Anda di halaman 1dari 27

STUDI KASUS TENTANG PENENTUAN

KADAR OBAT SULFAMETOKSAZOL


DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TITRASI NITRIMETRI

KELOMPOK 8
PENGERTIAN

Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif


yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari reaktan.

Nitrimetri adalah metode titrasi yang menggunakan


NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana asam.

Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan


kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan
baku Natrium Nitrit.
KEGUNAAN TITRASI NITRIMETRI

• Penetapan kadar senyawa-senyawa


yang mempunyai gugus amin aromatis
primer bebas seperti sulfamilamid.
• Senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus nitri aromatis seperti
kloramfenikol.
• Penetapan kadar senyawa-senyawa
yang mana gugus amin aromatik
terikat dengan gugus lain seperti
suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol,
dan parasetamol
PRINSIP
• Pembentukan garam diazonium dari gugus amin
aromatic primer (amin aromatic
• sekuder dan gugus nitro aromatic);
• 2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin
alifatik sekunder;
• 3. Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
• 4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena
sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit
dalam suasana asam.
INDIKATO
R
• Indikator luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-
iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji
iodida.
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan
larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau
kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga
terbentuk beberapa saat dibiarkan diudara. Hal ini
disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2).
• Indikator dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO
dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan
indikator asam basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi
oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan
metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga
pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari
ungu menjadi biru sampai hijau tergantung
senyawa yang dititrasi.
• Metode potensiometri, menggunakan electrode
kolomel platina yang dicelupkan kedalam titrat.
Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam
nitrit) akan terjadi depolarisasi elektroda sehingga
akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam
sekitar +0,80 volt sampai +0,90 volt.
KELEBIHAN & KEKURANGAN
• Kelebihan Titrasi Nitrimetri
– Pengerjaannya cukup sederhana.
– Sangat berguna untuk analisis antibiotik
sulfonamida dan anastetik lokal turunana asam
bonzoat.

• Kekurangan Titrasi Nitrimetri


– Reaksi diasotasi bereaksi lambat, dapat dipercepat
dengan menggunakan kataslisator.
STUDI KASUS
• Judul : Analisis Kuantitatif Bahan Aktif
Dalam Sediaan Semi Solid
(Sulfametoksazol)

• Sulfametoksazol adalah obat golongan


sulfonamid yang mempunyai spektrum
antibakteri yang luas
Alat & Bahan
• Alat :
Buret, erlenmeyer, volume pipet, gelas ukur,
beaker glass, pipet tetes, mortir stamper, lanu
ukur, dan timbangan.
• Bahan :
NaNO2, Asam sulfanilat, HNO3,
sulfametoksazol, Metilen blue, Trpeolin oo.
Prosedur Kerja

1. • Pembuatan Pasta Kanji Iodida


Sebanyak 750 mg KI dilarutkan dalam 5
ml air.Sebanyak 2 g ZnCl2 dilarutkan
dalam 10 ml air. Kedua larutan
dicampurkan dan ditambah 100 ml air.
Larutan dipanaskan hingga mendidih.
Tambahkan suspensi 2 g pati dalam 35
ml air dan diaduk. Didihkan selama 2
menit lalu didinginkan.
2. Pembuatan Natrium Nitrit 0,1 N dalam 1 L
Timbang dengan seksama 7,3 gram NaNO2. Larutkan
dengan aquadest ad 1000 mL.

3. • Pembakuan Natrium Nitrit (Standarisasi NaNO 2 dengan asam


sulfanilat)
Timbang 100 mg asam sulfanilat dengan seksama. Larutkan dalam
labu Erlenmeyer dengan 25 mL aquadest. Tambahkan HCI 4N
sebanyak 5 mL. Masukkan 5 tetes tropeolin oo 0,1% dan 3 tetes
metilen blue 0,1%.Dinginkan sampai suhu 15 oC. Tambahkan KBr
sebanyak 10 mg . Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M hingga
terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
4. • Penetapan Kadar Sulfametoksazol dalam sampel
salep
Sampel salep yang telah dihomogenkan ditimbang
masing-masing 0,2591 gram dan 0,2563 gram, larutkan
dalam campuran 20 mL asam asetat glasial P, 40 mL air
dan 15 mL asam klorida P panaskan dalam penangas air
sambil sesekali digoyang-goyang untuk memudahkan
pemisahan vaselin, setelah zat aktif larut, larutan biarkan
dingin pada suhu kamar dan akan terlihat vaselin
memadat padapermukaan larutan. Masukkan 5 tetes
tropeolin 00 0,1% dan 3 tetes metilen blue 0,1%.
Lanjutan….

