&
PENDIDIKAN KESEHATAN
(promkes)
Disusun oleh :
Nim : 201211686
Kelas: 1A
Dosen Pengumpu:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PROMKES.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Promosi Kesehatan Dan Pendidikan
Kesehatan, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi. Namun berkat bimbingan
dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan
saya, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………………………..1
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan………………………………………………………………………….2-8
B. Pendidikan Kesehatan………………………………………………………………………9-15
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………..16
B. Saran………………………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan membutuhkan strategi dan metode yang tepat, agar pelaksanaannya
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tidak ada satu pun metode pendidikan kesehatan
yang dipandangn paling baik, karena baik tidaknya metode pendidikan kesehatan tergantung
kepada tujuan pendidikan kesehatan, materi yang diajarkan, jumlah klien, fasilitas penunjang,
kesanggupan individual dan lain-lain. Oleh karena itu, pendidikan kesehtan dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan sederhana maupun yang kompleks.
B. Tujuan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatakan kemampuan individu, keluarga,
kelompok masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber
dari masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROMOSI KESEHATAN
Lawrence Green (1984) merumuskan definisi promosi kesehatan sebagai: “segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan”. Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus,
atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan
untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan yang lain
dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Foundation-australia, 1997),
sebagai berikut: ”Health promotion is programs are design to bring about change within people,
organization, communities, and their environment”.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga)jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3)sasaran tersier.
1. Sasaran Primer
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanyaPHBS, yang dapat
diupayakan atau dibantu penyediaannya olehmereka yang bertanggung jawab dan
berkepentingan (stakeholders),khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
2. Sasaran Sekunder
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yangberupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatandan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka
yangdapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Merekadiharapkan turut serta
dalam upaya meningkatkan PHBSpasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengancara:
1. Pemberdayaan
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinyaterletak pada keberhasilan
membuat klien tersebut memahamibahwa sesuatu (misalnya Diare) adalah masalah
baginya danbagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan belummengetahui
dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah,maka klien tersebut tidak akan
bersedia menerima informasi apa punlebih lanjut. Saat klien telah menyadari masalah
yang dihadapinya,maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjuttentang
masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai denganmenyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selainitu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bias dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta
yangberkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnyatentang seorang
tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya takpernah terserang Diare karena perilaku
yang dipraktikkannya).
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akanberpindah dari mau ke
mampu melaksanakan, boleh jadi akanterkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini
kepada yangbersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yangseringkali
dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam prosespemberdayaan
kelompok/masyarakat melalui pengorganisasianmasyarakat (community organization)
atau pembangunan masyarakat(community development). Untuk itu, sejumlah individu
dan keluargayang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasamamemecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini punmasih
juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintahatau dari dermawan). Di
sinilah letak pentingya sinkronisasi promosikesehatan dengan program kesehatan yang
didukungnya danprogram-program sektor lain yang berkaitan. Hal-hal yang
akandiberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan dan programlain sebagai
bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukansebelumnya. Bantuan itu
hendaknya juga sesuai dengan apa yangdibutuhkan masyarakat.
2. Bina Suasana
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencanauntuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yangterkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini berupa tokoh-tokohmasyarakat (formal dan informal) yang umumnya
berperansebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan(norma) atau
penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompokdalam masyarakat dan media massa
yang dapat berperan dalammenciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan
(pressure)bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upayauntuk
menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau prosespembinaan PHBS secara
umum.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakanmelalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat. Pada dirisasaran advokasi umumnya berlangsung
tahapan-tahapan, yaitu(1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik
untukikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalahdengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,(4) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satualternatif pemecahan masalah dan (5)
memutuskan tindak lanjutkesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus
dilakukansecara terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harusdisiapkan
dengan matang, yaitu:
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi jugaakan lebih efektif bila
dilaksanakan dengan prinsip kemitraan.Yaitu dengan membentuk jejaring advokasi atau
forum kerjasama.Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-dukung,maka
sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepadatujuan yang diharapkan.
Sebagai konsekuensinya, metode dan mediaadvokasi pun harus ditentukan secara cermat,
sehingga kerjasamadapat berjalan baik.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaanmaupun bina suasana dan
advokasi guna membangun kerjasamadan mendapatkan dukungan. Dengan demikian
kemitraan perludigalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintahyang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atautokoh masyarakat, media
massa dan lain-lain. Kemitraan harusberlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a)
kesetaraan, (b)keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi
(FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melaluipertunjukan film, dsb
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah,
hubungan telepon dan lain-lain
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masal
b. Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
inderapendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan
adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio,
komputer, dan lain-lain) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatannya.
B. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah “segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan pelaku pendidikan”. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan:
a. Input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku
pendidkan)
Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan di tuju dari pendidikan kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan kesehatan atau
tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang menguntungkan kesehatan atau
norma yang sesuai dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara
lain:
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan PDV\DUDNDW \DQJ VHVXDL
GHQJDQ NRQVHS KLGXS VHKDW EDLN ¿VLNmental maupun sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO, tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku perseorangan
dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998).
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan
kebutuhan mereka sendiri, maupun memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar,
dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO,
tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara
dan meningkatkan derajad kesehatan; EDLN VHFDUD ¿VLNPHQWDO PDXSXQ
VRVLDOQ\D VHKLQJJD SURGXNWLI secara ekonomi maupun sosial, pendidikan
kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Wahid,
2007). Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah pemahaman individu, kelompok
dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Herawati dkk, 2001).
Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan
pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan
ekonomi maupun sosial untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat.
Secara khusus tujuan pendidikan kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
Menurut Suliha (2002), metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan
yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menyampaikan pesan kepada sasaran pendidikan
kesehatan yaitu individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat. Metode pembelajaran dapat
berupa metode pendidikan individu, kelompok/ keluarga dan metode pendidikan massa.
Menurut Notoadmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan kesehatan adalah suatu
kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam
setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik pendidikan
kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Metode pendidikan kesehatan individual Metode ini digunakan apabila antara promoter
kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka
(face to face) maupun melalui sarana komunikasi lainnya, misal telepon. Cara ini paling
efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling
merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi
kliennya petugas kesehatandapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan
masalahnya. Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang individual ini yang terkenal
adalah “councelling”.
1) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya diskusi
kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran
(role play), metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk
mengefektifkan metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya lembar
balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
2) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya metode
ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan
sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya,
overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
3) Metode pendidikan kesehatan massa, apabila sasaran pendidikan kesehatan misal atau
publik, maka metode-metode dan teknik pendidikan kesehatan tersebut tidak akan efektif,
karena itu harus digunakan metode pendidikan kesehatan massa. Metode dan teknik
pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:
b) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise. Penyampaian pesan
melalui radio atau TV ini dapat dirancang dengan berbagai bentuk, misalnya talk show,
dialog interaktif, simulasi, dan sebagainya.
c) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran poster, dan
sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam-macam, antara lain
artikel tanya jawab, komik, dan sebagainya.
Banyak srategi yang dapat dipilih pentuluh atau pendidik. Dalam melaksanakan proses
pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk dan pendekatannya, strategi
pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi:
1. Expository
Makna ekspository berarti memberikan informasi yang berupa teori, hukum atau dalil yang
disertai bukti-bukti yang mendukung. Pada konteks ini klien hanya menerima saha informas ang
diberikan pleh pendidik. Bahan pendidikan kesehatan telah diolah sedemikian rupa sehingga siap
untuk disampaikan kepada klien.
Contoh metode ekspository adalah ceramah. Pendidik hanya akan menyampaikan pesan
berturut-turut sampai pada pemecahan masalah. Metode ini merupakan metode klasiik yang
sebaiknya mulai ditinggalkan. Apabila pendidik ingin banyak melibatkan klien secara aktif,
maka harus menjadi pendidik yang kreatif, sehingga walaupun yang dipilih metode ekspository,
pelaksanaan pendidikan kesehatan tetap optimal dan menyenangkan bagi klien.
2. Discovery
3. Inquiry
Inquiry memiliki makna yang lebih luas dari discovery. Artinya, penyelidikan mengandung
proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Pada saat seorang penyuluh akan melaksanakan
pendidikan kesehatan, sebaiknya tujuan pendidikan kesehatan sudah dirumuskan seara jelas.
Sehingga klien dapat melaksanakan pendidikan kesehatan secara optimal. Setelah itu baru
menentukan strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu setiap klien dalam
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Strategi pendidikan kesehatan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kondisi semua klien
karena setiap klien memiliki kemampuan yang berbeda. Sementara pendidikan kesehatan
bertujuan untuk membantu klien mencapai tujuan secara efektif dan produktif. Beberapa kriteria
yang dapat menjadi pedoman dalam memilih strategi pendidikan kesehatan yaitu efektif, efisien
dan dapat meningkatkan ketertiban klien.
Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses merupaka suatu sistem yang tiak terlepas dari
komponen-komponen lain yang saling berinteraksi didalamnya. Salah satu komponen dalam
proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa
dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung baik itu sebagian atau seluruhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam promosi
kesehatan dengan tujuan mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Strategi promosi kesehatan yang dapat diakukan
diantaranya adalah dengan dilakukanya (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) binasuasana
dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4)kemitraan. Diharapkan melalui promosi
kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesehatan masyarakat.
1. Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilia-nilai kesehatan.
2. konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok stsu msdyarakat
dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-
masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.
3. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku menjadi 3 domain yaitu :
-Pengetahuan
-Sikap atau tanggapan
-Praktek
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu perlu untuk
diterapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan kesehatan, masyarakat
Indonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah
terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri.
Promosi kesehatan yang dilakukan apoteker dapat dilakukan secara berkala sehingga
masyarakat dapat mengetahui informasi kesehatan yang terbaru. Selain itu, promosi kesehatan
yang dilakukan dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Promosi kesehatan juga dapat
melibatkan organisasi, lembaga maupun perusahaan swasta sehingga lebih massal dan cepat
dalam penyebaran informasi kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://siskaningtyasp.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pendidikan-kesehatan.html
http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/perilaku-masyarakat-terhadap-kesehatan/
http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/domain-perilaku/
http://ciciimutblog.blogspot.com/2011/11/pendidikan-dan-perilaku/