METODOLOGI PENELITIAN
Tentang
Penelitian “Efektivitas Alat Peraga Tangram Sebagai Mathematics Puzzle Guna
Menumbuhkan Minat Matematika Pada Siswa SMPN 3 Gunung Tuleh Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif STAD Pokok Bahasan Kesebangunan dan kekongruenan”
Disusun Oleh:
NURPAIDAH 1914040056
Dosen Pengampu :
1443 H / 2021
BAB I
PENDAHULUAN
kelangsungan hidup manusia dan tingkat kecerdasan bangsa. Manusia tidak cukup hanya
tumbuh dan berkembang dengan dorongan alamiah saja, tetapi perlu pendidikan. Pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Data
yang menunjukan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil
survei pusat statistika internasional untuk pendidikan (National Center for Education
mata pelajaran matematika khususnya pada tingkat sekolah dasar masih memiliki berbagai
masalah diantaranya matematika dianggap mata pelajaran yang tidak menarik dan
diasumsikan sulit oleh siswa, serta sistem pengajaran guru yang bersifat konvensional
(Ujianto,2012).
Banyak para ahli yang mengemukakan faktor- faktor penyebab kesulitan belajar
dengan sudut pandang mereka masing- masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak
didik dan ada yang meninjau dari sudut ekstern anak didik (Djamarah, 2002:201). Menurut
Muhibbin Syah factor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-
fisik anak didik, yaitu yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual atau inteligensi anak didik, yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain
seperti labilnya emosi dan sikap. Dan yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain
seperti terganggunya alat- alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan faktor- faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik, yakni lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Adapun faktor- faktor penyebab kesulitan
indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik.
SMPN 3 Gunung Tuleh memiliki 12 kelas yaitu kelas VII empat kelas, kelas VIII
empat kelas, dan kelas IX ada empat kelas yang masing-masing kelas terdiri 25 siswa.
SMPN 3 Gunung Tuleh memiliki 3 guru matematika yang semuanya sarjana pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di Sekolah tersebut
diungkapkan bahwa prestasi siswa kelas IX A masih dalam kategori rendah. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata siswa pada semester gajil yaitu 57,39 yang hal ini ternyata dibawah
nilai KKM sekolah yaitu 60. Hal ini ternyata diakibatkan system pembelajaran yang
diterapkan oleh guru matematika di sekolah tersebut masih bersifat konvensional yang
pembelajarannya berpusat pada guru (Teached Oriented). Siswa belum aktif dalam kegiatan
pembelajaran karena guru lebih memberikan materi bersifat ceramah, sedangkan aktivitas
siswa hanya mendengar dan mencatat saja, sangat jarang ditemukan diskusi kelompok atau
bentuk tukar pikiran lainnya baik dilakukan antara siswa terhadap siswa maupun tukar
Tuleh, bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pokok bahasan
pengajarannya sehingga siswa selalu tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Akibatnya,
siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilakukan sebagian besarnya adalah
mendengar dan menctat saja, sehingga dapat dikatakan bahwa pada pokok bahasan
pembelajaran pada siswa kelas VIIB SMPN 3 Gunung Tuleh. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk agar siswa dapat ikut aktif dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar selama
pembelajaran berlangsung. Siswa saling tukar pikiran melalui diskusi kelompok yang
diberikan dalam menyelesaikan soal pada materi kesebangunan dan kekongruenan. Oleh
karena itu, dipandang perlunya sebuah model pembelajaran untuk mengaktifkan siswa
selama kegiatan belajar berlangsung yaitu model pembelajaran yang mendorong keaktifan,
tanggung jawab dan kemandirian. Model pempelajaran kooperatif Tipe STAD berbantuan
alat peraga tangram diharapkan dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan mempengaruhi hasil prestasi akademik siswa kelas IX B SMPN 3 Gunung
digunakan untuk memvisualkan suatu konsep tertentu saja misalnya seorang guru
matematika mengajarkan balok dengan menggunakan alat peraga berupa kardus bekas,
kemasan produk makanan yang berbentuk balok.Tangram merupakan salah satu alat peraga
pendidikan yang berupa teka teki (Mathematics Puzzle). Teka-teki ini bertujuan untuk
membuat bentuk tertentu menggunakan semua bangun yang tersedia. Beberapa ahli
berpendapat bahwa tangram bermanfaat bagi anak-anak dalam berbagai hal diantaranya
Puzzle atau teka-teki matematika terhadap keefektifan dalam menumbuhkan minat siswa
Sesuai uraian diatas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas
Alat Peraga Tangram Sebagai Mathematics Puzzle Guna Menumbuhkan Minat Matematika
Pada Siswa SMPN 3 Gunung Tuleh Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Seberapa tinggi efektivitas alat peraga tangram sebagai Mathematics Puzzle terhadap
tumbuhnya minat siswa SMPN 3 Gunung Tuleh dalam mempelajari matematika pokok
STAD?