Dinginkan sampai suhu 15oC (tidak perlu


dicelup termometer), namun jika perlu
lakukan blanko larutan air yang
didinginkan pada wadah yang berbeda
namun dengan waktu pendinginan yang
sama dengan larutan sampel. Tambahkan
KBr sebanyak 10 mg. Titrasi dengan larutan
NaNO2 0,1 M hingga terjadi perubahan
warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Standarisasi NaNO2 dengan asam
sulfanilat
Hasil Penetapan Kadar
Sulfametoksazol
PEMBAHASAN

Percobaan ini digunakan natrium nitrit bukan asam


nitrit, karena sifat asam nitrit yang tidak stabil (3HNO 3
→ H2O + 2NO + HNO3), maka digunakan garamnya :
Natrium nitrit (NaNO2).
Titrasi dilakukan di bawah suhu 15°C. Hal ini karena
garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih
tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Titrasi
juga harus dilakukan pada suasana asam dengan
rentang pH 2-4 hal ini dilakukan supaya natrium nitrit
dapat berubah menjadi asam nitrit.
Sebagai penunjuk titik akhir titrasinya, digunakan
indikator metilen biru dan tropeolin OO.
Kedua indikator ini adalah :
– indikator dalam suasana asam treopelin OO berwarna
merah dan biru metilen berwarna biru. Kalau terdapat
natrium nitrit berlebih maka warna treopelin OO
akan berubah menjadi kuning. Dengan demikian
perubahan warna dari ungu menjadi ungu muda
(dekat titik akhir) berubah menjadi biru hijau (titik
akhir titrasi). Titrasi dengan memakai indikator dalam
dapat dilakukan pada temperature kamar, untuk ini
diperlukan adanya KBr sebagai katalis.
Untuk memastikan titik akhir titrasi dilakukan
pengecekan dengan indicator luar berupa pasta
kanji KI. Pasta kanji diteteskan satu tetes pada pelat
tetes. Larutan sulfametoksazol yang ingin dipastikan
titik akhir titrasinya, dilewatkan pada pelat tetes
yang menggandung pasta kanji KI.
Apabila larutan sulfametoksazol berubah warna
menjadi biru ke hitaman pada pelat tetesnya yang
menggandung pasta kanji, artinya larutan
sulfametoksazol telah berada di titik ahkir titrasi.
• Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah di titik
akhir titrasi, maka ditunggu hingga lima menit, jika tidak
terjadi perubahan warna maka sulfametoksazol memang
telah berada di titik akhit titrasi.
• Pada pasta kanji iodide akan terjadi perubahan warna
menjadi biru. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan
akan membentuk garam diazonium, namun tidak semua
HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel.
• Ketika larutan digoreskan pada plat tetes, adanya
kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida
mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan
menghasilkan warna biru segera karena iodium bereaksi
dengan amilum. Berikut reaksiya :
• 2HI + 2HONO →I2+ 2NO + 2H2O
• I2 + kanji→ kani iod (biru) (Zulfikar, 2010).

• Keuntungan pemakaian indikator luar adalah


perubahan warna jelas sedangkan kerugiannya
antara lain adalah pelaksanaan tidak praktis
karena kita harus menggoreskan.

 
• Pada percobaan titrasi yang dilakukan
sebanyak tiga kali dengan volume masing-
masing hasil titrasi sebanyak 3,2ml; 3,25 ml;
dan 3,2 ml.

• Sebelum titrasi dilakukan disiapkan titrant


natium nitrit sebagai larutan baku.
Pembakuan natrium nitrit dilakukan dengan
menggunakan asam sulfanilat.
• Pada proses ini setelah dititrasi sebanyak dua kali dengan
volume titrasi pertama 7,2 ml dan volume titrasi kedua 7 ml,
kemudian rata-rata volume tersebut dikonversikan menjadi
normalitas sesuai rumus pengenceran. Sehingga, didapatkan
bahwa kenormalan NaNO2 adalah 0,081 N. Hasil
perhtungan menunjukkan kadar sulfametoksazol pada 400
mg adalah 16,49 %.
• Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat
karena pembentukan garam diazonium memerlukan
waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat HNO 3
belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan
dengan indicator luar akan menimbulkan warna
biru langsung, maka hasil tidak akurat. pH harus
asam karena apabila keasaman kurang maka titik
akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang
terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium
tidak stabil pada suasana netral atau basa
Pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun tidak,
tetapi apabila ditambahkan KBr harus memiliki suhu
dibawah 150C, KBr berfungsi sebagai pemercepat
reaksi. Selain itu KBr berfungsi sebagai stabilisator,
yang akan mencegah penguraian HNO2 menjadi gas
N2, yang dapat menguap. Bila menggunakan
indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu.
Titik akhir dicapai bila saat digoreskan pada pasta
kanji-KI langsung terbentuk warna biru. Bila lama-
kelamaan pasta-kanji-KI menjadi biru bukan titik
akhir, hal ini bisa terjadi karena oksidasi udara atau
garam diazonium yang bereaksi dengan K.

Anda mungkin juga menyukai