Anda di halaman 1dari 119

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi: “Pendidikan

Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehiudpan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Dalam interaksi belajar mengajar, seorang

guru memegang peranan yang menentukan. Karena bagaimanapun keadaan sistem

pendidikan di sekolah, alat apa pun yang digunakan dan bagaimanapun keadaan

anak didik, maka pada akhirnya tergantung pada guru di dalam memanfaatkan

semua komponen yang ada. Metode dan keputusan guru dalam interaksi belajar

mengajar akan sangat menentukan keberhasilan anak untuk mencapai tujuan

pendidikan, (Soetomo, 1993:17)

Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disempurnakan

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya

perubahan struktur materi, serta orientasi pembelajaran dan penilaian.

Restrukturisasi materi kimia memuat lingkup materi ajar kimia SMA mencakup

kemampuan prosedural dan konseptual. Kemampuan prosedural diajarkan dengan

5
6

memunculkan satu bahan kajian baru bernama Kerja Ilmiah. Substansi Kerja

Ilmiah meliputi keterampilan proses sains dan sikap ilmiah (inkuiri sains).

Selanjutnya, kemampuan konseptual yang dimuat pada bahan kajian Pemahaman

Konsep dan Penerapannya, mencakup lingkup ajar struktur dan sifat, transformasi,

dinamika dan energetika (Depdiknas, 2003a).

Laboratorium merupakan salah sattu prasarana pendidikan, yang dapat

digunakan sebagai tempat berlatih para siswa dalam memahami konsep-konsep

IPA dengan melakukan percobaan dan pengamatan. Dengan demikian,

laboratorium IPA-Kimia merupakan bagian yang integral tak dapat dipisahkan

dari suatu pengajaran Kimia. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil

observasi, eksperimentasi dan harus siap diuji melalui observasi dan

eksperimentasi lanjutan. Keberadaan laboratorium IPA-Kimia diperlukan untuk

memberikan pengalaman langsung dari aplikasi teori yang diterima melalui

kegiatan laboratorium/praktikum, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di

kelas. Praktikum IPA khususnya Kimia tidak hanya terbatas dilaksanakan di

ruang laboratorium, tetapi dapat juga dengan memanfaatkan alam melalui

kegiatan lapangan.

Berkaitan dengan hal di atas maka peranan laboratorium IPA-Kimia

menjadi sangat penting, karena laboratorium merupakan pusat proses belajar

mengajar untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, atau penelitian dalam

bidang IPA. Dengan demikian laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat

kegiatan penunjang dari kegiatan kelas, atau sebaliknya kegiatan kelas menjadi

penunjang kegiatan laboratorium. Di laboratorium siswa akan memperoleh


7

keterampilan sebagaimana yang diharapkan oleh kurikulum. Penggunaan

laboratorium dapat berjalan secara optimal, apabila terdapat interaksi antara siswa,

guru, alat dan bahan serta waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran di

laboratorium. Guru harus senantiasa membimbing dan menjelaskan hal-hal yang

kurang dapat dipahami siswa baik mengenai materi maupun pengoperasiannya

dari setiap alat dan bahan praktikum yang dilakukan. Keefektifan interaksi, akan

menentukan keefektifan dari suatu laboratorium sebagai tempat dalam

melaksanakan kegiatan praktikum.

Tujuan pembelajaran kimia, khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah,

adalah untuk:

1) Memupuk sikap ilmiah, yang mencakup: sikap jujur, dan obyektif terhadap

data: sikap terbuka, yaitu tersedia menerima pendapat orang lain serta mau

mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar; ulet

dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah

percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris: dan dapat bekerjasama

dengan orang lain.

2) Serta memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksprimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis

dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan,

pengolahan, dan interprestasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen

secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2003b).


8

Sejalan dengan tujuan tersebut, ruang lingkup Kerja Ilmiah mencakup

langkah-langkah keterampilan proses sains (KPS) mulai dari merencanakan,

melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah, serta bersikap

ilmiah. Secara teknis, pembelajaran Kerja Ilmiah diintegrasikan permasalahan

yang datang ketika guru menjelaskan konsep bentuk molekul dengan metode

ceramah dan hanya menggunakan papan tulis sebagai media untuk menggambar

bentuk molekul secara satu dimensi ternyata banyak siswa yang belum mampu

memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi.

Adapun tujuan pembelajaran ikatan molekul-molekul Kimia, adalah

sebagai berikut :

1. Siswa mampu menentukan jumlah PEI dan PEB suatu senyawa dan

menentukan pengaruh PEI dan PEB terhadap suatu senyawa melalui diskusi

kelompok.

2. Siswa dapat menentukan kekuatan tolakan PEI dan PEB yang dapat

mempengaruhi bentuk molekul dengan benar.

3. Siswa dapat merangkai bentuk molekul suatu senyawa dengan menggunakan

mollymood dan menggambarkan hasilnya.

Sumber: Buku LKS Kimia Kelas X Kurikulum 2013

Gambar 1

Ikatan Molekul Kimia


9

Contoh permasalahan tersebut adalah siswa tidak dapat membentuk

bentuk molekul segi tiga planar dengan segi tiga piramida, karena dalam gambar

satu dimensi bentuk molekul segitiga planar dan segitiga pyramid sangat mirip

apalagi jika guru yang menggambar tidak menguasai teknik menggambar tiga

dimensi. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak, seharusnya

guru menggunakan alat bantuk belajar atau media yang dapat memberikan

gambaran kongkrit kepada siswa sehingga belajar ikatan kimia bukan hanya

sekedar menghafal tetapi lebih dari memahami konsep ikatan kimia secara

menyeluruh.

Tabel 1.1
Daftar Nama dan Alamat SMAN Subrayon 1 OKU

No Nama Sekolah Alamat


1 SMAN 1 OKU Jl. Dr. Moh. Hatta No. 261 Sukaraya Telp.
(0735) 320326 Baturaja Timur 32112
2 SMAN 5 OKU Jl. Dr. AK Gani no. 439 Telp. 323992
Baturaja Timur 32115
3 SMA PGRI 3 Baturaja Jl. Dr. Moh. Hatta No. 260 Telp (0735)
322958 Sukaraya Baturaja
4 SMA Muhammadiyah Baturaja Jl. BLL Kulon No. 0809 Telp (0735)
323265 Baturaja Timur
5 SMA Trisakti Baturaja Jl. Dr. Moh. Hatta No. 223A Telp (0735)
322993 Air Karang Baturaja 32113
6 SMA Kurnia Jaya Batumarta Jl. Raya Batumarta 1 Lubuk Raja
7 SMA Taruna Tunas Bangsa Jl. Imam Bonjol No. 688 Telp (0735)
320486 Baturaja 32112

Berdasarkan pengamatan dari literatur pada 20 sekolah Negeri di

Kabupaten Ogan Komering Ulu yaitu 15 SMAN, 4 SMK dan 1 MAN, dimana

keberadaan laboratorium IPA yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran

Fisika dan Kimia belum memenuhi standar prasarana laboratorium khususnya

daerah yang ketersediaan media belajar masih sangat terbatas. Untuk di Kota
10

Baturaja terdapat 4 SMA Negeri, khususnya di Sub Rayon 1 terdapat SMA Negeri

1 dan SMA Negeri 5 OKU, tepatnya di Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu. Fasilitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Baturaja telah

terpenuhi, namun masih saja ada kendala terutama dalam proses pembelajaran di

SMA Negeri 1 Baturaja, pada kegiatan praktikum di sekolah masih kurang

diberdayakan di lapangan. Masih banyak guru yang enggan melakukan praktikum

karena dianggap menyita banyak waktu dan tenaga. Hasil penelitian juga di dapat,

bahwa beberapa konsep sulit dan abstrak justru diajarakan hanya terpaku dengan

metode ceramah. Padahal menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

konsep tersebut disarankan untuk diajarkan dengan praktikum dan alat peraga.

Adapun alasan guru tidak melakukan praktikum pada konsep tersebut adalah

karena kekurangan waktu dan kurang kemampuan dalam mengaplikasikan

konsep-konsep yang sulit pada Kurikulum 2013 ini. Kemudian untuk mengukur

kompetensi siswa setelah pembelajaran biasanya guru menggunakan LKS yang

disediakan penerbit, dimana LKS yang ada belum dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia. Untuk materi yang sifatnya

abstrak di dalam LKS hanya memuat kumpulan pertanyaan yang harus

diselesaikan siswa. Jadi LKS yang ada belum ada kegiatan pembelajaran yang

melatih kemampuan siswa berpikir kritis dan aktivitas siswa hanya sebatas

mengerjakan soal yang telah tersedia.

Dari hasil pra survey, di dapat juga kualitas pelayanan praktikum Kimia

di SMA Negeri 5 OKU masih belum memuaskan karena ruang praktikumnya

masih bersama dengan praktikum Fisika. Jika ada guru yang hendak melakukan
11

praktikum di laboratorium Kimia, petugas laboratorium (Laboran) terkesan

enggan melayani. Petugas terkesan lamban dalam menyediakan alat dan bahan

untuk kegiatan praktikum, bahkan tidak jarang bahan yang akan digunakan dalam

kegiatan praktikum belum disiapkan, bahkan alat-alat pun terkadang masih belum

dibersihkan dari kegiatan praktik sebelumnya. Sebagai contoh molymod, media

belajar yang tersedia di SMA Negeri 5 hanya 1 buah, sehingga praktikum IPA-

Kimia tidak efektif, selama ini penggunaan molymod yang tersedia di sekolah-

sekolah jumlah terbatas dan molymod yang ada belum dapat menggambarkan

konsep utuh tentang ikatan kimi pada percobaan penggolongan unsur-unsur.

Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai

konsep. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dikembangkan pembelajaran kimia

yang lebih bermutu agar dapat mengaktfikan siswa, sekaligus memantapkan

konsep dan teori yang diberikan serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan

memberikan suatu perlakuan dalam proses pembelajaran. Untuk menciptakan

pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia, maka

diperlukan suatu media pembelajaran yang berorientasi konstruktivisme, dimana

siswa dapat membangun pengalaman belajarnya dengan media pembelajaran yang

sesuai. Media pembelajaran sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya

pembelajaran kimia yang kreatif dan dapat mendorong minat siswa untuk dapat

belajar secara mandiri.

Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan apabila ada interaksi

antara peserta didik dengan guru sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk


12

melakukan penelitian pengembangan untuk mengembangkan media pembelajaran

yang berorientasi pada pendekatan konstruktivisme yang meliputi alat peraga dan

LKS. Alat peraga adalah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa

dalam mempelajari konsep-konsep ikatan kimia yang abstrak ke arah gambaran

visualisasi konsep-konsep ikatan unsur kimia. Berdasarkan pada kurikulum teori

dan praktek pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

konsep ikatan kimia dipelajari di kelas X dengan standar kompetensi memahami

struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia. Kompetensi dasar

membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen

koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang

terbentuk.

Pada kompetensi dasar tersebut kemudian dikembangkan menjadi

indikator-indikator yang harus dicapai siswa setelah mempelajari ikatan kimia

adalah sebagai berikut: (Sanjaya, 2008:45)

1. Menjelaskan tendensi atom yang membentuk ikatan

2. Menggambarkan pembentukan ikatan ion

3. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen

4. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan struktur lewis.

5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen

6. Menggambarkan pembentukan ikatan koordinasi

7. Menggambarkan pembentukan ikatan logam

8. Menjelaskan sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk


13

Dari permasalahan yang telah di paparkan di atas, penulis ingin mengupas

sejauh mana penggunaan laboratorium untuk kepentingan praktikum Kimia dalam

menunjang kegiatan belajar mengajar di SMA Sub Rayon 1 Kabupaten Ogan

Komering Ulu Tahun 21016 belum ada informasi yang akurat untuk sarana

prasarana Laboratorium Kimia di SMAN 1 dan 5 ini masih terbilang minim,

seperti meja dan kursi yang jumlah tidak cukup untuk ditempati 40 orang siswa.

Sehingga ketika kegiatan praktikum siswa duduk berdekatan atau ada yang

berdiri. Hal ini mengganggu kegiatan praktikum. Belum lagi ketersediaan air

bersih untuk praktikum yang sering tidak mencukupi, siswa terpaksa harus

mengambil sendiri air bersih ke sumur atau ke kamar mandi. Hal ini juga

menyebabkan konsentrasi siswa jadi tidak terfokus pada pelaksanaan praktikum.

Kenyataan inilah mengindikasikan bahwa efektifitas kegiatan praktikum untuk

mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 dan 5 OKU belum berjalan dengan baik.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul : “Efektifitas Penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran Kimia di

Sekolah Menengah Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Masih ada guru yang tidak melakukan pembelajaran praktikum pada

mata pelajaran Kimia di SMA Negeri OKU.

b. Masih belum optimalnya proses penyediaan alat dan bahan untuk

keperluan praktikum Kimia.


14

c. Masih minimnya sarana prasarana pendukung praktikum di

Laboratorium Kimia di SMA Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering

Ulu.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalahnya sebagai berikut: Bagaimana efektivitas penggunaan alat

peraga pada mata pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri Sub

Rayon 1 Ogan Komering Ulu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan

efektifitas kegiatan praktikum di laboratorium Kimia

b. Memperbaiki kinerja petugas laboratorium Kimia

c. Meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran

d. Meningkatkan motivasi guru dan siswa dalam melaksanakan

praktikum di laboratorium Kimia.

e. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap perolehan ilmu pengetahuan

alam sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.


15

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan :

a. Bahan masukan dan evaluasi, sehingga dapat ditindaklanjuti oleh

pihak yang terkait seperti guru, pihak sekolah dan Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga OKU untuk pengembangan pendidikan ke

depan.

b. Bahan pembuktian bahwa kegiatan praktikum di laboratorium Kimia

yang baik merupakan salah satu hal penting dalam memberikan

kepuasan kepada seluruh warga sekolah, khususnya guru dan siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai

dengan pengertian efektivitas menurut Handoko (2003:15) yang menjelaskan

bahwaEfektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Jika seseorang melakukan sebuah perbuatan dengan maksud tertentu

yang memang dikehendaki, maka orang tersebut dapat dikatakan efektif, berarti

terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan.

Efektivitas dalam konteks perilaku organisasi merupakan hubungan optimal

antara produksi, kualitas, efisien, fleksibilitas, keputusan, sifat keunggulan dan

pengembangan; Gie (1989:28), dengan demikian efektivitas dapat diartikan

sebagai tercapainya suatu tujuan dengan waktu tertentu untuk berdaya guna sesuai

dengan yang telah ditentukan sebelumnya.

Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam

arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi

efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan masalah penggunaan

masukan kurang menjadi perhatian utama.Iman (2004:27), mengartikan bahwa

16
17

dengan tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua

konsep tersebut hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan bagaimana cara mencapainya tidak dibahas. Yang membahas

bagaimana mencapai tingkat efektivitas adalah Robert (2006:43) yang

mengatakan”Organizational effectiveness then is balanced organization optimal

emphasis upon achieving object solving competence and human energy

utilization” atau dengan kata lain efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau

pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan

tenaga manusia.

Tolak ukur dalam menilai tingkat efektivitas suatu organisasi sangat

banyak, salah satunya dari pendapat Moenir (2004:51), mengemukakan

pendekatan pengukuran efektivitas organisasi disebut Sistem Model yang

mencakup 4 kriteria antara lain :

a. Adaptasi, diartikan sebagai kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

b. Integrasi, pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

mengadakan sosialisasi pengembangan konsensus dan komunikasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya.

c. Motivasi Anggota, pengukuran mengenai keterikatan dan hubungan pelaku

organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan

tugas pokok dan fungsinya.

d. Produksi, usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan

jumlah dan mutu keluaran serta intensitas kegiatan suatu organisasi.


18

Keempat kriteria diatas mencakup hubungan sisi internal dan eksternal

suatu organisasi dengan lingkungannya. Kriteria pengukuran efektivitas yang lain

yaitu empat model perspektif teoritis sebagai kriteria efektivitas oleh

Drucker(1996:23) antara lain :

a. Model tujuan rasional menekankan pada perumusan tujuan, perencanaan,

evaluasi dan produktivitas. Penilaian keberhasilan organisasi dilakukan atas

dasar keinginan organisasi, bukan berdasarkan pada kriteria pribadi.

b. Modelhubungan manusia, menekankan pada moral karyawan, kepemimpinan,

pengembangan sumber daya manusia dan aspek peranan informal dan

perilaku organisasi.

c. Model sistem terbuka, memfokuskan pada hubungan antara organisasi dengan

lingkungannya.

d. Model proses internal, memusatkan perhatiannya pada proses pengolahan

informasi dan pembuatan keputusan dalam organisasi.

Pengukuran efektivitas yang hingga sekarang masih banyak dipergunakan

untuk mengukur efektivitas dari segi pencapaian tujuan adalah teori efektivitas

dari Steers (1991:4), yang mengatakan bahwa efektivitas suatu organisasi

bergantung pada seberapa jauh organisasi tersebut mencapai tujuannya.

Berdasarkan pendapat Steers tersebut cara terbaik untuk meneliti efektivitas ialah

dengan memperhatikan secara serentak tiga buah konsep yang paling

berhubungan yaitu :

a. Paham mengenai optimalisasi tujuan, efektivitas dinilai menurut ukuran

seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
19

b. Perspektif sistematika, organisasi terdiri dari berbagai unsur yang saling

mendukung dan saling melengkapi, unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh

terhadap proses pencapaian tujuan suatu organisasi.

c. Tekanan pada segi tingkah laku dalam suatu susunan organisasi, tingkah laku

individu dan kelompok dalam menentukan kelancaran tercapainya tujuan

suatu organisasi.

Penekanan konsep tujuan yaitu pada pencapaian tujuan dianggap paling

utama dan memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi tersebut, jadi

apabila tujuan organisasi telah dicapai maka tujuan organisasi memiliki beberapa

kelemahan antara lain (Fattah, 2012:26).

a. Pencapaian tujuan tidak mudah diukur bagi organisasi yang tidak mempunyai

keluaran (output) yang nyata, sehingga sulit untuk mengukur efektivitas suatu

organisasi.

b. Setiap organisasi berusaha mencapai lebih dari satu tujuan dan pencapaian

tujuan yang satu sering menghalangi atau mengurangi pencapaian tujuan yang

lainnya.

c. Kemungkinan adanya satu perangkat tujuan formal yang didukung oleh

seluruh anggota, masih sangat diragukan karena sulitnya menentukan tujuan

utama dalam organisasi.

Perspektifsistem ini untuk melihat optimalisasi dari komponen-komponen

sistem tersebut yang terdiri dari komponen dasar yaitu input, throughtput (proses),

output dalam pencapaian tujuan.Untuk memperjelas alur kerja ketiga komponen

dan perspektif sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.


20

Gambar 2.1

Pola Dasar Sebuah Model Efektivitas Sistem

Sumber :Richard M Steers, 1991

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa adanya keterpautan dari

berbagai unsur dalam suatu sistem yang saling berhubungan dan saling tergantung

antara satu dengan yang lain. Unsur tersebut meliputi antara lain :

a. Input : yaitu unsur-unsur yang dimasukkan atau diolah, misalnya uang, orang,

energi, benda dan informasi.

b. Throughtput (proses): yaitu kegiatan mengubah Input menjadi output.

c. Output :yaitu hasil yang diperoleh dari proses pengolahan berupa produksi

fisik (barang) atau jasa (pelayanan).

Penekanan pada aspek perilaku didasarkan bahwa organisasi dapat

dikatakan efektif apabila tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melakukan

tugas dan pekerjaan masing-masing dengan baik. Kelemahan dari model ini

(Mulyasa, 2011:27) yaitu karena penekanannya pada aspek perilaku yang berarti

internal dari organisasi tersebut tanpa memperhatikan faktor diluar organisasi,

sehingga penilaian keefektifan organisasi dirasakan sepihak, yaitu kepuasan dari


21

dalam organisasi. Padahal sesungguhnya suatu organisasi mempertimbangkan

pandangan dari pihak luar, kemudian organisasi dapat dikatakan efektif apabila

telah sukses beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan dan sekitarnya.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan dari suatu

organisasi/instansi pemerintah dalam mencapai tujuan tertentu yang didasarkan

pada input, throughtput, output, dan feedback ( umpan balik ).

Konsep efektivitas merupakan isu penting yang berkaitan dengan

dimensi kebijakan. Kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui beberapa

parameter penting seperti proses, isi dan konteks atau suasana dimana kebijakan

itu dihasilkan atau dirumuskan. Di lihat dari segi proses, suatu kebijakan dapat

dikatakan berkualitas kalau kebijakan tersebut diproses dengan data dan informasi

yang akurat, menggunakan metode dan teknik yang sesuai, mengikuti tahapan-

tahapan yang rasional dan melibatkan para ahli serta masyarakat yang

berkepentingan. Dilihat dari segi isi, suatu kebijakan tersebut merupakan alternatif

atau jalan keluar terbaik dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi

masyarakat. Sedangkan diihat dari segi konteks maka suatu kebijakan dapat

dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut dirumuskan dalam suasana yang

benar-benar bebas rekayasa, tekanan atau pelaksanaan pihak-pihak yang

berpengaruh. Pada saat implementasi, kebijakan baru dapat dikatakan efektif,

apabila telah memiliki kriteria-kriteria tersebut.


22

Efektivitas yaitu upaya memaksimumkan pembinaan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada. Secara harfiah, efektivitas dapat

diterjemahkan dengan hasil guna.

Efektivitas kerja terdiri dari dua hal yaitu efektivitas dan kerja. Menurut

Richard Steers (1980:1) efektivitas yang berasal dari kerja efektif yaitu suatu

pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan suatu unit

keluaran (out put). Suatu pekerjaan dilakukan efektif jika suatu pekerjaan dapat

diselesaikan tepat pada waktunya, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Steers, RM (1985:216), efektivitas di pandang sebagai proses

yang berkesinambungan dan bukan sebagai keadaan-keadaan akhir yaitu dengan

menggerakan, mengarahkan dan mempertahankan usaha pekerja yang berarahkan

tujuan.

Dalam penelitian mengenai efektivitas organisasi, sumber daya manusia

dan perilaku manusia muncul sebagai fokus primer dan usaha-usaha untuk

meningkatkan efektivitas kerja sudah dimulai dengan penelitian perilaku ini di

lapangan kerja.

Mengingat kenyataan bahwa sekarang organisasi menghadapi kesulitan

yang lebih besar dalam mendapatkan sumber daya yang lengkap dan bekerja yang

diperlukan untuk memenuhi baik sasar dirinya maupun organiasasi memahami

sifat dan peran efektvitas organisasi sangat penting artinya bagi para siswa (Steer

RM, 1985: 2-3)


23

“Pada umumnya orang percaya bahwa semakin rasionya suatu organisasi,

maka besa upayanya pada kegiatan yang mengarah pada tujuan. Lagi pula

semakin besarnya kemajuan yang diperoleh ke arah tujuan, maka organisasi akan

semakin efektif pula.” (Steers, 1985:2).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan pengertian

efektivitas sebagai sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya), dapat

membawa hasil, berhasil guna (tindakan) serta dapat pula berarti mulai berlaku

(tentang undang-undang/peraturan). Efek dalam hal ini berkaitan pada pencapaian

tujuan dari sebuah organisasi. (Munir, dkk. 2004:15).

Stepen P. Robbin, (dalam Keban) menyatakan pengertian efektivitas

sebagai perwujudan dari tujuan-tujuan organisasi. Adapun kriteria pencapaian

tujuan tersebut adalah efektif dan efisien. Efektif terkait dengan produk atau

output, efektif fokusnya pada mengerjakan sesuatu hal yang benar (doing the

right things), sedangkan efisien terkait dengan input dan bagaimana

mengerjakannya dengan baik dan benar (doing things right). (Keban, 2004;140).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektif itu harus terkait dengan

pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas atau pekerjaan dan terkait juga kinerja

dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan (Rukmana, 2006:15).

Senada dengan definisi tersebut menurut Martoyo, efektifitas adalah

suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai

dan sarana atau peralatan yang digunakan disertai dengan kemampuan yang

dimiliki adalah tepat sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil

yang memuaskan (Martoyo, 1994:4). Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat


24

disimpulkan bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi, sarana dan peralatan

sangat diperlukan sehingga dapat tercapai dengan hasil yang baik. Selain

penggunaan sarana dan peralatan, aspek lain yang menentukan berhasil tidaknya

suatu organisasi mencapai tujuannya adalah perilaku manusia, dalam hal ini

perilaku aparat pelaksana. Perilaku aparat pelaksana dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya dengan positif pula terhadap penyelesaian pekerjaannya dan

berakhir dengan kualitas keberhasilan pekerjaan yang baik.

Berbagai pernyataan di atas, mengartikan bahwa suatu keberhasilan dari

pekerjaan yang sangat bergantung pada nilai-nilai efektivitas, seperti sarana dan

peralatan serta perilaku aparat merupakan penentu berhasil tidaknya suatu

pekerjaan oleh pemerintah ataupum masyarakat itu sendiri.

Keberhasilan organisasi inilah yang akan diukur dengan efektivitas.

Stephen P. Robbin (dalam Keban), mengungkapkan bahwa dalam mengukur

efektivitas organisasi terdapat empat pendekatan, antara lain :

a) Goal-attainment, yang mengukur sampai seberapa jauh tujuan yang telah

ditetapkan dicapai, yang ditekankan adalah hasil dan bukan cara.

b) System, mengukur tersedianya sumber daya yang dibutuhkan, memelihara

dirinya secara internal sebagai suatu organisasi dan berinteraksi secara sukses

dengan lingkungan luar.

c) Strategic-constituencies, mengukur tingkat kepuasan dari para konstituante

kunci. Dukungan konstituante kunci inilah yang dibutuhkan organisasi untuk

mempertahankan eksistensi selanjutnya.


25

d) Competing values, mengukur apakah kriteria keberhasilan yang dipentingkan

organisasi seperti keadilan, pelayanan, returnon investment, market share,

new-product innovation dan job security telah sesuai dengan kepentingan atau

kesukaan para konstituantenya. (Keban, 2004:141).

Keempat pendekatan ini merupakan pendekatan yang mencakup keseluruhan

aspek untuk mengukur efektivitas organisasi. Di sisi lain Sharma (dalam Munir),

memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yaitu menyangkut faktor

internal organisasi dan faktor lingkungan organisasi itu berada (eksternal), yaitu :

a) Produktivitas organisasi / output;

b) Fleksibilitas organisasi dan bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi;

c) Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi / hambatan-hambatan konflik di

antara bagian-bagian organisasi (Munir, dkk. 2004:64).

Selanjutnya, pengukurannya relatif beraneka ragam dimana kriteria yang

berbeda dilakukan secara serempak. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya

pencapaian tujuan organisasi. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.

Tolok ukur dalam menilai tingkat efektivitas suatu organisasi sangat

banyak. Salah satunya dari pendapat Emitai Etzioni (dalam Munir),

mengemukakan pendekatan pengukuran efektivitas organisasi yang disebutnya

System Model, yang mencakup empat kriteria, antara lain :

a) Adaptasi, dipersoalkan kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya;
26

b) Integrasi, pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

mengadakan sosialisasi pengembangan konsensus dan komunikasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya;

c) Motivasi anggota, pengukuran mengenai keterikatan dan hubungan antara

pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi;

d) Produksi, usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan

jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi

(Munir dkk, 2004:64).

Keempat kriteria pengukuran efektivitas organisasi ini mencakup

hubungan sisi eksternal dan internal antara organisasi dengan lingkungannya.

Pengukuran efektivitas yang hingga sekarang masih banyak dipergunakan

dalam mengukur efektivitas dari segi pencapaian tujuan yaitu teori efektivitas

dari Richard M. Steers yang menyatakan bahwa efektivitas suatu organisasi

tergantung seberapa jauh organisasi tersebut mencapai tujuan/sasarannya.

Berdasarkan pendapat Steers, cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah

memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan,

antara lain :

a) Faham mengenai optimalisasi tujuan, efektivitas dinilai menurut ukuran

seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;

b) Perspektif sistematika, organisasi terdiri dari berbagai unsur yang saling

mendukung dan saling melengkapi. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh

terhadap proses pencapaian tujuan suatu organisasi;


27

c) Tekanan pada segi tingkah laku manusia dalam susunan organisasi, tingkah

laku individu dan kelompok dalam menentukan kelancaran tercapainya tujuan

suatu organisasi (Steers, 1985:4-6).

Tingkat efektivitas kebijakan sangat ditentukan oleh kemampuan analis

yang ada. Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi tingkat efektivitas

adalah dukungan system anggaran pemerintah. Faktor yang tidak kalah penting

dalam menentukan efektivitas adalah rendahnya keterlibatan para stakeholders

dan masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kesadaran untuk

berpartisipasi secara langsung, atau mungkin juga mereka tidak diberikan akses

untuk berpartisipasi.

Dalam hal ini penulis berupaya mengungkapkan berdasarkan hasil

penelitian nanti, sampai sejauh mana Efektivitas Penggunaan Alat Peraga dalam

Mata Pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Rayon 1 Baturaja berdasarkan

teori-teori yang telah dikemukakan di atas. Apakah faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas tersebut dalam mencapai tujuannya dan apakah tujuan

yang diinginkan telah dicapai dengan hasil yang memuaskan dengan sarana atau

peralatan yang digunakan.

2. Teori Dampak

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:310) dampak berarti pengaruh

kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Kemudian Anshori

(2012: 8) mengatakan bahwa ada beberapa pengertian mengenai dampak yaitu :

a. Dampak adalah pengaruh suatu kegiatan


28

b. Dampak adalah sesuatu yang bersifat objektif

c. Dampak merupakan sebuah konsep pengawasan internal sangat penting, yang

dengan mudah dapat diubah menjadi sesuatu yang dipahami dan ditanggapi

secara serius oleh manajemen.

d. Dampak adalah besarnya nilai yang kita tambahkan pada hidup atau dunia

seseorang.

e. Dampak merupakan pengaruh-pengaruh yang dimiliki pelayanan angkutan

umum terhadap lingkungan sekitar dan keseluruhan kawasan yang

dilayaninya.

f. Dampak adalah tingkat perusakan terhadap tata guna tanak lainnya yang

ditimbulkan oleh suatu pemanfaatan lingkungan tertentu.

g. Dampak adalah sesuatu yang muncul setelah ada suatu kejadian.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dampak

merupakan pengaruh atau akibat dalam setiap keputusan yang diambil oleh

seorang atasan biasanya mempunyai dampai tersendiri, baik itu dampak positif

maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari

sebuah pelaksanaan pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah

selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas sebuah

keputusan yang akan diambil.

3. Definisi Penggunaan

Menurut J.S.Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penggunaan adalah

hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali,
29

penggunaan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044). Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan merupakan sebuah

tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab

dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan

tersebut (Wahab, 1990: 45).

4. Proses Belajar Mengajar

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan

murid di mana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Dimyati dan

Mudjiono, 2006:3). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses

terjadinya interaksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan

waktu tertentu pula (Hamalik, 2006:162).

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara guru dan murid

dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai
30

tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu

tertentu.

5. Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar

Menurut Adrian (2000:25) dalam artikelnya yang berjudul “Metode

mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar

mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik,

tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi

pembelajaran. Adapun komponen proses belajar mengajar adalah :

1) Guru (Pendidik)

Sebagai dijelaskan oleh H.A.R. Tilaar yang dikutip oleh Suyanto

(2001:31), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam

guru yang professional, masing-masing itu adalah :

a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing

personality).

b. Mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik.

c. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan dan teknologi yang kuat, dan

d. Sikap profesionalnya berkembang secara bersinambungan.

Sedangkan menurut Wardiman Djojonegoro yang dikutip oleh Suyanto (2001:33),

guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu :

1) Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi

kerja;
31

2) Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan

kemampuan professional yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan

mengajar secara nyata.

3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, menunjukkan intensitas

waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas profesinya;

dan

4) Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, di sini guru dituntut untuk dapat

membelajarkan siswa secara tuntas dan benar.

Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi

pendidikan dan pengajaran terjalin interaksi antara murid dan guru. Interaksi ini

sesungguhnya merupakan interaksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru

sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.

Sehubungan dengan itu Sukmadinata (2004:252), menjelaskan fungsi / tugas

seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut :

a. Guru sebagai Pendidik dan Pengajar

Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak.

Dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti

individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergatung pada orang lain serta sudah

mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan dan mampu bersikap obyektif.

Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja

sama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral yaitu telah memiliki

seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku sesuai dengan

nilai-nilai yang menjadi pegangannya.


32

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan

intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan,

pemecahan masalah, latihan afektif dan keterampilan.

b. Guru sebagai Pembimbing

Selain seabgai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing.

Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan

mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka

perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak

mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.

Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para

siswanya, baik itu tentang segala potensi dan kelemahannya, masalah dan

kesulitan-kesulitannya. Serta segala latar belakangnya agar tercapai kondisi

seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih

dekat dan akrab, melakukan pendekatan serta mengadakan dialog-dialog secara

langsung.

Selain fungsi seorang guru/pendidik dalam proses pembelajaran juga

seorang guru dituntut memiliki sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang

guru adalah sebagai berikut (Sukmadinata, 2004:256-258).

a. Fleksibel, seorang guru adalah seorang yang telah mempunyai pegangan

hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik dalam nilai-

nilai maupun dalam ilmu pengetahuan. Guru juga harus bisa bertindak

bijaksana, terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat.


33

b. Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk

menerima kedatangan siswa, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi

diri.

c. Berdiri sendiri, seorang guru adalah seorang yang telah dewasa, ia telah

sanggup berdiri sendiri secara intelektual, sosial maupun emosional. Berdiri

sendiri secara intelektual, berarti ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk

mengajar juga telah memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dan

mengambil suatu putusan atau pemecahan masalah.

d. Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para

siswanya.

e. Tekun, pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik di dalam

mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun membina siswa sebagai

generasi penerus bagi kehidupan yang akan datang.

f. Melihat ke depan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus

bagi kehidupan yang akan datang.

g. Menerima diri, seorang guru selain bersikap realitis, ia juga harus mampu

menerima keadaan dan kondisi dirinya.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, seorang guru tidak hanya dituntut pengajar yang bertugas

menyampaikan materi pelajaran tertentu, tetapi juga harus berperan sebagai

pendidik. Dimyati dan Mudjiono (2006:41), mengatakan tugas seorang guru

adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan
34

sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar.

Prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

a. Perhatian dan motivasi, mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kegiatan belajar.

b. Keaktifan, anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu.

c. Ketertiban langsung / pengalaman, belajar haruslah dilakukan sendiri oleh

siswa.

d. Pengulangan, melatih daya-daya jiwa dan membentuk respon yang benar dan

bentuk kebiasaan-kebiasaan.

e. Tantangan, dalam belajar siswa tentu memiliki hambatan yaitu mempelajari

bahan belajar, maka timbullah motif yang mengatasi hambatan itu dengan

belajar.

2) Peserta Didik

Dimyati dan Mudjiono (2006: 22) dalam bukunya belajar dan

pembelajaran, mendefinisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlihat

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sedangkan menurut Aminuddin

Rasyad (2003:105). Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang

yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran

yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.


35

3) Tujuan Pembelajaran

Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku

yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti

perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behavior) yang

dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik dan gaya

hidup.

4) Gaya Hidup

Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program

pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainnya untuk menjabarkan

isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan,

semesteran dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan

pelajaran wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar

mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :

a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, operasional mudah terlihat, ketepatan

program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.

b. Program ini harus sederhana atau fleksibel.

c. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan

yang telah diterapkan.

d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya.

e. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program di sekolah

(Mulyasa, 2006:41).
36

5) Metode Mengajar

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh

pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada

cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka

siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga

diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya,

sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.

6) Media

Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh penggunaan media

pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang mengartikan secara

sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau alat peraga. Tapi ada pula yang

mengartikan secara luas termasuk juga sumber-sumber belajar selain buku, jurnal

perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.

7) Evaluasi

Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara

nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan (UU Sisdiknas 2003, Pasal 57). Sedangkan evaluasi

hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan

hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (pasal 58).


37

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Pelaksanaan proses belajar mengajar selayaknya berpegang pada apa

yang tergantung dalam perencanaan pembelajaran. Selanjutnya diterbitkan oleh

Depdiknas (2004:6) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PBM tersebut

antara lain :

a. Faktor guru, pada faktor ini yang perlu mendapat perhatian adalah

keterampilan mengajar. Metode yang tepat dalam mengelola tahapan

pembelajaran. Di dalam interaksi belajar mengajar guru harus memiliki

keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan

metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu yang untuk

mengkomunikasikan tindakan mengajarnya demi tercapainya tujuan

pembelajaran di sekolah.

b. Faktor siswa. Siswa adalah subyek yang belajar atau yang disebut pembelajar.

Pada faktor siswa yang harus diperhatikan adalah karakteristik umum maupun

khusus, karakteristik umum dari siswa adalah usia yang dikategorikan ke

dalam,

1) Usia anak-anak yaitu usia pra sekolah dasar (4 – 11 tahun)

2) Usia sekolah lanjutan pertama (12-14 tahun) atau usia pubertas dari setiap

siswa;

3) Usia sekolah lanjutan atas (15-17 tahun) atau usia mencari identitas diri.

Adapun karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat dari berbagai sudut

antara lain dari sudur lain, dari sudut gaya belajar yang mencakup belajar
38

dengan menggunakan visual, dengan cara mendengar (auditorial) dan

dengan cara bergerak atau kinestetik (Suprayekti, 2004:11).

c. Faktor kurikulum, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam

mengkoordinasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini yang menjadi titik

perhatia adalah bagaimana merealisasikan komponen metode dengan evaluasi.

d. Faktor lingkungan, lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan

konteks terjadinya pengalaman belajar.

7. Pelajaran Kimia

Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki

keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan satu sama lain dalam proses

pendidikan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada

penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan

tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah

lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada

guru dalam uoaya untuk membuat siswa dapat belajar.

Santrock dan Yussen (dalam Sugihartono, dkk, 2007:74) mendefinisikan

belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Rebber dalam Sugihartono, dkk (2007:74) mendefinisikan belajar dalam dua

pengertian yaitu :

1. Belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan, dan kedua, belajar sebagai

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan

yang diperkuat.
39

2. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedural yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik,

1994:57).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses,

cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Selain itu, beberapa ahli juga

telah mendefinisikan istilah pembelajaran tersebut. Pembelajaran merupakan

setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat

menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sudjana dalam

Sugihartono, dkk, 2007: 80). Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007:80)

mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik

sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya

ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium

dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patriia L. Smith

dan Tillman J. Ragan yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk

menfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik (Benny A. Pribadi, 2009:9). Suatu

proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu:

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek tersebut sangat

berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Aspek kognitif berkenaan

dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
40

yang lebih tinggi yakni evaluasi. Aspek kognitif difasilitiasi lewat berbagai

aktivitas penalaran dtujuan terbentuknya penguasaan intelektual. Aspek afektif

berkenaan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan

penyesuaian perasaan sosial. Aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan

dan kepekaan terhadap lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan

emosional. Sedangkan aspek psikomotorik berkaiatan dengan keterampila (skill)

yang bersifat manual atau motorik. Aspek psikomotorik dapat difasilitasi lewat

adanya praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan eksperimental

(Hamzah H. Uno, 2006:35). Ketiga aspek tersebut bilah dapat dijalankan dengan

baik akan membentuk kemampuan berpikir kritis dan munculnya kreatifitas.

Proses pembelajaran kimia merupakan interaksi aktif antara siswa, guru

dan materi pembelajaran dalam kegiatan pendidikan. Guru, metode, kurikulum

dan sarana disebut dengan faktor instrumental. Sedangkan faktor input dalam hal

ini adalah peserta didik. Selain dari faktor yang telah disebutkan, faktor lain yang

berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah faktor lingkungan baik

lingkungan alam, sosial dan budaya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan

pembelajaran kimia diperlukan kerja sama antar komponen-komponen tersebut.

Tujuan dan fungsi pembelajaran kimia di SMA/MA adalah sebagai

berikut (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 178):

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerja sama dengan orang lain.


41

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian

hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil

percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Meningkatkan kesadaran tentang kimia yang dapat bermanfaat dan juga

merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat.

5. Memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

8. Perangkat Pembelajaran Kimia

Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang

dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Suhadi,

(2007:24) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah

bahan, alat, media,petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru

dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat

pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi

pembelajaran di kelas.
42

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, “percakapan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian

hasil belajar.”

Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik

(LKPD), media powerpoint, dan handout. Dijelaskan sebagai berikut:

a. Silabus

Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar

mata pelajaran tertentu pada jenjang dna kelas tertentu, sebagai hasil dari

seleksi, pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Menurut

Yulaelawati, silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis

memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai

penguasaan kompetensi dasar (Abdul Majid, 2006:39).

Silabus dapat juga dikatakan sebagai pola dasar kegiatan pembelajaran

yakni menguraikan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

penilaian, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Silabus dapat dilakukan pengembangannya oleh para guru secara

mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah atau beberapa sekolah,

kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan


43

Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pada umumnya suatu silabus memuat

sekurang-kurangnya komponen: identifikasi, standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu,

media (sumber/bahan/alat). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam

pengembangan pembelajaran,seperti pembuatan rencana pembelajaran,

pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang

berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan

dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk

mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (UPPL UNY, 2011:7).

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimaksudkan

untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat difungsikan sebagai pengingat bagi

guru mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan, mengenai media yang akan

digunakan, strategi pembelajaran yang dipilih, sistem penilaian yang akan

digunakan, dan hal-hal teknis lainnya. Komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran meliputi: identitas, indikator, tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber

belajar dan penilaian hasil belajar.


44

Langkah-langkah penyusunan RPP adalah sebagai berikut :

1. Mengisi Identitas. Identitas memuat nama mata pelajaran, sekolah,

kelas/semester, alokasi waktu, dan standar kompetensi serta kompetensi

dasar.

2. Merumuskan indikator. Indikator merupakan penanda pencapaian

kompetensi dasar yang ditandari oleh perubahan perilaku yang dapat

diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,

satuan pendidikan, potensi daerah, dan dirumuskan dalam kata kerja

operasional yang terukur dan atau teramati.

3. Merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berisi penguasaan

kompetensi yang operasional yang ditarget/dicapai dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam

bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.

4. Mengidentifikasi materi pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi

yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi

pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada

dalam silabus.

5. Menentukan metode pembelajaran. Metode dapat diartikan sebagai cara,

dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran,

bergantung pada karakteristik pendekatan atau strategi yang dipilih.

6. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah

pembelajaran memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti,


45

dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompetensi dasar.

7. Menentukan sumber belajar. Pemilihan sumber belajar mengacu pada

perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan

pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkunga, media,

narasumber, alat dan bahan.

c. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

Lembar kegiatan peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh siswa (Abdul Majid, 2006:176). LKPD berisi

informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu

kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil

belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kegiatan peserta didik dapat berupa

panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk

pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen

atau demonstrasi (Trianto, 2009:222). Dalam LKPD, materi pelajaran biasanya

tidak disampaikan atau poin-poin penting saja. Lembar Kegiatan Peserta Didik

memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai

indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009:223).


46

Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa LKPD, Depdiknas (2008)

menguraikan rambu-rambunya, bahwa LKPD akan memuat paling tidak: judul,

kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas

yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

1. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi

pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa.

2. Menyusun peta kebutuhan LKPD. Peta kebutuhan LKPD berguna untuk

mengetahui jumlah kebutuhan LKPD dan urutan LKPD.

3. Menentukan judul LKPD. Judul LKPD harus sesuai dengan KD, materi pokok

dan pengalaman belajar.

4. Penulisan LKPD. Langkah-langkahnya :

a. Perumusan KD yang harus dikuasai,

b. Menentukan alat penilaian,

c. Penyusunan materi dari berbagai sumber,

d. Memperhatikan struktur LKPD, yang meliputi: judul, petunjuk belajar,

kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-

langkah kerja, dan penilaian.

Keuntungan adanya Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah

memudakan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sementara bagi siswa dapat

sebagai sumber belajar mandiri dalam memahami dan menjalankan suatu tugas

tertulis. Dalam menyiapkan LKPD, guru harus cermat serta memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang memadai, karena sebuah LKPD harus memenuhi paling
47

tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya seluruh kompetensi dasar

yang harus dikuasai oleh siswa (Abdul Majid, 2006:177).

d. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar. Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (2004:

3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,

materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuati siswa mampu

memperoleh pengetahua, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,

buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-

alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Sementara itu, menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad

(2004:5), media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape

recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,

gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2004:15) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan


48

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,

media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,

dan memadatkan informasi.

Sementara itu Sudjana & Rivai dalam Azhar Arsyad (2004:24)

mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih kelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pengajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengahjar pada setiap jam

pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Azhar Arsyad (2004:175) kriteria dalam menilai media

pembelajaran yang berdasarkan pada kualitas :


49

a. Mendukung pencapaian kompetensi dasar

b. Mendukung pencapaian indikator

c. Mengacu pada ranah kognitif

d. Relevan dengan isi materi

e. Tidak menimbulkan salah konsep,

f. Mendukung pemahaman materi

g. Kemampuan mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran,

h. Tampilan huruf dan gambar jelas

i. Kesesuaian waktu dengan penggunaan media,

j. Informasi/pesan disampaikan jelas,

k. Informasi/psan disampaikan berurutan, dan

l. Ilustrasui/sketsa atau gambar mengarah pada pemahaman konsep yang

dijelaskan

e. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout termasuk salah satu media ajar

cetak (printed). Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita

atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan

yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar, biasanya

diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang

diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta

didik. Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
50

Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat

mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru (Abdul Majid,

2006:175).

9. Materi Ikatan Kimia

Pada penelitian ini, materi pokok yang dikembangkan untuk ditulis atau

dikemas dalam bentuk perangkat pembelajaran adalah materi Ikatan Kimia.

Materi yang dikembangkan ini termasuk dalam standar kompetensi mata pelajaran

Kimia SMA/MA untuk kelas X semester 1 yaitu memahami struktur atom untuk

meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat-sifat

senyawanya.

Materi ini dikembangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran agar

memenuhi kompetensi dasar yang telah ditetapkan yaitu :

1) Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori

hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul, dan

2) Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar molekul) dengan sifatnya.

Atom unsur membentuk molekul senyawa dengan berikatan satu sama

lainnya. Ikatan tersebut dapat berupa ikatan kovalen yang terbantuk karena

mempunyai pasangan elektron yang digunakan bersama.

Elektron yang digunakan bersama itu ditarik oleh kedua inti atom yang

berikatan, sehingga kedua atom itu menjadi saling terikat. Atom-atom yang

berikatan secara kovalen akan menghasilkan molekul-molekul yang dapat bersifat

polar atau non-polar. Kepolaran molekul ini dipengaruhi oleh kepolaran ikatan-
51

ikatan kovalen di dalam molekul dan bentuk molekul. Bentuk molekul dapat

diramalkan menggunakan teori domain elektron dan teori hidridisasi. Dalam suatu

molekul juga bekerja suatu jenis gaya yang mempersatukan molekul yang satu

dengan molekul yang lain yang disebut gaya antar molekul. Gaya antar molekul

tersebut adalah gaya London, gaya tarik dipol-dipol, dan ikatan hidrogen.

Gaya-gaya ini berpengaruh terhadap sifat fisis zat seperti titik didih dan

titik leleh.

a. Gaya Geometri

Molekul geometri (bentuk) molekul berkaitan dengan susunan ruang

atom-atom dalam molekul. Geometri molekul adalah geometri di sekitar atom

pusat apabila pasangan elektron diganti oleh ikatan atom-atom atau susunan atom.

Geometri molekul dapat ditentukan dengan teori domain elektron dan

teori hibridisasi

1) Teori Domain Elektron

Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan geometri molekul

berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori

ini merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR (valence shell electron

pairrepulsion). Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah

keberadaan elektron. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut.

a) Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga)

merupakan satu domain.

b) Setiap pasangan elektron bebas merupakan satu domain.


52

2) Teori hidridisasi. Pada pembentukan ikatan kovalen, terjadi penyamaan

tingkat energi orbital-orbital yang disebut hibridisasi. Pencampuran orbital-

orbital yang berbeda dari atom yang sama membentuk orbital-orbital baru

yang tingkat energinya hampir sama membentuk orbital-orbital baru yang

berbentuk dari proses hibridisasi disebut orbital hibrida. Proses hibridisasi

berlangsung dalam tahap-tahap berikut.

a) Elektron mengalami promosi atau perpindahan ke orbital yang tingkat

energinya lebih tinggi,

b) Orbital-orbita bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida

yang ekuivalen.

b. Gaya Antarmolekul

1) Gaya London

Gaya London adalah gaya yang ditimbulkan gaya tarik-menarik antara dipol

sesaat dengan dipol terimbas. Gaya London terjadi pada gas mulia dan

molekul-molekul diatomik, seperti H2, N2 dan Cl2. Ikatan dipol sesaat sangat

lemah, tetapi ikatannya akan bertambah kuat dengan bertambahnya elektron,

sehingga titik didih makin tinggi.

2) Gaya Tarik Dipol-Dipol

Gaya tarik dipol-dipol hanya berlaku untuk molekul-molekul yang bersifat

polar, karena pada molekul-molekul polar terdapat dua kutub positif (+) dan

negatif (-) yang merupakan dipol permanen. Dipol-dipol tersebut akan saling
53

tarik menarik terhadap kutub-kutub dengan muatan berlawanan dan akan

saling tolak menolak terhadap kutub yang sejenis.

c. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidron adalah ikatan yang terbentuk antara molekul-molekul yang

sangat polar dan mengandung atom hidrogen. Kutub positif pada kedudukan H

berikatan dengan kutub negatif pada kedudukan atom yang keelektronegatifannya

besar, seperti fluorin, oksigen, dan nitrogen. Contohnya ikatan antara sesama

molekul H2O, HF dan NH3.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan Ismaryati pada

tahun 2006 tentang Pengembangan Paket Media Pembelajaran Ikatan Kimia

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Proses Pembelajaran Kimia

SMA/MA kelas X semester 1. Berdasarkan penelitian tersebut dihasilkan Paket

Media Pembelajaran Ikatan Kimia Kelas X Semester 1 berupa media hardware

dan media flash. Kualitas paket media pembelajaran yang telah disusun

berdasarkan penilaian reviewer adalah sangat baik dengan skor rata-rata 81,89

untuk media hardware dan skor rata-rata 107,48 untuk media flash.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Shin

Queena Nimas Caesaar pada tahun 2011 tentang Pengembangan Perangkat dan

Pemodelan Pembelajaran Kimia SMA/MA Materi Kesetimbangan Kimia dengan

Pendekatan Inquiry Based Learning. Berdasarkan penelitian tersebut, dihasilkan


54

perangkat pembelajaran materi kesetimbangan kimia yang berupa RPP, LKPD,

handout, dan media pembelajaran. Kualitas perangkat pembelajaran yang

dihasilkan berdasarkan penilaian 5 pendidik kimia ditinjau dari komponen RPP,

LKPD, handout, dan media pembelajaran adalah sangat baik (SB) dengan

presentase keidealatan tiap komponen sebesar 92%; 92,36%, 91,43%; 89,75%.

Kualitas permodelan pembelajaran kimia SMA/MA berdasarkan penilaian 2 ahli

teknologi pembelajaran kimia adalah baik (B) dengan persentase keidealan

sebesar 78,13%. Relevansi penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang

dilakukan adalah dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu berupa

RPP, LKPD, handout, dan media pembelajaran berupa powerpoint. Selain itu,

prosedur penelitian yang saya lakukan juga sama dengan penelitian-penelitian di

atas.

Perbedaannya yaitu terletak pada materinya. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Shin Queena Nimas Caesaar perangkat pembelajaran yang

dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia. Selain itu, pada penelitian

tersebut juga dikembangkan permodelan pembelajaran, sementara pada penelitian

saya hanya mengembangkan alat peraga perangkat pembelajaran. Ismaryati

menyusun paket media pembelajaran untuk materi Ikatan Kimia pada Kimia

SMA/MA Kelas X Semester 1 dan paket media pembelajaran yang disusun

tersebut berdasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) serta

spesifikasi produk yang diharapkan juga sedikit berbeda, sedangkan penelitian

saya untuk materi ikatan kimia kelas XI dan berdasarkan pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


55

Istiningatul Baiti, yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Peraga sebagai

Media Pembelajaran Kimia Kelas X SMA Ma’arif NU I Sirau Kabupaten

Banyumas pada Pokok Bahasan Struktur Atom”. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan

alat peraga dapat meningkatkan minat dan prestasi peserta didik. Peningkatan

minat peserta didik ditunjukkan dengan kenaikan rerata minat belajar peserta

didik dari 78,8% (pada siklus I) menjadi 84,55% (pada siklus II). Peningkatan

prestasi peserta didik ditunjukkan dengan adanya nilai effect size antar siklus

18,5. Hal ini berarti alat peraga efektif digunakan sebagai media pembelajaran

kimia peserta didik kelas X SMA Ma’arif NU I Sirau Kabupaten Banyumas pada

pokok bahasan struktur atom tahun pelajaran 2010/2011.

C. Kerangka Pemikiran Penelitian

Keberhasilan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran

memerlukan adanya kesiapan dari guru itu sendiri. Sebelum memulai memberi

pelajaran, seorang guru diharapkan dapat mempersiapkan bahan ajar yang akan

diajarkan, pertanyaan-pertanyaan yang dapat mempersiapkan bahan ajar yang

akan diajarkan, pertanyana-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk

berpikir dan belajar aktif, mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan

dipergunakan, mempelajari kesiapan siswa, serta memberikan pertanyaan-

pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Persiapan-persiapan

tersebut dapat dilakukan dengan membuat suatu perangkat pembelajaran. Dengan

adanya perangkat pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dalam


56

menyampaikan materi pelajaran agar tetap sasaran dan sesuai dengan

direncanakan. Peranan perangkat pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran

kimia sangat penting, karena merupakan suatu upaya dari seorang guru untuk

mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan dan menyusun strategi

pembelajaran yang akan diterapkan serta pemilihan media yang tepat untuk proses

pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan implementasi dari

pengembangan kurikulum, sehingga dalam pengembangan perangkat

pembelajaran harus sesuai dengan isi yang ada dalam kurikulum yang sedang

berlaku.

Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini, maka

adanya perangkat pembelajaran yang mencerminkan keterlaksanaaan KTSP ini

sangat diperlukan, khususnya untuk mata pelajaran kimia. Materi pembelajaran

ikatan kimia merupakan materi pembelajaran yang relatif rumit karena memuat

konsep-konsep yang abstrak dan relatif sulit untuk dipahami dalam waktu singkat.

Dengan demikian, adanya perangkat pembelajaran yang dapat menjelaskan

konsep-konsep yang abstrak tersebut menjadi lebih realistik sangat diperlukan.

Dengan demikian materi tersebut menjadi mudah untuk dipahami oleh siswa.

Perangkat pembelajaran ini dibuat agar dapat digunakan dan diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran kimia sebagai media pembelajaran dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama untuk mata pelajaran kimia. Perangkat

pembelajaran yang dibuat meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), media powerpoint dan handout.

Perangkat pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang


57

berlaku, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Produk yang

dihasilkan diharapkan memiliki kualitas yang baik sehingga dapat digunakan dan

diterapkan dalam menunjang proses pembelajaran kimia.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu melalui ciri-ciri rasional, emperis dan

sistematis. Rasional berarti dapat di mengerti akal dan penalaran manusia,

sedangkan emperis memberikan kerangka pengujian yang dapat diamati indera

manusia. Adapun sistematis adalah sesuatu yang bersifat logis Sugiyono (2004:1).

Metode penelitian administrasi dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang

digunakan untuk mendapatkan data obyektif, valid dan reliabel, dengan tujuan

dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga

akan dapat digunakan untuk bisa memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah.

A. Perspektif Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data

primer dan sekunder. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000:5),

metode penelitian kualitatif adalah :

Prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif

lebih menekankan pada makna dan proses yang merupakan hal yang emosional

serta latar belakang alami (natural setting) yang digunakan sebagai sumber data

langsung sebagai instrumen kunci.

58
59

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan, yang diamati adalah orang-orang dan perilakunya, peneliti sebagai

instrumen kunci. Sumber data adalah latar belakang alamiah, analisis data

dilakukan secara induktif dan hasilnya lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat penelitian ini akan dilakukan untuk menganalisis kegiatan

penerapan metode Student Teams Achievement Division maka ruang lingkup

penelitian ini adalah mengkaji masalah efektifitas penggunaan alat peraga pada

mata pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan

Komering Ulu.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah efektifitas penggunaan alat peraga

pada mata pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan

Komering Ulu.

Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2004;20) variabel adalah

atribut dari seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang

dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
60

1. Definisi Konseptual

Definisi konsep dalam penelitian ini meliputi :

a. Efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan dari suatu

organisasi / instansi pemerintah dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang

didasarkan pada input, proses pelaksanaan, output.

b. Penggunaan adalah sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu

maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan.

c. Alat peraga adalah gambar-gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.

Sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif dan

menyenangkan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana

caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang mau membantu

penelitian yang ingin menggunakan variabel yang sama. Adanya definisi

operasional dalam penelitian ini lingkupnya konsep efektifitas dengan melihat

system yang ada pada organisasi yang dikemukakan oleh Richard M. Steer yang

dikutip oleh Sunarto (2000:335) bahwa unsur-unsur efektifitas meliputi tiga

komponen yaitu :

a. Input sebagai langkah awal dalam pelaksanaan penerapan metode picture dan

picture dalam mata pelajaran Kimia. Input dalam penelitian ini meliputi
61

sumber daya manusia, biaya dan sarana yang digunakan untuk melaksanakan

penerapan.

b. Throughput sebagai dasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam

penelitian troughput meliputi proses penerapan metode Student Teams

Achievement Division dalam mata pelajaran Kimia, motivasi kerja guru,

peranan guru dan standar kinerja guru.

c. Output yang merupakan hasil dari Penggunaan Alat Peraga pada mata

pelajaran kimia.

Tabel 1

Definisi Operasional Variabel

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR


1. Sumber Daya Manusia
Input 2. Dana
3. Sarana & Prasarana
1. Penggunaan alat peraga dalam mata
pelajaran Kimia
Efektivitas 2. Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
Penggunaan Alat bersangkutan
Peraga pada Mata 3. Menyajikan materi sebagai pengantar
Pelajaran Kimia Proses 4. Motivasi pembelajaran
5. Pembentukan kelompok
6. Melakukan inovasi
7. Dasar pemikiran determinasi
bergambar
8. Menanamkan konsep / materi
1. Meningkatkan keterampilan siswa
Output
2. Meningkatnya pengetahuan siswa
Sumber : Richard M. Steers (2000)

A. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu SMA Negeri 5

OKU dan SMA Kurnia Jaya Batumarta.


62

B. Informan

Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Peneliti

akan memilih informan yang dipandang tepat dalam memberikan informasi yang

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga kemungkinan pilihan informan dapat

berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam

memperoleh data (Patton, 1990).

Informan adalah seseorang yang mengetahui suatu persoalan atau

permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat,

dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat

membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut. Dalam

penelitian ini, informan tersebut adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran

Kimia di SMA Negeri 5 OKU, pengawas pembina sekolah, dan siswa.

1. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 OKU

2. Wakasek Kurikulum SMA Negeri 5 OKU

3. Guru Kimia Kelas X SMA Negeri 5 OKU berjumlah 2 orang

4. Guru Kimia Kelas X SMA Kurnia Jaya Batumarta berjumlah 1 orang

5. Guru Kimia di Rayon 1 OKU 3 Orang

6. Siswa kelas X SMA Negeri 5 OKU berjumlah 3 orang.

7. Siswa kelas X SMA Kurnia Jaya Batumarta berjumlah 3 orang.


63

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua

jenis data yaitu:

a. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif

yang diangkakan.

b. Data kualitatif adalah data dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis, yaitu:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung dari SMA Negeri 5 OKU sebagai sumber data. Sumber data

primer dalam penelitian ini di dapat dari sumber data utama yaitu

informan kunci (key informant), dokumentasi, hasil wawancara dan

observasi langsung ke SMA Negeri 5 OKU.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain atau data yang

telah dioleh pihak lain seperti buku, dokumen, peraturan, jurnal dan

literatur lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting

demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara


64

mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan

berbagai cara. Di lihat dari settingnya, data dikumpulkan pada setting alamiah.

Bila dari sumber datanya, pengumpulan data menggunakan sumber primer, dan

sumber sekunder. Dilihat dari segi cara maka dilakukan dengan observasi,

wawancara, angket, dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Data berperan penting dalam penelitian, yaitu dengan adanya data, suatu

teori atau hipotesis yang telah dirumuskan akan dapat diterima atau ditolak,

terutama untuk menjelaskan dan mendukung terhadap pertanyaan yang telah

dirumuskan pada bab satu di depan.

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini meliputi,

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan

mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.

Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu informasi (apa

yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di sekitarnya) sebagai proses

pencarian makna. Dengan pengamatan ini diharapkan dapat mencatat peristiwa

dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data; memahami situasi sulit yang

berkembang di lapangan; dan sebagai recheck data yang ada sebagaimana

dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2001:125-126).


65

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tanya

jawab antara dua orang yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan

penelitian (Hadi, 1993:193). Teknik tanya jawab berlangsung melalui kontak

secara langsung, baik secara lisan maupun tatap muka dengan informan. Dalam

penelitian kualitatif digunakan pedoman wawancara mendalam yang berarti

pertanyaan telah disiapkan sebelumnya, tetapi daftar pertanyaan tidak mengikuti

jalannya wawancara. Daftar wawancara digunakan agar arah wawancara tetap

terkendali dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan penelitian.

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan para informan dan unit

terkait yang mengetahui serta mengenal dengan baik mengenai berbagai hal yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

wawancara langsung dengan informan, karena data diperoleh dengan

mendengarkan jawaban informan atas pertanyaan dari peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan data baik berupa bahan tertulis maupun dalam bentuk gambar

yang dapat digunakan untuk memperluas data yang ada. Oleh karena dengan

gambar sesuatu yang diselidiki dapat dilihat dengan jelas. Teknik ini digunakan

untuk memperoleh landasan penulisan ilmiah, termasuk hasil penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dimiliki untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.


66

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisis model

interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman (1992:15). Teknik analisis data model interaktif berlangsung dalam

tiga tahap berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara ke

dalam bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya dilakukan

reduksi atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok penelitian dengan

tujuan untuk mendapatkan data penting yang hanya berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama

penelitian berlangsung sehingga dapat disusun hasil wawancara secara lengkap.

2. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dibuat guna memudahkan peneliti dalam

melihat keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian khusus dari hasil

wawancara. Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam bentuk teks

naratif (kumpulan kalimat) yang dirancang guna menggabungkan informasi yang

tersusun dalam bentuk yang mudah dibaca atau diinterpretasikan. Dengan cara ini

penelitian dapat melihat apa yang sedang terjadi dan dapat menarik kesimpulan

secara tepat.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


67

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

penelitian dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data secara

terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada penelitian ini, kegiatan

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta

verifikasi merupakan suatu siklus kegiatan yang interaktif dan komprehensif yang

dilakukan secara teliti dan rinci sehingga diperoleh hasil penelitian yang akurat.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan

Gambar 2
Analisis Model Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman, 1992.

I. Rencana Sistematika Laporan

Untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai penulisan

laporan penelitian ini, maka dijabarkan sedemikian rupa dalam bentuk sistematika

pembahasan dengan mengelompokkan ke dalam 6 (enam) bab, sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.


