0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan27 halaman
Studi kasus menganalisis kadar sulfametoksazol dalam sediaan semi padat menggunakan titrasi nitrimetri, di mana sulfametoksazol akan bereaksi dengan natrium nitrit untuk membentuk garam diazonium yang ditandai dengan perubahan warna indikator."
Studi kasus menganalisis kadar sulfametoksazol dalam sediaan semi padat menggunakan titrasi nitrimetri, di mana sulfametoksazol akan bereaksi dengan natrium nitrit untuk membentuk garam diazonium yang ditandai dengan perubahan warna indikator."
Studi kasus menganalisis kadar sulfametoksazol dalam sediaan semi padat menggunakan titrasi nitrimetri, di mana sulfametoksazol akan bereaksi dengan natrium nitrit untuk membentuk garam diazonium yang ditandai dengan perubahan warna indikator."
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif
yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
Nitrimetri adalah metode titrasi yang menggunakan
NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana asam.
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan
kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. KEGUNAAN TITRASI NITRIMETRI
• Penetapan kadar senyawa-senyawa
yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti sulfamilamid. • Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitri aromatis seperti kloramfenikol. • Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatik terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol, dan parasetamol PRINSIP • Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic • sekuder dan gugus nitro aromatic); • 2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder; • 3. Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan • 4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam. INDIKATO R • Indikator luar Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji- iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji iodida. Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat dibiarkan diudara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2). • Indikator dalam Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi. • Metode potensiometri, menggunakan electrode kolomel platina yang dicelupkan kedalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit) akan terjadi depolarisasi elektroda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 volt sampai +0,90 volt. KELEBIHAN & KEKURANGAN • Kelebihan Titrasi Nitrimetri – Pengerjaannya cukup sederhana. – Sangat berguna untuk analisis antibiotik sulfonamida dan anastetik lokal turunana asam bonzoat.
• Kekurangan Titrasi Nitrimetri
– Reaksi diasotasi bereaksi lambat, dapat dipercepat dengan menggunakan kataslisator. STUDI KASUS • Judul : Analisis Kuantitatif Bahan Aktif Dalam Sediaan Semi Solid (Sulfametoksazol)
• Sulfametoksazol adalah obat golongan
sulfonamid yang mempunyai spektrum antibakteri yang luas Alat & Bahan • Alat : Buret, erlenmeyer, volume pipet, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, mortir stamper, lanu ukur, dan timbangan. • Bahan : NaNO2, Asam sulfanilat, HNO3, sulfametoksazol, Metilen blue, Trpeolin oo. Prosedur Kerja
1. • Pembuatan Pasta Kanji Iodida
Sebanyak 750 mg KI dilarutkan dalam 5 ml air.Sebanyak 2 g ZnCl2 dilarutkan dalam 10 ml air. Kedua larutan dicampurkan dan ditambah 100 ml air. Larutan dipanaskan hingga mendidih. Tambahkan suspensi 2 g pati dalam 35 ml air dan diaduk. Didihkan selama 2 menit lalu didinginkan. 2. Pembuatan Natrium Nitrit 0,1 N dalam 1 L Timbang dengan seksama 7,3 gram NaNO2. Larutkan dengan aquadest ad 1000 mL.
3. • Pembakuan Natrium Nitrit (Standarisasi NaNO 2 dengan asam
sulfanilat) Timbang 100 mg asam sulfanilat dengan seksama. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan 25 mL aquadest. Tambahkan HCI 4N sebanyak 5 mL. Masukkan 5 tetes tropeolin oo 0,1% dan 3 tetes metilen blue 0,1%.Dinginkan sampai suhu 15 oC. Tambahkan KBr sebanyak 10 mg . Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M hingga terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan. 4. • Penetapan Kadar Sulfametoksazol dalam sampel salep Sampel salep yang telah dihomogenkan ditimbang masing-masing 0,2591 gram dan 0,2563 gram, larutkan dalam campuran 20 mL asam asetat glasial P, 40 mL air dan 15 mL asam klorida P panaskan dalam penangas air sambil sesekali digoyang-goyang untuk memudahkan pemisahan vaselin, setelah zat aktif larut, larutan biarkan dingin pada suhu kamar dan akan terlihat vaselin memadat padapermukaan larutan. Masukkan 5 tetes tropeolin 00 0,1% dan 3 tetes metilen blue 0,1%. Lanjutan….
