Penetapan kadar senyawa menggunakan larutan titran NaNO2
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi,
yaitu : a. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatic : kloramfenikol.
b. senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang
mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat. c. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida adalah INH.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar, karena
garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es. Tirtasi diazotasi untuk
a. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus
amin aromatis primer bebas seperti sulfanilamid
b. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin
aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. • Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mempunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium. Reaksi yang berlangsung dalam dua tahap : • NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2 • Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O diazo Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. • NaNO2+HCl→ NaCl+HONO
Reaksi ini dilakukan dibawah 15o, sebab pada
suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida • Dalam nitrimetri : ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena : 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi
larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas
(M) karena molaritasnya sama dengan normalitas.
• Pada titrasi diazotasi, penetuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometer
1. Dg Indikator luar (pasta amilum= kanji)
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Pembuatan kertas Kanji-Iodida
Tepung kanji 500 mg + sedikit air dan gerus
homogen. Selanjutnya + air sampai 100 ml. Dididihkan dan saring. Di + larutan KI 0,4% --- > homogenkan. Dicelupkan kertas dan biarkan mengering. Untuk pasta kanji – Iodida
KI 750 mg dilarutkan dalam 5 ml air
ZnCl2 2 gram dilarutkan dalam 10 ml air Dimasak dengan me + 5 gram tepung kanji dalam 35 ml air --- > dimasak homogen dan dinginkan Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut
• NaNO2 + HCL → HNO2+NaCl
• KI + HCl→KCl+HI • 2HI+2HONO→I2 + 2NO+2H2O • I2 + kanji -- > iod (biru) Untuk menyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit Kadang-kadang setelah timbul warna biru segera karena terbentuk setelah dibiarkan di udara. Karena tderjadi : 4 KI + 4HCl + O2 -- > 2H2) + 2I2 + 4eKCl I2 + amilum -- > jod-amilum (biru)
Ulangi lagi penggoresan untuk menentukan TAT
lihat setelah 2 menit tak hilang warna biru. 2. Dg Indikator dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran
tropeolin OO dan metilen biru. Tropelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit. Interaksi NaNO2 dg indicator dalam Bila zat uji telah bereaksi semua dg titran NaNO2, maka NaNO2 bereaksi dengan indicator. Larutan titran NaNO2 0,1 M Untuk 1000 mL air diperlukan 6,9 gram NaNO2 .
Pembakuan lart. NaNO2 bisa dengan :
- Na2S2O3 - Asam sulfanilat - Sulfanilamida Yang paling dipakai adalah asam sulfanilat dan sulfanilamida, karena factor kesalahan lebih kecil. Kalau dg Na2S2O3 maka Na2S2O3 harus dibaku dulu. Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk :
a). Penetapan kadar senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti sulfanilamid
b). Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana
gugus amin aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol, dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatik yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisi lebih dahuu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitirt dalam suasan asam membentuk garam diazonium. c). Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitri aromatis seperti kloramfenikol. • Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat dietapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis pimer. • Kloramfenikol yang mempunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahuu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nirit untuk membentuk garam diazonium. • Dalam farmakope indonesia, titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain; primakuin fosfat dan sediaan tabletnya; prokain HCl; sulfasetamid; natrium sulfasetamid; sulfametazin; sulfadoksin; sulfametoksazol; tetrakain; dan tetrakain HCl.