2. Seberapa tinggi efektivitas alat peraga tangram sebagai Mathematics Puzzle terhadap
hasil prestasi belajar siswa SMPN 3 Gunung Tuleh pada pokok bahasan kesebagunan
Puzzle terhadap tumbuhnya minat siswa SMPN 3 Gunung Tuleh dalam mempelajari
Puzzle terhadap hasil prestasi belajar siswa SMPN 3 Gunung Tuleh pada pokok
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
2. Bagi guru : melalui alat peraga tagram sebagai Mathematic’s Puzzle dapat dengan
kelas
3. Bagi sekolah : dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu
matematika.
4. Bagi peneliti : agar memiliki khazanah keilmuan yang luas tentang model
pengajaran matematika.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Menurut Morgan, bahwa belajar adalah setiap perubahan yangrelatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil darilatihan atau pengalaman
suatu proses yang ditandai dengan adanyaperubahan pada diri seseorang.” Perubahan sebagai
kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang adapada individu yang belajar (Nana
kebiasaan, kemampuan, keterampilan dan sikap melalui hubungan timbal balik antara proses
belajar dengan lingkungannya. Selanjutnya Soejanto (1997: 21) menyatakan bahwa belajar
adalah segenap rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan. Perubahan ini memang dapat
diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan yang relatif lama tersebut disertai
dengan berbagai usaha, sehingga Hudoyo (1990: 13) mengatakan bahwa belajar itu
merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadinya perubahan tingkah laku yang
usaha sadar yang dilakukan berupa kegiatan positif untuk menghasilkan perubahan –
dan aspek positif lainnya yang merupakan hasil dari sebuah interaksi sosial.
Ada beberapa unsur belajar untuk mencapai tujuannya yaitu: (1) Motivasi belajar, (2)
Sumber Belajar, (3) Alat Belajar, (4) suasana belajar, dan (5) kondisi subjek belajar (Oemar
Hamalik, 1995:68). Kelima unsur inilah yag bersifat dinamis, yang sering berubah menguat
dan melemah atau mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang pada situasi tertentu yang berulang
2.2.Alat Peraga
Alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses pembelajaran siswa lebih efektif dan efisien
(Sudjana,2009). Wijaya dan Rusyan (1994) brependapat bahwa peran alat peraga yaitu
berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga
siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Alat peraga menurut
Soeparno (1987:2), pada hakikatnya adalah suatu alat yang digunakan untuk memvisualkan
suatu konsep tertentu saja misalnya seorang guru matematika mengajarkan balok dengan
menggunakan alat peraga berupa kardus bekas, kemasan produk makanan yang berbentuk
balok. Dengan menggunakan alat peraga tersebut diharapkan siswa dapat lebih muda
ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Alat peraga matematika adalah
seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja
prinsip-prinsip dalam matematika (Djoko Iswadi, 2003). Denga alat peraga, hal-hal yang
abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang dapat
dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk
menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut.
Sebagai contoh, benda-benda konkret disekitar siswa seperti buah-buahan, pensil, buku, dan
dari kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yag sesuai pada akhir membilang.
Contoh lainnya, model-model bangun datar, bangun ruang dan sebagainya. Dari beberapa
pemaparan diatas, maka menurut hemat penulis bahwa alat peraga matematika adalah alat
atau media yang hendak diperagakan oleh guru atau siswa sehingga menimbulkan sebuah
ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan yang aka berindikasi pada keefektivan
Berikut akan di perlihatkan beberapa contoh alat peraga matematika yang sering
Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan dan
jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dalam memilih
dan menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan diacapai dalam pembelajaran,
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang
Selain itu, penggunaan alat peraga, dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis
sebagai berikut :
1. Alat peraga dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa
dua orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman
yang berbeda pula sehingga satu sama lain dapat mengatasi perbedaan-perbedaan
tersebut.
2. Alat peraga memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
4. Alat peraga dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.
Tangram disebut juga tujuh keping ajaib. keping-keping tersebut berupa bangun datar
yang disebut tan dan apabila disatukan akan membentuk persegi. Teka-teki ini bertujuan
untuk membuat bentuk tertentu menggunakan semua bangun yang tersedia dan. teka-teki ini
disebut-sebut sebagai pemula test psikologi yang digunakan untuk mengetes kemampuan
kreatifitas seseorang. Buku pertama yang menyebut tangram berjudul The Eighth Book Of
Tan , yang berisi sejarah fiktif tentang Tangram. Buku menceritakan sejarah fiktif tangram
bahwa permainan diciptakan 4.000 tahun sebelumnya oleh seorang dewa bernama Tan.
Buku ini meliputi 700 bentuk, beberapa diantaranya tidak mungkin dipecahkan.
Tangram adalah suatu permainan yang sudah di kenal di seluruh dunia. Menurut
dugaan, tangram ditemukan di Cina lebih lebih dari empat ribu tahun yang lalu. Permainan
ini berupa bujur sangkar yang di potong. Beberapa ahli berpendapat bahwa tangram
bermanfaat bagi anak-anak dalam berbagai hal diantaranya (Bohning and Althouse, 1997,
kemampuan rotasi spasial, mengembangkan perasaan intuitif terhadap bentuk – bentuk dan
relasi – relasi geometri , mengembangkan kemampuan pemakaian kata – kata yang tepat
Berikut adalah alat-alat dan bahan yang sangat diperlukan untuk membuat alat peraga
tangram adalah:
No Alat Bahan
c. Potonglah ketujuh bagian tersebut denga menyesuaikan ukuran triplek yang telah
disediakan.
d. Catlah masing-masing potongan dengan warna yang berbeda agar tampak menarik.
Sedangkan teknik atau cara memperagakan alat peraga tangram adalah seperti berikut ini.
dengan menempelkan bagian sisi yang sama panjang sehingga terbentuk bangun
menjiplak 7 bangun pada gambar di atas dengan kertas yang agak tebal. Kemudian
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Tujuan
1994). Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik.
Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat
sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Slavin (Wardani, Sri, 2006:5-7)
1. Tahap Penyajian Materi. Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan
prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri
yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi
pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai
2. Tahap kerja Kelompok. Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling
berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok
dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan
3. Tahap Tes Individual. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang
akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas,
pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara
individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan
dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai
dengan kemampuannya.
kelompok, tes individu, perhitungan skor setiap individu dan penghargaan kelompok. Guru
bisa menyajikan materi baik secara klasikal atau pun melalui diskusi, dan tetap harus
peserta didik atau panduan belajar peserta didik, pembentukan kelompok belajar dan
menjelaskan pada peserta didik tentang tugas dan perannya dalam kelompok, juga
mengenai perencanaan waktu dan tempat duduk peserta didik. Supaya proses pembelajaran
terlaksana dengan baik segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik pula, agar peran
pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar
yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil belajar
adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai
materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Hasil belajar dalam hal ini berhubungan
dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh
pengalaman belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi
tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan
merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dilatih untuk selalu bekerja sama atau
berjamaah dalam menyelesaikan sebuah persoalan yang diberikan oleh guru. Model
pembelajaran ini dituntut agar siswa mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan
secara berkelompok, tidak secara mandiri. Hal ini sangat berkaitan erat dengan penerapan
alat peraga tangram sebagai Mathematic’s Puzzle dalam pembelajaran matematika. Karena
dalam peragaan tangram siswa dituntut untuk menyusun teka teki atau puzzle yang
diberikan oleh guru secara berkelompok sehingga membentuk suatu bangun ruang tertentu
melalui tujuh potongan tangram. Sehingga jika alat peraga tangram diterapkan dan
diperagakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka akan menghasilkan
siswa yang tumbuh dan berkembang minatnya dalam mempelajari matematika. Selain itu,
keaktifan, dan tanggung jawab dalam diri siswa, sehingga peserta didik lebih aktif selama
kelas IX B SMPN 3 Gunung Tuleh dalam mencapai hasil prestasi belajar yang maksimal.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah:
METODOLOGI PENELITIAN
Barat pada semester genap. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas XI B
Subyeka penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Gunung Tuleh yaitu 25
siswa yag terdiri 10 siswa putrid an 15 siswa putra. Sedangkan objek penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga tangram.
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara
partisipatif dan kolaboratif yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar matematika
dan keaktifan siswa melalui pemanfaatan alat peraga tagram dengan model pembelajaran
kooperatif learning tipe STAD. Ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati
1. Perencanaan (Plan)
2. Tindakan (Act)
3. Pengamatan (Observe)
4. Refleksi (Reflect)
Pada penelitian ini akan dilakukan dalam tiga siklus. Siklus akan dihentikan bila
kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai kereampilan belajar
yang baru dan siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta
data yang ditampilkan dikelassudah jenuh, dalam arti telah terdapat minat dan keaktifan,
a. Perencanaan
pembelajaran, Hand Out, Lembar Kerja Siswa, lembar observasi keaktifan, lembar
b. Tindakan
kooperatif tipe STAD. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran
matematika kelas IX B SMPN3 Gunung Tuleh . Materi yang akan diberikan adalah
materi kesebangunan dan kekongruenan. Adapun tindaka yang dilakukan pada tiap
pertemuan yaitu :
1). Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan mermberikan apersepsi dan
d. Peningkatan nilai
3). Penutup
kriteria keberhasilan.
c. Observasi
d. Refleks
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan
dari siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus
berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang
Rencana tindakan sikus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan
sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap hasil pembelajaran pada siklus II. Tahapan
1. Peneliti
data utama. Selain itu, peneliti juga sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data,
penganalisis data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian (Lexy J. Moleong, 2007: 168).
2. Lembar Observasi
observer dan subjek penerima tindakan (siswa kelas IX B SMPN 3 Gunung Tuleh ) selama
pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Dalam penelitian ini digunakan dua
lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan lembar observasi minat dan keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan
pembelajaraan kooperatif tipe STAD digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan
observasi pembelajaran kooperati tipe STAD. Sedangkan lembar minat dan keaktifan siswa
digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks
3. Tes
Tes berupa soal uraian yang dilaksanakan di setiap akhir siklus pembelajaran. Tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa mengenai materi yang telah
tumbuhnya minat belajar dan keaktifan siswa dalam pokok bahasan kesebangunan dan
kekongruenan.
4. Angket
Angket yang digunakan peneliti adalah angket minat belajar matematika dan angket respon
sebagai Mathematic’s Puzzle melalui model kooperatif learning tipe STAD. Angket minat
angket dengan alternatif jawaban yang sudah ditentukan peneliti. Data yang diminta
peneliti dari responden yaitu hal-hal yang berkaitan dengan minat belajar matematika siswa
tangram sebagai Mathematic’s Puzzle melalui model kooperatif learning tipe STAD
dan kekongruenan menggunakan alat peraga tangram sebagai Mathematic’s Puzzle melalui
model kooperatif learning.Selain itu, angket juga digunakan untuk memperkuat data yang
5. Pedoman Wawancara
mendalam. Wawancara ini ditujukan kepada guru matematika kelas IX B SMPN 3 Gunung
6. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi perangkat pembelajaran seperti RPP dan LKS, nilai tes siswa,
hasil penilaian presentasi tim serta data hasil observasi, angket dan wawancara. Selain itu,
7. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan dikelas yang
tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk
mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
1. Observasi
berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti yang juga sebagai observer dibantu oleh dua
kooperatif learning tipe STAD. Observasi ini digunakan untuk mencatat keseluruhahan
untuk lembar observasi minat belajar matematika digunakan untuk mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan minat belajar matematika siswa yaitu yang termasuk
2. Tes
Tes dilakukan setiap akhir siklus. Tes ini terdiri dari soal uraian. Tes digunakan
untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan yang telah
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan kepada siswa setelah
selesai melaksanakan tindakan pada setiap akhir siklus. Data dari angket digunakan untuk
memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi. Angket ini terdiri
dari angket minat belajar matematika dan angket respon siswa terhadap pembelajaran
4. Wawancara
yang akan ditanyakan kepada responden. Selain itu, peneliti juga menggunakan telepon
genggam (handphone) yang digunakan untuk merekam suara ataupun kamera digital
untuk mendapatkan gambar video dari responden sehingga peneliti tidak merasa kesulitan
Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data,
penyderhanaan data serta transformasi data kaasar dari catatan hasil lapangan. Penyajian
data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan
diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian
dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin
kemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatatn dalam penelitian
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada
lembar observasi yang digunakan. Persentase dipeoleh dari skor pada lembar observasi
proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase
keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis denga pedoman
Persentase Kriteria
0% - 24,99% Rendah
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat
empat kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung
kriteria kekatifan siswa berdasarkan lembar observasi tiap pertemuan adalah sebagai
berikut:
Angket minat siswa terdiri dari 14 butir pertanyaan dengan rincian 12 butir
pertanyaan positif (+) dan dua butir pertanyaan negative ( - ). Penskoran angket untuk
butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban
kadang-kadang, dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Untuk butir penskoran (-) adalah skor
1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawban kadang-kadang, dan 4
untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai
berikut.
Persentase Kriteria
0% - 24,99% Rendah
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket minat terdapat empat
pilihan jawaban sehingga terdapat empat kriteria minat. Cara menghitung persentase
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai
dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka dalam
penelitian ini juga menggunakan ketentun yang ditetapkan sekolah, untuk menentukan
persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen (%) ketuntasan
b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil elajar jangka pendeknya yang
ditunjukan dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan skor
untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut
c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa
(rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor
d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok.
(2005:36).
1. Alat peraga tangram adalah alat atau media yang akan diperagakan dalam sebuah
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menuntut
tidak terdapat siswa yang kebingungan terhadap semua materi yang diajarkan dengan
Division).http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stad-student-teams-
Ahli. http://ptkcontoh.blogspot.com/2021/09/pengertian-alat-peraga-menurut-para-
Slavin, Robert E.2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik diterjemahkan oleh
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning: Analisis Modl Pembelajaran