68

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan konsep yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas yaitu efektifitas

penggunaan alat peraga pada mata pelajaran Kimia di Sekolah Menengah

Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini menjelaskan tentang perspektif pendekatan penelitian,

ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, unit analisis, informan,

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data

dan rencana sistematika laporan.

BAB IV : Deskripsi Wilayah Penelitian

Pada bab ini memuat gambaran umum atau keadaan umum lokasi

penelitian.

BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini memuat penjelasan dari semua hasil penelitian yang

relevan dengan menganalisis masalah, tujuan dan hipotesis penelitian

secara deskriptif dan korelasional.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran yang merupakan sintesis

atau generalisasi dari pembahasan dalam penelitian.


BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah

a) SMA Negeri 5 OKU

SMA Negeri 5 OKU berdiri pada tahun 2001. Awalnya berlokasi di SMP

Negeri 1 Baturaja. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan siang hari,

dengan Kepala Sekolah Drs. Siti Aminah. Kemudian pada tahun 2003 menempati

gedung eks SD Negeri 13 Baturaja dan eks gedung SD Negeri 3 Baturaja seluas

3.120 meter persegi dengan sertifikat nomor 04.08.14.02.4.00013 dan sejak

September 2004 administrasi data persekolahan, SMA Negeri OKU dengan

Nomor Identitas Sekolah ( NIS ) No. 30 005 1 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS)

nomor 30 1 11 03 01 005 dan beralamat di Jl. Dr. AK. Gani Nomor 439 Baturaja

OKU.

Seiring berjalanya waktu, SMA Negeri 5 OKU mengalami banyak

kemajuan, baik bidang sarana prasarana, prestasi akademik siswa maupun

kegiatan ekstrakulikuler (seni dan olahraga). Semua ini berkat kerjasama

stakeholder sekolah.

Selama 8 ( delapan ) tahun berdirinya SMA Negeri 5 OKU telah

mengalami 4 ( empat ) pergantian Kepala Sekolah. Mulai kepemimpinan Ibu

Dra. Siti Aminah, Bapak Drs. Yarin, Bapak Drs. Mirzal dan Bapak H. Hasbullah,

S.Pd. hingga sekarang dan pada tahun 2009 ini SMA Negeri 5 OKU bersama

69
70

delapan SMA di Kabupaten OKU diprogramkan menjadi Rintisan Sekolah

Kategori Mandiri (RSKM).

Semoga di masa yang akan datang SMA Negeri 5 OKU dapat lebih baik

lagi menghasilakn lulusan yang mampu bersaing di era globalisasi serta memiliki

iman dan taqwa yang baik.

Tabel 4.1

Keadaan Guru dan Pegawai SMA Negeri 5 OKU

Pendidikan
No Jabatan Jumlah
SLTA D.III S.1 S.2
1 Kepala Sekolah - - 1 - 1
2 Guru - 1 54 22 57
3 Penjaga 4 - - - 4
Jumlah 4 1 55 2 62
Sumber : SMA Negeri 5 OKU 2017

Jumlah ruangan belajar dan siswa tahun 2016/2017 terdiri dari kelas X,

XI, XII masing-masing 5 dan 5 rombongan belajar. jumlah kelas X adalah 200

orang, jumlah kelas XI adalah 200 orang dan kelas XII dalah 184 orang.

Keseluruhan jumlah siswa SMA Negeri 5 OKU adalah 584 orang.

Tabel 4.2
Keadaan Siswa SMA Negeri 5 OKU

Rombongan Jenis Kelamin


No Kelas Jumlah
Belajar Laki-Laki Perempuan
1 X 5 61 139 200

2 XI 5 81 119 200

3 XII 5 69 115 184


Sumber : SMA Negeri 5 OKU 2017

Tabel 4.3
71

Keada sarana dan Prasarana SMA Negeri 5 OKU


No Sarana Prasarana Jumlah Kondisi
1 Kantor 1 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang Kelas / Belajar 15 Baik
4 Laboratorium Komputer 1 Baik
5 Laboratorium Fisika 1 Baik
6 Laboratorium Biologi 1 Baik
7 Perpustakaan 1 Baik
8 Lapangan Olahraga 1 Baik
9 WC / Kamar Mandi 3 Baik
10 Meja / Bangku Siswa 3 Baik
11 Alat Olahraga 540 Baik
12 Ruang wakil Kepsek 6 set Baik
13 Rumah BK 1 Baik
14 Ruang Tata Usaha 1 Baik
15 Ruang OSIS 1 Baik
16 Mushollah 1 Baik
17 Ruang Multimedia 1 Baik
Sumber : SMA Negeri 5 OKU 2017

b) SMA Kurnia Jaya Batumarta

SMA Kurnia Jaya didirikan tahun 2001 di bawah naungan yayasan Kurnia

Jaya mulai tahun 2004 beralih pembinaan ke yayasan Nurul Falah sampai dengan

sekarang. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan pada sore hari dengan

Kepala Sekolah Ainal, BA beralamat di jl. Poros Batumarta 1 Kilometer 3,5

Kabuopaten Ogan Komering kode Pos 32152 Ulu dengan luas tanah 7950 meter

pesegi.

Sesuai daya visi dan misi yayasan Nurul Falah SMA Kurnia Jaya

menjalankan amanat untuk membantu masyarakat dengan menyedikan layanan

pendidikan tingkat SMA yang refresentatif, murah dan terjangkau bagi warga

masyarakat di Batu Marta 1 dan sekitarnya. memiliki laboratorium IPA,

Perpustakaan dan ruang belajar komputer.


72

2. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

a) VISI

MENUJU INSAN BERPRESTASI, BERBUDI PEKERTI DAN

BERBUDAYA BERDASARKAN IMAN DAN TAKWA

Indikator :

 Kelulusan siswa kelas XII menjadi 100%

 Lulusannya diterima di Perguruan Tinggi mencapai 25%.

 Mengikuti kejuaraan tingkat provinsi di bidang ekstrakurikuler

 Tidak ada pencurian, narkoba, pornografi dan perkelahian di

lingkungan sekolah

 Siswa berpakaian seragam dan rapi, tidak ada siswa yang terlambat,

tidak ada siswa yang minggat dan kebersihan terpelihara dengan baik

b) MISI :

1. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan di dukung

sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

2. Meningkatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk membina

motivasi dan prestasi siswa.

3. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dengan memberikan

kesempatan siswa mengikuti kejuaraan tingkat Kabupaten dan Provinsi.

4. Meningkatkan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan ssiwa di

sekolah, di rumah dan di masyarakat.


73

5. Menegakkan tata tertib siswa untuk meningkatkan pembiasaan budaya

rapi, bersih dan taat aturan.

c) TUJUAN

Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional ialah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

d) SASARAN

1. Kehadiran guru, karyawan dan siswa mencapai 90%

2. Penambahan 2 lokal belajar dan mobilernya.

3. Penambahan 1 ruang perpustakaan dengan dilengkapi fasilitasnya

4. Pemberdayaan laboratorium IPA

5. Pengadaan alat-akat penunjang kegiatan ekstrakurikuler

e) FASILITAS

1. Kelas

2. Perpustakaan

3. Laboratorium Biologi

4. Laboratorium Fisika

5. Laboratorium Kimia

6. Laboratorium Komputer
7. Laboratorium Bahasa

f) Ekstrakurikuler

SMA Negeri 5 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya,

1. Paskibra

2. PMR
74

3. Rohis

4. Teater

B. Struktur Organisasi

KEPALA SEKOLAH

KEPALA TATA USAHA

WAKIL KURIKULUM
WAKIL KESISWAAN WAKIL SARANA WAKIL HUMAS

WALI KELAS

GURU-GURU BIMBINGAN KONSELING GURU-GURU MATA PELAJARAN

C. Uraian Tugas dan Tanggaung Jawab

1. Kepala Sekolah

Berfungsi sebagai pimpinan, administrator dan supervisor

1. Kepala Sekolah selaku pimpinan mempunyai tugas:

a. Menyusun perencanaan

b. Mengorganisasikan kegiatan

c. Mengarahkan kegiatan

d. Mengkoordinasikan kegiatan
75

e. Melaksanakan pengawasan

f. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan

g. Menentukan kebijaksanaan

h. Mengadakan rapat

i. Mengambil keputusan

j. Mengatur proses belajar mengajar

k. Mengatur administrasi: kantor, siswa, pegawai, perlengkapan dan

keuangan (RAPBS)

l. Mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

m. Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat, perguruan tinggi dan

dunia usaha

2. Kepala Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi:

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pengarahan

d. Pengkoordinasian

e. Pengawasan

f. Kurikulum

g. Kesiswaan

h. Kantor

i. Kepegawaian

j. Perlengkapan
76

k. Keuangan

l. Perpustakaan

m. Laboratorium

n. Ruang keterampilan / kesenian

3. Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi

mengenai :

a. Kegiatan belajar mengajar

b. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan / bimbingan karier

c. Kegiatan ekstrakurikuler

d. Kegiatan ketatausahaan

e. Kegiatan kerjasama dengan masyarakat, perguruan tinggi dan dunia usaha.

2. Wakasek Kurikulum

Mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program pengajaran

b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pembelajaran

c. Menyusun jadwal ulangan mid semester, semester, kenaikan kelas dan ujian

akhir sekolah.

d. Menyusun dan menerapkan kriteria persyaratan naik/tidak naik kelas dan

kriteria kelulusan

e. Mengatur jadwal penerimaan buku laporan pendidikan dan STK

f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan perangkat pembelajaran


77

g. Membina kegiatan MGMP

h. Melaksanakan pemilihan guru teladan

i. Membina kegiatan lomba-lomba siswa yang bersifat akademik

j. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pembelajaran seara berkala

3. Wakasek Urusan Kesiswaan

a. Menyusun program pembinaan kesiswaan

b. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS

dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan

pengurus OSIS

c. Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi

d. Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidentil

e. Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketersediaan,

kerindangan, keindahan dan kekeluargaan.

f. Melaksanakan pemilihan siswa teladan dan calon siswa penerimaan beasiswa

g. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dan kegiatan luar

sekolah.

h. Mengatur mutasi siswa

i. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.

4. Wakasek Hubungan Masyarakat

Mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dan orang tua /wali siswa

b. Mengatur hubungan antar sekolah dengan komite sekolah


78

c. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga

pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha dan lembaga sosial

d. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.

5. Wakasek Sarana Prasarana

Mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana

b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana prasarana

c. Pengelolaan pembiayaan alat-alat pengajaran

d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana prasarana secara berkala.

6. Guru

Guru bertanggung jawab keapda Kepala Sekolah dan mempunyai tugas

melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan

tanggung jawab guru meliputi :

a. Membuat program pembelajaran tahunan dan semesteran

b. Menyusun dan mengembangkan silabus

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

d. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar

e. Membuat media/alat peraga pembelajaran

f. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

g. Melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar

h. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar


79

i. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan/remedial

j. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

k. Melaksanakan tugas tertentu dari sekolah

l. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung

jawabnya.

m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa

n. Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran

o. Mengontrol kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum sebelum mengajar

p. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.

7. Wali Kelas

Wali Kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai

penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi :

a. Denah tempat duduk

b. Papan absensi siswa

c. Daftar pelajaran kelas

d. Daftar piket kelas

e. Buku absensi kelas

f. Buku kegiatan belajar mengajar

g. Tata tertib kelas

h. Penyusunan/pembuatan statistik bulanan siswa

i. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (legger)

j. Pembuatan catatan khusus tentang siswa


80

k. Pencatatan mutasi siswa

l. Pengisian buku laporan pendidikan (rapor)

m. Pembagian buku laporan pendidikan (rapor)

8. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan sebagai

berikut :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan penyuluhan/karir

b. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

c. Memberikan layanan bimbingan penyuluhan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutkan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.

e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan / karir

f. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan penyuluhan / karir

g. Melaksanakan kegiatan analisa hasil evaluasi belajar praktik atau pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan.

h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

penyuluhan karir.

i. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan penyuluhan/karir.

9. Perpustakaan Sekolah
81

Mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Perencanaan pengadaan buku/bahan pustaka

b. Pengurusan pelayanan perpustakaan

c. Perencanaan pengembangan perpustakaan

d. Pemeliharaan dan perbaikan buku/bahan pustaka

e. Inventarisasi dan pengadministrasian buku-buku/bahan pustaka

f. Penyimpanan buku-buku perpustakaan

g. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala

10. Laboratorium

Mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Perencanaan pengadaan sarana praktik/bahan praktik

2. Perencanaan pengembangan laboratorium

3. Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat praktikum

4. Inventarisasi alat-alat praktikum

5. Penyimpanan alat-alat praktikum

6. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium secara berkala.

11. Tata Usaha

Mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Penyusunan program tata usaha sekolah

b. Pengelolaan keuangan sekolah

c. Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa


82

d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah

e. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah

f. Penyusuan dan penyajian data/statistik sekolah

g. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 6K

h. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan kepengurusan ketatausahaan secara

berkala.

12. Koordinator MGMP & OSN

Mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan MGMP

b. Mengkoordinasikan pembentukan kelompok-kelompok OSN

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan bimbingan OSN

d. Memilih dan menentukan wakil sekolah dalam OSN

e. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan MGMP dan OSN secara berkala

13. Koordinator Masjid dan Ekstrakurikuler

Mempunyai tugas sebagai berikut :


a. Mengkoordinasikan pelaksanaan shalat jumat dan berjamaah

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

c. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan salat jumat dan berjamaah serta

kegiatan ekstrakurikuler secara berkala


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian mengenai Efektifitas

Penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu.

Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih empat bulan dengan

menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi secara langsung dan

wawancara mendalam dengan beberapa informan yang berkaitan dengan

penelitian ini, akhirnya peneliti berhasil memperoleh data yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif kualitatif dengan bantuan data kuantitatif dengan

pertimbangan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk memperoleh

gambaran efektifitas penggunaan alat peraga pada mata pelajaran Kimia di

Sekolah Menengah Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu. Teknik

pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi secara

langsung terhadap informan yang bersangkutan dan informan dalam penelitian ini,

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri 5 OKU, pengawas

pembina sekolah dan siswa.

1. Sumber Daya Manusia

83
84

Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya terjadi interaksi dua arah yaitu

interaksi antara guru dan siswa. Jika interaksi hanya satu arah biasanya yang aktif

guru, sehingga siswa hanya diam tidak aktif, misalnya siswa terlihat

memperhatikan penjelasan guru dengan melamun, siswa terlihat sibuk dengan

urusan masing-masing. Proses belajar mengajar yang demikian tentunya tidak

diharapkan karena tujuan pendidikan tidak tercapai. Tetapi interaksi terjadi dua

arah dalam proses belajar mengajar biasanya terjadi tanya jawab, diskusi

penyampaian pendapat siswa, latihan-latihan dan evaluasi pembelajaran

meningkat. Agar terjadi proses belajar mengajar dua arah, ada beberapa cara

antara lain: dalam menyampaikan pelajaran harus menarik, menyakinkan,

menggunakan alat peraga, memberi contoh-contoh konkrit, memberi latihan,

memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat, dan memberi

kesempatan untuk berdiskusi, dan mengevaluasi. Dari beberapa cara mengajar

tersebut salah satunya adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga,

khususnya mata pelajaran IPA. Bagaimana guru mengajar dan siswa

menggunakan alat peraga agar proses belajar mengajar berlangsung secara

efektif?

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 5

OKU beliau mengatakan bahwa :

“Pembelajaran yang efektif menekankan dengan beberapa faktor antara


lain: tujuan pendidikan, lingkungan pembelajaran, pengawasan terhadap
siswa, pelatihan guru dan pengelolaan kelas, yang semua itu bertujuan
untuk meningkatkan prestasi siswa dan pembelajaran yang ingin dicapai.
Laboratorium merupakan salah satu prasarana pendidikan yang dapat
digunakan sebagai tempat berlatih para siswa dalam memahami konsep-
konsep IPA dengan melakukan percobaan dan pengamatan. Dengan
demikian, laboratorium IPA-Kimia merupakan bagian yang integral tak
85

dapat dipisahkan dari suatu pengajaran kimia. Ilmu pengetahuan yang


diperoleh dari hasil observasi, eksperimentasi dan harus siap di uji melalui
observasi dan eksperimentasi lanjutan. Keberadaan laboratorium IPA-
Kimia diperlukan untuk memberikan pengalaman langsung dari aplikasi
teori yang diterima melalui kegiatan laboratorium/praktikum, untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. Praktikum IPA khususnya
Kimia tidak hanya terbatas dilaksanakan di ruang laboratorium, tetapi
dapat juga dengan memanfaatkan alam melalui kegiatan lapangan (Hasil
wawancara tanggal 2 Februari 2017).

Berkaitan dengan hal diatas Kepala Sekolah Kurnia Jaya OKU, beliau

menambahkan bahwa :

“Masih ada guru yang tidak melakukan pembelajaran praktikum pada mata
pelajaran Kimia di SMA Kurnia Jaya padahal peranan laboratorium IPA-
Kimia menjadi sangat penting, karena laboratorium merupakan pusat
proses belajar mengajar untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, atau
penelitian dalam bidang IPA. Dengan demikian laboratorium mempunyai
fungsi sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas, atau
sebaliknya kegiatan kelas menjadi penunjang kegiatan laboratorium. Di
laboratorium siswa akan memperoleh keterampilan sebagaimana yang
diharapkan oleh kurikulum. Penggunaan laboratorium dapat berjalan
secara optimal, apabila terdapat interaksi antara siswa, guru, alat dan
bahan serta waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran di
laboratorium. (Hasil wawancara tanggal 2 Februari 2017).

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa guru harus senantiasa

membimbing dan menjelaskan hal-hal yang kurang dapat dipahami siswa baik

mengenai materi maupun pengoperasiannya dari setiap alat dan bahan praktikum

yang dilakukan. Keefektifan interaksi, akan menentukan keefektifan dari suatu

laboratorium sebagai tempat dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Dengan

demikian menjadi guru yang efektif adalah bagaimana guru menyampaikan ilmu

pengetahuan agar siswa dapat memahami ilmu pengetahuan tersebut. Hal tersebut

dapat tercapai jika guru dapat menyampaikan ilmu pengetahuan dengan

menyakinkan, kasih sayang yang bersemangat, bersungguh-sungguh, dan

memberi contoh konkrit.


86

2. Dana

Pemberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disempurnakan

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya

perubahan struktur materi, serta orientasi penbelajaran dan penilaian.

Restrukturisasi materi kimia memuat lingkup materi ajar kimia SMA mencakup

kemampuan prosedural dan konseptual. Kemampuan prosedural diajarkan dengan

memunculkan satu bahan kajian baru bernama kerja ilmiah. Subtansi kerja ilmiah

meliputi keterampilan proses sains dan sikap ilmiah (inkuiri sains). Selanjutnya,

kemampuan konseptual yang dimuat pada bahan kajian pemahaman konsep dan

penerapannya, mencakup lingkup ajar struktur dan sifat, transformasi, dinamika

dan energetika (Depdiknas, 2003a).

Proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan

murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka

waktu tertentu. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki

keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam

proses pendidikan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada

penekananya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan

tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah

lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada

guru dalam upaya untuk membuat siswa dapat belajar.

Dari penjelasan di atas jika dihubungkan dengan efektivitas penggunaan

alat peraga dalam mata pelajaran kimia tentunya sangat erat kaitan dengan ruang
87

laboratorium yang lengkap. Namun keberadaan laboratorium IPA yang

mendukung keberhasilan proses pembelajaran kimia belum memenuhi standar

prasarana laboratorium khususnya daerah yang ketersediaan media belajar masih

sangat terbatas. Untuk di Kota Baturaja terdapat 4 SMA Negeri, khususnya di Sub

Rayon 1 terdapat SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 5 OKU, tepatnya di Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu. Hal tersebut dikarenakan

terbatasnya anggaran dalam pemenuhan standar prasarana Laboratorium, karena

pendanaan untuk pembangunan bertolak ukur pada dana BOS.

Berikut hasil wawancara dengan Guru Kimia Sekolah Menengah Atas

Negeri 5 Baturaja, beliau mengatakan bahwa :

“Keefektivitasan pembelajaran Kimia dalam penggunaan alat peraga


sangat terbatas karena pendanaan dalam pengadaan benda-benda sebagai
alat peraga seperti alat untuk ukur titik didih seperti Boiling Point
Elevation berbahan seng, tidak ada di laboratorium selain itu juga
keberadaan laboratorium IPA yang mendukung keberhasilan proses
pembelajaran Kimia masih bercampur dengan pembelajaran Fisika. Selain
itu juga masih belum optimalnya proses penyediaan alat dan bahan untuk
keperluan praktikum kimia.” (Hasil wawancara tanggal 4 Februari 2016).
Berdasarkan wawancara di atas maka dapat diambil bahwa keefektivitasan

pembelajarna kimia menggunakan alat peraga sangat tergantung pada pendanaan

pengadaan alat peraga serta pentingnya keberadaan laboratorium IPA yang

berbeda dengan mata pelajaran baik mata pelajaran kimia maupun fisika.

Padahal menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai

konsep berdasarkan kenyataan tersebut seperti penggunaan alat peraga, perlu

dikembangkan pembelajaran kimia yang lebih bermutu agar dapat mengaktifkan

siswa, sekaligus memantapkan konsep dan teori yang diberikan serta

meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan suatu perlakuan dalam


88

proses pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajarn kimia khususnya pada

pokok bahasan ikatan kimia, maka diperlukan suatu media pembelajaran yang

berorientasi konstruktivisme, dimana siswa dapat membangun pengalaman

belajarnya dengan media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran sangat

diperlukan untuk mendukung terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan

dapat mendong minat siswa untuk dapat belajar secara mandiri.

Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan apabila ada interaksi

antara peserta didik dengan guru sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian pengembangan untuk mengembangkan media pembelajaran

yang berorientasi pada pendekatan konstruktivisme yang meliputi alat peraga dan

LKPD. Alat peraga adalah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa

dalam mempelajari konsep-konsep ikatan kimia yang abstrak ke arah gambaran

visualisasi konsep-konsep ikatan unsur kimia.

3. Sarana dan Prasarana

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari.
89

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Mata pelajaran IPA diharapkan menekankan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk menerapkan konsep IPA secara bijaksana. Mata

pelajaran IPA berhubungan dengan bagaimana memahami alam secara sistematis,

juga merupakan wahana bagi peserta didik untuk memahami diri dan alam sekitar,

serta bagaimana memperlakukan alam sekitar guna menjaga kelestariannya.

Kerja ilmiah merupakan bagian integral dari belajar IPA/Sains, maka

kompetensi dasar kerja ilmiah harus menyertai (terintegrasi dalam) kompetensi

dasar pada “pemahaman dan penerapan konsep IPA/sains.” Dengan demikian

aktivitas siswa harus mencerminkan kerja ilmiah dalam upaya memahami dan

menerapkan konsep IPA. Pembelajaran kontekstual dalam IPA/sains

menghendaki guru menerapkan kerja ilmiah, dengan kerja ilmiah dalam

pembelajaran IPA/sains diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas siswa,

mengembangkan keingintahuan siswa, terjalinnya kerjasama secara terbuka antar

siswa, siswa lebih aktif/bekerja kerja dan cerdas, siswa berani mengambil

keputusan yang bertanggung jawab dan siswa peduli terhadap mahluk hidup dan

lingkungan serta menghadirkan suasana menyenangkan bagi siswa.

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek

ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang
90

pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif)

namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas

pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan

dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat.

Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMK mempelajari segala sesuatu tentang

zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan

energatika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang

berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk

(pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan

ilmuan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran

kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu

kimia sebagai proses dan produk.

Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan

yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh

peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam

bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah

bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara


91

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan kerja

ilmiah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakasek Kurikulum SMAN 5

OKU, beliau mengatakan bahwa :

“Fasilitas pembelajaran di SMA Negeri 5 Baturaja telah terpenuhi, namun


masih saja ada kendala, pada kegiatan praktikum di sekolah masih kurang
diberdayakan di lapangan. Masih banyak guru yang enggan melakukan
praktikum karena dianggap menyita banyak waktu dan tenaga. Beberapa
konsep sulit dan abstrak justru diajarkan hanya terpaku pada metode
ceramah.” (Hasil wawancara tanggal 3 Februari 2017).

Berdasarkan wawancara diatas maka sarana dan prasarana dalam

pembelajaran kimia di SMA Negeri Sub Rayon 1 OKU khususnya di SMA Negeri

5 OKU sebenarnya sudah terpenuhi hanya saja pada kegiatan praktiknya masih

belum terlaksana. Seperti contoh, masih banyak guru yang enggan melakukan

praktikum karena dianggap menyita banyak waktu dan tenaga.

Pada menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) konsep

tersebut disarankan untuk diajarkan dengan praktikum dan alat peraga. Adapun

alasan guru tidak melakukan praktikum pada konsep tersebut adalah karena

kekurangan waktu dan kekurangan kemampuan dalam mengaplikasikan konsep-

konsep yang sulit pada kurikulum 2013 ini.

Kemudian untuk mengukur kompetensi siswa setelah pembelajaran

biasanya guru menggunakan LKPD yang disediakan penerbit, dimana LKPF yang

ada belum dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia.

Untuk materi yang sifatnya abstrak di dalam LKPD hanya memuat kumpulan

pertanyaan yang harus diselesaikan siswa. Jadi LKPD yang ada belum ada
92

kegiatan pembelajaran yang melatih kemampuan siswa berpikir kritis dan

aktivitas siswa hanya sebatas mengerjakan soal yang telah tersedia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMA Negeri 5 Baturaja, Tuti,

mengatakan bahwa :

“Penggunaan alat peraga oleh guru dapat dilihat dari sering tidaknya guru
menggunakan alat peraga dalam pelajaran kimia. Sedangkan guru
penggunaan alat peraga melihat dari kesesuaian dengan materi tergantung
dari tersedianya media yang digunakan sehingga apabila media yang akan
digunakan sesuai materi tidak ada jadi guru hanya menjelaskan saja,
sedangkan kami, sebagai siswa terkadang tidak mengerti dan bahkan tidak
mengetahui bentuk alat tersebut, seperti alat untuk kenaikan titik didih
yang disebut Boiling Point Elevation, kami tidak tahu bagaimana bentuk
alatnya.” (hasil wawancara tanggal 4 Februari 2017).
Berdasarkan wawancara di atas maka penggunaan alat peraga melihat dari

kesesuaian dengan materi tergantung dari tersedianya media yang digunakan dan

dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal karena masih kurangnya alat

peraga yang tersedia di SMA Negeri 5 Baturaja sedangkan proses pembelajaran

kimia merupakan interaksi aktf antara siswa, guru dan materi pembelajaran dalam

kegiatan pendidikan. Guru, metode, kurikulum dan sarana disebut dengan faktor

instrumental. Sedangkan faktor input dalam hal ini adalah peserta didik/murid.

Selain dari faktor yang telah disebutkan, faktor lain yang berpengaruh dalam

proses pembelajaran adalah faktor lingkungan baik laingkungan alam, sosial dan

budaya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pembelajaran kimia diperlukan

kerja sama antar komponen-komponen tersebut.

Tujuan dan fungsi pembelajaran kimia di SMA/MA adalah sebagai berikut

(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:178) :

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.


93

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerja sama dengan orang lain.

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian

hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil

percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Meningkatkan kesadaran tentang kimia yang dapat bermanfaat dan juga

merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat.

5. Memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

Sedangkan dari segi kualitas pelayanan ruang praktikum kimia masih

belum memuaskan hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum SMA Kurnia Jaya Baturaja, beliau mengatakan bahwa :

“Kualitas pelayanan praktikum kimia di SMA Kurnia Jaya masih belum


memuaskan karena ruang praktikumnya masih bersama dengan praktikum
Fisika. Jika ada guru yang hendak melakukan praktikum di laboratorium
kimia, petugas laboratorium (laboran) terkesan enggan melayani. Petugas
terkesan lamban dalam menyediakan alat dan bahan untuk kegiatan
praktikum, bahkan tidak jarang bahan yang akan digunakan dalam
kegiatan praktikum belum disiapkan, bahkan alat-akat pun terkadang
masih belum dibersihkan dari kegiatan praktik sebelumnya. Sebagai
contoh molymod, media belajar yang tersedia di SMA Kurnia Jaya hanya 1
buah, sehingga praktikum IPA-Kimia tidak efektif, selama ini penggunaan
molymod sebagai alat bantu pembelajaran kimia bisa dikatakan cukup
efektif. Hanya saja molymod yang tersedia di sekolah-sekolah jumlahnya
94

terbatas dan molymod yang ada belum dapat menggambarkan konsep utuh
tentang ikatan kimia pada percobaan penggolongan unsur-unsur.” (Hasil
wawancara tanggal 2 Februari 2017).

Berdasarkan wawancara di atas maka di dapat juga kualitas pelayanan

praktikum Kimia di SMA Negeri 5 OKU masih belum memuaskan karena ruang

praktikumnya masih bersama dengan laboratorium Fisika. Jika ada guru yang

hendak melakukan praktikum di laboratorium kimia, petugas laboratorium

(laboran) terkesan enggan melayani. Petugas terkesan lamban dalam menyediakan

alat dan bahan untuk kegiatan praktikum, bahkan tidak jarang bahan yang akan

digunakan dalam kegiatan praktikum belum disiapkan, bahkan alat-akat pun

terkadang masih belum dibersihkan dari kegiatan praktik sebelumnya. Sebagai

contoh molymod, media belajar yang tersedia di SMA Negeri 5 hanya 1 buah,

sehingga praktikum IPA-Kimia tidak efektif.

Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan apabila ada interaksi

antara peserta didik dengan guru sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian pengembangan untuk mengembangkan media pembelajaran yang

berorientasi pada pendekatan konstruktivisme yang meliputi alat peraga dan

LKPD. Alat peraga adalah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa

dalam mempelajari konsep-konsep ikatan kimia yang abstrk ke arah gambaran

visualisasi konsep-konsep ikatan unsur kimia.

Berdasarkan pada kurikulum teori dan praktek pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) konsep ikatan kimia dipelajari di kelas X


95

dengan standar kompetensi memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur

dan ikatan kimia. Kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan

ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam

serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.

Pada kompetensi dasar tersebut kemudian dikembangkan menjadi

indikator-indikator yang harus dicapai siswa setelah mempelajari ikatan kimia

adalah sebagai berikut: (Sanjaya, 2008:45)

1. Menjelaskan tendensi atom yang membentuk ikatan

2. Menggambarkan pembentukan ikatan ion

3. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen

4. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan struktur

Lewis.

5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen

6. Menggambarkan pembentukan ikatan koordinasi

7. Menggambarkan pembentukan ikatan logam

8. Menjelaskan sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk

Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa

(LKPD), media powerpoint, dan handout. Dijelaskan sebagai berikut :

a) Silabus

Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata

pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,

pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang


96

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Menurut

Yulaelawati, silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat

komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan

kompetensi dasar (Abdul Majid, 2006: 39).

Silabus dapat juga dikatakan sebagai pola dasar kegiatan pembelajaran

yakni menguraikan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Silabus dapat dilakukan pengembangannya oleh para guru secara

mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah atau beberapa sekolah, kelompok

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan

Dinas Pendidikan. Pada umumnya suatu silabus memuat sekurang-kurangnya

komponen: Identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu, media

(sumber/bahan/alat). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan

pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan

pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang

berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan

dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk

mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (UPPL UNY, 2011: 7)


97

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimaksudkan

untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru

mengenai hal-hal yang dipersiapkan, mengenai media yang akan digunakan,

strategi pembelajaran yang dipilih, sistem penilaian yang akan digunakan, dan

hal-hal teknis lainnya. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi:

identitas, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar.

c) Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh siswa (Abdul Majid, 2006: 176). LKPD berisi informasi dan

perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan

belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar

untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk

latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi

(Trianto, 2009: 222). Dalam LKPD, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan

dalam bentuk uraian/bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau

poin-poin penting saja. Lembar Kerja Siswa memuat sekumpulan kegiatan

mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman

dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil

belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009: 223). Untuk menyusun perangkat
98

pembelajaran berupa LKPD, Depdiknas (2008) menguraikan rambu-rambunya,

bahwa LKPD akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan

dicapai, waktu penyelesaian peralatan/bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus

dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

d) Media Pembelajaran

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,

media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,

dan memadatkan informasi.

Sedangkan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pengajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
99

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam

pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

e) Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

memperkaya pengetahuan peserta dididik. Handout termasuk salah satu media

ajar (printed). Handout berasal dari bahas Inggris yang berarti informasi, berita

atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan

yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya

diambila dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang

diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta

didik. Istilah handout memang belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia.

1. Meningkatkan Keterampilan Siswa

Keberhasilan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran

memerlukan adanya kesiapan dari guru itu sendiri. Sebelum memulai memberi

pelajaran, seorang guru diharapkan dapat mempersiapkan bahan ajar yang akan

diajarkan, pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpikir dan

belajar aktif, mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan dipergunakan,

mempelajari kesiapan siswa, serta memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa. Persiapan-persiapan tersebut dapat

dilakukan dengan membuat suatu perangkat pembelajaran. Dengan adanya


100

perangkat pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan

materi pelajaran agar tepat sasaran dan sesuai dengan yang direncanakan. Peranan

perangkat pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran kimia sangat penting,

karena merupakan suatu upaya dari seorang guru untuk mempersiapkan materi

ajar yang akan disampaikan dan menyusun strategi pembelajaran yang akan

diterapkan serta pemilihan media yang tepat untuk proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran merupakan implementasi dari pengembangan kurikulum,

sehingga dalam pengembangan perangkat pembelajaran harus sesuai dengan isi

yang ada dalam kurikulum yang sedang berlaku.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio pembelajaran dengan menggunakan

alat peraga akan mengembangkan kreatifitas siswa dan guru sangat efektif. Hal ini

dapat dilihat dari hasil wawancara dari guru kimia dan hasil angket siswa. Dimana

80% siswa menyatakan sangat efektif dan 20% menyatakan kurang efektif maka

diambil kesimpulan bahwa penggunaan alat peraga kimia dapat meningkatkan

keterampilan siswa, hal ini juga dinyatakan oleh guru Kimia SMA Kurnia Jaya,

beliau mengungkapkan bahwa :

“Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan mengembangkan


kreatifitas siswa karena setiap siswa dapat mengetahui alat peraga IPA
khususnya kimia dapat membuat siswa dalam memahami konsep dan
prinsip IPA secara langsung, dengan alat peraga siswa akan lebih mudah
memahami dan mengingat materi pelajaran yang diberikan, siswa dapat
secara langsung menanyakan hal-hal yang terkait dengan materi yang
sedang disampaikan. Sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat dengan
mudah tercapai sesuai dengan standar kompetensi yang direncanakan dan
siswa dapat lebih efektif dalam pembelajaran IPA melalui metode dan
strategi yang disesuaikan dengan materi. Maka apabila alat peraga dan
metode yang digunakan dapat diterapkan dengan benar, aktifitas siswa
dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan akhirnya hasil
belajar siswa meningkat.” (Hasil wawancara tanggal 4 Februari 2017).
101

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka menunjukkan bahwa apabila

alat peraga dan metode yang digunakan dapat diterapkan dengan benar, aktifitas

siswa dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan akhirnya hasil

belajar siswa meningkat.

Ketika di konfirmasi dengan seorang siswa kelas X SMA Negeri 5 OKU,

menjelaskan sebagai berikut :

“... memang mula-mula agak sulit, tetapi secara perlahan-lahan akhirnya


mampu juga mencari pemecahan masalahnya.” (Wawancara, 14 Februari
2017).

Hal ini juga diungkapkan oleh seorang siswa kelas X SMA Kurnia Jaya

Baturaja, sebagai berikut :

“... melalui pembelajaran menggunakan alat peraga dilakukan oleh guru


telah membuka pola pikir kami untuk memahami tentang pelajaran ikatan
kimia, kami sudah dapat menghayati pengetahuan yang baru kami peroleh
tersebut.” (Wawancara, 15 Maret 2017).

2. Meningkatnya Pengetahuan Siswa

Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang dirasakan sekarang ini dituntut

kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengelola dan

memelihara sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan lebih optimal dan

berkesinambungan. Penggunaan sumber daya alam yang optimal dan berorientasi

terhadap pemeliharaan lingkungan, dapat dilakukan dengan penguasaan ilmu dan

teknologi salah satunya dengan adanya kegiatan proses belajar mengajar di

sekolah khususnya pembelajaran IPA.

Hal ini dijelaskan oleh Pengawas Pembina dari Dinas Pendidikan Propinsi

Sumatera Selatan yang sudah melakukan supervisi kelas saat guru mata pelajaran

kimia mengajar, sebagai berikut :


102

“... saat saya melakukan supervisi kunjungan kelas pada guru yang sedang
mengajar mata pelajaran kimia, terlihat bahwa guru tersebut berupaya
melakukan eksplorasi pengetahuan siswa dengan menggunakan alat peraga
yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari hari itu.”
(wawancara, 10 Maret 2017).
1) Efektifitas Penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran Kimia di

Sekolah Menengah Atas Negeri Sub Rayon 1 Ogan Komering Ulu

Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian berdasarkan teori Budiani

(2009) bagaimana Mengukur Efektivitas suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan

dengan menggunakan empat tingkatan antara lain sebagai berikut :

a. Input

Input sebagai langkah awal dalam pelaksanaan penerapan metode picture

and picture dalam mata pelajaran Kimia. Input dalam penelitian ini meliputi

sumber daya manusia, biaya dan sarana yang digunakan untuk melaksanakan

penerapan.

Berdasarkan jawaban responden mengenai input dalam efektivitas

pengunaan alat peraga dalam pembelajaran Kimia dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1
Hasil Kuesioner Input SMA Negeri 5 OKU
Input
No. Resp. Total
IP 1 IP 2 IP 3 IP 4
1 3 3 3 2 11
2 4 4 3 3 14
3 3 3 3 3 12
4 4 4 4 3 15
5 3 3 3 2 11
6 3 3 3 2 11
7 4 4 4 3 15
8 3 3 3 1 10
9 3 4 4 2 13
10 4 4 4 3 15
11 3 3 4 3 13
12 3 3 3 2 11
13 3 3 4 2 12
103

14 3 4 4 3 14
15 4 4 4 4 16
16 3 3 4 3 13
17 4 4 4 3 15
18 4 4 4 3 15
19 3 3 3 2 11
20 3 4 4 2 13
Jumlah 67 70 72 51
Jumlah / Skala
16 17 18 12 15,75
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Dari hasil kuesioner di atas dapat dilakukan perhitungan rasio Input Program sebagai
berikut :
Tabel 5.2
Perhitungan Rasio Input Program
Jumlah Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Belajar akan lebih mudah jika sarana Sangat
20 16 80
dan prasarana cukup memadai Efektif
2 Alat peraga mampu memperjelas Sangat
pemahamana anak dalam memahami 20 17 85 Efektif
pelajaran
3 Penggunaan alat peraga memotivasi Sangat
20 18 90
guru dalam pembelajaran Efektif
4 Alat peraga mampu memperjelas Cukup
pemahaman anak dalam memahami 20 12 60 Efektif
pelajaran pembelajaran kimia
Rata-Rata 78,75 Cukup
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Tabel 5.3
Hasil Kuesioner Input SMA Kurnia Jaya
Input
No. Resp. Total
IP 1 IP 2 IP 3 IP 4
1 3 3 3 2 11
2 3 3 3 3 14
3 3 3 3 3 12
4 4 4 4 3 15
5 3 3 3 2 11
104

6 3 3 3 2 11
7 3 4 4 3 15
8 3 3 3 1 10
9 3 4 4 2 13
10 4 4 4 3 15
11 3 3 4 3 13
12 3 3 3 2 11
13 3 3 4 2 12
14 3 4 4 3 14
15 4 4 4 4 16
16 3 3 4 3 13
17 4 4 4 3 15
18 4 3 4 3 15
19 3 3 3 2 11
20 3 4 4 2 13
Jumlah 65 68 72 51
Jumlah / Skala
16 17 18 12 15,75
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Dari hasil kuesioner di atas dapat dilakukan perhitungan rasio Input Program sebagai
berikut :
Tabel 5.4
Perhitungan Rasio Input Program
Jumlah Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Belajar akan lebih mudah jika sarana Sangat
20 16 80
dan prasarana cukup memadai Efektif
2 Alat peraga mampu memperjelas
Sangat
pemahamana anak dalam memahami 20 17 85
Efektif
pelajaran
3 Penggunaan alat peraga memotivasi Sangat
20 18 90
guru dalam pembelajaran Efektif
4 Alat peraga mampu memperjelas
Cukup
pemahaman anak dalam memahami 20 12 60
Efektif
pelajaran pembelajaran kimia
Rata-Rata Cukup
78,75
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Berdasarkan tabel di atas Input menunjukkan bahwa alat peraga belajar

akan lebih mudah responden 16 atau 80% dalam rasio perhitungan menunjukkan

sangat efektif, mampu memperjelas pemahaman anak dalam memahami pelajaran

realisasi responden 17 atau 85% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat


105

efektif, alat peraga sebagai motivasi pembelajaran realisasi responden 18 atau

90% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat efektif, sedangkan pengunaan

alat peraga memotivasi guru dalam pembelajaran responden 12 atau 60% dalam

rasio perhitungan menunjukkan cukup efektif. Hal ini jika diakumulasikan rata-

rata dari keempat point tersebut maka hasilnya 78,75% yang menunjukkan

perhitungan rasio efektifitas dari segi input Program Alat Peraga Cukup Efektif.

b. Throughput

Throughput sebagai dasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam

penelitian throughput meliputi proses penerapan metode studen teams

achievement division dalam mata pelajaran kimia, motivasi kerja guru, peranan

guru dan standar kinerja guru.

Berdasarkan jawaban responden throughput dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.5
Hasil Kuesioner Throughput SMA Negeri 5 OKU
Input
No. Resp. Total
TP 1 TP 2 TP 3 TP 4
1 2 3 3 3 11
2 3 3 3 3 12
3 2 2 2 3 9
4 4 4 3 3 14
5 3 3 2 1 9
6 3 3 3 3 12
7 4 4 3 3 14
8 2 3 3 3 11
9 4 4 3 4 15
10 3 3 3 3 12
11 3 3 3 3 12
12 3 3 2 2 10
13 3 3 2 4 12
14 3 4 4 4 15
15 4 4 3 3 14
16 3 3 3 3 12
106

17 4 4 3 3 14
18 4 4 3 3 14
19 3 3 3 3 12
20 4 4 3 4 15
Jumlah 64 67 57 61
Jumlah / Skala
16 16 14 15 15,25
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Dari tabel 5.5 dapat dilihat Throughput Efektifitas Penggunaan Alat Peraga pada

Mata Pelajaran Kimia.

Tabel 5.6
Perhitungan Rasio Throughput Program

Realisasi Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Alat peraga mampu memotivasi siswa Sangat
20 16 80,00
untuk belajar lebih giat Efektif
2 Keterampilan guru dalam memberikan Sangat
materi dengan alat peraga dapat 20 16 80,00 Efektif
meningkatkan semangat belajar siswa
3 Alat peraga yang menarik siswa akan Cukup
20 14 70,00
termotivasi untuk senang belajar Efektif
4 Alat peraga mampu memotivasi siswa Cukup
20 15 75,00
dan guru untuk belajar kreatif Efektif
Rata-Rata 76,55 Cukup
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Tabel 5.7
Hasil Kuesioner Throughput SMA Kurnia Jaya Baturaja

Input
No. Resp. Total
TP 1 TP 2 TP 3 TP 4
1 2 3 3 3 11
2 3 3 3 3 12
3 2 2 2 3 9
4 4 4 3 3 14
5 3 3 2 1 9
6 3 3 3 3 12
7 3 2 3 3 11
8 2 3 3 3 11
9 4 4 3 4 15
10 3 3 3 3 12
11 3 3 3 3 12
107

12 3 3 2 2 10
13 3 3 2 4 12
14 3 4 4 3 14
15 3 4 3 3 13
16 3 3 3 3 12
17 4 4 3 3 14
18 4 4 3 3 14
19 3 3 3 3 12
20 4 4 3 4 15
Jumlah 62 65 57 60
Jumlah / Skala
16 16 14 15 15,00
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Tabel 5.8
Perhitungan Rasio Throughput Program
Realisasi Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Alat peraga mampu memotivasi siswa
untuk belajar lebih giat 20 16 80,00 Sangat
Efektif
2 Keterampilan guru dalam memberikan
materi dengan alat peraga dapat 20 16 80,00 Sangat
meningkatkan semangat belajar siswa Efektif
3 Alat peraga yang menarik siswa akan
termotivasi untuk senang belajar 20 14 70,00 Cukup
Efektif
4 Alat peraga mampu memotivasi siswa
dan guru untuk belajar kreatif 20 15 75,00 Cukup
Efektif
Rata-Rata 76,55 Cukup
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Berdasakan tabel di atas throughput menunjukkan bahwa peraga mampu

memotivitas siswa untuk belajar lebih giat realisasi responden 16 atau 80% dalam

rasio perhitungan menunjukkan sangat efektif. Keterampilan guru dalam

memberikan materi dengan alat peraga dapat meningkatkan semangat belajar

siswa realisasi responden 16 atau 80% dalam rasio perhitungan menunjukkan

sangat efektif. Alat peraga yang menarik siswa akan termotivasi untuk senang
108

belajar realisasi responden 14 atau 70% dalam rasio perhitungan cukup efektif,

sedangkan alat peraga mampu memotivasi siswa dan guru untuk belajar kreatif

realisasi responden 15 atau 75% dalam rasio perhitungan menunjukkan cukup

efektif. Hal ini jika diakumulasikan rata-rata dari keempat point tersebut maka

hasilnya 76,25% yang menunjukkan rasio efektifitas dari segi throughput

efektivitas penggunaan alat peraga kimia cukup efektif.

Berdasarkan hasil dari perhitungan di atas maka penggunaan alat peraga

dalam mata pelajaran kimia sudah cukup efektif hanya saja dalam pengunaan alat

peraga melihat dari kesesuaian dengan materi tergantung dari tersedianya media

yang digunakan dan dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal karena masih

kurangnya alat peraga yang tersedia di SMAN 5 Baturaja. meskipun begitu tapi

siswa masih dapat meningkatkan keterampilannya dengan menggunakan media-

media sederhana dalam membantu prakteknya.

c. Output

Output yang merupakan hasil dari penggunaan alat peraga pada mata

pelajaran Kimia. Berdasarkan jawaban responden terhadap output efektivitas

penggunaan alat peraga pada mata pelajaran Kimia dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 5.9
Hasil Kuesioner Output SMA Negeri 5 OKU
Input
No. Resp. Total
OP 1 OP 2 OP 3 OP 4
1 3 2 3 2 10
2 3 3 3 3 12
3 3 3 3 3 12
109

4 3 2 3 3 11
5 3 3 4 2 12
6 3 4 3 3 13
7 3 3 3 3 12
8 2 3 3 3 11
9 4 3 4 4 15
10 4 2 3 3 12
11 4 3 4 4 15
12 1 2 2 2 7
13 4 3 3 2 12
14 4 3 4 4 15
15 4 4 4 4 16
16 4 3 3 3 13
17 4 3 4 4 15
18 3 3 4 4 14
19 4 3 3 3 13
20 4 3 4 4 15
Jumlah 67 58 67 63
Jumlah / Skala
16 14 16 15 15,25
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Tabel 5.10
Output
Realisasi Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga akan mengembangkan kreatifitas 20 16 80,00 Sangat
siswa dan guru Efektif
2 Siswa dapat memahami pelajaran secara
langsung dalam keadaan nyata sehingga 20 16 80,00 Sangat
siswa akan lebih ingat akan pelajarannya Efektif
3 Guru mampu mengembangkan potensi siswa
melalui alat peraga 20 14 70,00 Cukup
Efektif
4 Pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga akan menumbuhkan interaksi siswa 20 15 75,00 Cukup
dan guru Efektif
Rata-Rata 76,55 Cukup
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Tabel 5.11
Hasil Kuesioner Output SMA Kurnia Jaya Baturaja
Input
No. Resp. Total
OP 1 OP 2 OP 3 OP 4
1 3 2 3 2 10
110

2 3 3 3 3 12
3 3 3 3 3 12
4 3 2 3 3 11
5 3 3 4 2 12
6 3 4 3 3 13
7 3 3 3 3 12
8 2 3 3 3 11
9 4 3 4 4 15
10 4 2 3 3 12
11 4 3 4 4 15
12 1 2 2 2 7
13 4 3 3 2 12
14 4 3 4 4 15
15 4 4 4 4 16
16 4 3 3 3 13
17 4 3 4 4 15
18 3 3 4 4 14
19 4 3 3 3 13
20 4 3 4 4 15
Jumlah 67 58 67 63
Jumlah / Skala
16 14 16 15 15,25
Jawaban
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017

Dari tabel 5.9 dapat dilihat dan dihitung tingkat keterampilan siswa dan
pengetahuan siswa sebagaimana tabel 5.12

Tabel 5.12
Output
Realisasi Tingkat
No Keterangan Target Persen
SK jawab Capaian
1 Pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga akan mengembangkan kreatifitas 20 16 80,00 Sangat
siswa dan guru Efektif
2 Siswa dapat memahami pelajaran secara
langsung dalam keadaan nyata sehingga 20 16 80,00 Sangat
siswa akan lebih ingat akan pelajarannya Efektif
3 Guru mampu mengembangkan potensi Cukup
20 14 70,00
siswa melalui alat peraga Efektif
4 Pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga akan menumbuhkan interaksi 20 15 75,00 Cukup
siswa dan guru Efektif
Rata-Rata 76,55 Cukup
Efektif
Sumber : Di olah dari data primer, Februari 2017
111

Berdasarkan tabel diatas output menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga akan mengembangkan kreatifitas siswa dan guru

realisasi responden 16 atau 80% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat

efektif, siswa dapat memahami pelajaran secara langsung dalam keadaan nyata

sehingga siswa akan lebih ingat akan pelajarannya realisasi responden 14 atau

70% dalam rasio perhitungan menunjukkan cukup efektif. Guru mampu

mengembangkan potensi siswa melalui alat peraga realisasi responden 16 atau

80% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat efektif, sedangkan

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan menumbuhkan interaksi

siswa dan guru realisasi responden 15 atau 75% dalam rasio perhitungan

menunjukkan cukup efektif. Hal ini jika diakumulasikan rata-rata dari keempat

point tersebut maka hasilnya 76,25% yang menunjukkan perhitungan rasio

efektifitas dari segi output cukup efektif.

B. Pembahasan

a. Input

Input sebagai langkah awal dalam pelaksanaan penerapan metode pidture

and picture dalam mata pelajaran kimia. Input dalam penelitian ini meliputi

sumber daya manusia, biaya dan sarana yang digunakan untuk melaksanakan.

Alat peraga belajar akan lebih mudah responden 16 atau 80% dalam rasio

perhitungan menunjukkan sangat efektif, mampu memperjelas pemahaman anak

dalam memahami pelajaran realisasi responden 17 atau 85% dalam rasio

perhitungan menunjukkan sangat efektif, alat peraga sebagai motivasi

pembelajaran realisasi responden 18 atau 90% dalam rasio perhitungan


112

menunjukkan sangat efektif, sedangkan pengunaan alat peraga memotivasi guru

dalam pembelajaran responden 12 atau 60% dalam rasio perhitungan

menunjukkan cukup efektif. Hal ini jika diakumulasikan rata-rata dari keempat

point tersebut maka hasilnya 78,75% yang menunjukkan perhitungan rasio

efektifitas dari segi input Program Alat Peraga Cukup Efektif.

Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya terjadi interaksi dua arah yaitu

interaksi antara guru dan siswa. Jika interaksi hanya satu arah biasanya yang aktif

guru, sehingga siswa hanya diam tidak aktif, misalnya siswa terlihat

memperhatikan penjelasan guru dengan melamun, siswa terlihat sibuk dengan

urusan masing-masing. Proses belajar mengajar yang demikian tentunya tidak

diharapkan karena tujuan pendidikan tidak tercapai. Tetapi interaksi terjadi dua

arah dalam proses belajar mengajar biasanya terjadi tanya jawab, diskusi

penyampaian pendapat siswa, latihan-latihan dan evaluasi pembelajaran

meningkat. Agar terjadi proses belajar mengajar dua arah, ada beberapa cara

antara lain: dalam menyampaikan pelajaran harus menarik, menyakinkan,

menggunakan alat peraga, memberi contoh-contoh konkrit, memberi latihan,

memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat, dan memberi

kesempatan untuk berdiskusi, dan mengevaluasi. Dari beberapa cara mengajar

tersebut salah satunya adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga,

khususnya mata pelajaran IPA.

Dari penjelasan di atas jika dihubungkan dengan efektivitas penggunaan

alat peraga dalam mata pelajaran kimia tentunya sangat erat kaitan dengan ruang

laboratorium yang lengkap. Namun keberadaan laboratorium IPA yang


113

mendukung keberhasilan proses pembelajaran kimia belum memenuhi standar

prasarana laboratorium khususnya daerah yang ketersediaan media belajar masih

sangat terbatas.

Untuk di Kota Baturaja terdapat 4 SMA Negeri, khususnya di Sub Rayon

1 terdapat SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 5 OKU, tepatnya di Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu. Hal tersebut dikarenakan

terbatasnya anggaran dalam pemenuhan standar prasarana Laboratorium, karena

pendanaan untuk pembangunan bertolak ukur pada dana BOS.

Padahal menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai

konsep berdasarkan kenyataan tersebut seperti penggunaan alat peraga, perlu

dikembangkan pembelajaran kimia yang lebih bermutu agar dapat mengaktifkan

siswa, sekaligus memantapkan konsep dan teori yang diberikan serta

meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan suatu perlakuan dalam

proses pembelajaran.

Untuk menciptakan pembelajarn kimia khususnya pada pokok bahasan

ikatan kimia, maka diperlukan suatu media pembelajaran yang berorientasi

konstruktivisme, dimana siswa dapat membangun pengalaman belajarnya dengan

media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran sangat diperlukan untuk

mendukung terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan dapat mendorong

minat siswa untuk dapat belajar secara mandiri.

Sarana dan prasarana dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri Sub

Rayon 1 OKU khususnya di SMA Negeri 5 OKU sebenarnya sudah terpenuhi

hanya saja pada kegiatan praktiknya masih belum terlaksana. Seperti contoh,
114

masih banyak guru yang enggan melakukan praktikum karena dianggap menyita

banyak waktu dan tenaga.

b. Throughput

Throughput sebagai dasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam

penelitian throughput meliputi proses penerapan metode studen teams

achievement division dalam mata pelajaran kimia, motivasi kerja guru, peranan

guru dan standar kinerja guru.

Throughput menunjukkan bahwa peraga mampu memotivitas siswa untuk

belajar lebih giat realisasi responden 16 atau 80% dalam rasio perhitungan

menunjukkan sangat efektif. Keterampilan guru dalam memberikan materi dengan

alat peraga dapat meningkatkan semangat belajar siswa realisasi responden 16

atau 80% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat efektif. Alat peraga yang

menarik siswa akan termotivasi untuk senang belajar realisasi responden 14 atau

70% dalam rasio perhitungan cukup efektif, sedangkan alat peraga mampu

memotivasi siswa dan guru untuk belajar kreatif realisasi responden 15 atau 75%

dalam rasio perhitungan menunjukkan cukup efektif. Hal ini jika diakumulasikan

rata-rata dari keempat point tersebut maka hasilnya 76,25% yang menunjukkan

rasio efektifitas dari segi throughput efektivitas penggunaan alat peraga kimia

cukup efektif.

Berdasarkan hasil dari perhitungan di atas maka penggunaan alat peraga

dalam mata pelajaran kimia sudah cukup efektif hanya saja dalam pengunaan alat

peraga melihat dari kesesuaian dengan materi tergantung dari tersedianya media

yang digunakan dan dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal karena masih
115

kurangnya alat peraga yang tersedia di SMAN 5 Baturaja. meskipun begitu tapi

siswa masih dapat meningkatkan keterampilannya dengan menggunakan media-

media sederhana dalam membantu prakteknya.

c. Output

Output yang merupakan hasil dari penggunaan alat peraga pada mata

pelajaran Kimia.

Output menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga akan mengembangkan kreatifitas siswa dan guru realisasi responden 16

atau 80% dalam rasio perhitungan menunjukkan sangat efektif, siswa dapat

memahami pelajaran secara langsung dalam keadaan nyata sehingga siswa akan

lebih ingat akan pelajarannya realisasi responden 14 atau 70% dalam rasio

perhitungan menunjukkan cukup efektif. Guru mampu mengembangkan potensi

siswa melalui alat peraga realisasi responden 16 atau 80% dalam rasio

perhitungan menunjukkan sangat efektif, sedangkan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga akan menumbuhkan interaksi siswa dan guru realisasi

responden 15 atau 75% dalam rasio perhitungan menunjukkan cukup efektif. Hal

ini jika diakumulasikan rata-rata dari keempat point tersebut maka hasilnya

76,25% yang menunjukkan perhitungan rasio efektifitas dari segi output cukup

efektif.

Apabila alat peraga dan metode yang digunakan dapat diterapkan dengan

benar, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan

akhirnya hasil belajar siswa meningkat.


116

Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang dirasakan sekarang ini dituntut

kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengelola dan

memelihara sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan lebih optimal dan

berkesinambungan. Penggunaan sumber daya alam yang optimal dan berorientasi

terhadap pemeliharaan lingkungan, dapat dilakukan dengan penguasaan ilmu dan

teknologi salah satunya dengan adanya kegiatan proses belajar mengajar di

sekolah khususnya pembelajaran IPA.

Merujuk pada efektifitas yang diukur dengan menggunakan standar sesuai

dengan acuan Litbang Depdagri dalam Budiani (2009) seperti pada tabel dibawah

ini :

Tabel 5.13
Rasio Efektifitas
Rasio Efektifitas Tingkatan Capaian

Dibawah 40 Sangat tidak efektif


40 – 59,99 Tidak efektif
60 – 79,99 Cukup efektif
Diatas 80 Sangat efektif
Sumber : Litbang Depdagri, 1991 dalam Budiani 2009

Efektifitas programa alat peraga guru ini dapat dilihat dari variabel input,

throughput dan output dapat dilihat bahwa perhitungan efektifitas penggunaan alat

peraga kimia di SMA Negeri Sub Rayon 01 OKU menunjukkan cukup efektif,

berikut dapat dilihat tabel dibawah ini

Tabel 5.14
Efektifitas Kegiatan Alat Peraga Guru
117

Jumlah
No Keterangan Target Persen Tingkat Capaian
SK jawab

1 Input 20 15,75 78,75 Cukup Efektif

2 Throughput 20 15,25 76,25 Cukup Efektif

3 Output 20 15,25 76,25 Cukup Efektif

Rata-Rata 20 15,42 77,84 Cukup Efektif

Berdasarkan tabel diatas 77,84% jawaban resoponden menunjukkan

efektivitas penggunaan alat peraga di SMA Negeri Sub Rayon 01 OKU dapat

dikatakan cukup efektif karena penggunaan alat peraga kimia di SMA Negeri Sub

Rayon 01 OKU dari tiga tingkatan yaitu Input, Throughput dan Output

penggunaan alat peraga dikatakan cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari

meskipun minimnya alat peraga yang kurang memadai dan praktikum

laboratorium kimia yang masih tercampur dengan laboratorium fisika tapi

penggunaan alat peraga mampu menambah kreatifitas, keterampilan serta

pengetahuan siswa. Namun permasalahan yang mendasar adalah keefektivitasan

pembelajaran kimia menggunakan alat peraga sangat tergantung pada pendanaan

pengadaan alat peraga serta pentingnya keberadaan laboratorium IPA yang

berbeda dengan mata pelajaran baik mata pelajaran kimia maupun fisika. Selain

itu juga masih ada guru yang tidak melakukan pembelajaran praktikum pada mata

pelajarn kimia di SMA Negeru Sub Rayon 01 OKU karena selain kurangnya

motivasi guru dalam menggunakan alat peraga yang beralasan keterbatasan waktu

juga beralasan masih minimnya sarana prasarana pendukung praktikum di

laboratorium.
118

C. Diskusi

Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS),

media powerpoint, dan handout. Dijelaskan sebagai berikut :

a) Silabus

Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata

pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,

pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Menurut

Yulaelawati, silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat

komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan

kompetensi dasar (Abdul Majid, 2006: 39).

Silabus dapat juga dikatakan sebagai pola dasar kegiatan pembelajaran

yakni menguraikan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Silabus dapat dilakukan pengembangannya oleh para guru secara

mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah atau beberapa sekolah, kelompok

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan

Dinas Pendidikan. Pada umumnya suatu silabus memuat sekurang-kurangnya

komponen: Identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu, media

(sumber/bahan/alat). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan


119

pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan

pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang

berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan

dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk

mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (UPPL UNY, 2011: 7)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimaksudkan

untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru

mengenai hal-hal yang dipersiapkan, mengenai media yang akan digunakan,

strategi pembelajaran yang dipilih, sistem penilaian yang akan digunakan, dan

hal-hal teknis lainnya. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi:

identitas, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar.

c) Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa (Abdul Majid, 2006: 176). LKS berisi informasi dan

perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan

belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar

untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk

latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan


120

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi

(Trianto, 2009: 222). Dalam LKS, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan

dalam bentuk uraian/bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau

poin-poin penting saja. Lembar Kerja Siswa memuat sekumpulan kegiatan

mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman

dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil

belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009: 223). Untuk menyusun perangkat

pembelajaran berupa LKS, Depdiknas (2008) menguraikan rambu-rambunya,

bahwa LKS akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan

dicapai, waktu penyelesaian peralatan/bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus

dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

d) Media Pembelajaran

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,

media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,

dan memadatkan informasi.

Sedangkan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :


121

5. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

6. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pengajaran.

7. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam

pelajaran.

8. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

e) Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

memperkaya pengetahuan peserta dididik. Handout termasuk salah satu media

ajar (printed). Handout berasal dari bahas Inggris yang berarti informasi, berita

atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan

yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya

diambila dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang

diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta

didik. Istilah handout memang belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektifitas penggunaan alat peraga di SMA Negeri Sub Rayon 01 OKU dapat

dikatakan cukup efektif karena efektivitas penggunaan alat peraga kimia di

SMA Negeri Sub Rayon 01 OKU dari tiga tingkatan yaitu Input, Throughput

dan Output penggunaan alat peraga dikatakan cukup efektif, hal ini dapat

dilihat dari meskipun minimnya alat peraga yang kurang memadai dan

praktikum laboratorium kimia yang masih tercampur dengan laboratorium

fisika tapi penggunaan alat peraga mampu menambah kreatifitas, keterampilan

serta pengetahuan siswa.

2. Permasalahan yang mendasar adalah keefektivitasan pembelajaran kimia

menggunakan alat peraga sangat tergantung pada pendanaan pengadaan alat

peraga serta pentingnya keberadaan laboratorium IPA yang berbeda dengan

mata pelajaran baik mata pelajaran kimia maupun fisika. Selain itu juga masih

ada guru yang tidak melakukan pembelajaran praktikum pada mata pelajarn

kimia di SMA Negeru Sub Rayon 01 OKU karena selain kurangnya motivasi

guru dalam menggunakan alat peraga yang beralasan keterbatasan waktu juga

beralasan masih minimnya sarana prasarana pendukung praktikum di

laboratorium.

122
123

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, sarana yang disampaikan sebagai

sumbang masukan penulis terhadap efektifitas penggunaan alat peraga kimia di

SMA Negeri Sub Rayon 01 OKU yaitu :

1. Perlunya tambahan media pendukung di laboratorium

2. Perlunya tambahan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana alat

peraga laboratorium

3. Perlunya semangat dari guru-guru dalam praktek penggunaan alat bantu.

Anda mungkin juga menyukai