Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

KASUS BOM BALI

DOSEN PEMBIMBING

Suci Alvianita.,S.Kom.,M.Kom

OLEH

Ghalluh Nurul Malika (1906156069)

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, taufik
dan karunia-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menjadi zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah mata pelajaran
PENDIDIKAN PANCASILA mengenai KASUS BOM BALI.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pembimbing yakni Ibu Suci Alvianita,S.Kom.,M.Kom.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah sudi
meluangkan waktu, ide serta kritik dan sarannya untuk penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini
kedepannya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Pekanbaru, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Makna Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” Pada Pancasila.....................................3
B. Kasus penyimpangan pancasila..............................................................................4
C. Kasus Bom Bali......................................................................................................6
D. Runtut Kejadian dan Penyelesaian Kasus Bom Bali...............................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu


bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena
perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti
keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila
halnya akan membawa ketidakpastiaan baru. Bukan tidak mungkin akan
timbul chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan.
Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis
agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum
agama (juga hukum-hukum adat) dalam system sistem hukum negara menjadi
penting untuk diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat
agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas
yang dimiliki setiap agama dan suku.
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung
makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan
alam semsta beserta isinya. Diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta,
kekuasan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada warga
negara dan penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam :
a         Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…..”
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai KeTuhanan.
b        Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.

Oleh karena itu, di dalam Bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan
dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap
atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Untuk

1
itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib mengkaji, memahami, dan
menerapkan sila pertama Pancasila. Diharapkan melalui pembahasan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi-generasi penerus
Bangsa Indonesia yang menjunjung nilai-nilai KeTuhanan dan berbudi luhur.

B. Rumusan masalah

a) Apa makna sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" pada pancasila


b) Apa Saja Kasus Penyimpangan Pancasila
c) Bagaimana Terjadinya Kasus Bom Bali
d) Bagaimana Runtut Kejadian dan Penyelesaian Kasus Bom Bali

C. Tujuan

a) Untuk Mengetahui Apa Makna Sila "Ketuhanan Yang Maha Esa"


b) Untuk Mengetahui Apa Saja Kasus Penyimpangan Pancasila
c) Untuk Mengetahui Bagaimana Terjadinya Kasus Bom Bali
d) Untuk Mengetahui Bagaimana Penyelesaian Kasus Bom Bali

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” Pada Pancasila

Makna ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ banyak disalah-artikan oleh bangsa


Indonesia. Agama-agama di Indonesia (Kristen Protestan dan Katolik, Hindu,
Budha, bahkan Konghucu) menganut paham atau konsep bertuhan banyak,
bahkan pengikut animisme. Kebanyaan dari mereka beranggapan bahwa
hanya agama Islam saja yang memiliki konsep ‘Berketuhanan Yang Maha
Esa’ tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa istilah “ketuhanan” tidak berarti mengakui satu
Tuhan saja. Dalam bahasa Indonesia, awalan ke- dan akhiran -an jika
digunakan pada kata dasar maka akan merubah fungsi ataupun definisi dari
kata dasar tersebut. Contoh kebakaran dari kata dasar “bakar” setelah
mendapat akhiran dan awalan, maka “kebakaran” berarti hal-hal yang
berhubungan dengan terbakar. Begitu juga Ketuhanan berarti hal-hal yang
berhubungan dengan Tuhan. Jadi berapa pun tuhannya asal
berhubungan/berkaitan dengan Tuhan, maka itulah Ketuhanan. Selain itu
dalam Pancasila disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa (KYME). Kata ‘esa’
dalam bahasa Sankerta berarti harus ada atau mutlak. Sedangkan kata ‘satu’
dalam bahasa Sankerta adalah ‘eka’ Jika maksud KYME adalah mengakui
Tuhan yang satu maka seharusnya Tuhan Yang Eka, tidak menggunakan
awalan ke- dan akhiran -an serta tidak menggunakan kata Esa.

Sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius
bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan
akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

Sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek
penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal
dari Tuhan. Karena, sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara
Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan. Maksudnya adalah bahwa masyarakat
Indonesia merupakan manusia yang mempunyai iman dan kepercayaan

3
terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang menjadi dasar dalam hidup
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Sikap positif yang perlu dilakukan terhadap nilai-nilai “Ketuhanan Yang


Maha Esa” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu sebagai berikut :

 Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing,
 Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina
kerukunan hidup,
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing,
 Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain.
 Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya mempunyai pola
pikir, sikap, dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap warga Negara diberi kebebasan
untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.