Dinginkan sampai suhu 15oC (tidak perlu
dicelup termometer), namun jika perlu lakukan blanko larutan air yang didinginkan pada wadah yang berbeda namun dengan waktu pendinginan yang sama dengan larutan sampel. Tambahkan KBr sebanyak 10 mg. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M hingga terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan HASIL DAN PEMBAHASAN Standarisasi NaNO2 dengan asam sulfanilat Hasil Penetapan Kadar Sulfametoksazol PEMBAHASAN
Percobaan ini digunakan natrium nitrit bukan asam
nitrit, karena sifat asam nitrit yang tidak stabil (3HNO 3 → H2O + 2NO + HNO3), maka digunakan garamnya : Natrium nitrit (NaNO2). Titrasi dilakukan di bawah suhu 15°C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Titrasi juga harus dilakukan pada suasana asam dengan rentang pH 2-4 hal ini dilakukan supaya natrium nitrit dapat berubah menjadi asam nitrit. Sebagai penunjuk titik akhir titrasinya, digunakan indikator metilen biru dan tropeolin OO. Kedua indikator ini adalah : – indikator dalam suasana asam treopelin OO berwarna merah dan biru metilen berwarna biru. Kalau terdapat natrium nitrit berlebih maka warna treopelin OO akan berubah menjadi kuning. Dengan demikian perubahan warna dari ungu menjadi ungu muda (dekat titik akhir) berubah menjadi biru hijau (titik akhir titrasi). Titrasi dengan memakai indikator dalam dapat dilakukan pada temperature kamar, untuk ini diperlukan adanya KBr sebagai katalis. Untuk memastikan titik akhir titrasi dilakukan pengecekan dengan indicator luar berupa pasta kanji KI. Pasta kanji diteteskan satu tetes pada pelat tetes. Larutan sulfametoksazol yang ingin dipastikan titik akhir titrasinya, dilewatkan pada pelat tetes yang menggandung pasta kanji KI. Apabila larutan sulfametoksazol berubah warna menjadi biru ke hitaman pada pelat tetesnya yang menggandung pasta kanji, artinya larutan sulfametoksazol telah berada di titik ahkir titrasi. • Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah di titik akhir titrasi, maka ditunggu hingga lima menit, jika tidak terjadi perubahan warna maka sulfametoksazol memang telah berada di titik akhit titrasi. • Pada pasta kanji iodide akan terjadi perubahan warna menjadi biru. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. • Ketika larutan digoreskan pada plat tetes, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera karena iodium bereaksi dengan amilum. Berikut reaksiya : • 2HI + 2HONO →I2+ 2NO + 2H2O • I2 + kanji→ kani iod (biru) (Zulfikar, 2010).
• Keuntungan pemakaian indikator luar adalah
perubahan warna jelas sedangkan kerugiannya antara lain adalah pelaksanaan tidak praktis karena kita harus menggoreskan.
• Pada percobaan titrasi yang dilakukan sebanyak tiga kali dengan volume masing- masing hasil titrasi sebanyak 3,2ml; 3,25 ml; dan 3,2 ml.
• Sebelum titrasi dilakukan disiapkan titrant
natium nitrit sebagai larutan baku. Pembakuan natrium nitrit dilakukan dengan menggunakan asam sulfanilat. • Pada proses ini setelah dititrasi sebanyak dua kali dengan volume titrasi pertama 7,2 ml dan volume titrasi kedua 7 ml, kemudian rata-rata volume tersebut dikonversikan menjadi normalitas sesuai rumus pengenceran. Sehingga, didapatkan bahwa kenormalan NaNO2 adalah 0,081 N. Hasil perhtungan menunjukkan kadar sulfametoksazol pada 400 mg adalah 16,49 %. • Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat HNO 3 belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan indicator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat. pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa Pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun tidak, tetapi apabila ditambahkan KBr harus memiliki suhu dibawah 150C, KBr berfungsi sebagai pemercepat reaksi. Selain itu KBr berfungsi sebagai stabilisator, yang akan mencegah penguraian HNO2 menjadi gas N2, yang dapat menguap. Bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu. Titik akhir dicapai bila saat digoreskan pada pasta kanji-KI langsung terbentuk warna biru. Bila lama- kelamaan pasta-kanji-KI menjadi biru bukan titik akhir, hal ini bisa terjadi karena oksidasi udara atau garam diazonium yang bereaksi dengan K.