Anda di halaman 1dari 6

Fatma Desty Al Verina/031195126

Menjadi Entrepreneur Sukses dengan Growth Mindset


Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi entrepreneur. Dengan memulai
usaha sendiri, kita bisa mendapatkan kebebasan finansial, menjadi orang yang sukses serta
dihormati di masyarakat. Meski banyak orang yang memiliki ide bisnis yang cemerlang, tidak
semua dari mereka berhasil merealisasikannya dan menjadi seorang entrepreneur. Ketika ditanya
mengapa mereka tidak berani berwirausaha, kekurangan modal, pengetahuan dan koneksi
menjadi faktor utama mereka tidak bisa berwirausaha.
Terlepas dari faktor-faktor diatas, ada banyak sosok inspiratif seperti Jack Ma yang memulai
usahanya dalam kondisi yang serba terbatas. Lantas mengapa tidak semua orang pada akhirnya
menjadi entrepreneur? Bagaimana dengan karyawan yang sudah bekerja lama di perusahaan,
memiliki tabungan yang cukup mapan, pengetahuan yang mendalam dan koneksi yang banyak,
namun tetap belum berani meninggalkan zona nyamannya untuk mencoba peruntungannya
sendiri sebagai entrepreneur?
Donny Susilo yang telah menjadi konsultan perencanaan usaha dan peneliti di bidang
kewirausahaan selama kurang lebih 7 tahun membeberkan rahasia dibalik fenomena tersebut.
Setelah sekian lama berkecimpung membantu wirausahawan di Indonesia, ditemukan fakta
bahwa perbedaan terbesar antara orang yang sukses dan tidak sukses terletak pada
mindset. Mindset adalah pemikiran yang membentuk pandangan kita terhadap sesuatu, pemikiran
bisa menjadi senjata terkuat kita namun juga terkadang merupakan musuh terkuat kita untuk bisa
sukses.
Pemikiran yang pesimis akan memberikan kita beribu alasan untuk tidak melakukan sesuatu, hal
ini disebut dengan fixed mindset. Sebenarnya fixed mindset tidaklah buruk, dia bertindak sebagai
sebuah alert system, yang tujuan aslinya adalah untuk membuat kita aman dari perubahan yang
tidak pasti. Oleh karena itu orang yang pesimis akan lebih cenderung mencari faktor kegagalan
dibandingkan solusinya. Sedangkan sebaliknya, kita butuh mindset yang selalu mencari solusi
dibandingkan faktor kegagalan, hal ini disebut dengan growth mindset.
Jadi bagaimana membangun growth mindset agar berani berwirausaha? Solusi terbaiknya adalah
memahami apa yang diinginkannya agar kemudian dapat melakukan kompromi
dengannya. Mindset akan berubah ketika ada tekanan motivasi-motivasi yang lebih kuat dari
dalam diri kita, salah satu cara memunculkan motivasi dari dalam adalah melakukan apa yang
menjadi kesukaan kita, atau yang biasa disebut dengan passion. Namun, pada kenyatannya,
menemukan passion adalah hal yang gampang-gampang susah, apa hal yang paling ingin kita
lakukan? Apa yang paling kita senangi? Sering kali kita salah dalam mengenali passion kita
sendiri.
Sebenarnya ada 2 cara dalam mengindentifikasi passion, cara pertama adalah dengan
memperhatikan hal apa yang paling sering kita lakukan atau yang biasa disebut dengan hobi,
Fatma Desty Al Verina/031195126

namun hal ini tidak selalu berhasil karena tidak semua passion mampu kita jadikan hobi,
contohnya orang yang tidak mempunyai mobil mewah, bisa jadi dia memiliki passion di dunia
otomotif, dan orang yang tidak pernah keliling dunia, bisa jadi dia memiliki passion di
bidang travelling, bisa jadi dia menyukainya namun mereka tidak mampu untuk melakukannya
karena keterbatasan fisik dan finansial.
Oleh karena itu, ada cara kedua yang dapat digunkaan untuk mengindentifikasi passion, yaitu
dengan mengamati apa yang paling sering kita kritik dan komentari, orang yang selalu
memberikan komentar mengenai cara mengajar gurunya di sekolah, kemungkinan besar
memiliki passion dalam mengajar, sedangkan orang yang suka membahas busana yang dipakai
orang-orang sekelilingnya, bisa jadi memiliki passion di bidang fashion dan beauty. Ketika kita
melakukan apa yang kita suka, ini akan membuat pemikiran kita semakin optimis karena kita
semakin percaya pada diri kita sendiri. Kita akan mencari alasan untuk melakukannya
dibandingkan tidak melakukannya, hal itu juga karena growth mindset kita mendukung efisiensi
waktu yang kita bisa dapatkan dengan melakukan apa yang disukai dan mencari uang dalam
waktu yang bersamaan.
Selain itu, kita harus mengenali apakah diri kita termasuk jenis orang yang suka dengan resiko
atau tidak. Orang yang suka dengan resiko, biasanya akan langsung menyewa kantor, merekrut
karyawan dan mendaftarkan usahanya, namun orang yang tidak suka dengan resiko, biasanya
mereka memulai usahanya secara kecil-kecilan, orang-orang jenis inilah yang sering tidak
mendapatkan dukungan dari keluarganya terutama jika dia berpendidikan tinggi karena memulai
usaha secara kecil-kecil dianggap menurunkan harga diri dan tidak sesuai dengan levelnya.
Pada kenyatannya, mereka melakukan itu untuk melihat respon pasar sebelum nantinya
mengeluarkan modal yang lebih besar lagi, orang-orang semacam ini jika tidak diberi
kesempatan untuk memulai dengan skala yang kecil, mereka biasanya tidak akan pernah berani
berwirausaha. Mindset yang mereka miliki menetapkan batas-batas toleransi sendiri yang
menjadi pengaman akan mereka tidak jatuh terlalu dalam pada situasi yang tidak pasti, oleh
karena itu mereka akan melakukannya setahap demi setahap.
Seringkali kita berusaha mengubah pemikiran kita dengan mengikuti seminar motivasi, namun
tidak selalu cara ini berhasil. Hal tersebut terjadi karena motivator memberikan dorongan dari
luar, menceritakan mengenai dirinya sendiri dan orang lain namun membantu kita untuk
mengenali diri kita sendiri dari dalam, tentu mereka tidak bisa melakukannya karena mereka
tidak punya kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan kita. Oleh karena itu, cobalah
untuk memulai dari mengenal diri sendiri karena pemikiran adalah aset terbesar dalam mencapai
kesuksesan berwirausaha. “Perbedaan terbesar orang sukses dan gagal adalah pada mindset,
mereka memiliki tangan yang sama, kaki yang sama, kebebasan yang sama untuk berusaha dan
apalagi di dukung oleh dunia digital, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk belajar”.

Sumber: https://swa.co.id/swa/my-article/menjadi-entrepreneur-sukses-dengan-growth-mindset
Fatma Desty Al Verina/031195126

Pertanyaan
Berdasarkan bacaan di atas, maka analisalah:
Skor
1. Menurut Anda, apa yang menyebabkan seseorang tidak berani untuk 35
berwirausaha? Berikan contoh kasusnya.
2. Berikan analisa Anda tentang siapa sebenarnya entrepreneur itu dan berikan 15
contoh kasusnya.
3. Berikan analisa Anda mengenai karakteristik entrepreneur abad ke-21. 20
4. Bagaimana untuk menjadi seorang entrepreneur sukses dengan growth mindset? 30
Berikan Analisa Anda.

Jawab
1. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak berani untuk berwirausaha
a) Belum berpengalaman
ini biasanya jadi penyebab keraguan yang paling umum. Merasa belum berpengalaman,
sehingga jadi takut untuk memulai. Bahkan yang sudah memulai bisnis berkali-kali saja
bisa merasa ketakutan, apalagi yang pertama kali mencoba.
b) Melihat pengalaman buruk orang lain
terkadang, pengalaman buruk orang lain bisa membuat kita takut untuk melakukan
sesuatu. Hal itu wajar, memang kita juga perlu melihat pengalaman buruk orang lain
supaya tahu risiko apa saja yang bisa terjadi dalam berbisnis. Namun, seharusnya
pengalaman buruk itu bisa dijadikan pelajaran. Coba pelajari apa yang membuat usaha
orang lain gagal dan pastikan kita tidak melakukan hal yang sama dalam usaha kita.
c) Merasa belum mampu
perasaan inkompeten juga membuat takut untuk memulai usaha. Memang kalau belum
bisa, kamu perlu menunda dulu keinginan untuk berwirausaha. Namun bisa jadi kamu
belum merasa mampu padahal sebenarnya sudah. Coba minta pendapat sebanyak
mungkin pada orang yang kamu percaya.
d) Takut tidak bisa membagi waktu
banyak orang memulai bisnis untuk pertama kali saat masih memiliki pekerjaan tetap.
Hal itu memang bags dilakukan sehingga setidaknya kamu bisa tetap punya penghasilan
kalau-kalau usaha yang dilakukan gagal. Namun, itu juga bisa membuat keraguan
karena takut tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan tetap dan usaha. Namun yang
Fatma Desty Al Verina/031195126

menjadi kendala kebanyakan orang ialah masalah modal, banyak anak muda yang
terhambat membangun bisnis karena alasan tidak memiliki modal yang cukup.
e) Takut menghadapi ketidakpastian
Ketidakpastian tidak harus jadi penghalang. Usaha memang selalu punya kemungkinan
rugi, bahkan gagal. Namun ingat bahwa kemungkinan itu bisa ditekan sekecil mungkin
dengan persiapan yang baik.
f) Merasa sudah terlambat
kebanyakan orang memulai usaha sejak usia muda. Jadi jika sudah merasa cukup
berumur, kamu mungkin ragu karena merasa sudah terlambat memulai usaha. Keraguan
seperti itu wajar. Ingat bahwa tidak ada batasan umur untuk memulai usaha.
g) Kurang motivasi
dalam memulai bisnis, semua keraguan dan ketakutan bisa kamu lawan kalau kamu
punya motivasi yang kuat. Keinginan terpendam yang sangat didambakan bisa dijadikan
untuk motivasi. Dengan motivasi kuat, maka keraguan akan berkurang.

2. Enterpreuneur dianggap sebagai pelaku usaha yang selalu memperbaharui diri dalam
perekonomian. Enterpreuneur biasanya didefinisikan sebagai pihak yang menanggung resiko
dalam penciptaan usaha baru, sehingga biasanya orang yang optimis, pekerja keras yang
berpendirian teguh, yang memperoleh kekuasaan besar karena mampu mencari nafkah secara
mandiri. Memulai usaha bukan hanya memerlukan gagasan, tetapi juga memerlukan orang yang
istimewa yakni seorang Enterpreuneur yang menggunakan rencana dan pertimbangan yang tepat
serta kesediaan menanggung risiko untuk mendukung keberhasilan usahanya.
Didorong oleh rasa tanggung jawab yang besar dan daya tahan yang teguh, Enterpreuneur
biasanya bekerja keras. Enterpreuneur biasanya merupakan seseorang yang optimis sehingga
menganggap cangkir yang hanya terisi setengahnya sebagai cangkir setengah kosong. Mereka
sangat menghargai integritas dan sangat berusaha mencapai keberhasilan. Mereka memanfaatkan
kesalahan sebagai bahan ajar sehingga penuh dengan percaya diri para Enterpreuneur
kebanyakan meyakini bahwa mereka sendirian mampu meningkatkan hasil usaha yang mereka
jalankan.
Fatma Desty Al Verina/031195126

3. Karakteristik Enterpreuneur abad ke 21 yaitu:


a) Mampu mengenali dan memanfaatkan peluang
b) Memiliki aneka ragam kemampuan
c) Kreatif
d) Memiliki impian masa depan
e) Berpikiran bebas
f) Pekerja keras
g) Optimis
h) Innovator
i) Berani mengambil resiko
j) Memiliki jiwa pemimpin

4. Solusi terbaiknya adalah memahami apa yang diinginkannya agar kemudian dapat melakukan
kompromi dengannya.
Mindset akan berubah ketika ada tekanan motivasi yang lebih kuat dari dalam diri kita, salah satu
cara memunculkan motivasi dari dalam adalah melakukan apa yang menjadi kesukaan kita, atau
yang biasa disebut passion.
Ada 2 cara mengidentifikasi passion
a) Dengan memperhatikan hal apa yang paling sering kita lakukan atau yang biasa disebut hobi.
Namun hal ini tidak selalu berhasil karena tidak semua passion mampu kita jadikan hobi,
contohnya orang yang tidak mempunyai mobil mewah, bisa jadi ia memiliki passion di
dunia otomotif, dan orang yang tidak pernah keliling dunia, bisa jadi ia memiliki passion
dibidang traveling, bisa jadi ia menyukainya tapi mereka tidak mampu untuk melakukannya
karena keterbatasan fisiki dan finansial.
b) Dengan mengamati apa yang sering kita kritik dan komentari. Orang yang selalu
memberikan komentar mengenai cara mengajar gurunya di sekolah, kemungkinan besar
memiliki passion dalam mengajar, sedangkan orang yang sedang membahas busana yang
dipakai orang di sekelilingnya bisa jadi memiliki passion di bidang fashion and beauty.

Kita harus mengenali apakah diri kita termasuk jenis orang yang suka resiko atau tidak.
Biasanya orang yang suka dengan resiko langsung menyewa kantor, merekrut karyawan dan
Fatma Desty Al Verina/031195126

memulai usahanya. Namun orang yang tidak dengan resiko biasanya memulai usaha dengan
kecil-kecilan, orang orang seperti inilah yang sering tidak mendapatkan dukungan dari
keluarganya, terutama jika dia berpendidikan tinggi karena memulai usaha secara kecil-kecil
dianggap menurukan harga diri dan tidak sesuai dengan levelnya.
Mindset yang mereka miliki menetapkan batas-batas toleransi sendiri yang menjadi
pengaman mereka tidak jatuh terlalu dalam pada situasi yang tidak pasti, oleh karena itu
mereka akan melakukannya setahap demi setahap.
Seringkali kita berusaha untuk mengubah pemikiran kita dengan mengikuti seminar motivasi,
namun tidak selalu cara ini berhasil. Hal tersebut terjadi karena motivator memberikan
dorongan dari luar, menceritakan mengenai dirinya sendiri dan orang lain namun membantu
kita untuk mengenali diri kita sendiri dari dalam, tentu mereka tidak bisa melakukannya
karena mereka tidak punya kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan kita.
Oleh karena itu, cobalah untuk memulai dari mengenal diri sendiri karena pemikiran adalah
aset terbesar dalam mencapai kesuksesan berwirausaha.

Sumber referensi :

Anda mungkin juga menyukai