B. Kasus penyimpangan pancasila

Kasus ini sering kita temui dilayar televisi ,banyak kasus-kasus yang
sering menyimpang 5 sila dari pancasila .
I. Sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa “
Artinya kita harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa, tetapi di Indonesia banyak ognum-ognum yang
kurang bertanggung jawab dan menyalah gunakan sila
pertama,ada beberapa penyimpangan yang pernah ada di
Indonesia misalnya :

1. Perusakan tempat ibadah


2. Gerakan radikal kelmpok tertentu yang mengatas namakan
agama
3. Tidak ada sikap toleransi kepada sesama

4
II. Sila kedua yang bunyinya “Kemanusiaan yang adil dan beradap “
artinya setiap masyarakat diharapkan bisa hidup adil dan sesuai
dengan hakikat manusia. Mungkin saja kita pernah mengetahui
sedikit hal tentang penyimpangan yang ada pada sila ke dua ini
misalnya :

1. Memperkerjakan anak di bawah umur


2. Ketidak adilan dalam bidang ekonomi
3. Perbudakan

III. Sila ke tiga yang bunyinya “ Persatuan Indonesia “ artinya


walaupun kita berbeda ras,suku,budaya,agama,tradisi kita harus
bersatu serta menghormati dan menghargai satu sama lain tidak
boleh bertindak yang menyinggung perasaan orang lain sehingga
menimbulkan emosi dan menuju pada perbuatan yang kejam dan
tidak bermoral. Disamping itu kita perlu mengetahui apa saja
penyimpangan-penyimpangan yang menyangkut sila ke tiga ini :

1. Menjadi provokator suku tertentu.


2. Perang antar suku.
3. Menganggap suku lain lebih baik dari sukunya
sendiri.
IV. Sila ke empat yang bunyinya “ kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan “
yang perlu kita tau dalam sila ke empat ini adalah rasa tanggung
jawab, kedudukan, hak dan kepribadian yang bijaksana dalam
sebuah kehidupan bermasyarakat dan atau bernegara. Menjadi
kewajiban kita untuk mengetahui apa saja sih penyimpangan
yang di alami oleh sila ke empat ini , misalnya :

1. Melarang orang menduduki jabatan tertentu karena


suku,ras,agama dll
2. Ketidak adilan bagi masyarakat
3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

V. Sila ke lima yang bunyinya “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat


Indonesia “ artinya kita sebagai mahkluk sosial yang
membutuhkan satu sama lain harus menegakkan keadilan bagi
semua orang. Sekilas contoh penyimpangan dari sila ke lima :

1. Perilaku tidak adil karena kondisi tertentu.

5
2. Kurangnya akan kesadaran pemerintah dalam dunia
pendidikan.
3. Semakin minim fasilitas dan pelayanan kesehatan

C. Kasus Bom Bali

Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I)adalah rangkaian tiga peristiwa


pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua
ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan
Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor
Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian
pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul
oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di
Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau
cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang
berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini
dianggap sebagai peristiwa terorismeterparah dalam sejarah Indonesia.

Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah
dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan
berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX
berbobot antara 50-150 kg.
Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan
judul Long Road to Heaven, dengan pemain antara lain Surya
Saputra sebagai Hambali dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran
dari Australia dan Indonesia.

Daftar Tersangka

 Abdul Gani, didakwa seumur hidup


 Abdul Hamid (kelompok Solo)
 Abdul Rauf (kelompok Serang)
 Imam Samudra alias Abdul Aziz, terpidana mati
 Achmad Roichan
 Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati
 Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup[2]
 Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati

6
 Andi Hidayat (kelompok Serang)
 Andi Oktavia (kelompok Serang)
 Arnasan alias Jimi, tewas
 Bambang Setiono (kelompok Solo)
 Budi Wibowo (kelompok Solo)
 Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh
polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005)
 Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010)
 Feri alias Isa, meninggal dunia
 Herlambang (kelompok Solo)
 Hernianto (kelompok Solo)
 Idris alias Johni Hendrawan
 Junaedi (kelompok Serang)
 Makmuri (kelompok Solo)
 Mohammad Musafak (kelompok Solo)
 Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo)
 Umar Patek alias Umar Kecil (tertangkap di Pakistan)
 Mubarok alias Utomo Pamungkas, didakwa seumur hidup
 Zulkarnaen
Abu Bakar Ba'asyir, yang diduga oleh beberapa pihak sebagai salah seorang
yang terlibat dalam pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi pada Maret
2005, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.

D. Runtut Kejadian dan Penyelesaian Kasus Bom Bali

Runut kejadian Pengeboman Bom Bali 2002

 12 Oktober 2002 Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian,
Kuta, Bali diguncang bom. Dua bom meledak dalam waktu yang
hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang
menjadi korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih
lainnya luka berat maupun ringan. Kurang lebih 10 menit kemudian,
ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 Wita, bom
meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika
Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
 16 Oktober 2002 Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai
dilakukan. Lebih dari 50 orang telah dimintai keterangan di Polda

7
Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik Australia ikut diterjunkan
untuk identifikasi jenazah.
 20 Oktober 2002 Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian
luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini
menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan
di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50–
150 kg. Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat
menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.
 29 Oktober 2002 Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati
Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang
mencoreng nama Indonesia itu. Putri Soekarno itu memberi deadline,
kasus harus tuntas pada November 2002.
 30 Oktober 2002 Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga
sketsa wajah tersangka pengebom itu dipublikasikan.
 4 November 2002 Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan
identitas tersangka telah dikantongi petugas. Tak cuma itu, polisi
juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para tersangka.
Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.
 5 November 2002 Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin
Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun,
Lamongan, Jawa Timur.
 6 November 2002 10 Orang yang diduga terkait ditangkap di
sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan
ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai.
 7 November 2002 Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan.
Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir yang disebut-sebut punya
hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai pengakuan
Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa
pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika
Serikat.
 8 November 2002 Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai
tersangka dalam tindak pidana terorisme.
 9 November 2002 Tim forensik menemukan residu bahan-bahan
yang identik dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara
Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan kesaksian
Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan
Amrozi dalam kasus bom valid.

8
 10 November 2002 Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi
tim inti peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin adalah
eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M Gufron dan
Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan.
Polisi pun memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron
(adik Amrozi), dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu kandung
Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk
mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai
Amrozi sebagai bengkel.
 11 November 2002 Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas
kehutanan yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun,
Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut membantu meracik
bahan peledak untuk dijadikan bom.
 17 November 2002 Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga
merupakan perajik bom Bali I. Bersama Ali Imron, Umar alias
Wayan, dan Umar alias Patek, merekapun ditetapkan sebagai
tersangka.
 26 November 2002 Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali,
ditangkap di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya
dia hendak melarikan diri ke Sumatera.
 1 Desember 2002 Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap
mastermind bom Bali yang jumlahnya empat orang, satu di antaranya
anggota Jamaah Islamiah (JI).
 3 Desember 2002 Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi)
ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.
 4 Desember 2002 Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di
Klaten, Solo, Jawa Tengah, di antaranya Ali Imron (adik Amrozi),
Rahmat, dan Hermiyanto. Sejumlah wanita yang diduga istri
tersangka juga ditangkap.
 16 Desember 2002 Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang
masih siswa SMU di Lamongan. Tim juga berhasil menemukan 20
dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat seberat satu ton di
rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran,
Lamongan yang diduga milik Amrozi.
 18 Desember 2002 Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia
membuka dan membeberkan Dokumen Solo, sebuah dokumen yang
dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen tersebut berisi tata cara
membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu juga

9
memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) dan topografi suatu
daerah serta sejumlah rencana aksi yang akan dilakukannya.
 6 Januari 2003 Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada
Kejaksaan Tinggi Bali.
 16 Januari 2003 Ali Imron bersama 14 tersangka yang ditangkap di
Samarinda tiba di Bali.
 8 Februari 2003 Rekonstruksi bom Bali I
 12 Mei 2003 Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.
 2 Juni 2003 Imam Samudra mulai diadili.
 30 Juni 2003 Amrozi dituntut hukuman mati
 7 Juli 2003 Amrozi divonis mati
 28 Juli 2003 Imam Samudra dituntut hukuman mati.
 10 September 2003 Imam Samudra divonis mati.
 28 Agustus 2003 Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati
 2 Oktober 2003 Ali Gufron divonis mati.
 30 Januari 2007 PK pertama Amrozi cs ditolak
 30 Januari 2008 PK kedua diajukan dan ditolak
 1 Mei 2008 PK ketiga diajukan dan kembali ditolak
 21 Oktober 2008 Mahkamah Konstitusi tolak uji materi terhadap
UU Nomor 2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi mati yang diajukan
Amrozi cs.
 9 November 2008 Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus bom bali ini merupakan kasus penyimpangan pancasila sila


pertama yaitu ketuhanan yang maha esa karena mereka melakukan
pengeboman tersebut dengan mengatasnamakan agama islam. Mereka
menganggap aksi terorisme itu sebagai jihad. Padahal tidak.
B. Saran

Warga Indonesia seharusnya lebih bisa memahami makna sebenarnya dari


pancasila (di setiap sila, bukan hanya sila pertama saja). Perbedaan agama
juga seharusnya tidaklah menjadi penghalang setiap warga Indonesia untuk
tetap berinteraksi satu sama lain, saling menghormati, dan saling membantu
antar sesama tanpa mempedulikan perbedaan yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9213170/TUGAS_KELOMPOK_BOM_BALI
(diakses : 26 September 2019)

https://id-pengejarmimpi.blogspot.com/2017/08/makalah-penyimpangan-
penerapan-nilai.html( diakses : 26 September 2019)

https://nuriffahhidayati.wordpress.com/2013/05/30/penyimpangan-sila-
ketuhanan-yang-maha-esa-di-indonesia/ ( diakses : 26 September 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai