Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
SIFAT AKSI REFLEKSI SEDERHANA PADA
MANUSIA

OLEH:

NAMA : UTDIYAH MILASARI


NIM : 08041281924028
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : MERANDA TASYA AULIA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya
diolah oleh otak, kemudian hasilnya berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motoric
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Suatu refleks adalah suatu
respon automatis yang sederhana terhadap suatu rangsangan yang hanya
melibatkan beberapa neuron yang semuanya dihubungkan dengan tingkat umum
yang sama dalam sistem saraf pusat (Sutapa, 2015).
Refleks yang ada pada waktu lahir dan lazim bagi manusia disebut refleks
turunan. Refleks lain yang dperoleh karena pengalaman disebut refleks bersyarat.
Sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum
tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam
menyalurkan impuls dari dan ke otak. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhada rangsangan tanpa memerlukan kontrol
dari otak. Jadi dapat dikatakan gerak terjadi tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh
gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini
merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana (Armadi,
2012).
Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik interneuron dan
neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak
refleks yang paling sederhananya, memerlukan dua tipe sel saraf yaitu, neuron
sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran
dan kemauan seseorang (Pratama, 2012).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan proses gerak refleks
pada manusia serta dapat membedakan beberapa gerak refleks yang terjadi dari
beberapa perlakuan berbeda setelah diujikan pada manusia.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Saraf


Secara umum, sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-
tindih: input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran
atau kondisi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya
mata, kepusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang
berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan
dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam
sistem saraf pusat (SSP) atau CNS, yaitu otak dan sumsum tulang belakang
(Yunita, 2017).
Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP,
ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau kelenjar yang mengaktualisasikan respons
tubuh terhadap stimulasi tersebut. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf, berkas
mirip tali yang berasal dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat
dalam jaringan ikat. Neuron mempunyai struktur dan saluran yang bervariasi,
namun memiliki struktur umum yang sama, yaitu badan sel dan penjuluran
sitoplasma yang disebut neurit, terdiri dari akson dan dendrit (Campbell at al.,
2004).
Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya atau dengan otot
dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik. Pada transmisi sinptik terjadi
sinaps dimana akson dari suatu neuron sel presinaps akan berhubungan dengan
dendrit, akson, atau badan sel neuron postsinaps. Terdapat dua jenis transmisi
sinaptik: transmisi sinaptik elektrik dan transmisi sinaptik kimiawi (Helwatiah,
2009).

2.1. Otak
Otak adalah salah satu organ yang paling kompleks dalam tubuh manusia.
Organ ini tersusun dari sejumlah jaringan pendukung dan miliaran sel saraf yang
saling terhubung. Otak dilindungi oleh lapisan pembungkus yang disebut selaput
otak (meninges) dan tulang tengkorak, serta terhubung ke saraf tulang belakang.
Otak merupakan organ kecil yang tersimpan didalam batok kepala yang
merupakan pusat sistem syaraf dan berfungsi sebagai pusat kendali dan koordinasi
seluruh aktifitas biologis, fisik, dan sosial dari seluruh tubuh (Amin, 2018).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 Oktober 2021, pukul
08.00 WIB. Bertempat di laboratorium Biosistematika Hewan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bola, stopwatch, senter, dan
tongkat pemukul. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, merica bubuk dan
praktikan.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Refleks Telapak Tangan
Pertama, dijatuhkan benda dengan jarak kira-kira 30 cm diatas tangan.
Kemudian, dilihat reaksi tangan, apakah tangan dapat menggenggam benda atau
tidak.
3.3.2. Refleks Telapak Kaki
Pertama, telapak kaki digeletik dan diamati gerakan yang ditimbulkan dari
proses ini. Bagian yang diamati berupa kaki dan juga jari-jari dari kaki.
3.3.3. Refleks Achilles
Pertama, kaki ditekuk dan kemudian dipukul dengan menggunakan tongkat
kayu. Terakhir diamati respon dari kaki.
3.3.4. Refleks Akomodasi
Pertama, difokuskan mata pada satu benda. Kemudian, benda digerakan
dengan gerakan mendekati dan menjauhi mata. Terakhir, diamati perubahan pupil
mata yang terjadi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
No Percobaan Keterangan
1. Refleks Telapak Tangan Tangan refleks menggenggam benda
2. Refleks Telapak Kaki Jari kaki bergerak dengan cepat
3. Refleks Achilles Kaki bergerak dan menjauhi sumber pukulan
4. Refleks Akomodasi Pupil mata membesar

4.2. Pembahasan :
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil
bahwa percobaan refleksi sederhana yang telah dilakukan praktikan yaitu pada
saat refleks telapak tangan dapat dipraktikan dengan menggenggam sautu
benda, pada refleks telapak kaki dapat dibuktikan dengan menggerakan jari-
jari kaki. Gerak refleks achilles respon kaki akan menjauhi pukulan dan pada
gerak akomodasi pupil mata praktikan menjadi membesar. Menurut Bambang
(2017), menyatakan bahwa proses terjadinya gerak refleks diawali dengan
adanya rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak
atau sumsum tulang belakang melalui neuron sensorik kemudian menuju ke
efektor melalui neuron motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang
diperoleh
Macam – macam gerak refleks yaitu refleks otak adalah gerak refleks yang
melibatkan saraf perantara yang terletak di otak, misalnya berkedipnya mata,
refleks pupil mata karena rangsangan cahaya. Menurut Autorrohman (2019),
menyatakan bahwa refleks sumsum tulang belakang adalah gerak refleks yang
melibatkan saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya
sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing. Gerak refleks
sumsum tulang belakang terdiri dari 4 jenis gerak refleks, yaitu yaitu refleks
superficial, refleks tendon atau periosteum, refleks patologis, dan yang
terakhir refleks primitive.
Gerak Otonom yaitu gerak yang timbul bukan karena adanya rangsangan
dari luar melainkan kekuatan dari dalam. Contoh gerakan sistem saraf tak
sadar ( otonom ) ialah denyut jantung gerak alat pencernaan, perubahan pupil
mata, pengeluaran keringat dan lain-lain. Menurut Cahyono (2019),
menyatakan bahwa sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang
berasal dari otak.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Menurut Ulya (2017), menyatakan bahwa dua perangkat neuron
dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen atau
sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls
ke sistem saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen

Universitas Sriwijaya
menerima impuls dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla
spinalis ke sel-sel organ efektor.

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan, diantaranya :
1. Proses terjadinya gerak refleks diawali dengan adanya rangsangan, kemudian
rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum tulang belakang
melalui neuron sensorik kemudian menuju ke efektor melalui neuron motorik
sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh.
2. Macam – macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang
belakang.
3. Contoh gerakan sistem saraf tak sadar ( otonom ) ialah denyut jantung gerak
alat pencernaan, perubahan pupil mata, dan pengeluaran keringat.
4. Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak.
5. Pada percobaan gerak refleks achilles respon kaki akan menjauhi pukulan dan
pada gerak akomodasi pupil mata praktikan menjadi membesar.
6. Pada percobaan gerak refleks telapak tangan dapat dipraktikan dengan
menggenggam sautu benda, pada refleks telapak kaki dapat dibuktikan dengan
menggerakan jari-jari kaki.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2018. Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar Antara Pria dan
Wanita Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal
Filsafat Indonesia. 1 (1) : 39-43.
Armadi. 2012. Gerak Refleks Pada Manusia. Jakarta : Gramedia.
Autorrohman, M. 2019. Gerak Refleks Dan Termoregulasi. Jurnal Fisiologi
Hewan. 2 (1) : 89-94.
Bambang, K. 2017. Fisiologi Saraf, Otot, Dan Indera. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Cahyono, I. Sasongko, H. & Arian, D. 2019. Neurotransmitter Dalam Fisiologi
Saraf Otonom. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 1 (1) : 42-55.
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. Biologi Edisi ke 5
Jilid 3. 2004. Jakarta: Erlangga.
Helwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin press.
Pratama, T. Sistem Gerak Refleks dan Tidak Refleks. Bandung : Tunas Medika.
Sutapa, 2015. Pengamatan Skill Motorik Dan Fisik Dalam Upaya Menjadikan
Sosok Manusia Berkualitas. Jurnal MEDIKORA. 1 (1) : 51-64.
Ulya, Z. & Faidah, N. 2017. Penagaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Koripandriyo
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat. 6 (2) : 1-9.
Yunita, R. & Prilya, A. 2017. Peningkatan Kemampuan Sensori Integrasi Melalui
Pemberian Stimulasi Neurokinestik Pada Anak 6-8 Tahun. Jurnal Psikologi
Ilmiah. 9 (1) : 39-46.

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai