Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Zarah, Vol. 7 No.

1 (2019), Halaman 22-28

PEMURNIAN BIOETANOL LIMBAH KULIT NANAS MENGGUNAKAN ALAT


DISTILASI SEDERHANA MODEL KOLOM REFLUKS

BIOETHANOL PURIFICATION OF PINEAPPLE SKIN WASTE USING A SIMPLE


DISTILLATION COLUMN REFLUX MODEL

Galih Panji Arimba*, Jasman, Hasanuddin, Syahrul

Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Padang


Jl. Prof. Dr. Hamka, Kel. Air Tawar, Padang, Sumatera Barat. Kode Pos: 25132

*e-mail korespondensi: galih.panjiarimba@gmail.com

Abstrak
Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia berbanding terbalik akan ketersedianya
bahan bakar fosil, mendorong ilmuan untuk mencari sumber energi alternatif seperti bioetanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat distilasi bioetanol tepat guna dari limbah kulit
nanas, mengetahui proses pembuatan, menentukan kadar dan kualitas bioetanol yang dihasilkan dari
limbah kulit nanas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan mempelajari
perbandingan massa ragi dan waktu fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Fermentasi
dilakukan menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dengan massa 10, 15, dan 20 g dan lama
waktu fermentasi 4, 8, 12, dan 16 hari. Setelah didapatkan etanol kemudian diuji kadar dan sifat fisik
dari bioetanol yang dihasilkan. Kadar etanol tertinggi yang diperoleh sebesar 44 % dengan massa
optimum ragi 15 gr dan waktu fermentasi selama empat hari. Perolehan optimal alat distilasi ini yaitu
pada suhu 90°C dengan waktu distilasi selama 40 menit menghasilkan 72 ml distilat. Analisa fisik
etanol menunjukan kualitas sesuai dengan SNI. Alat distilasi sederhana model kolom refluks ini bisa
direkomendasikan sebagai alternatif atau pilihan industri bioetanol dalam berpartisipasi mewujudkan
kebijakan pemerintah dalam menciptakan energi alternatif.

Kata kunci: bioetanol, energi alternatif, distilasi, fermentasi, kulit nanas.

Abstract
Along with the rapid pace of world population growth inversely proportional to the availability of
fossil fuels, encouraging scientists to find alternative energy sources such as bioethanol. This study
aims to develop appropriate bioethanol tools from pineapple skin waste, understand the manufacturing
process, determine the level and quality of bioethanol produced from pineapple peel waste. This study
used an experimental method by comparing yeast mass and fermentation time to the ethanol content
produced. Fermentation was carried out using yeast saccharomyces cerevisiae with a mass of 10, 15
and 20 gr, and the fermentation time was 4, 8, 12 and 16 days. After ethanol is obtained, then it is
obtained and the physical properties of the bioethanol produced. From the results of the study, the
highest ethanol content was 44% with optimal yeast mass of 15 g and fermentation time for four days.
This optimal distillation device obtained at 90 ° C with a distillation time of 40 minutes resulted in 72
ml of distillate. Ethanol physical analysis shows the quality in accordance with SNI. The simple
distillation column reflux model can be recommended as an alternative or choice of bioethanol
industry in the agreement to realize the government in creating alternative energy.

Keywords: bioethanol, alternative energy, distilation, fermentation, pineapple skin

p-ISSN: 2354-7162 | e-ISSN: 2549-2217


website: ojs.umrah.ac.id/index.php/zarah
Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019) | 23
PENDAHULUAN karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut,
Kebutuhan sumber energi alternatif sebagai maka kulit nanas memungkinkan untuk
sumber energi utama saat ini semakin gencar dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol
digalakan. Apa lagi negara-negara maju saat ini (Safitri dkk, 2014).
sudah mulai meninggalkan energi fosil dan Tahapan pembuatan bioetanol dari kulit
berlomba untuk mengembangkan energi nanas antara lain tahap fermentasi dan tahap
terbarukan yang ramah lingkungan (Wahyu, pemurnian produk. Fermentasi merupakan tahap
2017). Hal ini disebabkan oleh semakin konversi sukrosa dan glukosa menjadi etanol
menipisnya bahan bakar fosil, dan juga seiring dengan bantuan mikroorganisme (Walidah dkk,
pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia 2015). Selanjutnya untuk tahap pemurnian
mengakibatkan permintaan akan bahan bakar digunakan alat distilasi yang berfungsi
menjadi tidak seimbang. Berdasarkan laporan memisahkan komponen dalam suatu campuran
Organization of The Petroleum Exporting seperti perbedaan titik didih antar komponen
Countries (OPEC) bulan September 2017, dalam yang cukup besar atau kecil dalam menghasilkan
situsnya www.voaindonesia.com “Pertumbuhan produk (Susilo, 2009). Banyak mikroorganisme
permintaan minyak dunia pada 2017 meningkat genetika yang dikembangkan dapat
sebesar 1,42 juta barel per hari atau lebih tinggi memanfaatkan semua gula dari gula utama
50 ribu barel per hari dari publikasi sebelumnya”. biomassa yakni glukosa, xilosa, manosa,
Peraturan Presiden Republik Indonesia galaktosa dan arabinosa (Chandrashekhar dkk,
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi 2011). Saccharomyces cerevisiase, Zymomonas
Nasional, yang menyatakan bahwa pemerintah moblis, Aspergillusniger adalah beberapa
mengajak kepada seluruh pihak maupun kalangan mikrorganisme yang sering digunakan untuk
masyarakat Indonesia untuk menyukseskan fermentasi etanol.
pengembangan sumber energi alternatif Terdapat banyak jenis alat distilasi yang
pengganti Bahan Bakar Minyak. Salah satu digunakan, salah satunya adalah distilasi model
energi alternatif yang sedang digalakkan di sederhana dengan model pipa distilasi yang
Indonesia dan dunia guna mengurangi berbentuk spiral (feed stock system) (Hasanuddin
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dkk, 2016). Pada teknik tradisional ini, unit
(BBM) adalah pemanfaatan bioetanol (Hermiati distilasi menggunakan peralatan pendinginan
dkk, 2017). uap melalui pipa gulungan (coil pipe) yang
Menurut Retno dan Nuri (2011) bioetanol terendam di dalam wadah air pendingin. Pada
merupakan alkohol dari hasil proses fermentasi kontruksinya alat ini memerlukan lebih banyak
glukosa dari sumber karbohidrat (pati) biomassa bahan pipa distilasi. Pembuatan memerlukan
dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. ketelitian yang tinggi, sehingga biaya pembuatan
Bioetanol dapat diperoleh dari fermentasi alat ini cukup besar. Alat distilasi dalam dunia
tanaman yang mengandung amilum, sukrosa, industri bioetanol perlu dikembangkan.
glukosa, maupun fruktosa . Diantara bahan-bahan Alat distilasi yang hendak dikembangkan ini
yang biasa dijadikan etanol, salah satu bahan adalah alat distilasi sederhana model kolom
baku yang berpotensi untuk fermentasi alkohol refluks. Alat distilasi ini memiliki pipa kondensor
adalah kulit nanas. yang berbentuk lurus dan berkolom, dengan
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan sistem Internal Reflux Still Condenser (IRSC)
komoditas buah tropis yang banyak ditemukan di untuk mengontrol proses re-distilasi internal dan
Indonesia. Produksi nanas Indonesia cukup besar, pemisahan hasil akhirnya (Olaoye, 2011).
berdasarkan Angka Tetap (ATAP) tahun 2014 Kelebihannya, selain lebih murah dan proses
produksi nanas mencapai 1,84 juta ton. Untuk pembuatan yang mudah, pada proses pendinginan
wilayah Asia Tenggara, Indonesia termasuk antara uap panas dan air pendingin akan langsung
penghasil nanas terbesar ketiga setelah Filipina bertemu secara berlawanan searah (counter flow).
dan Thailand dengan kontribusi sekitar 23% Ini menyebabkan uap etanol akan lebih cepat
(Data Pusat dan Sistem Informasi Pertanian, terkondensasi dan mengalir kembali menjadi
2016). cairan.
Berdasarkan kandungan nutriennya, kulit Penelitian ini bertujuan untuk
buah nanas mengandung karbohidrat dan gula mengembangkan alat distilasi bioetanol tepat
yang cukup tinggi. Kulit nanas mengandung guna dari limbah kulit nanas, mengetahui proses
53,1% air, 14,42% serat kasar, 17,53% pembuatan, menentukan kadar dan kualitas
karbohidrat, 1,3% protein dan 13,65% gula bioetanol yang dihasilkan dari limbah kulit nanas.
reduksi (Wijana dkk, 1998). Karena kandungan Selain menambah nilai ekonomis dari buah
24 | Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019)

nanas, penelitian ini juga diharapkan dapat dipanaskan dan disterilkan 15 menit pada suhu
digunakan sebagai dasar pertimbangan bietanol 60–70°C. Setelah itu bubur kulit nanas diperas
sebagai energi alternatif yang dapat membantu dan disaring dengan kain saring untuk diambil
mengurangi msalah krisis energi. sarinya. Larutan ini dinamakan larutan induk dan
kemudian dianalisis kadar gulanya.
METODE PENELITIAN Sebanyak 1000 ml sari kulit nanas ini
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ditambahkan ragi (yeast), HCl, NaOH dan asam
adalah metode eksperimen, yakni suatu penelitian sulfat hingga mencapai pH 4 sampai 5. Menurut
untuk mengetahui hasil pengamatan dengan Utomo (2011) derajat keasaman optimal proses
melakukan percobaan. Respon yang diamati fermentasi untuk pertumbuhan khamir adalah pH
adalah rendemen serta kadar etanol distilat. 4,0-4,5. Larutan tersebut lalu difermentasi
Dilakukan penentuan kondisi optimum proses kedalam tabung fermentor hingga waktu tertentu.
sehingga dihasilkan produk etanol yang optimal. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar yaitu
antara 25–30°C. Setelah terjadi fermentasi,
Alat dan Bahan kemudian dilakukan penyaringan kembali
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kain saring dan dilakukan
meliputi, timbangan digital, pisau, blender, gelas pengujian kadar etanol hasil fermentasi.
ukur, tabung volume, timer, termometer, ph Selanjutnya dilakukan pemurnian dengan cara
meter, kain saring, tabung fermentor, alcohol distilasi menggunakan alat distilasi sederhana
meter, alat distilasi sederhana model kolom model kolom refluks pada suhu titik didih etanol
refluks. Bahan yang digunakan dalam penelitian (>78 °C).
ini adalah limbah kulit nanas, ragi roti Distilasi ini bertujuan untuk mendapatkan
(saccharomyces cerevisiae), NaOH, HCl, dan volume dan kadar etanol yang lebih tinggi.
aquades. Langkah terakhir adalah dilakukannya pengujian
waktu, volume, dan kadar etanol hasil distilasi.
Tabel 1. Sampel Penelitian
Sampel Ket
Konsentrasi yeast/ L 10 g 15 g 20 g
Waktu Fermentasi 4, 8, 12, dan 16 hari

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12


yang terdiri dari variasi terhadap jumlah yeast
(ragi) yang diberikan (10, 15, dan 20) gram
dengan volume fermentasi 1000 ml sari kulit
nanas dan keasaman awal diatur pH 4–5.
Menurut Andaka (2010) konsentrasi yang dipakai
pada saat proses fermentasi berpengaruh terhadap
kadar etanol hasil fermentasi, dengan kondisi
optimum 0.015 g/ ml atau 15 g/ 1000 ml. Waktu Gambar 1. Blok Diagram Penelitian
fermentasi divariasi (4, 8, 12, dan 16 hari) dengan
volume fermentasi 1000 ml sari kulit nanas dan Perancangan Alat Distilasi Sederhana Model
keasaman awal diatur 4–5. Kolom Refluks
Distilasi adalah alat yang digunakan untuk
Prosedur Penelitian memproduksi bioetanol, dengan cara pemisahan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan
membuat larutan fermentasi. Kulit nanas yang titik didih atau berdasarkan kemampuan zat
sudah dibersihkan ditimbang 7 kg, lalu dipotong untuk menguap. Berikut Tabel 2 merupakan
kecil kecil dan dihaluskan (diblender) dengan spesifikasi rancagan alat distilasi sederhana
campuran sedikit aquades pada awal model kolom refluks.
penghancuran, kemudian penghalusan kembali Alat distilasi ini terdiri dari lima komponen
pada bahan yang lainnya menggunakan sari hasil penting yaitu: kompor pemanas (burner), tabung
sebelumnya. Hal ini dilakukan agar diperoleh reaktor, pipa distilasi, kondensor, dan penampung
kandungan sari kulit nanas yang murni tanpa ada distilat (Olaoye, 2011). Alat distilasi dapat dilihat
tambahan air. Selanjutnya hasil proses tersebut pada Gambar 2.
berupa bubur kulit nanas. Bubur tersebut lalu
Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019) | 25
gram) berbanding dengan waktu fermentasi
Tabel 2. Spesifikasi Alat Distilasi Sederhana selama (4, 8, 12, dan 16 hari) dengan larutan
Model kolom Refluks fermentasi sebanyak 1000 ml.
Spesifikasi Keterangan
Alat Distilasi Sedrhana Model Kolom Pengaruh Massa Ragi Terhadap Kadar
Refluks Etanol
Fungsi Memproduksi bioetanol 50

Kadar etanol (%)


Bentuk Tabung silinder tegak vertikal, pipa 40
distilat berbentuk kolom dan
bertingkat 30
Kapasitas 5 liter 20 10 gram
Tabung 15 gram
10
Dimensi Diameter (D) = 25 cm
Tinggi (t) = 63 cm 0 20 gram
Tebal = 0.5 mm 4 hari 8 hari 12 hari 16 hari
Tutup atas Bentuk cone Lama waktu fermentasi
Bahan Plat Stainlees
Kontruksi Gambar 3. Grafik Pengaruh Massa Ragi Terhadap
Pipa Diameter (D) = 4 cm Kadar Etanol
Distilasi Tinggi (t) = 92 cm
Tebal = 2 mm Gambar 3 menunjukan bahwa massa ragi
Pipa Diameter (D) = 3 cm optimum adalah 15 g dengan persentase yield
Kondensor Tinggi (t) = 88 cm
etanol sebesar 44 %. Konsentrasi ragi yang
Tebal = 2 mm
dipakai pada saat proses fermentasi berpengaruh
terhadap kadar etanol hasil fermentasi dengan
massa optimum ragi sebesar 0,015 g/ ml atau
dalam 15 g/ 1000 ml. Pada penelitian serupa,
Andaka (2010) dengan konsentrasi ragi yang
sama yakni 0,015 g/L dan waktu fermentasi
selama 6 hari dihasilkan yield etanol sebesar
35,37%. Perbedaan hasil ini dapat terjadi
tergantung metode dan treatment yang dilakukan.

Waktu Optimum Fermentasi


Kadar glukosa setelah proses fermentasi
mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya waktu fermentasi, hal ini
disebabkan oleh kadar glukosa yang terkonversi
Gambar 2. Alat Distilasi Sederhana Model Kolom menjadi alkohol oleh bakteri Saccharomyces
Refluks cerevisiae (Amalia dkk, 2014). Ini dapat
Teknik Analisa Data dibuktikan dengan melihat data Tabel 3.
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini Tabel 3. Kadar Gula Sebelum dan Sesudah Fermentasi
adalah analisa kadar etanol menggunakan
Lama Kadar Gula Kadar Gula
alkoholmeter, analisa glukosa menggunakan brix,
Fermentasi Sebelum Sesudah
analisa debit aliran kondensor, analisa sifat fisik (Hari) Fermentasi (%) Fermentasi (%)
berupa warna, densitas, dan viskositas. Data-data 4 6 3
hasil percobaan yang bervariasi dibandingkan 8 6 3
berdasarkan perlakuan awal dan akhir yang 12 5 2
diberikan, sehingga ditemukan variabel yang 16 6 3
paling baik untuk mendapatkan setiap hasil yang
optimal. Data pada Tabel 3 diambil menggunakan
alat ukur glukosa (brix) yang menunjukan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN kadar gula pada saat proses fermentasi akan
Kadar Etanol Hasil Distilasi mengalami penurunan sebesar 40–50 %. Hasil
Hasil analisis ragam variasi ragi terhadap analisis ragam menunjukkan bahwa dengan lama
kadar etanol menunjukan bahwa terdapat fermentasi yang berbeda (4, 8, 12, dan 16 hari)
perbedaan antara massa ragi (10, 15, dan 20 pada proses pembuatan bioetanol dari limbah
26 | Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019)

kulit nanas memberikan pengaruh terhadap kinerja alat yang baik. Hal ini disebabkan karena
produksi bioetanol. tidak terdapat keseimbangan antara jumlah etanol
Semakin lama waktu fermentasi maka dan uap air yang terdistilasi.
semakin banyak pula kadar gula yang terkonversi Suhu 90°C adalah suhu optimal alat ini,
menjadi etanol. Namun pada kenyataannya lama dengan waktu distilasi selama 40 menit dapat
proses fermentasi ini memiliki waktu optimum, memberikan pengaruh nyata terhadap kadar
sehingga pada setelah waktu optimum kadar etanol destilat. Hal ini disebabkan karena
etanol ini akan menurun. Menurut Susanti (2013) karakteristik alat yang berbeda-beda dan
aktivitas bakteri paling optimum adalah 96 jam (4 kandungan alkohol pada larutan fermentasi lebih
hari). Apabila ketersediaan makanan dan nutrisi sedikit dibandingkan dengan kandungan airnya.
tidak memadai bagi bakteri unruk bertahan hidup Kadar etanol destilat yang diperoleh pada
dan berkembang maka etanol yang dihasilkan penelitian ini sangat bervariasi sesuai dengan
akan jauh lebih rendah (Mahboubi dkk, 2018). peningkatan suhu dan waktu destilasi. Kadar
Semakin lama waktu fermentasi maka etanol optimum yang dihasilkan oleh alat ini
jumlah mikroba semakin menurun, dan akan sebesar 44 %, artinya belum mencapai sebagai
menuju ke fase kematian karena alkohol yang bioetanol skala industri. Namun apabila hasil tadi
dihasilkan semakin banyak dan nutrient yang ada dilakukan distilasi kembali, maka hasil
sebagai makanan mikroba semakin menurun terprediksi bisa mencapai 96,5 – 99 % dengan
(Kunaepah, 2008) sebagaimana pada Gambar 4. teknik distilasi refluks.

Pengaruh Waktu Distilasi Terhadap Volume


Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Distilat
Kadar Etanol
60
Kadar Etanol (%)

10
40 gram
15
20 gram

0
4 hari 8 hari 12 hari 16 hari
Lama Waktu Fermentasi
Gambar 4. Grafik Pengaruh Waktu Fermentasi
Terhadap Kadar Etanol

Kadar waktu optimum penelitian ini adalah Gambar 5. Grafik Pengaruh Waktu Distilasi Terhadap
4 hari. Alkohol setelah waktu dari 4 hari Volume Distilat
mengalami penurunan kadar alkohol yang pada
disebabkan karena penurunan substrat yang Gambar 5 menunjukkan bahwa lama waktu
menyebabkan saccharomyces cerevisiae tidak distilasi mempengaruhi hasil yang diperoleh.
dapat bekerja secara optimal dalam fermentasi Pada grafik terlihat bahwa semakin lama waktu
(Frazier dan Westhoff, 1978). distilasi maka volume distilat yang dihasilkan
semakin besar. Dengan waktu 40 menit rata-rata
Perolehan Kadar Etanol Hasil Distilasi dapat menghasilkan volume distilat sebesar 78
Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar ml.
alkohol yang dihasilkan dari fermentasi kulit
nanas adalah dari metode distilasi yang Efesisensi Distilasi
digunakan. Berdasarkan penelitian Fahmi, dkk Persentasi yield etanol dipengaruhi oleh
(2014) bahwa perolehan nilai kadar etanol distilat beberapa faktor seperti jumlah ragi (yeast), lama
tertinggi pada penelitian pemurnian etanol hasil proses fermentasi, pH larutan, konsentrasi gula,
fermentasi kulit nanas menggunakan distilasi suhu proses fermentasi dan sebagainya.
vakum yaitu sebesar 21,250% dengan suhu
distilasi 50°C.
Titik didih etanol berada pada suhu antara
70°C–78°C. Namun pada alat ini, distilasi dengan
Bahan baku kulit nanas sebanyak 7 kg dapat
suhu tersebut tidak menunjukan efektifitas
menghasikan 1 liter sari kulit nanas (larutan
Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019) | 27
fermentasi), lalu kemudian difermentasi dengan etanol ini akan menurun. Waktu fermentasi
komposisi ragi dan waktu tertentu. Setelah itu terbaik pada penelitian ini adalah 4 hari. Hasil
dilakukan proses distilasi dan didapatkan hasil optimal dari pemurnian bioetanol menggunakan
yield etanol sebanyak rata-rata 72 ml sehingga alat distilasi ini yaitu pada suhu suhu 90°C,
effesiensi alat yang didapatkan sebesar 7,2 % . dengan waktu distilasi selama 40 menit
mempunyai pengaruh nyata terhadap kadar etanol
Analisis Sifat Fisik Bioetanol Kulit Nanas destilat. Hal ini disebabkan karena karakteristik
Analisa sifat fisika yang dilakukan berupa setiap alat distilasi yang berbeda. Bioetanol
warna, bau, densitas, psikositas, dan pH. Sebagai limbah kulit nanas yang diperoleh dari hasil alat
acuan standar mutu bahan bakar nabati jenis distilasi sederhana model kolom refluks sesuai
bioetanol digunakan SNI nomor SNI DT-27- dengan standar SNI berdasarkan analisis sifat
0001- 2006. Hasil uji sifat fisika bioetanol hasil fisiknya. Alat distilasi sederhana model kolom
pemurnian dengan proses distilasi-adsorpsi dapat refluks ini bisa direkomendasikan sebagai
dilihat pada Tabel 4. alternatif atau pilihan industri bioetanol dalam
Berdasarkan Tabel 4 warna bioetanol yang berpartisipasi mewujudkan kebijakan pemerintah
didapatkan adalah beku seperti putih susu, ini dalam menciptakan energi alternatif.
diakibatkan oleh ragi dan air yang masih
terkandung di dalam etanol tersebut. Perlu DAFTAR RUJUKAN
dilakukannya distilasi kembali agar etanol yang Amalia, Y., Muria, S. R., & Chairul, C. (2014).
didapatkan berwarna jernih atau bening Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Padat
sedangkan untuk aromanya, bioetanol limbah Sagu Menggunakan Enzim Selulase Dan
kulit nanas ini memiliki aroma yang khas etanol Yeast Saccharomyces Cerevisiae Dengan
namun terdapat sedikit aroma khas dari nanas. Proses Simultaneous Sacharificatian and
Fermentation (SSF) Dengan Variasi
Tabel 4. Analisis Sifat Fisik Bioetanol Kulit Nanas Konsentrasi Substrat Dan Volume
Waktu Inokulum. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Ferment Ragi Densitas Vsikositas Bidang Teknik dan Sains, 1(1), 1-8.
Warna Bau pH
asi (gr) (gr/ml) (Poise) Andaka, G. (2010). Pemanfaatan Kulit Nanas
(hari) untuk Pembuatan Bioetanol dengan Proses
10 Beku 0.825 0.0150 6.81 Fermentasi. Jurnal SNAST, Periode 11,
seperti ISSN: 1979-911X, A20.
4 15 putih susu, Khas 0.8 0.0150 6.83 Chandrashekhar, B., Mishra, M. S., Sharma, K.,
tidak ada etanol
endapan & Dubey, S. (2011). Bio-ethanol production
20 kotoran 0.8 0.0150 6.83 from textile cotton waste via dilute acid
Beku hydrolysis and fermentation by
10 0.8 0.0169 6.83
seperti Saccharomyces cerevisiae. Journal of
putih susu, Khas ecobiotechnology. 3(4), 06-09
8 15 0.825 0.0193 6.83
tidak ada etanol
endapan
Data, P., & Pertanian, S. I. (2016). Outlook
20 0.825 0.0169 6.83 Nenas. Jakarta: Kementerian Pertanian.
kotoran
Beku Fahmi, D., Susilo, B., & Nugroho, W. A. (2014).
10 seperti 0.8 0.0193 6.82
Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit
putih susu, Khas Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan
12 15 0.8 0.0169 6.79
tidak ada etanol
endapan Menggunakan Destilasi Vakum. Jurnal
20 kotoran 0.825 0.0150 6.83 Keteknikan Pertanian Tropis dan
Beku Biosistem, 2(2).
10 0.8 0.0150 6.85
seperti Frazier,W.C dan W.C. Westhoff., “Food
putih susu, Khas
16 15 tidak ada etanol 0.8 0.0169 6.84 Microbiology”, New Delhi, India: Mc Graw
endapan Hill Publishing Co.ltd, 1978
20 kotoran 0.8 0.0150 6.83 Hasanuddin, Hendri Nurdin, dan Riki Apriyandi
Putra. (2016) Tebu Tibarau Tumbuhan
KESIMPULAN Energi yang Terlupakan. Padang: Suka
Pada penelitian ini didapatkan massa Bina Press
optimum ragi (saccharomyces cerevisiase) Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti, T. C.,
sebesar 15 gram/L dengan kadar etanol sebesar Suparno, O., & Prasetya, B. (2017).
44 %. Pada proses fermentasi memiliki waktu Pemanfaatan biomassa lignoselulosa ampas
optimum, sehingga setelah waktu optimum kadar tebu untuk produksi bioetanol. Jurnal
28 | Jurnal Zarah, Vol. 7 No. 1 (2019)

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Safitri, N., Chairul, C., & Amraini, S. Z. (2014).
29(4), 121-130. Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Buah
Kunaepah, U. (2008). Pengaruh Lama Nanas Dengan Metode Solid State
Fermentasi Dan Konsentrasi Glukosa Fermentation (SSF) Dan Pemurnian Dengan
Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Proses Distilasi-Adsorbsi Dengan Variasi
Total Dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang Ratio Bioetanol: Adsorben. Jurnal Online
Merah The Effect Of Fermentation Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan
Duration And Glucose Concentration On Sains, 1(1), 1-11.
Antibacterial Activity, Total Polyphenol SNI DT-27-0001- 2006 SNI DT-27-0001-2006.
And Chemical Quality Of Kidney Bean Milk “Standar Nasional Indonesia Kualitas
Kefir (Doctoral Dissertation, Program Pasca Bioetanol”. Badan Standarisasi Nasional
Sarjana Universitas Diponegoro). (BSN): 2006
Mahboubi, A., Cayli, B., Bulkan, G., Doyen, W., Susanti, A. D., Prakoso, P. T., & Prabowo, H.
De Wever, H., & Taherzadeh, M. (2018). (2013). Pembuatan bioetanol dari kulit
Removal of Bacterial Contamination from nanas melalui hidrolisis dengan
Bioethanol Fermentation System Using asam. EQUILIBRIUM Journal of Chemical
Membrane Bioreactor. Fermentation, 4(4), Engineering, 12(1), 11-16.
88. Susilo, S. I. G. I. T. (2009). Rancangan Dan Uji
Olaoye, J. O. (2011). Design and construction of Kinerja Alat Distilasi Etanol Dengan
a reflux column distillation unit for bio- Metode Rektifikasi. Skripsi. Departemen
ethanol production from sugarcane Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
substrate. Nigerian Journal of Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Technological Development, 8(1), 48-60. Wahyu Daniel. “Dunia Berlomba Kembangkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 79 Energi Terbarukan”. 2017. [Online].
Tahun 2014, “Tentang Kebijakan Energi Tersedia : https://m.detik.com [Diakses 18
Nasional”. Jakarta; 2014 Februari 2019]
Pertumbuhan Permintaan Minyak Dunia. (2018). Walidah, T., Chairul, C., & Amri, A. (2015).
[Online].Tersedia: www.voaindonesia.com Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi Nira
[Diakses 6 Agustus 2018] Nipah Dengan Proses Distilasi-Adsorpsi
Putro, Pramono P., (2011), Pemanfaatan Nanas Menggunakan Bentonit Teraktivas. Jurnal
(Ananas comosus) Sebagai Bahan Baku Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik
Pembuatan Bioetanol dengan Metode dan Sains, 2(1), 1-6.
Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak, Wijana S, dkk. (1998). Optimalisasi Penambahan
Jurnal Biorpal Industri, 2(1), 1-6 Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi
Retno, D. T., & Nuri, W. (2011). Pembuatan pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan
Bioetanol dari Kulit Pisang. In Prosisding Kualitas Nutrisi. ARMP (Deptan).
Seminar Nasional Teknik Kimia” Universitas Brawijaya. Malang.
Kejuangan” ISSN (pp. 1693-4393).

Anda mungkin juga menyukai