DOSEN PEMBIMBING
Suci Alvianita.,S.Kom.,M.Kom
OLEH
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Makna Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” Pada Pancasila.....................................3
B. Kasus penyimpangan pancasila..............................................................................4
C. Kasus Bom Bali......................................................................................................6
D. Runtut Kejadian dan Penyelesaian Kasus Bom Bali...............................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, di dalam Bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan
dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap
atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Untuk
1
itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib mengkaji, memahami, dan
menerapkan sila pertama Pancasila. Diharapkan melalui pembahasan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi-generasi penerus
Bangsa Indonesia yang menjunjung nilai-nilai KeTuhanan dan berbudi luhur.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perlu kita ketahui bahwa istilah “ketuhanan” tidak berarti mengakui satu
Tuhan saja. Dalam bahasa Indonesia, awalan ke- dan akhiran -an jika
digunakan pada kata dasar maka akan merubah fungsi ataupun definisi dari
kata dasar tersebut. Contoh kebakaran dari kata dasar “bakar” setelah
mendapat akhiran dan awalan, maka “kebakaran” berarti hal-hal yang
berhubungan dengan terbakar. Begitu juga Ketuhanan berarti hal-hal yang
berhubungan dengan Tuhan. Jadi berapa pun tuhannya asal
berhubungan/berkaitan dengan Tuhan, maka itulah Ketuhanan. Selain itu
dalam Pancasila disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa (KYME). Kata ‘esa’
dalam bahasa Sankerta berarti harus ada atau mutlak. Sedangkan kata ‘satu’
dalam bahasa Sankerta adalah ‘eka’ Jika maksud KYME adalah mengakui
Tuhan yang satu maka seharusnya Tuhan Yang Eka, tidak menggunakan
awalan ke- dan akhiran -an serta tidak menggunakan kata Esa.
Sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius
bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan
akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek
penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal
dari Tuhan. Karena, sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara
Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan. Maksudnya adalah bahwa masyarakat
Indonesia merupakan manusia yang mempunyai iman dan kepercayaan
3
terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang menjadi dasar dalam hidup
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing,
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina
kerukunan hidup,
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing,
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain.
Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya mempunyai pola
pikir, sikap, dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap warga Negara diberi kebebasan
untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.
Kasus ini sering kita temui dilayar televisi ,banyak kasus-kasus yang
sering menyimpang 5 sila dari pancasila .
I. Sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa “
Artinya kita harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa, tetapi di Indonesia banyak ognum-ognum yang
kurang bertanggung jawab dan menyalah gunakan sila
pertama,ada beberapa penyimpangan yang pernah ada di
Indonesia misalnya :
4
II. Sila kedua yang bunyinya “Kemanusiaan yang adil dan beradap “
artinya setiap masyarakat diharapkan bisa hidup adil dan sesuai
dengan hakikat manusia. Mungkin saja kita pernah mengetahui
sedikit hal tentang penyimpangan yang ada pada sila ke dua ini
misalnya :
5
2. Kurangnya akan kesadaran pemerintah dalam dunia
pendidikan.
3. Semakin minim fasilitas dan pelayanan kesehatan
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah
dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan
berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX
berbobot antara 50-150 kg.
Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan
judul Long Road to Heaven, dengan pemain antara lain Surya
Saputra sebagai Hambali dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran
dari Australia dan Indonesia.
Daftar Tersangka
6
Andi Hidayat (kelompok Serang)
Andi Oktavia (kelompok Serang)
Arnasan alias Jimi, tewas
Bambang Setiono (kelompok Solo)
Budi Wibowo (kelompok Solo)
Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh
polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005)
Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010)
Feri alias Isa, meninggal dunia
Herlambang (kelompok Solo)
Hernianto (kelompok Solo)
Idris alias Johni Hendrawan
Junaedi (kelompok Serang)
Makmuri (kelompok Solo)
Mohammad Musafak (kelompok Solo)
Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo)
Umar Patek alias Umar Kecil (tertangkap di Pakistan)
Mubarok alias Utomo Pamungkas, didakwa seumur hidup
Zulkarnaen
Abu Bakar Ba'asyir, yang diduga oleh beberapa pihak sebagai salah seorang
yang terlibat dalam pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi pada Maret
2005, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.
12 Oktober 2002 Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian,
Kuta, Bali diguncang bom. Dua bom meledak dalam waktu yang
hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang
menjadi korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih
lainnya luka berat maupun ringan. Kurang lebih 10 menit kemudian,
ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 Wita, bom
meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika
Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
16 Oktober 2002 Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai
dilakukan. Lebih dari 50 orang telah dimintai keterangan di Polda
7
Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik Australia ikut diterjunkan
untuk identifikasi jenazah.
20 Oktober 2002 Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian
luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini
menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan
di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50–
150 kg. Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat
menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.
29 Oktober 2002 Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati
Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang
mencoreng nama Indonesia itu. Putri Soekarno itu memberi deadline,
kasus harus tuntas pada November 2002.
30 Oktober 2002 Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga
sketsa wajah tersangka pengebom itu dipublikasikan.
4 November 2002 Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan
identitas tersangka telah dikantongi petugas. Tak cuma itu, polisi
juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para tersangka.
Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.
5 November 2002 Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin
Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun,
Lamongan, Jawa Timur.
6 November 2002 10 Orang yang diduga terkait ditangkap di
sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan
ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai.
7 November 2002 Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan.
Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir yang disebut-sebut punya
hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai pengakuan
Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa
pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika
Serikat.
8 November 2002 Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai
tersangka dalam tindak pidana terorisme.
9 November 2002 Tim forensik menemukan residu bahan-bahan
yang identik dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara
Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan kesaksian
Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan
Amrozi dalam kasus bom valid.
8
10 November 2002 Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi
tim inti peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin adalah
eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M Gufron dan
Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan.
Polisi pun memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron
(adik Amrozi), dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu kandung
Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk
mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai
Amrozi sebagai bengkel.
11 November 2002 Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas
kehutanan yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun,
Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut membantu meracik
bahan peledak untuk dijadikan bom.
17 November 2002 Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga
merupakan perajik bom Bali I. Bersama Ali Imron, Umar alias
Wayan, dan Umar alias Patek, merekapun ditetapkan sebagai
tersangka.
26 November 2002 Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali,
ditangkap di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya
dia hendak melarikan diri ke Sumatera.
1 Desember 2002 Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap
mastermind bom Bali yang jumlahnya empat orang, satu di antaranya
anggota Jamaah Islamiah (JI).
3 Desember 2002 Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi)
ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.
4 Desember 2002 Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di
Klaten, Solo, Jawa Tengah, di antaranya Ali Imron (adik Amrozi),
Rahmat, dan Hermiyanto. Sejumlah wanita yang diduga istri
tersangka juga ditangkap.
16 Desember 2002 Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang
masih siswa SMU di Lamongan. Tim juga berhasil menemukan 20
dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat seberat satu ton di
rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran,
Lamongan yang diduga milik Amrozi.
18 Desember 2002 Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia
membuka dan membeberkan Dokumen Solo, sebuah dokumen yang
dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen tersebut berisi tata cara
membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu juga
9
memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) dan topografi suatu
daerah serta sejumlah rencana aksi yang akan dilakukannya.
6 Januari 2003 Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada
Kejaksaan Tinggi Bali.
16 Januari 2003 Ali Imron bersama 14 tersangka yang ditangkap di
Samarinda tiba di Bali.
8 Februari 2003 Rekonstruksi bom Bali I
12 Mei 2003 Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.
2 Juni 2003 Imam Samudra mulai diadili.
30 Juni 2003 Amrozi dituntut hukuman mati
7 Juli 2003 Amrozi divonis mati
28 Juli 2003 Imam Samudra dituntut hukuman mati.
10 September 2003 Imam Samudra divonis mati.
28 Agustus 2003 Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati
2 Oktober 2003 Ali Gufron divonis mati.
30 Januari 2007 PK pertama Amrozi cs ditolak
30 Januari 2008 PK kedua diajukan dan ditolak
1 Mei 2008 PK ketiga diajukan dan kembali ditolak
21 Oktober 2008 Mahkamah Konstitusi tolak uji materi terhadap
UU Nomor 2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi mati yang diajukan
Amrozi cs.
9 November 2008 Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9213170/TUGAS_KELOMPOK_BOM_BALI
(diakses : 26 September 2019)
https://id-pengejarmimpi.blogspot.com/2017/08/makalah-penyimpangan-
penerapan-nilai.html( diakses : 26 September 2019)
https://nuriffahhidayati.wordpress.com/2013/05/30/penyimpangan-sila-
ketuhanan-yang-maha-esa-di-indonesia/ ( diakses : 26 September 2019)
12