap sebagai Santa Elisabeth Medan yang berjumlah 187
terapi pelengkap dan alternatif yang sudah orang. Teknik pengambilan sampel dipilih
berlangsung sejak 1970 (Demir, 2015). dengan menggunakan quota sampling yang
Penelitian yang dilakukan oleh Kaur dan akan memenuhi kriteria inklusi yaitu
Walia (2008) di Chandigarh mendapatkan mahasiswi yang memiliki tingkat cemas
hasil adanya penurunan stres pada siswa ringan sampai berat, berjenis kelamin
setelah diberikan terapi tawa selama 15-20 perempuan, belum pernah kuliah di tempat
menit menit setiap hari dalam waktu 10 lain, tidak memiliki riwayat penyakit
hari. Penelitian yang sama juga dilakukan jantung dan sesak nafas, tidak sedang flu,
oleh Dhivagar (2016), mendapatkan hasil kooperatif dan bersedia menjadi responden.
adanya penurunan tingkat kecemasan Untuk mengukur jumlah sampel mahasiswa
setelah diberikan terapi tawa 20 menit/hari tingkat I dalam setiap prodi, digunakan
dalam 21 hari lamanya, di India tahun 2016. proporsional sampel sebanding dengan
jumlah populasi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian Rumus proporsi sampel:
tentang “Pengaruh Laughter Therapy
Terhadap Ansietas Mahasiswa Tingkat I n
× total sampel
N
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2018”. DIII Keperawatan
31
× 64 = 10,60~ 11 orang
187
METODE
Jenis penelitian ini adalah pre experimental DIII Kebidanan
dengan rancangan Quasi Experimental 42
= 187 × 64 = 14,37~ 15 orang
Time Series Design, yakni dilakukan
dengan cara memberikan pre test, setelah
Profesi Ners
itu diberikan intervensi. Setelah intervensi,
114
kemudian dilakukan post test = 187 × 64 = 39,01 ~ 40 orang

(Notoatmodjo, 2012).

42 Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019


Instrumen laughter therapy peneliti observasi berdasarkan lembar observasi
mengadopsi SOP (Standard Operation tingkat ansietas.
Procedure) dari Prasetyo dan Nurtjahjanti
(2012) dan kecemasan menggunakan Peneliti melakukan laughter therapy kepada
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) responden sesuai SOP laughter therapy
yang dikelompokkan menjadi 5 tingkatan selama 15-20 menit setiap hari dalam waktu
yaitu: Tidak ada kecemasan (0-1), Ringan sepuluh hari. Setelah dilakukan pemberian
(14-20), Sedang (21-27), Berat (28-41) dan laughter therapy selama sepuluh hari
Panik (42-56). Sebelum dilakukan peneliti mengobservasi tingkat kecemasan
penelitian, peneliti menjelaskan kepada responden.
responden mengenai tujuan dan manfaat
penelitian. Selanjutnya peneliti meminta HASIL
responden untuk menandatangani surat Hasil dalam penelitian ini dapat di lihat
persetujuan (informed consent) menjadi dalam tabel 1-3 berikut ini
responden. Kemudian peneliti melakukan

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ansietas Mahasiswa Pre-Laughter Therapy


DIII DIII
Tingkat Ners
Keperawatan Kebidanan
Ansietas
n % n % n % n %
Ansietas ringan 14 22,2 3 27,3 4 28,6 7 18,4
Ansietas sedang 46 73 8 72,7 10 71,4 28 73,7
Ansietas berat 3 4,8 - - - - 3 7,9
Total 63 100 11 100 14 100 38 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ansietas Mahasiswa Post Laughter Therapy


DIII DIII
Ners
Tingkat Ansietas Keperawatan Kebidanan
n % n % n % n %
Tidak ada ansietas 12 19 5 45,5 - - 7 18,4
Ansietas ringan 42 66,7 5 45,5 10 71,4 27 71,1
Ansietas sedang 7 11,1 1 9 2 14,3 4 10,5
Ansietas berat 2 3,2 - - 2 14,3 - -
Total 63 100 11 100 14 100 38 100

Tabel 3. Pengaruh Laughter Therapy Terhadap Ansietas Mahasiswa Tingkat I


STIKes Santa Elisabeth Medan
N Mean SD p-value
Pre test 63 1,83 0,493
Post test 63 0,98 0,660 0,0001

Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019 43


PEMBAHASAN Laughter therapy dilakukan selama 15-20

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil menit dapat menangkal stres, sakit dan

bahwa sebelum diberikan laughter therapy, konflik yang kuat. Dengan tertawa, beban

rata-rata tingkat ansietas 1,83. Kemudian akan terasa ringan, memiliki harapan dan

setelah diberikan laughter therapy terdapat melepaskan hormon anti stress dan

penurunan menjadi 0,98. Secara statistik menimbulkan kegembiraan (Demir, 2015;

menunjukkan adanya pengaruh laughter Kim, et al. 2015; Shanmugam dan Anitha,

therapy terhadap ansietas dengan nilai p 2013), sebagai terapi pelengkap dan

value 0,0001. alternatif yang sudah berlangsung sejak


1970 (Demir, 2015). Zajonc menyatakan

Setelah pemberian laughter therapy dapat bahwa terapi tawa dapat digunakan pada

dilihat bahwa responden tidak mudah lagi klien yang mengalami gangguan

tersinggung, tidak sering lagi menangis psikosomatis dan kondisi-kondisi negatif

diasrama, lebih tenang, bersemangat dan seperti deperesi dan kecemasan (Prasetyo,

tidak ada lagi responden yang kesurupan, 2012).

Hal ini disebabkan oleh laughter therapy


membangun interaksi yang baik dengan Selain itu laugther therapy ini sangat efektif

orang lain karena tertawa lebih efektif jika untuk meningkatkan detak jantung, tekanan

dilakukan bersama-sama dibanding sendiri, darah dan kadar oksigen dalam darah

selain itu tertawa yang dilakukan bersama- sehingga pernafasan lebih cepat akan

sama mempengaruhi suasana hati dalam hal merangsang peningkatan serotonin dan

ini penularan emosi yang positif sehingga endorphin otak (Mikhaline, 2015). Jadi

memicu aktifitas otak melepaskan hormon dengan tertawa ataupun bahagia,

anti stress (Umamah & Hidayah, 2017). hipotalamus akan memproduksi hormon

Dalam melaksanakan laughter therapy, endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit

kontak mata para peserta harus ada untuk dan meningkatkan kekebalan tubuh

menambah efektivitas dalam menghasilkan (Prasetyo & Nurtjahjanti, 2012).

tawa alamiah sehingga membentuk


interaksi sosial antar peserta (Desinta & Laugther therapy adalah terapi tawa untuk

Ramdhani, 2013). mencapai hidup bahagia. Tertawa dianggap


dapat mengurangi stres, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan tingkat energi,

44 Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019


dan bahkan menurunkan rasa sakit (Desinta KESIMPULAN
& Neila 2013). Tawa yang baik dapat Pretest laughter therapy diperoleh data
melepaskan ketegangan otot hingga 45 bahwa mayoritas responden mengalami
menit, dan merangsang penyakit yang ansietas tingkat sedang sebanyak 46 orang
menyerang sel dan melepaskan antibodi, (73%). Postest laughter therapy diperoleh
sekaligus menurunkan hormon stres, data adanya penurunan tingkat ansietas
sehingga meningkatkan kekebalan tubuh yaitu mayoritas responden mengalami
kita (Monk, 2012). ansietas tingkat ringan sebanyak 42 orang
(66,7%). Hasil uji bivariat menyatakan ada
Tertawa juga memainkan peran dalam yaitu pengaruh laughter therapy terhadap
orang merasa lebih santai, merasa bahagia ansietas mahasiswa tingkat I STIKes Santa
saling terhubung. Tertawa meningkatkan Elisabeth Medan tahun 2018 dengan nilai p
pola pikir, percaya diri dan tidur lebih value 0,0001 (p< 0,05). Berdasarkan analisi
nyenyak (Nurwela, 2017). Terapi tawa juga peneliti dalam penelitian ini diharapkan
dapat mengaktifkan banyak area di otak kepada peneliti selanjutnya kemampuan
dalam sepersekian detik dan memicu reaksi mengekspresikan perasaan dan mengatasi
menguntungkan terhadap banyak orang saat masalah emosi dan meningkatkan
bersamaan (Monk, 2012). kesadaran diri dengan
terapi bermain.
Keterbatasan penelitian yang terjadi ada
beberapa responden malu untuk tertawa,
UCAPAN TERIMA KASIH
dan tidak serius melakukan laughter
Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan,
therapy. Sehingga, hasil terapi mungkin
memberi kesempatan untuk melakukan
terdapat yang tidak maksimal.
penelitian di STIKes Santa Elisabeth
Medan.

Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019 45


REFERENSI

Chandratika, D., & Purnawati, S. (2014). Gangguan Cemas pada Mahasiswa Semester I dan
VII Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E-
Jurnal Medika Udayana.

Demir, Melike. (2015). Effect of Laughter Therapy on Anxiety, Stress, Depression and
Quality of Life in Cancer Patients. Journal of Cancer Science & Therapy, (Online),
Vol. 7(9):272-273,
(https://www.researchgate.net/publication/282703509_Effects_of_Laughter_Therapy_
on_Anxiety_Stress_Depression_and_Quality_of_Life_in_Cancer_Patients diakses 25
September 2017).

Desinta, Sheni & Neila Ramdhani. (2013). Terapi Tawa Untuk Menurunkan Stres Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi, 3(40).

Dhivagar dkk. (2016). A Study To Assess The Efectiveness of Laughter Therapy On Stress And
Anxiety Among Elderly At Selected Old Age Home, Puducherry. Internnational Journal of
Information Research and Review, (Online), (http://www.ijirr.com/sites/default/files/issues-
files/1624.pdf diakses tanggal 30 September 2017).

Hasianna, S. T., Surawijaya, A. K., & Maulana, T. A. (2014). Gambaran Tingkat


Kecemasan pada Mahasiswa Semester Satu di Fakultas Kedokteran Kristen Maranatha
Tahun 2014. Medical Journal, 5(2)

Kaur, Lakhwiinder dan Indarjit Walia. (2008). Effect of Laughter Therapy On Level Of
Stress: A Study Among Nursing Students. Nursing and Midwifery Research Journal,
(Online), Vol. 5, No. 1,

Kim, S.H.;Y.H.Kim dan H.J.Kim. (2015). Laughter and Stress Relief in Cancer Patients: A
Pilot Study. Hindawi Publishing Corporation, (Online), (http://
downloads.hindawi.com/journals/ecam/2015/864739.pdf, diakses 25 September
2017).\

Kristen Maranatha Tahun (2014). (Doctoral dissertation, Universitas Kristen Maranatha).

Mikhaline, C. (2015). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada
Lanjut Usia (Lansia) Di Panti Graha Werdha Marie Joseph Kota Pontianak. Jurnal
ProNers, 3(1).

Monk, Marinella F. (2012). Gentle Therapy. America: Inspiring Voices. higher secondary
school in Coimbatore, India. Journal of Psychological and Educational Research,
23(1), 54.

Nurwela, T. S., Mahajudin, M. S., & Adiningsih, S. (2017). The Effectiveness Of Laugh
Therapy To Decrease Depression Level In The Elderly At Griya Usila St. Yosep
Surabaya And Panti Werdha Bhakti Luhur Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma, 4(1), 62-76

46 Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019


Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyo, A. R., & Nurtjahjanti, H. (2012). Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api. Jurnal Psikologi Undip,
11(1), 14.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Umamah, F., & Hidayah, L. (2017). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi
Pada Lansia Di Panti Uptd Griya Wreda Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan (Journal
of Health Sciences), 10(1).

Widyartini, N. W. E., & Diniari, N. K. S. (2016). Tingkat Ansietas Siswa Yang Akan
Menghadapi Ujian Nasional Tahun 2016 Di SMA Negeri 3 Denpasar. E-Jurnal
Medika Udayana, 5(6).

Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019 47


Lampiran 4. Laporan Kelompok Lengkap Asuhan Keperawatan Psikososial

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

R014202001 Reny Marlina


R014202006 Antonius Pati Sadia
R014202009 Muhammad Dalman Dani
R014202015 Akbar
R014202020 Yohanes Demon
R014202026 Asman
R014202028 Jarman
R014202031 Dwi Pujiastuty Paputungan
R014202033 Ruslia Mayau
R014202036 Fatima Angraini
R014202037 Poppy Nurul Asmaul Razak
R014202040 Nurul Rafiqa Wahda
R014202041 Nurfita Dewi
R014202049 Shahnaz Fathirrizky

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Rekapitulasi hasil SRQ

1. Kriteria objektif
a. Distress Emosional : skor > 6
b. Gejala Depresi : nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, dan 17
c. Gejala cemas : nomor 3, 4, dan 5
d. Gejala Somatik : nomor 1, 2, 7, dan 19
e. Gejala Kognitif : nomor 8, 12, dan 13
f. Gejala Penurunan Energi : nomor 8, 11, 12, 13, 18, dan 20
2. Hasil Pengolahan data
a. Distribusi Data Demografi

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)


Usia
Remaja (14-18 thn) 6 4.8
Dewasa (19-55 thn) 116 92.8
Lansia (>55 thn) 3 2.4
Jenis Kelamin
Laki-Laki 41 32.8
Perempuan 84 67.2
Pekerjaan
Tidak Bekerja 5 4
IRT 3 2.4
Mahasiswa 55 44
Siswa 5 4
Swasta 17 13.6
Lain-lain (ASN,guru,dll) 40 32
Pendidikan
SD 1 0.8
SMP 4 3.2
SMA 47 37.6
D III 20 16
Profesi 1 0.8
S1 50 40.0
S2 2 1.6
Status Pernikahan
Menikah 29 23.2
Belum Menikah 87 69.6
Janda/duda 1 0.8
Tidak Menjawab 8 6.4
b. Distribusi jawaban responden pada setiap item quesioner
Jawaban
Item Pertanyaan Kuesioner SRQ Ya Tidak
n % n %
Sering merasa sakit kepala 56 44.8 69 55.2
Kehilangan nafsu makan 28 22.4 97 77.6
Tidur tidak nyenyak 57 45.6 68 54.4
Mudah merasa takut 36 28.8 89 71.2
Merasa cemas, tegang, atau khawatir 59 47.2 66 52.8
Tangan gemetar 20 16.0 105 84.0
Mengalami gangguan pencernaan 38 30.4 87 69.6
Perasaan sulit berfikir jernih 46 36.8 79 63.2
Perasaan tidak bahagia 19 15.2 106 84.8
Perasaan menangis 20 16.0 105 84.0
Perasaan sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari 29 23.2 96 76.8
Perasaan sulit untuk mengambil keputusan 61 48.8 64 51.2
Aktivitas/tugas sehari-hari terbengkalai 36 28.8 89 71.2
Perasaan tidak mampu berperan dalam kehidupan ini 20 16.0 105 84.0
Perasaan kehilangan minat 27 21.6 98 78.4
Perasaan tidak berharga 16 12.8 109 87.2
Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup 5 4.0 120 96.0
Perasaan lelah sepanjang waktu 38 30.4 87 69.6
Perasaan tidak enak di perut 37 29.6 88 70.4
Mudah Lelah 72 57.6 53 42.4
Minum alkohol atau menggunakan narkoba 3 2.4 122 97.6
Yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai dengan cara tertentu 11 8.8 114 91.2
Ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam pikiran Anda 36 28.8 89 71.2
Anda pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya 15 12.0 110 88.0
Mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu bencana 20 16.0 105 84.0
Menghindari pikiran yang mengingatkan akan bencana tersebut 20 16.0 105 84.0
Minat terhadap teman dan kegiatan yang biasa dilakukan berkurang 32 25.6 93 74.4
Merasa sangat terganggu jika jika berpikir tentang bencana itu 29 23.2 96 76.8
Kesulitan memahami atau mengekspresikan perasaan Anda 46 36.8 79 63.2
c. Distribusi hasil kuesioner SRQ
Variabel n Persentase (%)
Mengalami Distress emosional
Ya 64 51.2
Tidak 61 48.8
Sub skala Kuesioner SRQ
Gejala Depresi
Ya 0 0
Tidak 125 100.0
Gejala Cemas
Ya 22 17.6
Tidak 103 82.4
Gejala Somatik
Ya 5 4.0
Tidak 120 96.0
Gejala Kognitif
Ya 11 8.8
Tidak 114 91.2
Gejala Penurunan Energi
Ya 10 8.0
Tidak 115 92.0
Gejala Psikotik
Ya 0 0
Tidak 125 100.0
Gejala Stres pasca trauma
Ya 1 0.8
Tidak 124 99.2

B. Rekapitulasi masalah keperawatan psikososial hasil pengkajian dalam kelompok

Rekapitulasi Masalah Keperawatan


Responden yang dikaji
n = 28
Ansietas Harga diri rendah
Gangguan citra tubuh Hambatan interaksi sosial

7% 3%

29%
61%
C. Evaluasi hasil SRQ post intervensi di fase terminasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Inisial Dx. Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Nn. Ansietas SP 1 S:
NRA 1. menggunakan pendekatan yang  klien mengatakan sangat sulit
tenang dan meyakinkan untuk memulai tidur, walaupun
2. memuji dan memberikan itu tidur siang.
penguatan perilaku yang baik  klien selalu memikirkan
secara tepat kemungkinan terburuk yang
3. mendukung penggunaan akan terjadi pada setiap hal
mekanisme koping yang sesuai yang akan dilakukannya
4. memberikan suasana  klien mengatakan selalu merasa
penerimaan gelisah jika ia mempunyai
5. mendukung sikap pasien terkait dateline walaupun waktunya
dengan harapan yang realistis masih lama
sebagai upaya untuk mengatasi  klien sudah mencoba teknik
perasaan ketidakberdayaan Tarik napas dalam jika merasa
6. mendukung penggunaan cemas dan berusaha tenang
sumber-sumber spiritual tetapi berimbas pada sakit
7. mendukung pasien untuk kepalanya
mengidentifikasi kekuatan dan  klien mengatakan tidak suka
kemampuan diri jika menjadi pusat perhatian
8. membantu pasien untuk  klien mengatakan merasa
mengklarifikasi tenang ketika habis solat, teapi
kesalahpahaman hanya sementara
9. menginstruksikan klien untuk
 pasien mengatakan merasa
menggunakan teknik relaksasi sedikit lega setelah
sesuai dengan kebutuhan
mengungkapkan persaannya
 pasien mengatakan akan
berusaha untuk lebih
mensugesti dirinya dan ingin
terlibat aktif dalam kegiatan
komunitas pengajar pelosok
O:
 klien kooperatif, dapat
mengutarakan perasaan dan
permasalahannya

A:
Ansietas (+)

P:
 melanjutkan dan melakukan
intervensi yang telah dilakukan
sebelumnya
 mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
klien
SP 2 S:
1. menggunakan pendekatan yang  klien mengatakan semalam
tenang dan meyakinkan lebih mudah tidur karena
2. memuji dan memberikan melakukan teknik relaksasi dan
penguatan perilaku yang baik mendengarkan murottal
secara tepat  klien mengatakan
3. mendukung penggunaan overthingkingnya berkurang
mechanism koping yang sesuai karena klien kecapekan setelah
4. memberikan suasana melakukan banyak aktivitas
penerimaan  klien mengatakan tidak senang
5. mendukung sikap pasien terkait berkumpul dengan tetangganya
dengan harapan yang realistis O:
sebagai upaya untuk mengatasi  klien kooperatif, dapat
perasaan ketidakberdayaan mengutarakan perasaan dan
6. mendukung penggunaan permasalahannya
sumber-sumber spiritual
7. mendukung pasien untuk A:
mengidentifikasi kekuatan dan Ansietas (+)
kemampuan diri
8. membantu pasien untuk P:
mengklarifikasi  melanjutkan dan melakukan
kesalahpahaman intervensi yang telah dilakukan
9. menginstruksikan klien untuk sebelumnya
menggunakan teknik relaksasi
sesuai dengan kebutuhan
10. membantu klien
mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka
panjang yang tepat
11. mendukung hubungan pasien
dengan orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang
sama
Nn.T Ansietas SP 1 S:
1. menggunakan pendekatan yang  klien mengatakan jika ia
tenang dan meyakinkan merasa khawatir memikirkan
2. memuji dan memberikan kuliahnya yang tak kunjung
penguatan perilaku yang baik selesai ia akan berkumpul
secara tepat bersama teman-temannya untuk
3. mendukung penggunaan mencari motivasi agar ia tidak
mekanisme koping yang sesuai terlalu memikirkannya
4. memberikan suasana  klien juga sangat aktif mengisi
penerimaan kajian islam agar tidak terlalu
5. membantu pasien dalam larut dalam kekhawatirannya
mengidentifikasi tujuan jangka  selain sembari berusaha
panjang dan jangka pendek menyelesaikan kuliahnya, klien
yang tepat terus mendekatkan diri pada
6. mendukung penggunaan Allah agar diberikan
sumber-sumber spiritual kemudahakan. klien tidak
7. mendukung pasien untuk terlalu suka jika ia terlalu
mengidentifikasi kekuatan dan berlama-lama merasa khawatir
kemampuan diri walaupun rasa itu selalu datang
8. membantu pasien untuk  sebenarnya klien selalu merasa
mengidentifikasi kemungkinan cemas karena mendapatkan
perkembangan situasi krisis tekanan dari ibunya. namun,
yang akan terjadi dan efeknya disituasi yang lain klien juga
yang bisa berdampak pada ingin membahagiakan
dirinya orangtuanya dengan segera
9. membantu klien memutuskan menyelesaikan kuliahnya
bagaimana masalah dipecahkan O :
 klien kooperatif, suka
mengeluarkan kata-kata yang
positif dan memberikan
motivasi. klienpun sangat
produkif dan optimis

A:
Ansietas (-)

P :-
2. Tn. SJ Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien mengatakan sudah lebih
percaya ke klien baik setelah bercakap-cakap
2. gunakan konsultasi untuk dan memiliki semangat
membantu klien
mengungkanpkan perasaannya O:
3. mendengarkan penyebab  klien tampak kooperatif,
ansietas klien dengan penuh hubungan saling percaya
perhatian tercapai dimana klien
4. mengurangi atau menerima dan mau meluangkan
menghilangkan rangsangan waktunya untuk bercakap-
yang menyebabkan ansietas cakap
pada klien  pasien tampang tenang dan
rileks, mulai mau bicara dan
tenang
A:
Ansietas (+)

P:
 kaji dan dokumentasikan
tingkat kecemasan klien
termasuk reaksi fisik
 instruksikan klien tentang
penggunaak teknik relaksasi
 beri dorongan kepada klien
untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan
untuk mengatasi ansietas
SP 2 S:
1. mendengarkan keluhan klien  klien mtelah mengerti dengan
dengan penuh perhatian teknik relaksasi napas dalam
2. mengajarkan teknik relaksasi  klien mengatakan akan
napas dalam untuk pengalihan melakukannya jika rasa cemas
cemas melanda.
O:
 klien dapat mempraktekkan
teknik relaksasi napas dalam
 klien sudah Nampak tenang

A:
Ansietas (-)

P:
Intervensi pertahankan
Nn.K Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien tampak kooperatif dan
percaya ke klien saling percaya dimana klien
2. gunakan konsultasi untuk mau meluangkan waktu untuk
membantu klien dalam membahas masalahnya
mengungkapkan perasaan O:
3. mendengarkan penyebab Klien mulai tenang dan rileks
ansietas
4. mengurangi atau A:
menghilangkan ansietas pada Ansietas (+)
klien
P:
 Galih bersama klien teknik yang
berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas
 Instruksikan klien tentang
penggunaan teknik relaksasi
SP 2 S:
5. mendengarkan keluhan klien Klien mengatakan telah mengerti
dengan penuh perhatian teknik relaksasi
6. mengajarkan teknik relaksasi
O:
Klien sudah tenang serta klien
mampu mempraktekkan relaksasi
nafas dalam

A:
Ansietas (-)

P:
Pertahankan intervensi
3. Nn.AH Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien mengatakan sudah merasa
percaya dengan klien lebih baik dan tenang setelah
2. membantu klien untuk bercerita
mengungkapkan perasaan dan
masalah yang sedang dihadapi O:
3. mendengarkan penyebab  klien sudah mulai tenang
ansietas klien dengan penuh
perhatian A:
4. mengajarkan klien teknik Ansietas (+)
relaksasi napas dalam untuk
pengalihan cemas P:
Melanjutkan intervensi
Nn.F Harga Diri SP 1 S:
Rendah 1. membina hubungan saling  klien mengatakan kurang
Situasional percaya dengan klien percaya diri dengan apa yang ia
2. tanyakan bagaimana klien miliki. klien mengatakan selalu
menilai dirinya sendiri berpikiran negative yaitu
3. tanyakan bagaimana klien seperti dijauhi teman-temannya
menanggapi keadaan tersebut.  klien menyadari bahwa ia
selalu berpikiran negative. ia
berusaha untuk menghilangkan
sifat ini tetapi tetap saja pikiran
tersebut selalu kembali

O:
 klien tidak produktif

A:
HDR Situasional (+)

P:
Melanjutkan intervensi,
mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien
SP 2 S:
1. mengidentifikasi kemampuan  Klien mengatakan dengan diam
dan aspek positif yang dimiliki dapat membuatnya lebih tenang
klien  klien tidak mengetahui hobi
2. memberi pujian terhadap dan kelebihannya karena ia
kemampuan klien merasa tidak ahli dalam hal
3. mendiskusikan penyebab dari apapun
keadaan yang dialami oleh
klien O:
 klien sulit dan bingung
menyebutkan hal positif dalam
dirinya

A:
HDR Situasional (+)

P:
Memotivasi intervensi
- motivasi dan mendorong klien
untuk berusaha meningkatkan
kepercayaan dirinya.
SP 3 S:
1. memotivasi klien untuk  Klien mengatakan akan
berusaha meningkatkan berusaha melawan pirian
kepercayaan dirinya negative yang ada dalam
2. memotivasi klien untuk dirinya
melawan persepsi negative  klien mengatakan akan mulai
dengan mengapresiasi diri dan percaya dan terbuka kepada
berpikiran positif orang lain
3. memotivasikan klien untuk  klien mengatakan akan
percaya kepada orang lain berusaha untuk mendekatkan
sehingga bisa terbuka kepada diri kepada tuhan
orang lain
O:
 klien mulai terbuka untuk
mendiskusikan pilihan didalam
hidupnya saat ini
A:
HDR Situasional (+)

P:
Intervensi dipertahankan
4. Nn.S Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  Klien menyebutkan namanya
percaya dengan menerapkan  klien mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik permasalahannya
a. menyapa klien dengan  klien menyebutkan gejala
ramah ansietas yang dialami
b. memperkenalkan diri  klien menyebutkan terapi untuk
dengan sopan menurunkan kecemasannya
c. menanyakan nama
panggilan dan nama lengkap O :
d. menjelasan tujuan  suara klien sudah tidak bergetar
pertemuan
e. menunjukkan sikap empati A:
2. membantu pasien mengenal Ansietas (+)
gejala ansietas
a. membantu pasien untuk P:
mengidentifikasi dan Intervensi dipertahankan
menguraikan perasaannya
b. membantu pasien untuk
mejelaskan situasi yang
menimbulkan ansietas
c. membantu pasien mengenal
penyebab ansietas
d. membantu pasien menyadari
perilaku akibat ansietas
3. mengajarkan klien beberapa
terapi untuk mengurangi
ansietas
a. relaksasi
melatih pasien melakukan
teknik relaksasi napas dalam
b. distraksi
menjelaskan kepada klien
tentang terapi distraksi
c. hipnotis 5 jari
melatih pasien melakukan
hipnotis 5 jari
d. spiritual
menjelaskan kepada klien
bahwa dengan dengan
banyak berdoa akan
memberikan rasa tenang,
membangkitkan percaya
diri, kekuatan, rasa aman,
tentram dan perasaan
bahagia.
Ny. N Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  Klien menyebutkan namanya
percaya dengan menerapkan  klien mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik permasalahannya
a. menyapa klien dengan  klien menyebutkan gejala
ramah ansietas yang dialami
b. memperkenalkan diri  klien menyebutkan terapi untuk
dengan sopan menurunkan kecemasannya
c. menanyakan nama
panggilan dan nama O:
lengkap  suara klien sudah tidak bergetar
d. menjelasan tujuan
pertemuan A:
e. menunjukkan sikap empati Ansietas (+)
2. membantu pasien mengenal
gejala ansietas P:
a. membantu pasien untuk Intervensi dipertahankan
mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
b. membantu pasien untuk
mejelaskan situasi yang
menimbulkan ansietas
c. membantu pasien
mengenal penyebab
ansietas
d. membantu pasien
menyadari perilaku akibat
ansietas
3. mengajarkan klien beberapa
terapi untuk mengurangi
ansietas
1. relaksasi
melatih pasien melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
2. distraksi
menjelaskan kepada klien
tentang terapi distraksi
3. hipnotis 5 jari
melatih pasien melakukan
hipnotis 5 jari
4. spiritual
menjelaskan kepada klien
bahwa dengan dengan
banyak berdoa akan
memberikan rasa tenang,
membangkitkan percaya
diri, kekuatan, rasa aman,
tentram dan perasaan
bahagia.
5. Nn. RA Harga diri SP 1 S:
rendah 1. membantu klien mengenal  Klien mengatakan bahwa
situasional masalah harga dirinya dirinya biasa-biasa saja dalam
(penyebab, tanda dan gejala, hal kemampuan diri
serta dampak dari harga diri  klien mengatakan akan
rendah) mencoba menceritakan
2. membantu klien untuk permasalahan dan
mengungkapkan perasaannya mengungkapkan perasaanya
kepada oranglain kepada orang yang bisa
3. membantu klien untuk dipercayai
mengidentifikasi kemampuan  klien merasa lebih lega setelah
atau aspek positif yang dimiliki menceritakan permasalahannya.
4. membantu klien untuk memilih
satu kegiatan yang dilatih O:
untuk meningkatkan  klien kooperatif, dapat
kemampuannya tersebut mengutarakan perasaan dan
5. melakukan latihan yang telah permasalahannya serta
didiskusikan sampai semua melakukan kegiatan yang dapat
kemampuan dapat dilatih dan meningkatkan potensi dirinya
terjadi perubahan perilaku yang sehingga dapat berpikir positif
dapat meningkatkan harga dan lebih menghargai dirinya
dirinya
A:
HDR situasional (+)
P:
Melanjutkan intervensi
Nn. T Ansietas SP 1 S:
(33Th) 1. membina hubungan saling  Klien mengatakan sudah lebih
percaya dengan klien baik dan merasa rileks setelah
2. membantu klien bercakap-cakap dan melakukan
mengungkapkan perasaannya teknik relaksasi
3. mendengarkan penyebab  klien mengatakan akan mulai
ansietas klien dengan penuh melakukan pemeriksaan untuk
perhatian mengetahui kondisi
4. memvalidasi kesimpulan dan kesehatannya
asumsi terhadap klien
5. membantu klien mengurangi O:
dan menghilangkan rangsangan  klien kooperatif, dapat
yang menyebabkan ansietas mengutarakan perasaan dan
pada klien permasalahannya.
6. mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam A:
Ansietas (+)

P:
Lanjutkan intervensi
6. Tn.LDM Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien cukup kooperatif
percaya dengan klien hubungan saling percaya
2. menggunakan konsultasi untuk tercapai dimana klien
membantu klien menerima dan mau meluangkan
mengungkapkan perasaanya waktu untuk membahas
3. mendengarkan penyebab masalah yang dialami klien
ansietas klien dengan penuh  klien mengatakan kadang sulit
perhatian tidur dimalam hari
4. mengurangi atau  klien mengatakan merasa lebih
menghilangkan rangsangan baik jika menceritakan masalah
yang menyebabkan ansietas pada kerabat atau orang lain
pada klien  klien mengatakan sulit untuk
berkosentrasi

O:
 klien kadang lambat membalas
pesan jika di chat.

A:
Ansietas (+)

P:
 Kaji dan dokumentasikan
tingkat kecemasan klien
termasuk reaksi fisik,
 instruksikan klien tentang
penggunaan teknik relaksasi
 gali bersama klien tentang
teknik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan ansietas.
Tn.H SP 1 S:
1. mengkaji perasaan klien terkait  Klien mengatakan telah
rasa cemas yang dialami mengerti dengan teknik
2. mendengarkan keluhan pasien relaksasi napas dalam dan akan
dengan penuh perhatian mempraktekkannya
3. mengajarkan teknik relaksasi  klien akan mencoba menulis
nafas dalam untuk pengalihan jika mengalami masalah yang
cemas susah untuk dikomunikasikan
4. mengaarkan cara melakukan dengan orang lain termasuk
teknik expressive writing orang terdekat

O:
 klien sedikit lebih santai
membalas pesan dan
mengangkat telepon

A:
Ansietas (-)

P:
Pertahankan intervensi, tetap jalin
komunikasi dengan klien
7. Nn. SW Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien mengatakan tidak merasa
percaya khawatir dengan studi akhir
2. menggunakan pendekatan yang dalam proses penyusunan
tenang dan meyakinkan saat skripsinya
komunikasi dengan klien  klien mengatakan tidak khawatir
3. memberikan informasi tentang dengan kuliahnya. klien yakin
kecemasan yang dialami klien bisa selesai tepat waktu
4. mendengarkan klien bercerita  klien mengatakan pembimbing
5. memberikan terapi music untuk skripsi yakin bisa memantunya
mengurangi kecemasan klien dalam menyelesaikan tugas
akhirnya

O:
Suara klien tidak bergetar saat
bercerita

A : Ansietas (-)
P : Rencana keperawatan
dipertahankan
Nn. WL Ansietas SP 1 S:
1. membina hubungan saling  klien mengatakan perasaan
percaya takut/khawatir berkurang terkait
2. menggunakan pendekatan yang kuliahnya yang belum selesai
tenang dan meyakinkan saat  klien tidak mengatakan tidak
wawancara dengan klien memikirkan lagi teman yang
3. memberikan informasi tentang sudah menyelesaikan studi
kecemasan yang dialami sarjana yang menambah
4. mendengarkan klien bercerita ketakutan/kekhawatiran pada
5. memberikan terapi music untuk dirinya
mengurangi keceman  klien mengatakan tugas akhir
skripsi tidak dijadikan lagi
beban pikiran (stressor)

O:
Suara klien tidak bergetar lagi saat
bercerita

A : Ansietas (+)
P : Rencana tindakan dilanjutkan
- menjelaskan kepada klien tentang
kecemasan yang dialami
- memberikan terapi music kepada
klien untuk mengurangi ansietas
8. Nn.RN Harga Diri SP1 S:
Rendah - Membina hubungan saling - Klien mengatakan dirinya
Situasional percaya dengan klien merasa tertekan karena masih
- Memberikan kesempatan menjadi beban orang tua
untuk mengungkapkan - Klien mengatakan malu
perasaan tentang harga dengan teman-temannya
dirinya karena belum menyelesaikan
- Mendengarkan keluhan klien pendidikannya
dengan penuh perhatian - Klien mengatakan kurang
- Menggali cara klien percaya diri dengan ukuran
mengatasi harga dirinya badannya yang tidak ideal
- Membantu klien - Klien mengatakan masih
mengeksplorasi pencapaian mudah terdistraksi dengan
keberhasilan sebelumnya hal-hal lain
- Beri pujian yang - Klien mengeluh susah tidur
realistik/nyata dan hindari dan nafsu makan menurun
penilaian negatif O:
- Klien bisa diajak
berkomunikasi dengan baik
dan mulai terbuka dengan
masalahnya
A:
- Harga diri rendah situasional
(+)
P:
- Melakukan kembali intervensi
yang sebelumnya yang telah
dilakukan
- Melanjutkan intervensi
selanjutnya
Nn.MA Harga Diri SP 1 S:
Rendah - Membina hubungan saling - Klien mengatakan sadar dan
Situasioanl percaya ke klien tahu dengan keadaannya yang
- Mengkaji klien tidak percaya diri
- Memberikan kesempatan - Klien mengatakan masih
untuk mengungkapkan lebih nyaman menyendiri dan
perasaan tentang harga melakukan hal-hal yang
dirinya disukainya, seperti menonton
- Mendengarkan keluhan klien dan baca novel
dengan penuh perhatian - Klien masih sering
- Menggali cara klien untuk mengatakan pernyataan-
mengatasi harga dirinya pernyataan negatif tentang
- Membantu klien pencapaian-pencapaiannya
mengeksplorasi pencapaian - Klien mengatakan sudah
keberhasilan sebelumnya mulai bangkit dan mengejar
- Beri pujian yang ketertinggalannya
realistik/nyata dan hindari - Klien berterimakasih atas
penilaian negatif pujian dan semangat yang
diberikan
O:
- Klien bisa diajak
berkomunikasi dengan baik
dan mulai terbuka dengan
masalahnya
- Klien mau bekerja sama
mengikuti percakapan sampai
selesai dan bersedia
merencanakan tindakan
bersama (kooperatif)
A:
- Harga diri rendah situasional
(+)
P:
- Melakukan kembali intervensi
yang sebelumnya yang telah
dilakukan
- Melanjutkan intervensi
selanjutnya
SP 2 Subyektif :
- Membina hubungan saling - Klien masih biasa mengingat
percaya dengan klien masalah-masalahnya yang
- Memberikan kesempatan menyebabkan perasaan harga
untuk mengungkapkan diri rendah
perasaan tentang harga - Klien sudah membuat
dirinya planning untuk mengerjakan
- Mendengarkan keluhan klien skripsinya sehabis sahur
dengan penuh perhatian - Klien merasa termotivasi
- Menggali cara klien untuk dengan membayangkan bisa
mengatasi harga dirinya segera menyelesaikan
- Beri pujian yang pendidikannya dan
realistik/nyata dan hindari merencanakan langkah
penilaian objektif selanjutnya
- Motivasi klien untuk - Klien merasa senang
semangat dan rangsang klien memiliki tempat berbagi
untuk membayangkan hal- masalah
hal yang menyenangkan jika Obyektif :
dia segera menyelesaikan - Klien mau bekerjasama
pendidikannya mengikuti percakapan sampai
selesai dan bersedia
merencanakan tindakan
selanjutnya
Assessment :
- Harga diri rendah situasional
(+)
Planning :
- Melanjutkan intervensi
9. IM Ansietas SP 1 Subyektif :
- Membina hubungan saling - Klien mengatakan sudah
percaya dengan klien merasa lebih baik dan tenang
- Membantu klien untuk setelah bercerita
mengungkapkan perasaan dan Obyektif :
masalah yang sedang dihadapi - Klien sudah merasa mulai
- Mendengarkan penyebab tenang
ansietas klien dengan penuh Assessment :
perhatian - Kecemasan (+)
- Mengajarkan klien teknik Planning :
relaksasi nafas dalam dengan - Melanjutkan intervensi
pengalihan cemas

MK Ansietas SP 1 Subyektif :
- Membina hubungan saling - Klien mengatakan merasa
percaya dengan klien lega setelah bercerita
- Membantu klien untuk - Klien mengatakan
mengungkapkan perasaannya semangatnya kembali setelah
dan masalah yang sedang bercerita
dihadapinya Obyektif :
- Mendengarkan penyebab klien - Klien tersenyum setelah
mengalami ansietas dengan selesai bercerita
penuh perhatian Assessment :
- Mengajarkan klien teknik - Kecemasan (-)
relaksasi untuk pengalihan Planning : -
ansietas
Catatan :
Klien mengatakan hanay perlu teman
bercerita untuk mengurangi beban
yang ia rasakan
10. Nn.N Harga Diri SP 1 Subyektif :
Rendah - Membina hubungan saling - Klien mengatakan dirinya
Situasional percaya melalui chat atau telfon malu dengan teman maupun
WA dengan dosen pembimbing
- Menanyakan bagaimana - Klien mengatakan belum
keadaan klien sebelum dan mampu membahagiakan
setelah tahap kerja keluarga
- Menanyakan kepada klien - Klien mengatakan dirinya
masalah apa yang dihadapi melakukan tindakan
- Menanyakan bagaimana mencederai diri saat tidak bisa
tanggapan klien terkait masalah- mengontrol emosi setelah
masalah yang sedang dihadapi tidur atau dengan menangis
- Klien mengatakan merasa
lelah dan kehilangan minat
untuk beraktivitas
kelompok/organisasi
Obyektif :
- Klien menarik diri dari
hubungan pertemanan
- Produktivitas klien menurun
Assessment :
- Harga diri rendah situasional
(+)
Planning :
- Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki oleh klien
SP 2 Subyektif :
- Mengidentifikasi kemampuan - Klien mengatakan tidak
aspek positif yang dimiliki oleh mengetahui kelebihannya
klien - Klien mengatakan sulit sekali
- Memberi pujian terhadap menggali kelebihan dan setiap
kemampuan klien kali melakukannya, malah
- Mendiskusikan penyebab dari mendapatkan kelemahannya
keadaan yang dialami oleh klien - Klien mengatakan bahwa
dirinya memiliki hobi
memasak dan membantu ibu
di rumah
- Klien menyadari mengapa
klien mengalami ini adalah
karena takut kembali
mengecewakan keluarga dan
stres karena teman-temannya
telah lebih dulu
menyelesaikan skripsinya
sehingga dirinya merasa malu
Obyektif :
- Klien sulit menyebutkan hal
positif yang dimilikinya
Assessment :
- Harga diri rendah situasioan
(+)
Planning :
- Lanjutkan intervensi
- Memotivasi dan mendorong
klien untuk meningkatkan
rasa percaya diri dan
menyusun rencana untuk
kemajuan skripsi
SP 3 Subyektif :
- Memuji klien karena berusaha - Klien mengatakan akan
menyelesaikan masalah berusaha menyelesaikan
- Memotivasi klien meningkatkan skripsinya dan segera
kepercayaan dirinya membahagiakan keluarganya
- Memotivasi klien untuk percaya - Klien mengatakan akan mulai
kepada orang lain percaya kepada orang lain
- Membantu menentukan tujuan - Klien mengatakan telah
dan impian klien menghubungi dosen
pembimbingnya
Obyektif :
- Klien mulai mudah dan
terbuka mendiskusikan
hidupnya
Assessment :
- Harga diri rendah situasional
(+)
Planning : -
Nn.I Gangguan Citra SP 1 Subyektif :
Tubuh - Membina hubungan saling - Klien mengatakan bahwa
percaya dirinya merasa tubuhnya tidak
- Membantu klien mengenal proporsional, karena tubuh
citra tubuhnya : bagian bawahnya lebih besar
a. Mengidentifikasi dan daripada tubuh bagian atas
menguraikan - Klien pernah mendengar
perasaannya orang lain menyebut dirinya
b. Membantu klien gendut/gemuk
mengenal penyebab - Klien berharap tubuhnya bisa
gangguan citra tubuhnya seimbang, jika besar yang
c. Bantu klien menyadari atas, yang dibawahnya juga
perilaku akibat gangguan besar
citra tubuh Obyektif :
- Diskusikan dengan klien - Klien terdengar tidak percaya
terkait persepsinya terkait diri dan tidak suka
citra tubuhnya : dulu dan membicarakan tubuhnya
saat ini, perasaan tentang Assessment :
citra tubuhnya dan harapan - Gangguan citra tubuh (+)
terhadap citra tubuhnya saat Planning :
ini - Pertahankan intervensi

SP 2 Subyektif :
- Pertahankan rasa percaya pasien - Klien mengatakan bahwa
- Motivasi pasien untuk dirinya akan barusaha
melakukan aktivitas yang beraktivitas/berolahraga
mengarah pada pembentukan untuk menyeimbangkan
tubuh yang ideal tubuhnya, terutama bagian
- Beri pujian terhadap setiap tubuh bawah (paha)
keberhasilan pasien Obyektif :
- Bantu klien menyusun - Klien terdengar serius dan
rancangan aktivitas sehari-hari bertekad
Assessment :
- Gangguan citra tubuh (+)
Planning :
- Pertahankan intervensi
11. Nn.F Harga Diri SP 1 Subyektif :
Rendah - Membina hubungan saling - Klien mengatakan lebih lega
Situasional percaya dengan klien setelah mengetahui
- Membantu klien untuk kondisinya
mengekspresikan perasaannya - Klien mengatakan akan
- Membantu pasien berusaha lebih semangat
mengidentifikasi aspek positif untuk mengejar
yang dimilikinya ketertinggalannya agar target
- Mendiskusikan dengan pasien nikah mudah tercapai
kemampuan yang dimilikinya - Klien mengatakan akan lebih
dan pemanfaatannya dalam sering menunjukkan hal
menghadapi masalah positif di depan ibunya agar
ibunya lebih semangat untuk
sembuh
Obyektif :
- Klien lebih santai dalam
menjawab/merespon dengan
cepat
Assessment :
- Harga diri rendah situasional
(+)
Planning : -

Nn.F Harga Diri SP 1 Subyektif :


Rendah - Membantu pasien mengebal - Klien mengatakan lebih lega
Situasional masalahnya setelah bercerita
- Membantu pasien - Klien ingin merenung lagi
mengungkapkan perasaannya untuk memutuskan rencana
kepada orang lain kedepannya
- Membantu pasien - Klien mengatakan akan
mengidentifikasi aspek positif berusaha memperbaiki
yang dimilikinya keadaan semampunya
Obyektif : -

Assessment :
- Harga diri rendah situasional
(+)
Planning : -

12. Ny.SR Ansietas SP 1 Subyektif :


- Memonitor tanda-tanda ansietas - Klien mengatakan masih
dengan hasil : klien mengatakan cemas dengan keadaannya
cemas dengan keadaannya, klien - Klien mengatakan takut hal
takut hal yang terjadi pada serupa akan terjadi pada
ayahnya akan terjadi pada ibunya
ibunya - Klien mengatakan masih sakit
- Menciptakan suasana terapeutik kepala dan tegang bagian
untuk menumbuhkan belakang leher kalau
kepercayaan mengingat hal itu
- Mendengarkan dengan penuh Obyektif :
perhatian - Suara klien terdengar bergetar
- Memotivasi dan saat berceita
mengidentifikasi situasi yang Assessment :
memicu kecemasan - Kecemasan (+)
- Menganjurkan keluarga untuk Planning :
tetap bersama klien, jika perlu - Lanjutkan intervensi
- Melatih kegiatan pengalihan
- Melatih teknik relaksasi
Tn.T Gangguan Citra SP 1 Subyektif :
Tubuh - Mengidentifikasi harapan citra - Klien mengatakan sulit
tubuh berdasarkan tahapan menerima keadaan kakinya
perkembangan, hasil = klien saat ini
mengatakan sulit menceritakan - Klien sering sekali
keadaan kakinya saat ini menyalahkan bentuk
- Memonitor frekuensi pernyataan tubuhnya saat ini
kritik terhadap diri sendiri, hasil Obyektif :
= klien sering sekali - Klien terpincang-pincang saat
menyalahkan bentuk tubuhnya berjalan
yang cacat Assessment :
- Mendiskusikan perubahan tubuh - Gangguan citra tubuh (+)
dan fungsinya Planning :
- Mendiskusikan keadaan - Lanjutkan intervensi
penampilan fisik terhadap harga
diri
- Menganjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
- Melatih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Melatih peningkatan penampilan
tubuh
13. Ny.EE Ansietas SP 1 S:
- Mengenali budaya pasien terkait • Klien mengatakan cemas
dengan kecemasan terhadap dengan kondisi anaknya
keadaan anaknya yang berada
ditempat lain. O:
- Memberikan penilaian dan
• Klien menarik napas panjang
diskusikan respon alternativ
dengan pasien terhadap situasi • Wajah klien tampak tegang
bencana
- Membantu pasien dalam A:
memngembangkan Ansietas (+)
penilaian yang lebih obyektif
terkait dengan kondisi yang P:
ada mengenai kecemasan Intervensi dilanjutkan
terhadap bencana dimana
data dari BMKG yang
menyatakan Badai Seroja
telah berlalu.
- Memberikan dukungan kepada
klien untuk beraktifitas dalam
dalam komunitas sosial
untuk mengurangi kecemasan.
- Menganjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi dengan untuk
menarik napas dalam
dan menghembuskan
perlahan
SP 2 S:
- Memberikan penilaian dan • Klien mengatakan telah
diskusikan respon alternativ memahami situasi bencana
dengan pasien terhadap situasi saat ini
bencana
- Membantu pasien dalam O:
memngembangkan • Klien tampak rileks
penilaian yang lebih obyektif
terkait dengan kondisi yang A:
ada mengenai kecemasan Ansietas (-)
terhadap bencana dimana
data dari BMKG yang P:
menyatakan Badai Seroja
telah berlalu. Intervensi dihentikan
- Memberikan dukungan kepada
klien untuk beraktifitas dalam
dalam komunitas sosial
untuk mengurangi
kecemasan.
- Menganjurkan pasien
melakukan teknik
relaksasi dengan menarik
napas dalam dan
menghembuskan perlahan

Ny.RKB Ansietas SP 1 S
- Memberikan dukungan  Klien mengatakan tetap
kepada pasien cemas dengan kondisi
untuk menggunakan koping anaknya dikemudian hari
yang sesuai dengan  Klien mengatakan kwatir
kehendak pasien seperti dengan profesinya
membuat kue dan mengajak
anak-anak untuk jalan-jalan O
- Memberikan dukungan  Klien menarik napas panjang
kepada pasien untuk  Wajah klien tampak tegang
tetap aktif dalam kelompok
doa on line yang A:
sudah dilaksanakan. Ansietas (+)
- Melakukan explorasi
kemampuan pasien P:
sebelumnya sebagai tenaga Intervensi dilanjut
analis, seperti cepat dalam
melanai pasien, disiplin
dalam bekerja dan
loyalitasterhadap pimpinan.
- Memberikan dukungan
kepada pasien
untuk melakukan klarifikasi
permasalahan dengan
pimpinan istansi agar pasien
dapat kembali bekerja
sesuai profesinya.
- Memberikan dukungan pada
pasien untuk menggunakan
teknik defensif yang tepat
dalam menghadapi masalah
- Menganjurkan pasien
melakukan teknik
relaksasi dengan untuk
menarik napas dalam
dan menghembuskan
perlahan
SP 2 S:
- Memberikan dukungan  Klien mengatakan tetap
kepada pasien cemas dengan kondisi
untuk menggunakan koping anaknya dikemudian hari
yang sesuai dengan  Klien mengatakan kwatir
kehendak pasien seperti dengan profesinya
membuat kue dan mengajak
anak-anak untuk jalan-jalan O:
- Memberikan dukungan Klien menarik napas panjang
kepada pasien untuk
tetap aktif dalam kelompok A:
doa on line yang Ansietas (+)
sudah dilaksanakan.
- Melakukan explorasi P:
kemampuan pasien Intervensi dilanjutkan
sebelumnya sebagai tenaga
analis, seperti cepat dalam
melanai pasien, disiplin
dalam bekerja dan
loyalitasterhadap pimpinan.
- Memberikan dukungan
kepada pasien
untuk melakukan klarifikasi
permasalahan dengan
pimpinan istansi agar pasien
dapat kembali bekerja
sesuai profesinya.
- Memberikan dukungan pada
pasien untuk menggunakan
teknik defensif yang tepat
dalam menghadapi masalah
- Menganjurkan pasien
melakukan teknik
relaksasi dengan untuk
menarik napas dalam
dan menghembuskan
perlahan
14. Ny.RA Ansietas SP 1
- Mengidentifikasi situasi yang
memicu Kecemasan klien.
Hasil= klien mengatakan cemas
bila berada di dekat laki-laki
yang bukan keluarganya, klien
mengatakan cemas karena
skripsinya belum selesai
- Mengkaji tanda verbal tentang
kecemasan. Hasil= klien
menolak untuk komunikasi via
telepon atau voice note, hanya
mau dengan chat lewat WA
- Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan. Hasil =
klien menyampaikan yang
menjadi keluhannya, namun
merasa lelah dan berencana
untuk keluar rumah (terjadwal
kegiatan lain) sehingga meminta
untuk dilanjutkan esok hari.
- Menyimak percakapan via WA
chat dengan klien. Hasil= klien
mengatakan takut untuk
melakukan pembimbingan
skripsi karena merasa
dilecehkan oleh pembimbing
sebanyak 3x dengan dipegang
pahanya, Klien mengatakan
harapannya untuk dapat
menyelesaikan skripsinya
dengan baik, Klien mengatakan
sudah menceritakan hal yang
dialaminya kepada orang tuanya
- Memberi kekuatan dan pujian
terhadap perilaku yang baik
dengan tepat. Hasil= Klien
mengatakan merasa lebih tenang
setelah bercerita kepada ayahnya
tentang keadaan yang
dialaminya, klien mengatakan
akan mengikuti saran dari
mahasiswa untuk ditemani oleh
temannya saat pembimbingan
- Menginstruksikan klien
(mengajarkan dan
menganjurkan) untuk
menggunakan teknik relaksasi
(napas dalam, dengar musik).
Hasil = klien mengatakan dapat
melakukan instruksi yang
diberikan
- Mendorong klien untuk
mengulang kembali praktik
relaksasi dan juga bila
kecemasan atau rasa takut
muncul. Hasil= klien
mengatakan akan
melakukannya, klien
mengatakan sedang mendengar
musik/lagu dengan heatset dari
handphonenya.
Nn.H Harga Diri SP 1 S: Klien mengatakan merasa insecure
Rendah 1. Melakukan monitoring/ mengkaji dengan dirinya sendiri, klien
situasional pernyataan klien mengani harga mengatakan akan berupaya untuk
diri. Hasil= Klien mengatakan menerima kenyataan tentang dirinya
merasa tidak berharga karena (tubuhnya), Klien mengatakan akan
belum berhasil dengan berupaya untuk berupaya untuk
pencapaian/ harapan-harapannya. mewujudkan target/ harapan-harapan
2. Mendukung klien untuk pencapaian dirinya.
mengidentifikasi kekuatan. Hasil= O:-
klien mengatakan memiliki hobi A: Harga diri rendah situasional (+)
menulis dan tulisannya P Intervensi dilanjutkan
dipublikasikan melalui laman Peningkatan harga diri (poin 1 dan 6)
media sosial miliknya (Ig, FB, Peningkatan koping (poin 3, 5, 6)
Story WA), juga dalam aplikasi
menulis,
3. Membantu klien untuk memeriksa
persepsi negatif terhadap dirinya.
Hasil= Klien merasa belum 100%
(Ada 5%) menerima dirinya
sebagai seseorang perempuan
karena TB dan BB yang tidak
proposional, klien mengatakan
tidak puas dan bahagia terhadap
dirinya baik peran sebagai pribadi
maupun sebagai anak karena
belum mencapai titik
pencapaiannya.
4. Mendukung tanggungjawab pada
diri klien sendiri. Hasil = Klien
mengatakan sedikit merasa
senang/lega karena mendapat
motivasi dari mahasiswa yang
mengkaji. Klien mengatakan
sadar akan tanggungjawabnya
untuk berupaya untuk
menyenangkan ibunya dan
berbuat kebaikan bagi orang lain
5. Melakukan eksplorasi terhadap
pencapaian keberhasilan
sebelumnya. Hasil= Klien
mengatakan ketika masih
mahasiswa, klien sangat aktif
pada berbagai kegiatan dan dapat
menyelesaikan tanggung
jawabnya dengan baik.
Hasil= Klien mengatakan
mendapat beasiswa untuk
menyelesaikan studi dan dapat
selesai tepat waktu.
6. Membuat pernyataan positif
tentang klien. Hasil= “mbak H
sangat luar biasa dan sangat
berani dengan membuat tulisan
tentang kisah pribadi dan
membagikannya ke publik sebagai
wadah menyampaikan isi
pikirannya. Semoga harapan
menjadi seorang penulis dapat
terwujud dan bisa bermanfaat bagi
banyak orang. Tetap semangat.
Saya yakin mbak H, suatu saat
dapat mewujudkan cita-cita nya
untuk membuat/membangun
rumah untuk ibu”.
Klien mengatakan senang atas
motivasi dari mahasiswa dan
menjawab pernyataan positif
dengan “aamiin” “tetap semangat”
“sangat sepakat.

Peningkatan koping
1. Membantu klien dalam S: Klien mengatakan dapat menerima
mengidentifikasi tujuan jangka keadaan tubuhnya. Klien mengatakan
pendek dan jangka panjang yang belum dapat berinteraksi dengan
tepat. Hasil= Klien mengatakan orang disekitar/tentangga. Klien
tujuan jangka pendeknya saat ini mengatakan lebih dekat dengan
adalah membantu ibunya di keluarga dari ayahnya(nenek)
rumah dan membuat tulisan serta dibandingkan keluarga dari pihak ibu.
bergabung dalam komunitas agar Klien mengatakan akan mencoba
dirinya tidak terlalu tertutup. bersosialisasi dengan tetangga sekitar
Klien juga mengatakan telah rumahnya.
mencoba untuk sharing dan O: -
berbagi cerita kepada anggota A: Harga diri rendah situasional (+)
dalam komunitasnya serta P: Intervensi dilanjutkan poin nomor
mencari kerja. Klien mengatakan 5, 6(1), 6(2)
bahwa tujuan jangka panjangnya
adalah ingin membangun rumah
untuk ibunya.
2. Membantu klien untuk memecah
tujuan yang kompleks menjadi
lebih kecil dengan langkah yang
dapat dikelola. Hasil= Klien
mengatakan perlahan-lahan
memasukkan lamaran kerja agar
nantinya dapat bekerja dan
menabung untuk membangun
rumah untuk ibunya. Klien juga
mengatakan bahwa sekarang ini
dia juga memperbanyak
meningkatkan kualitas dan
kuantitas ibadahnya.
3. Memberikan pandangan terhadap
kemampuan penyesuaian klien
terhadap perubahan dalam citra
tubuhnya. Hasil= klien
mengatakan meski bentuk
tubuhnya tidak proposional dari
segi TB dan BB dan kadang
mendapat cubiran dari
sekitarannya, tapi klien tidak
terlalu ambil pusing terhadap hal
ini, klien menyadari bahwa itu
adalah pemberian Tuhan dan
harus disyukuri. Klien senang
terhadap pandangan mahasiswa
bahwa harus dapat berpikir positif
karena diluar sana masih banyak
yang jauh lebih “buruk” namun
dapat membuktikan dengan karya
dan kreativitas serta menjadi
inspirasi.
4. Memberikan suasana penerimaan.
Hasil= klien mengatakan
menerima dengan keadaan
sekarang dan tetap berpikir positif
namun klien tetap berharap bahwa
orang-orang disekitarnya dapat
lebih menghargai keberadaan
orang lain.
5. Mendukung aktivitas sosial dan
komunitas klien. Hasil = klien
mengatakan bahwa hari ini belum
berinteraksi dengan tetangga
disekitar rumahnya maupun
kemarin. Klien juga mengatakan
aktivitas sosial atau komunitas
dilakukan hanya yang “se-
frekuensi” dengannya.
6. Memonitor penyataan klien
mengenai harga diri. Hasil = klien
mengatakan sedikit merasa lega
telah berkomunikasi selama 2 hari
dengan mahasiswa praktik, Klien
dapat menerima keberadaan
tubuhnya, “itu sudah jadi
pemberian Tuhan yang luar
biasa”. Klien mengatakan
mencoba menerapkan seni
bermasa bodoh atau cuek terhadap
cibiran orang sekitar pada kondisi
atau keadaan tertentu.
7. Membuat pernyataan positif
mengenai klien. Hasil= “mbak
sudah sangat luar biasa untuk
mulai aktif di komunitas yang
diikuti dan terus aktif untuk
menulis”. “luar biasa karen mbak
H menyadari bahwa dengan
keyakinan yang dimiliki
menyakini bahwa Tuhan tidak
memberi cobaan melebihi batas
kemampuan hamba-Nya”.
8. Mendukung sikap klien terkait
harapan yang realitis. Hasil= “iya
kak dalam komunitas ini saya
sedang proses cari cara a/ wadah
supaya bisa menunjukkan diri,
bila ada tawaran untuk ambil
dalam kegiatan apapun.. saya
akan terima”. “Sebisa mungkin
kak, saya akan coba melibatkan
diri dengan lingkungan sosial”.
9. Mendukung aktivitas sosial dan
komunitas agar dapat dilakukan.
Hasil= klien mengatakan bersama S: Klien mengatakan akan menerima
komunitas sedang menggalang keadaan dirinya sebagai perempuan
dana untuk membantu sesama di dan dengan tubuh yang dimilikinya
kampungnya yang membutuhkan saat ini, klien mengatakan sangat
(dapat uang sembako, minyak bersyukur dengan pemberian Tuhan
makan, beras, dll), klien atas tubuh/dirinya. Klien mengatakan
mengatakan belum dapat akan berusaha lebih terbuka
bersosialisasi dengan tetangga dibuktikan dengan mau berbagi
sekitar rumahnya. Penyataan klien cerita/sharing langsung dengan orang-
“jujur mas, saya Cuma merasa orang dalam komunitasnya dan juga
kurang nyaman di lingkungan ini, lewat tulisan-tulisannya. Klien
di area rumah saya. Jadinya saya mengatakan akan tetap membantu
berasa berat sekali untuk gerak ibunya di rumah untuk saat ini sambil
disini dan mungkin ini juga mencari pekerjaan. Klien mengatakan
karena faktor cubiran akibat akan mencoba lebih terbuka meskipun
peristiwa di masa lalu yang terjadi saat ini untuk bersosialisasi dengan
dalam keluarga saya”. tetangga belum dapat dilakukan.
10. Membuat penyataan positif Klien mengatakan sampai saat ini dia
mengenai klien. Hasil : “menurut sedang menyusun perencanaan untuk
saya cubiran harus diatasi dengan pencapaian harapan dan cita-citanya.
bukti nyata tindakan keberhasilan,
karena kalau mau diikuti terus, O: -
gak ada habisnya. Saya sepakat A: Harga diri rendah situasional (+)
dengan kakak dan sekarang ini P : Intervensi diberhentikan
saya sedang cari jalan menuju Memberi motivasi dan penguatan
pencapaian itu” “semangat untuk kepada klien, rekomendasi
hal ini mbak H. Saya yakin mbak pendampingan pada teman klien
pasti bisa” “Saya yakin dengan (Rekan mahasiswa sebagai fasilitator
interaksi dengan komunitas yang responden)
mbak H ikuti sekarang akan
sangat bermanfaat dan memberi
keberanian lagi untuk berinteraksi
dengan orang lain yang bukan
anggota komunitas dalam hal ini
tetangga/warga sekitar rumah”.
“Klien menjawab “Benar kak, kita
makhluk sosial jadi harus bisa
berinteraksi saya akan
menunjukkan diri pelan-pelan”.
D. Analisis hasil SRQ pre dan post intervensi

ANALISA DATA

Responden Data Masalah Keperawatan


Nn. AE Do:
 Klien menarik diri dari hubungan sosial
(teman-temannya)
 Perilaku destruktif pada diri sendiri
 Produktivitas tugas menurun
Ds :
 Klien mengatakan bahwa dirinya
merasa malu dengan teman-temannya Harga diri rendah situasional
yang telah menyelesaikan skripsi
 Klien mengatakan belum mampu
membahagiakan keluarga
 Klien mengatakan bahwa terkadang
dirinya pernah memukur diri sendiri
saat tidak bisa mengendalikan emosi
 Mudah merasa lelah
Ny. SR Do :
 Suara klien terdengar bergetar
Ds :
 Klien mengatakan cemas terhadap
keadaannya
 Klien mengatakan cemas dengan hal Ansietas sedang
serupa yang menimpah ayahnya akan
terjadi pada ibunya
 Klien mengatakan sakit kepala tegang
bagian leher belakang kalau mengingat
kejadian itu
Tn, T Do :
 Klien tampak jalan terpincang-pincang
Ds :
 Klien mengatakan mengalami cacat
sejak usia 15 tahun Gangguan citra tubuh
 Klien mengatakan cacat dikarenakan
ditabrak mobil saat berjualan
 Klien mengatakan malu berinteraksi
dengan orang lain karena keadaannya
Nn. IlA Do : -
Ds :
 Klien mengatakan bahwa tubuhnya
tidak proporsional karena dibagian Gangguan citra tubuh
bawah tubuhnya lebih besar dari pada
bagian atas
 Klien mengatakan bahwa dirinya
pernah mendengar sseseorang bahwa
dirinya gemuk
Tn. IM Do :
 Klien menangis saat bercerita
Ds :
 Klien mengatakan tidurnya tidak
teratur
 Klien mengatakan taku membuat orang
tuanya khawatir
 Klien mengatakan takut tidak bisa
membahagiakan seseorang yang berarti
dihidupnya Ansietas Sedang
 Klien mengatakan takut bertemu salah
satu seniornya karena klien merasa
akan terjadi sesuatu
 Klien mengatakan jika dia sudah
melakukan sesuatu klien memikirkan
apakah orang tersebut senang atau
malah tidak puas
 Klien mengatakan terkadang klien suka
melamun dan memikirkan hal-hal
yang dia takuti terjadi
Nn. MK Do :
 Klien terlihat sedih saat bercerita
Ds :
 Klien mengatakan khawatir tidak
wisuda tahun ini
 Klien mengatakan tidurnya tidak
teratur
 Klien mengatakan sering terbangun
saat tidur dan langsung memikirkan Ansietas Sedang
masalahnya sampai pagi dan sakit
kepala
 Klien mengatakn takut apa yang ia buat
tidak disukai dosennya
 Klien mengatakan takut
mengecewakan kedua orang tuanya
jika tidak wisuda tahun ini
 Klien mengatakan takut jika menikah
nanyi tidak dapat mengurus orang
tuanya
Nn. RA Do : -
Ds :
 Klien mengatakan merasa cemas
karena sdeih & sementara belum dapat
menyelesaikan skripsinya
 Merasa takut untuk menyelesaikan
skripsinya karena pembimbingnya Ansietas
melecehkannya (dipegang-pegang
pahanya saat bimbingan sebanyak 3x)
 Klien mengatakan sejak kejadian
bimbingan skripsi tersebut dia merasa
cemas dan takut bila dekat/bergaul
dengan laki-laki kecuali keluarganya
 Klien mengatakan cemas atau takut
melapor ke pihak berwenang karena
takut dikira mengarang-ngarang cerita
Nn. S Do :
 Suara klien kadang bergetar saat
mencritakan masalahnya
Ds :
 Klien meras cemas karena perbaikan
proposal belum direspon oleh Ansietas Sedang
pembimbingnya
 Klien mengatakan tidurnya tidak lela
karena kepikiran hal tersebut
 Klien mengatakan sempat menangis
memikirkan hal tersebut
Ny. N Do :
Suara klien kadang bergetar saat menceritakan
masalahnya
Ds :
 Klien merasa khawatir karena sakit
kepala sejak kecil dan 2 minggu
terakhir frekuensnya menjadi lebih
sering Ansietas Sedang
 Klien merasa khawatir terhadap anak
dan suaminya jika hal buruk menimpa
dirinya
 Klien kadang bermimpi berpisah
dengan anaknya
 Klien mengatakan sulit berkonsentrasi
dengan pekerjaannya karena
memikirkan masalahnya
Nn. RA DO: Harga diri rendah situasional
 Berbicara pelan dan lirih
DS:
 Klien menngatakan bahwa ia kurang
percaya diri dan selalu merasa insecure
 Klien sering merasa orang-orang
membicarakan hal buruk tentang
drinya
 Klien measa insecure dengan
kemampuan dirinya
 Klie merasa malu dan jarang untuk
berpendapat utamanya di depan umu
 Klien mengungkapkan bahwa ia mudah
down ketika mendapatkan teguran
Ny. T DO: Ansietas sedang
DS:
 Klien mengungkapkan bahwa ia
merasa takut dan khawatir dengan
kondisi kesehatannya
 Klien mengatakan bahwa kondisi
kesehatan yang dirasakan
menimbulkan pikran-pikiran negative
tentang kesehatan klien
 Klien mengungkapkan bahwa pikiran
negative yang muncul membuat klien
merasa stress dan sulit tidur
Nn. RN DO: Harga diri rendah situasional
DS:
 Meras kurang puas dengan berat badan,
kadang-kadang merasa kurang percya
diri
 Merasa menjadi beba orang tua karena
diusiannya sekarang belum
menyelesaikan pendidikan dan belum
bisa membanggakan orang tua
 Merasa malu dengan pencapaiannya
masih gampang terdistraksi dengan
hal-hal lain saat ingin focus
mengerjakan sesuatu, terkhusus skripsi
 Belum menyelesaikan skripsi
 Belum bisa mengatur keuangan dengan
baik
 Susah tidur dan tidak nafsu makan
Nn. AH DO: Ansietas sedang
DS:
 Klien mengatakan khawatir tidak bisa
lulus tepat waktu, selalu berpikir orang
tuanya yang semakin menua dank lien
belum bisa membanggakan
 Klie sering sakit kepala yang dapat
mengganggu tidurnya namun belum
ditahu apa penyebaba sakit kepala
tersebut. Klien mengatakan takut
sesuatu yang terjadi terhadap
kesehatannya
 Klien mengatakan sering merasa takut,
tegang dan khawatir akan studinya
 Klien mengatakan selalu berhati-hati
pada setiap perkataan atau
perbuatannya karena takut disalahkan
 Klien mengatakan dalam sebulan ini ia
pernah merasa takut dan cemas yang
dapat mengakibatkan gangguan pada
penceraannya da muncul rasa tidak
enak di perut sehingga mengganggu
aktivitasnya.
Nn. Tarcan DO: Harga diri rendah situasional
DS:
 Klien mengatakan kurang percaya diri
dengan apa yangia miliki dan merasa
dijauhi teman-teman termasuk
pacarnya
 Klien mengatakan dalam sebulan
terakhir dijauhi teman-teman dekat
yang dimana teman-teman tersebut
merupakan tempat curhat klien dikala
sedih
 Disisi lain klien ssering merasa sedih
tiba-tiba sampai menangis namun ia
tidak ingin menceritakan siapapun
tentag apayang ia rasakan. Alasannya
yang sering ia ceritka masalahnya yaitu
kepada teman-teman telh menjauhi dan
juga orang tuanya, namun saat ini klien
jauh dari orang tua dan tidak ingin
ceritakan hal tersebut
Nn. F DO: Harga diri rendah situasional
DS:
 Klien merasa kurang berguna
dikeluarga karena masih menjadi beban
keluarga
 Klien mengatakan tidak aktif berpera di
kampus dan masyarakat karena tidak
nyaman di keramaian
 Klien merasa insecure setiap melihat
temannya wisuda
 Klien sering menghindari perkumpula
karena merasa malu dengan kondisinya
yang belum menjadi apa-apa
 Klien merasa berat menjadibeban
keluarga terutama dengan kondisi
finansial keluarganya yang menurun 4
tahun terakhir
 Klie sedang berusaha menyelesaiakn
skripsi namun akhir-akhir ini merasa
putus asa, lelah, dan kehilangan
motivasi melanjutkannya
 Klien kerap kali menyendiri karena
merasa malu untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya
Nn. FF DO: - Harga diri rendah situasional
DS:
- Klien memiliki pengalaman sebagai
korban bullying yang menyebabkan klien
mudah tersinggung saat membahas topik
tertentu
- Klien merupakan mahasiswa tingkat
akhir di universitas negeri di Makassar dan
sedang dalam proses pengerjaan tugas akhir.
Namun karena merasa tertinggal, klien jadi
susah fokus dan overthinking.
- Klien merasa belum menjadi anak yang
baik karena belum bisa membanggakan
keluarga
- Klien sering merasa insecure dengan
pencapaian teman sebaya yang lebih dulu
wisuda, bekerja, menikah, dan memiliki
banyak lifeskill.
Tn. SJ DO: Ansietas berat
 Suara klien terdengar curiga dan malas
menjawab
 Suara klien terdenga panic dan gelisah
DS:
 Klien mengatakan susah tidur saat
malam hari dan sering terbangun
 Klien mengatakan gugup dan cemas,
takut bila berada di lingkungan banyak
orang ramai
 Klien mengatakan selalu menghindari
kegiatan dilingkungan tempat kerja
maupun ditempat tinggal
 Klien menatkan sulit untuk
berkonsentrasi dalam bekerja
 Klien mengatakan tidak
percaya/minder terhadap orang yang
baru dikenal
Tn. LDM DO: Ansietas
 Suara klien terdengar pelan dan cemas
DS:
 Klien mengatakan ssering merasa
cemas dan khawatir
 Klien mengatakan merasa sedikit
tertekan selama beberapa waktu
 Klien mengatakan sulit berkonsentrasi
dalam melakukan aktivitas
 Klien mengatakan khawatir dengan
penurunan prestasinya selama kuliah
dan takut selesai tepat waktu
Tn. H DO: Harga diri rendah situasional
DS:
 Klien mengatakan malu hanya mampu
tamat SMA
 Klien mengatakan malu hanya bekerja
sebagai pelaut dan tidak bisa lanjut
kuliah
 Klien merasa malu jika bertemu teman-
temannya
 Klien mengatakan merasa kurang
percaya diri dan kurang nyaman
terlibat dalam kegiatan social
 Klien mengatakan susah mengutarakan
keinginannya dan lebih suka
memendam sendiri
Nn.K DS: Ansietas Berat
 klien mengatakan susah tidur dimalam
hari
 klien mengatakan putus asa karena
cita-cita menjadi polwan tidak lulus
 klien mengatakan gugup/minder bila
bertemu orang lain
 klien mengatakan sulit berkosentrasi
dalam belajar
DO :
 suara klien tampak cemas dan tegang

Nn. NRA DS: Ansietas


 klien mengatakan susah tidur baik
siang ataupun malam karena selalu
memikirkan hal yang belum tentu
terjadi
 klien suka berpikir berlebihan tentang
efek dari suatu tindakan yang akan
dilakukan
 klien mengatakan karena
overthingkingnya, takut untuk
melakukan sesuatu
 klien sering merasa takut akan
kegagalan
 klien tidak suka beraktivitas disekitar
rumah karena tetangganya suka
bergosip yang tidak benar
DO: -
Nn.T DS: Ansietas
 klien merasa khawatir dan
overthingking terkait kuliahnya tahun
ini apakah ia bisa menyelesaikannya
atau tidak
 klien mengatakan jika merasa khawatir
karena memikirkan kuliahnya yang
belum selesai membuat dirinya
menjadi sulit tidur dan kehilangan
nafsu makan
 klien merasa khawatir dengan
keputihan yang sudah dialaminya
selama 6/7 tahun
Ny. EE DS : Ansietas Ringan
 Klien mengatakan cemas dengan
anaknya yang sedang kuliah di tempat
lain
 Klien mengatakan takut dan cemas
dengan berncana jangan sampai terjadi
lagi, meskipun keluarganya tidak
menjadi korban
 Klien mengatakan khawatir jangan
sampai mereka tidak mampu
membiayai perkuliahan anaknya
 Klien mengatakan dia khawatir jangan
sampai penyakitnya kambuh lagi
DO:
 Klien kadang-kadang menarik nafas
dalam
Ny. RKB DS: Ansietas Ringan
 Klien merasa cemas jika masalah yang
dihadapinya akan dialami oleh anaknya
 Klien merasa cemas jika ilmu dan
keterampilannya menjadi hilang jika
dia tetap bekerja pada bidang lain
 Klien merasa cemas jika suatu saat
semua anak di ambil oleh suami

DO:
 Ekspresi klien tampak tegang
 Klien kadang-kadang menarik napas
dalam.
Nn. MA DO: Harga diri rendah situasional
DS:
 merasa pencapaiannya belum banyak
 merasa kurang karena sikap dan masa
lalu
 belum menyelesaikan pendidikan
 masih jadi tanggungan orang tua jadi
tidak enakan
 merasa tidak tenang
Nn. Sw DO: Ansietas sedang
 suara klien bergetar saat bercerita

DS:
 klien mengatakan khawatir atau cemas
dengan studi akhir penyusunan skripsi
 klien mengatakan khawatir tidak
selesai tepat waktu
 klien mengatakan kekhawatiran
terlambat karena mendapatkan
pembimbing
 klien juga merasa tugas akhir menjadi
beban pikiran
Nn. WL DO: Ansietas sedang
 suara bergetar saat bercerita
 perubahan intonasi saat bercerita
DS:
 klien mengatakan ada perasaan takut
kuliahnya tidak selesai
 klien juga mengatakan ketakutannya
semakin bertambah karena mlihat
sebagaian temannya telah
menyelesaikan studi sarjananya
 klien mengatakan kurang mendapatkan
dukungan dari teman maupun pasangan
serta keluarga
Nn. H DO : - Harga Diri Rendah
DS : Situasional
 klien mengatakan merasa tidak
berharga karena belum berhasil dengan
pencapaiannya
 klien mengatakan bahwa tubuhnya
tidak cukup proposional menurut TD
dan BB
 klien mengatakan sulit berpikir jernih,
sempat merasa mati rasa, tidak ada
happy, tidak ada ketertarikan dengan
hal apapun, tidak ada sedih
 klien mengatakan merasa tidak
puas/tidak bahagia terhadap dirinya
karena belum mencapai titik yang
seharusnya bisa dicapai
 klien mengatakan 95% puas sebagai
seorang perempuan. 5% lagi tidak
dapat diungkapkan
Lampiran 1

Plan of Action (POA)

April 2021
NO Kegiatan 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 Penyusunan LP

Ansietas

Gangguan citra tubuh

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

HDR situasional

2 Pengedaran link skreening psikosial

3 Pengkajian psikosial secara online

Format Pengkajian

Rekaman suara

4 Analisa Hasil Pengkajian

Pohon masalah dan diagnosis


keperawatan berdasarkan prioritas

Intervensi Keperawatan

Presentasi hasil pengkajian, diagnosa dan


5
intervensi (dokumen presentasi)
Presentasi hasil telaah jurnal (slide
6 presentasi, ringkasan jurnal, alasan
memilih, RTL, lampiran jurnal)

Implemetasi askep psikososial (lembar


7
implementasi dan rekaman suara)

8 Presentasi hasil askep

Penyuluhan kesehatan jiwa (mini


9 seminar online, SS, dan rekaman
kegiatan)

Laporan akhir (laporan lengkap askep


10
psikososial)

11 Respon LP (SS zoom)


Lampiran 2
Master Data Demografi

Kode Status
Responden Usia JK Pekerjaan Pendidikan pernikahan
1 2 1 6 4 1
2 2 2 6 7 1
3 2 2 6 4 2
4 2 2 6 4 1
5 2 2 3 3 2
6 2 2 3 3 2
7 2 1 6 6 2
8 2 2 5 4 2
9 2 2 6 6 1
10 2 1 4 2 2
11 2 1 3 3 2
12 2 1 5 6 2
13 2 1 5 6 2
14 2 2 6 4 2
15 2 1 5 6 2
16 2 1 3 6 2
17 2 2 3 4 2
18 2 1 6 6 2
19 1 1 4 3 2
20 2 2 5 3 1
21 2 2 5 4 2
22 3 2 5 1 3
23 2 1 6 7 1
24 2 1 5 4 1
25 2 1 5 6 1
26 3 2 5 2 1
27 2 2 2 3 1
28 3 1 5 3 1
29 2 2 5 3 1
30 2 2 3 6 4
31 2 2 3 6 4
32 1 1 4 3 2
33 2 2 3 6 2
34 2 2 3 6 4
35 2 2 3 6 4
36 2 2 3 6 4
37 2 2 3 4 2
38 2 2 6 4 1
39 2 2 3 3 2
40 2 2 3 6 2
41 2 2 3 3 2
42 2 2 6 6 1
43 2 2 6 6 1
44 2 2 3 6 2
45 2 1 6 6 2
46 2 2 6 6 2
47 2 2 3 3 2
48 2 2 3 6 2
49 2 1 3 6 4
50 2 2 6 6 4
51 2 2 6 6 2
52 2 2 6 6 2
53 2 1 5 3 2
54 1 1 4 2 2
55 2 2 3 3 2
56 2 1 3 3 2
57 2 1 3 3 2
58 2 1 3 3 2
59 2 1 6 6 1
60 2 2 3 3 2
61 2 1 6 6 1
62 2 2 3 3 2
63 2 2 3 3 2
64 2 2 3 6 2
65 2 2 3 6 2
66 2 1 6 3 2
67 2 1 6 6 1
68 2 2 1 6 2
69 2 2 6 6 2
70 2 2 3 3 2
71 2 2 3 3 2
72 2 2 3 6 2
73 2 2 3 3 2
74 2 2 1 6 2
75 2 2 1 6 2
76 2 1 5 6 2
77 2 2 6 6 2
78 2 1 1 6 2
79 2 2 5 6 1
80 1 2 4 2 2
81 2 2 3 3 2
82 2 2 6 4 2
83 2 2 6 4 2
84 2 1 3 3 2
85 2 1 6 4 2
86 2 1 3 3 2
87 2 2 6 4 2
88 2 2 3 3 2
89 2 2 3 3 1
90 2 2 3 3 2
91 2 2 5 6 2
92 2 2 6 5 2
93 2 2 3 6 2
94 2 2 3 3 2
95 2 2 6 6 2
96 2 1 6 3 2
97 1 1 3 3 2
98 2 2 6 6 1
99 2 1 6 6 2
100 2 1 6 6 1
101 2 1 3 6 2
102 1 2 3 6 4
103 2 2 3 3 2
104 2 1 3 3 2
105 2 2 2 3 1
106 2 2 3 3 2
107 2 1 3 3 2
108 2 2 3 3 2
109 2 2 3 6 2
110 2 1 5 6 2
111 2 2 3 3 2
112 2 1 3 3 2
113 2 2 6 6 1
114 2 2 3 3 2
115 2 2 1 3 2
116 2 2 3 3 2
117 2 1 3 3 2
118 2 2 6 4 1
119 2 2 6 4 1
120 2 2 6 4 2
121 2 2 3 3 2
122 2 2 6 4 1
123 2 2 6 4 2
124 2 2 2 3 1
125 2 2 6 4 1

Keterangan :
Usia Jenis Kelamin Pekerjaan
1 : Remaja (14-18 tahun) 1 : Laki-laki 1 : Tidak bekerja
2 : Dewasa (19-55 tahun) 2 : Perempuan 2 : IRT
3: Lansia (>55 tahun) 3: Mahasiswa
4: Siswa
5 : Swasta
6 : Lain-lain (ASN,guru,dll)
Pendidikan Status Pernikahan
1 : SD 1 : Menikah
2 : SMP 2: Belum Menikah
3: SMA 3 : Janda/Duda
4 : D III 4 : Tidak diisi
5 : Profesi
6 : S1
7: S2
Lampiran 3
Master Data per item kuesioner SRQ

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1
0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1
0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Keterangan :
0 : tidak
1 : ya
Lampiran 4
Master Data hasil kuesioner SRQ

Distres Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala Stres


emosional cemas Depresi somatik kognitif Penurunan psikotik pasca trauma
Energi
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 1 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 1 1 1 2 1
1 2 2 2 1 2 2 2
1 2 2 1 1 2 2 2
1 1 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 1 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan :
1 : Ya
2 : Tidak
Lampiran 5

Rekapitulasi masalah keperawatan psikososial hasil pengkajian dalam kelompok

NO NIM Nama Mahasiswa Klien 1 Klien 2

1 R014202001 Reny Marlina Ansietas Ansietas

2 R014202006 Antonius Pati Sadia Harga diri rendah Ansietas

3 R014202009 Muhammad Dalman Dani Ansietas Harga diri rendah

4 R014202015 Akbar Ansietas Gangguan citra tubuh

5 R014202020 Yohanes Demon Ansietas Ansietas

6 R014202026 Asman Ansietas Ansietas

7 R014202028 Jarman Ansietas Ansietas

8 R014202031 Dwi Pujiastuty Paputungan Ansietas Ansietas

9 R014202033 Ruslia Mayau Ansietas Harga diri rendah

10 R014202036 Fatima Angraini Harga diri rendah Harga diri rendah

11 R014202037 Poppy Nurul Asmaul Razak Ansietas Ansietas

12 R014202040 Nurul Rafiqa Wahda Harga diri rendah Harga diri rendah

13 R014202041 Nurfita Dewi Harga diri rendah Ansietas

14 R014202049 Shahnaz Fathirrizky Hambatan interaksi sosial Gangguan citra tubuh


Lampiran 5. SAP Kegiatan

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

“Ansietas (Kecemasan)”

Oleh : Kelompok 2

Preseptor : Akbar Haritsa, S.Kep., Ns., PMNC., MN

Reny Marlina R014202001


Antonius Pati Sadia R014202006
Muhammad Dalman Dani R014202009
Akbar R014202015
Yohanes Demon R014202020
Asman R014202026
Jarman R014202028
Dwi Pujiastuty Paputungan R014202031
Ruslia Mayau R014202033
Fatima Angraini R014202036
Poppy Nurul Asmaul Razak R014202037
Nurul Rafiqa Wahda R014202040
Nurfita Dewi R014202041
Shahnaz Fathirrizky R014202049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN ANSIETAS

Topik : Ansietas (Kecemasan)

Pokok Bahasan : Cara mengenali dan menangani kecemasan pada responden

Sasaran : Responden yang mengisi form kuisioner pada tanggal 7-9 April 2021

Tempat : melalui aplikasi zoom meeting

Hari/Tanggal : Minggu, 17 April 2021

Waktu : 25 menit

I. Latar Belakang
Secara definisi, ansietas dapat didefinisikan sebagai emosi/perasaan yang timbul
sebagai respon awal terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti
bagi individu. Ansietas sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu,
tidak berdaya, kegelisahan, kekhawatiran, tidak tentram yang disertai dengan keluhan
fisik (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016). Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan sejak
tanggal 7 sampai tanggal 9 April 2021, kelompok kami, mengetahui bahwa 61% dari total
responden mengalami ansietas dengan tingkat cemas yang beragam (lihat gambar 1).

Gambar 1. Rekapitulasi Masalah Keperawatan Psikososial


Pada umumnya, ansietas atau cemas dapat terjadi karena adanya stressor dari
beberapa faktor Perspektif Psikoanalisis, Kognitif Behavioral, maupun faktor
genetik/biologis. respon dari presepsi terhadap ancaman atau bahaya tersebut kemudian
diterima oleh sistem syaraf pusat yang melibatkan .jalur Cortex Cerebri Limbic System-
Reticular Activating System – Hypothalamus. Hipotalamus kemudian memberikan impuls
kepada kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal untuk organ target
1
yaitu kelenjar adrenal. Selanjutnya hormon yang disekresikan oleh kelenjar adreanal akan
memacu sistem syaraf otonom yang dikontrol oleh neurotransmiter gama amino butyric
acid (GABA). Hormon yang dimaksud ini diantaranya adalah norepinephrin dan
serotonin (Kusuma, 2012).
Ansietas merupakan salah satu masalah yang harus mendapat perhatian penting
karena dapat mengganggu aktivitas dan mortalitas kehidupan seseorang. Oleh karena itu,
kami kelompok 2 berencana untuk melakukan penyuluhan terhadap masalah ansietas ini
kepada seluruh responden kami sebagai masyarakat negara Indonesia.

II. Tujuan Penyuluhan


A. Tujuan Umum

Setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan ini, responden mampu mengerti,


memahami, dan dapat menjelaskan dengan benar terkait masalah kesehatan kecemasan serta
cara penanganannya.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit tentang kecemasan, diharapkan


responden mampu.

1. Menjelaskan apa itu kecemasan


2. Menyebutkan faktor-faktor yang dapat memicu/menyebabkan kecemasan
3. Menjelaskan gejala fisik individu yang mengalami kecemasan
4. Menjelaskan perilaku seseorang yang mengalami kecemasan
5. Menjelaskan tingkatan kecemasan
6. Menjelaskan bagaimana cara menangani kecemasan

III. Materi Pembelajaran


1. Apa itu kecemasan?
2. Kenapa bisa mengalami kecemasan?
3. Bagaimana gejala fisik kecemasan?
4. Bagaimana perilaku orang yang mengalami kecemasan?
5. Apa saja tingkat kecemasan?
6. Bagaimana cara mengangani kecemasan?
2
IV. Metode Penyuluhan
1. Ceramah/Diskusi
2. Tanya Jawab

V. Media
1. Laptop
2. Media pembelajaran dalam bentuk Power Point
3. Demonstasi salah satu cara penanganan

VI. Kegiatan Penyuluhan


Proses Tindakan Kegiatan Tindakan Kegiatan Waktu
Peserta

Pendahuluan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam


(orientasi) b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Setuju dan
dengan responden mengingat kontrak
d. Menjelaskan maskud waktu yang
dan tujuan disepakati
e. Menanyakan d. Responden 5 menit
ketersediaan mengerti maksud
responden dan tujuan.
f. Menanyakan e. Responden
pertanyaan apersepsi bersedia menjadi
peserta
Tahap Kerja a. Menjelaskan apa itu a. Menyimak materi
kecemasan yang dijelaskan.
b. Mengajukan
b. Menyebutkan faktor- pertanyaan.
faktor yang dapat
memicu/menyebabk
10 menit
an kecemasan
c. Menjelaskan gejala
fisik individu yang
mengalami
kecemasan
d. Menjelaskan

3
perilaku seseorang
yang mengalami
kecemasan
e. Menjelaskan
tingkatan kecemasan
f. Menjelaskan
bagaimana cara
menangani
kecemasan
Tahap a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
Terminasi dengan cara pertanyaan
memberikan b. Memberikan
beberapa pertanyaan umpan balik
pada responden c. Menyimak 10 menit
b. Memberikan d. Menjawab salam
kesimpulan penutup.
c. Membuat rencana
tindak lanjut
d. Memberikan salam
penutup.
Evaluasi a. Kehadiran/Kesiapan a. Responden
responden mengikuti siap dan
penyuluhan kesehatan bersedia
mengikuti
penyuluhan. 15 menit
b. Responden
kooperatif
serta aktif
bertanya dan
memberikan
feedback pada
penyuluh.
c. Media
digunakan
secara aktif.

b. Materi Responden mampu


a. Menjelaskan apa
itu kecemasan

4
b. Menyebutkan
faktor-faktor yang
dapat
memicu/menyeba
bkan kecemasan
c. Menjelaskan
gejala fisik
individu yang
mengalami
kecemasan
d. Menjelaskan
perilaku seseorang
yang mengalami
kecemasan
e. Menjelaskan
tingkatan
kecemasan
f. Menjelaskan
bagaimana cara
menangani
kecemasan

VII. Metode Evaluasi

 Persiapan :
1. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum pendkes
2. Media sudah siap 1 hari sebelum pendkes
3. link zoom meeting telah dipersiapkan 1 hari sebelum pendkes berlangsung
4. SAP sudah siap sebelum pendkes dilaksanakan

 Proses :
1. Responden bersedia menjadi peserta dalam kegiatan penyuluhan.
2. Responden menyimak penjelasan dari pemateri.
5
3. Responden aktif bertanya atau memberikan pendapat terkait materi
4. Media dapat digunakan secara efektif
 Hasil :
1. Dengan memberikan pertanyaan secara lisan.
a. Menjelaskan apa itu kecemasan
b. Menyebutkan faktor-faktor yang dapat memicu/menyebabkan kecemasan
c. Menjelaskan gejala fisik individu yang mengalami kecemasan
d. Menjelaskan perilaku seseorang yang mengalami kecemasan
e. Menjelaskan tingkatan kecemasan
f. Menjelaskan bagaimana cara menangani kecemasan
2. Memberikan pertanyaan secara acak terkait materi yang dijelaskan dan responden
dapat menjawabnya (feedback).

6
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ANSIETAS (KECEMASAN)

7
8
9
1. Definisi ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(NANDA, 2018).
Ansietas adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap
stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu. Ansietas
sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak berdaya,
kegelisahan, kekhawatiran, tidak tentram yang disertai dengan keluhan fisik
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016). Ansietas merupakan kekhawatiran yang tidak
10
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara intrapersonal (Stuart, 2013).

2. Etiologi ansietas
Etiologi ansietas adalah sebagai berikut (Azzahra, Fatimah. Oktarlina, Rasmi
Zakiah. Hutosit, 2020) :
a. Perspektif psikoanalisis, yaitu konflik yang tidak disadari antara ego dan
impuls-impuls yang biasanya bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk
mengekspresikan diri, namun ego tidak membiarkan karena tanpa disadari ia
merasa takut terhadap hukuman yang akan diterima.
b. Kognitif behavioral, yaitu gangguan yang disebabkan oleh proses-proses
berpikir yang menyimpang.
c. Biologis, menyatakan bahwa ansietas ada hubungannya dengan faktor genetik.

3. Patofisiologi ansietas
Patofisiologi dari ansietas baru-baru ini sering dikaitkan dengan Neurokimia
seperti Serotonin, GAMMA-Aminobutyric Acid (GABA), Dopamin, dan
Neuropinefrin. Setiap bahan kimia memiliki peran yang sangat berbeda, namun
sama pentingnya dalam meregulasi kecemasan. Serotonin berperan dalam
pengaturan suasana hati, agresi, impuls, tidur, nafsu makan, suhu tubuh dan rasa
sakit. Jumlah pengobatan yang digunakan untuk mengobati ansietas dapat
meningkatkan kemampuan serotonin yang tersedia untuk menyampaikan pesan.
Norepinefrin terlibat dalam respons melawan atau melarikan diri dan dalam
regulasi tidur, suasana hati dan tekanan darah. Stres akut dapat meningkatkan
pelepasan norepinefrin. Pada orang dengan ansietas, terutama mereka dengan
gangguan panik, pelepasan norepinefrin tidak diatur dengan baik. Beberapa obat
dapat membantu menstabilkan jumlah norepinefrin yang tersedia untuk
mengirimkan pesan. GABA berperan untuk menimbulkan relaksasi dan tidur, serta
mencegah overeksitasi. Obat yang dikenal sebagai benzodiazepin dapat
meningkatkan aktivitas GABA dan menghasilkan efek yang menenangkan.
Disfungsi berbagai neurotransmitter dan reseptor di otak berdampak pada
terjadinya ansietas. Tiga neurotransmitter utama yang terlibat adalah GABA,
11
serotonin (5-HT) dan neuroadrenalin. Disregulasi dalam sistem noradrenergik
dihipotesiskan terjadi pada ansietas. Noradrenergik menunjukkan bahwa sistem
saraf otonom pada penderita ansietas hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap
berbagai rangsangan. glukokortiroid mengaktifkan locus caeruleus, yang berperan
dalam mengatur ansietas, yaitu dengan mengaktivasi pelepasan norepinefrin (NE)
dan merangsang sistem saraf simpatik dan parasimpatik.

4. Manifestasi klinis ansietas


1) Respon fisiologi terhadap Ansietas menurut Azizah, Zainuri, & Akbar
(2016) yaitu:
Sistem Tubuh Respon
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan
Kardiovaskuler
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Pernapasan Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Neuromuskular Gelisah
Wajah tegang

12
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Gastrointestinal Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Tidak dapat menahan kencing
Traktus urinarius
Sering berkemih
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Kulit Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

2) Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas menurut Azizah,


Zainuri, & Akbar (2016) yaitu sebagai berikut:
Sistem Respon
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Perilaku Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar

13
Hiperventilasi
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Kognitif Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Afektif Nervus
Ketakutan
Ketakutan/ Gugup
Gelisah /Teror
Alarm

5. Tingkatan ansietas dan karakteristiknya


Menurut Videbeck (2010) mengelompokan ansietas kedalam empat tingkat
sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :
a) Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati
dan waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
1) Agak tidak nyaman
2) Gelisah

14
3) Insomnia ringan
4) Perubahan nafsu makan ringan
5) Pengulangan pertanyaan
6) Perilaku mencari perhatian
7) Peningkatan kewaspadaan
8) Peningkatan kewaspadaan
9) Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
10) Mudah marah
11) Gerakan tidak tenang
b) Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.
1) Perkembangan dari ansietas ringan
2) Perhatian terpilih pada lingkungan
3) Ketidaknyamanan subjektif sedang
4) Peningkatan ketegangan otot
5) Perubahan dalam nada suara
6) Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu
7) Peningkatan jumlah waktu yang digunakan pada situasi masalah
8) Takipnea
9) Takikardi
10) Gemetaran
11) Suara bergetar
c) Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu
cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan.
1) Perasaan terancam
2) Ketegangan otot berlebihan
3) Diaphoresis

15
4) Perubahan pernafasan ; nafas panjang, hyperfentilasi, dispnea dan
pusing
5) Perubahan gastro intestinal ; mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati,
sendawa, anoreksia, diare atau konstipasi
6) Perubahan kardiovaskuler ; tachycardia, palpitasi, rasa tidak nyaman
pada precordial, ketidakmampuan untuk belajar, ketidakmampuan
untuk konsentrasi
7) Rasa terisolasi
8) Kesulitan atau ketidaktepatn pengungkapan
9) Aktivitas yang tidak berguna
10) Bermusuhan
d) Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
1) Hyperaktifitas atau mobilitas berat
2) Rasa terisolasi yang ekstrim
3) Kehilangan identitas, desintegrasi kepribadian
4) Sangat goncang dan otot tegang
5) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap
6) Distorsi,persepsi penilaian yang tidak realitas terhadap lingkungan
dan ancaman
7) Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
8) Menyerang.

6. Kriterian diagnostik ansietas


a. Ansietas berlebihan dan tidak wajar atau ansietas itu dirasakan apabila
individu itu menghadapi objek atau situasi yang ditakuti atau ansietas
dirasakan apabila berusaha melawan obsesi atau kompulsinya.
b. Tidak disebabkan oleh gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan afektif
atau gangguan mental organik.
c. Gambaran penyerta :

16
1) Ketegangan motorik; tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak
mat bergetar kening berkerut, muka tegang, gelisah, tidak dapat
diam,mudah kaget.
2) Hiperaktivitas autonomic; berkeringat, jantung berdebar-debar, rasa panas
dingin, telapak tangan lembab, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan,
sering kencing, diare, rasa tidak enak di uluhati, kerongkongan terasa
tersumbat, muka merah/pucat, denyut nadi dan napas cepat waktu
istirahat, menggigil, kesemutan dan bergetar.
3) Kewaspadaan berlebihan; mengamati lingkungan secara berlebihan
sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar konsentrasi dan
tidak sabaran.

7. Rentan respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif
seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila
individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan
menghasilkan hal yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
a. Dapat memecahkan masalah dan konflik.
b. Adanya dorongan untuk bermotivasi.
c. Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaptif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan
perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi
ancaman terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon
adaptif, maka ia dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian
maka kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif,

17
maka yang akan terjadi adalah individu akan menggalami kecemasan secara
bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat berat dan akhirnya menjadi panik.

8. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.

9. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya
perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas
ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stres.

18
10. Penanganan ansietas
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien
untuk mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan
gejala ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan
nafas, hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat),
seperti jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya
diri. Pengobatan ini merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi
farmakologik. Satu hal yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik
sendiri, tanpa pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.

B. Pohon Masalah
Efek Gangguan pola tidur

Core Problem Ansietas

Ketidakberdayaan

Harga diri rendah situasional
Etiologi 
Koping individu tidak efektif

Perubahan status kesehatan

1. Masalah keperawatan
a. Ansietas
b. Ganggun pola tidur
c. Harga diri rendah situasional
d. Ketidakberdayaan
e. Koping individu inefektif
2. Data yang perlu dikaji
1. Respon Fisiologi, yang terdiri dari:
a. Palpitasi jantung
b. Mulut kering
c. Sulit bernafas
d. Nausea
e. Respiration meningkat

19
f. Tremors
g. Nadi meningkat
h. Tekanan darah meningkat
i. Menangis
j. Sulit untuk tidur
k. Sulit untuk makan
2. Respon Psychologic
a. Ekspresi sedih
b. Rasa takut
c. Marah
d. Tidak percaya pada org lain
e. Ketidakmampuan memperhatikan
f. Rasa tidak berdaya
g. Tidak punya harapan
h. Perubahan sexual
3. Respon sosial
a. Menarik diri dari interaksi dengan orang lain
b. Rasa bermusuhan terhadap orang lain
c. Berpakaian tidak sesuai
d. Perubahan komunikasi

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Tindakan untuk pasien
1. Tujuan
a) Pasien mampu menurunkan ansietas dengan mengenal ansietas yang dialami
b) Pasien mampu menurunkan ansietas melalui aktivitas mengontrol ansietas
c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan aktivitas menurunkan
ansietas
2. Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
20
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b) Bantu pasien mengidentifikasi ansietas yang dialami oleh pasien
1) Bantu pasien perasaan, persepsi dan ketakutan terkait ansietas yang
dialami
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien mengidentifikasi waktu dan frekuensi timbulnya ansietas
5) Bantu pasien menyadari respon ansietas yang dirasakan
c) Ajarkan pasien melakukan aktivitas untuk menurunkan ansietas yang dialami:
1) Latih relaksasi: tarik napas dalam, relaksasi progresif
2) Latih ventilasi perasaan dengan komunikasi terbuka
3) Latih menghentikan pikiran negatif
4) Latih teknik reduksi ansietas dengan kegiatan

Tindakan Untuk Keluarga


1. Tujuan
a) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
b) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
d) Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas
e) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas

2. Tindakan
a) Bantu keluarga mengenal masalah ansietas yang dialami oleh anggota
keluarganya:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian ansietas
2) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab ansietas
3) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala ansietas
b) Diskusikan dan latih keluarga cara merawat anggota keluarga dengan ansietas
melalui aktivitas untuk menurunkan ansietas:
1) Latih relaksasi: tarik napas dalam , relaksasi progresif
2) Latih ventilasi perasaan dengan komunikasi terbuka
3) Latih menghentikan pikiran negatif
21
4) Latih teknik reduksi ansietas melalui kegiatan
c) Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi-kondisi dimana pasien harus
dirujuk kefasilitas kesehatan dan bagaimana cara merujuknya

22
DAFTRA PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa:

Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Azzahra, Fatimah. Oktarlina, Rasmi Zakiah. Hutosit, H. B. K. (2020).

Farmakoterapi Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap

Efikasi Antiansietas. JIMKI, 8.

Kusuma, Y. M. (2012). Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Semarang. Undergraduate thesis, UNIMUS.

Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/851/

Stuart, & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (psychiatric mental health

nursing). Jakarta: EGC.

Townsend, M. C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:

Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

23
Lampiran 6. Juknis Kegiatan Penyuluhan

JUKNIS KEGIATAN MINI SEMINAR KESEHATAN

“Anxiety Disorder: Deteksi dini & Penatalaksanaannya”

Oleh Kelompok 2 Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin

No. Hari/tanggal Pukul Kegiatan PJ


Pelaksanaan
1. Sabtu/17 13.00 – 13.10 Persiapan: 1. Ketua kelompok (Dwi
April 2021 a. Link zoom Pujiastuty Paptutungan)
sudah dibuka mengkoordinir seluruh
b. Semua anggota kelompok
anggota 2. Shahnaz menyebar link absen
kelompok 2 khusus untuk anggota
sudah berada kelompok 2
dalam room 3. Kak Reny atau siapapun yang
c. Manampilkan menjadi co-host melakukan
tampilan awal screenshoot sebagai bukti
ppt mini dokumentasi/ dapat merecord
seminar zoom
4. Kak Fatih/kak Poppy/ Kak
Reny melakukan share screen
13.10-13.25 Pengecekan Peserta 1. Dwi mengecek kehadiran
seminar moderator, pemateri,
preseptor dan demonstrator
dalam ruang zoom
2. Seluruh anggota bersiap
dalam ruang zoom
13.30- 13. 35 Sambutan singkat Preseptor kelompok 2 Ners
dari Ners menyampaikan sambutan singkat
Akbar Haritsa, sekaligus membuka secara resmi
S.Kep., Ns., PMNC., kegiatan mini seminar kesehatan
MN, selaku preseptor "Anxiety Disorder: Deteksi dini &
kelompok 2 Penatalaksanaannya
13. 35- 13.45 Pembukaan oleh 1. Ruslia menyampaikan salam
moderator (Ruslia) pembukaan, tujuan kegiatan,
dan mempersilahkan pemeteri
untuk menyampaikan materi
2. Nurfita/ kak Akbar/Kak
Asman bersiap untuk share
screen dan
mengoperasikannya selama
materi berlangsung
13.45- 13.50 Pemateri 1. Kak Fatih/Nurfita melakukan
menyampaikan SS sebagai bukti pelaksanaan
materi kegiatan
2. Pemateri (Kak Anton)
menyampaikan materinya
selama 10 menit
3. Setelah selesai, pemateri
mengembalikkan ke
moderator (Ruslia)
13.50- 14.30 Demontrasi salah satu 1. Moderator (Ruslia)
cara menangani mempersilahkan demontrator
kecemasan (Fiqa/ kak Poppy/ Dwi)
untuk mempraktekkan cara
atau tekhnik menangani
ansietas
2. Setelah sesi demonstrasi,
dikembalikan ke Moderator

14.30-14.40 Sesi tanya jawab 1. Moderator mempersilahkan


peserta untuk bertanya.
2. Moderator mempersilahkan
kepada fasilitator/pemateri
untuk menjawab pertanyaan
yang diajukkan
3. Shahnaz/ kak Jarman
membagikan link absen
peserta seminar di kolom
chat.
4. Moderator mengingatkan
peserta untuk mengisi absen

14.40-14.45 Penutupan 1. Penutupan oleh Moderator


2. Anggota kelompok yang
merecord, meng-end record
Lampiran 7. Bahan/Power point Kegiatan Penyuluhan Kelompok 2 Senin/ 19 April 2021

MINI SEMINAR
KESEHATAN JIWA
Masalah Psikososial

“Anxiety Disorder : Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Kelompok : 2

Preseptor
Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC., MN

Program Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin
Nama Anggota Kelompok
Reny Marlina R014202001
Antonius Pati Sadia R014202006
Muhammad Dalman Dani R014202009
Akbar R014202015
Yohanes Demon R014202020
Asman R014202026
Jarman R014202028
Dwi Pujiastuty Paputungan R014202031
Ruslia Mayau R014202033
Fatima Angraini R014202036
Poppy Nurul Asmaul Razak R014202037
Nurul Rafiqa Wahda R014202040
Nurfita Dewi R014202041
Shahnaz Fathirrizky R014202049
“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Pembukaan Oleh Moderator


Ruslia Mayau, S.Kep
“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Sambutan Singkat
Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC., MN
“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Penyampaian Materi
Antonius Pati, S. Kep
Selamat Bergabung dalam
Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Jiwa
Senin/ 19 April 2021
KECEMASAN

PRESENTED BY KELOMPOK 2
Apa itu kecemasan?
01
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai
respon awal terhadap stress psikis dan ancaman.

Cemas sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak


pasti, ragu-ragu, tidak berdaya, kegelisahan,
kekhawatiran, tidak tentram yang disertai dengan
keluhan fisik

(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).


Kenapa bisa cemas?
02
Menurut Azzahra dkk (2020), penyebab kecemasan adalah :

Perspektif: Pertentangan insting dan nurani yang dapat dipengaruhi oleh /trauma
di masa lalu.

Kognitif: Proses berpikir yang menyimpang terhadap suatu ancaman.

Biologis: Faktor keturunan.


Bagaimana gejala fisik orang yang cemas?
03
Jantung dan Peredaran darah: Debar jantung
meningkat, tekanan darah
meningkat/menurun dari biasanya, denyut
nadi meningkat/menurun dari biasanya

Persarafan: Mudah terkejut, mata lebih


sering berkedip-kedip, insomnia (susah
tidur), tremor (gemetar), perasaan tidak
tenang, wajah tegang, lemas.
Bagaimana gejala fisik orang yang cemas?
03
Pencernaan: Kehilangan Perkemihan: Sering
nafsu makan, rasa berkemih/kencing
tidak nyaman pada
perut, mual, dan diare

Pernafasan: Nafas lebih Kulit: Wajah kemerahan,


cepat keringat dingin, gatal,
rasa panas /dingin pada
kulit, dan pucat
Perilaku orang cemas biasanya:
04
 Gelisah  Sulit berfikir jernih

 Tegang  Bingung

 Tremor(gemetar)  Sangat waspada

 Gugup  Takut kehilangan control

 Bicara cepat  Takut pada hal tertentu secara

 Kurang koordinasi berlebihan


 Menghindar/menarik diri

 Melarikan diri dari masalah

 Konsentrasi buruk

 Mudah lupa
Tingkat kecemasan ada 4, yaitu:
05

Videbeck, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health Nursing). Jakarta: EGC.
Cemas dapat ditangani dengan..
06

Pemberian
Relaksasi Latihan nafas
informasi

Latihan fisik Obat-obatan


Hipnosis
sedang sesuai resep
Terima Kasih

Ada pernyataan atau pertanyaan?


“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Penguatan Oleh Preseptor


Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC., MN
“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Penutupan Oleh Moderator


Nurul Rafiqa Wahda, S.Kep
“Anxiety Disorder :
Deteksi Dini & Penatalaksanaannya”

Sesi Foto Bersama


Dwi Pujiastuty Paputungan, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai