Anda di halaman 1dari 7

Percobaan 1

Pembuatan Simplisia
1.1. Tujuan Percobaan
- Memahami prinsip pembuatan simplisia
- Membuat simplisia dari bagian-bagian tumbuhan

1.2. Landasan Teori


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan/mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman. Simplisia hewani berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni. Sedangkan simplisia pelikan berupa mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Di dalam percobaan
ini, kami memilih simplisia nabati yaitu simplisia dari daun salam. Daun salam dengan
nama latin Syzygium polyanthum merupakan tumbuhan yang mudah hidup di dataran
rendah maupun tinggi. Tanaman ini dapat hidup tanpa perlakuan khusus. Daun salam
biasanya digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan. Harmanto (2007)
menyatakan bahwa daun salam tingginya mencapai 25 m. Daunnya yang rimbun,
berbentuk lonjong/bulat telur, berujung runcing bila diremas mengeluarkan bau harum.
Daun salam mengandung zat-zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat
antibakteri. Zat tannin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent). Daun salam
juga bermanfaat untuk mengatasi diare, diabetes, kudis atau gatal dan lambung lemah.
Pada penelitian Sudirman (2014) efektifitas antimikroba yang ditunjukkan ekstrak daun
salam memiliki zat aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri berupa tannin,
flavonoid dan minyak atsiri, yang mana ketiga zat tersebut merupakan komposisi kimia
yang terkandung dalam ekstrak daun salam. Pemanfaatan daun salam sekarang ini
umumnya hanya digunakan sebagai rempah dan belum diolah. Untuk menjaga mutu dan
mempertahankan kandungan bioaktif dari daun salam, dilakukan pengolahan daun
salam menjadi simplisia dalam rangka meningkatkan kepraktisan dan efisiensi dalam
pemanfaatanya.
Budi Daya Tanaman Obat dan Pembuatan Simplisia
a. Budi Daya Tanaman Obat
Budi daya adalah Teknik memadukan unsur sumber daya alam, tanaman, dan
teknologi sehingga diperoleh kuantitas dan kepastian hasil. Keragaman jenis
tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah hingga dataran tinggi
menuntut dilakukannya penyesuaian lingkungan untuk kegiatan budi daya tanaman
tersebut agar memberikan hasil yang diinginkan. Adapun lingkungan yang dimaksud
yaitu iklim tanah. Unsur-unsur iklim diantaranya suhu, curah hujan, sinar matahari,
kelembaban, angin, dan lain-lain. sedangkan unsur tanah, diantaranya kesuburan
tanah, kegemburan tanah, dan ketersediaan air tanah.
Sumber simplisia nabati diperoleh langsung dari alam yang masih tumbuh liar
(wild crop) sehingga kualitasnya masih beragam. Tumbuhan liar kurang baik untuk
dijadikan sumber simplisia dibandingkan dengan tanaman budi daya, karena :
1. Umur dan bagian tanaman yang diambil sebagai bahan yang berkhasiat
tidak sama
2. Spesies (jenis) tanaman tidak diperhatikan
3. Lingkungan tempat tumbuh yang dapat mempengaruhi kualitas zat
berkhasiat dalam tanaman bervariasi
- Persiapan dan Pengolahan Tanah
Persiapan dan pengolahan tanah merupakan tahap pertama yang harus
dilakukan karena tanah menyediakan unsur-unsur hara yang merupakan makanan
bagi tanaman. Kesuburan kimiawi (ketersediaan unsur hara, pH tanah), dan
kesuburan biologi (aktivitas mikroorganisme tanah, bahan organic tanah).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah dan
membersihkan tanah dari gulma (tanaman pengganggu).
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk tanaman obat tertentu pada saat
pengolahan tanah diantaranya menanam tanaman dengan kedalaman tanah 25-40
cm. Untuk tanaman yang diambil umbinya menanam dengan jarak 40x60 cm saat
tanaman lama sudah melapuk. Untuk tanaman berbentuk herba misalnya pegagan
(Centella Asiatica) dan meniran (Phyllanthus Urinaria) membuat teras-teras pada
tanah yang terlalu miring membuat saluran air, terutama untuk tanaman yang tidak
tahan genangan air seperti cabe (Capsicum frutescens L.) dan menanam tumbuhan
penjatan atau tegakan yang dipasang kira-kira 10 cm dari lubang tanah untuk
tanaman yang membutuhkan tegakan seperti sirih (Piper betle).
- Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan terlebih dahulu pembibitan.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Tujuan
dilakukannya pembibitan adalah untuk mendapatkan tanaman dengan daya tumbuh
yang baik dan seragam. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetative
(misalnya stek dan cangkok) atau generative (dengan biji).
Untuk mencegah banyaknya tanaman yang mati, terlebih dahulu dapat
dilakukan penyemaian terutama untuk benih yang berukuran kecil dan
membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Selain itu, penyemaian juga dapat
menghemat waktu, misalnya untuk tanaman obat yang penanamannya dilakukan di
awal musim hujan maka penyemain dilakukan di akhir musim kemarau.
- Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman obat bertujuan agar tanamn terbebas dari gulma dan
hama tanaman sehingga memberikan hasil yang diinginkan. Pemeliharaan meliputi
pemupukan, penyiraman, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan dapat dilakukan menggunakan pupuk organic atau anorganik,
misalnya pemberian pupuk yang mengandung nitrogen pada tanaman pulepandak
(Rauvolfia serpentina) dan tembakau (Nicotiana tabacum). Pasa musim kemarau
penyiraman harus teratur agar kelembaban tanah terus terjaga, sedangkan pada
musim hujan penyiraman disesuikan dengan kondisi tanah. Pada tanaman yang
bahan berkhasiatnya diperolah dari akar tunggal (Rhizoma), misalnya lengkuas dan
jahe, permukaan tanahnya diberi mulsa yang bertujuan untuk mengurangi
penguapan air tanah. Penyiangan intensif dilakukan dengan tujuan menekan
populasi gulma. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan :
1. Secara mekanis, misalnya dengan membuang bagian tanaman yang
diserang
2. Secara kultur teknis, mengatur kelembaban dan intensitas cahaya.
3. Secara kimia, misalnya dengan pemberian insektisidan dan fungisida.
- Panen
Hal yang perlu diperhatikan pada saat akan panen :
 Buah (fructus) dikumpulkan pada saat sudah masak / sudah tua tetapi belum
masak, misalnya pada tanaman lada, tanaman lada yang dipanen saat buah
sudah tua tetapi belum masak akan menghasilkan lada hitam, sedangkan jika
diapnen saat buah sudah masak akan menghasilkan lada putih.
 Biji (semen) dipanen pada saat buah masak atau mongering, misalnya
kedawung.
 Daun (folium) dipenen pada saat belum terjadi pembentukan
bunga/menjelang berbunga.
 Bunga (flos) dipanen pada saat masih kuncup, misalnya bunga melati dan
cengkeh.
 Akar tunggal (rhizome) dipanen pada saat bagian tanaman yang berada di ata
tanah menguning, yaitu pada permulaan musim kemarau, misalnya
temulawak, kunyit, dan jahe.
 Umbi lapis (bulbus) dipanen pada saat bagian tanaman yang berada di atas
tanah mulain mengering, misalnya bawang putih.
b. Proses Pembuatan Simplisia
Setalah tanaman obat dipanen selanjutnya dilakukan proses pembuahan simplisia
yang umumnya melalui tahapan pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan, dan
pemeriksaan mutu (DEPKES RI 1990).
1. Pengumpulan bahan baku
Tanaman obat yang sudah dipanen dikumpulkan di tempat yang sudah
ditentukan dan menunggu proses selanjutnya.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan cemaran dan kotoran dari
simplisia yang baru dipanen. Sortasi ini dapat mengurangi jumlah kontaminasi
mikroba.
3. Pencucian
Dilakukan dengan menggunakan air yang bersih (air sumur, PDAM, air dari
mata air). Pencucian secara signifikan mampu mungurangi mikroba yang
terdapat dalam simplisia. Penggunaan air harus diperhatikan. Beberapa mikroba
lazim terdapat di air yaitu : Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,
Streptococus, Enterobacter, serta E.coli pada simplisia akar, batang, atau buah.
Untuk mengurangi jumlah mikroba awal dapat dilakukan pengupasan kulit luar
terlebih dahulu.
4. Perajangan
Dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Perajangan harus memperhatikan senyawa yang terkandung dalam
simplisia. Untuk lebih amannya, gunakan pisau atau pemotong yang terbuat dari
steinless steel.
5. Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk mengawetkan simplisia agar tahan lama
Ketika disimpan. Tujuan lainnya ialah untuk mengurangi kadar air, mencegah
pertumbuhan jamur dan bakteri, mencegah proses enzimatik agar simplisia tidak
rusak / menurun mutunya, serta memudahkan dalam penyimpanan.
Menurut persyaratan obat tradisional, pengeringan dilakukan sampai kadar
air tidak lebih dari 10%. Biasanya rentang kadar air 8-14% sudah memadai dan
jika kadar air mencapai 15%, simplisia akan cepat membusuk. Pengeringan dapat
dilakukan di bawah sinar matahari langsung atau menggunakan alat pengering,
misalnya oven. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada proses
pengeringan adalah suhu, kelembaban, aliran udara, waktu pengeringan, dan
luas permukaan bahan. Suhu pengeringan tergantung bhaan simplisia, yaitu
antara 30-90⁰C. Simplisia yang zat aktifnya tidak tahan pemanasan dikeringkan
pada suhu terendah. Agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat, bahan
simplisia harus dibuat rata tidak bertumpuk.
6. Sortasi kering
Merupakan tahap sebelum simplisia dikemas. Dilakukan untuk memisahkan
bagian yang tidak diinginkan atau ada cemaran. Proses ini juga dilakukan untuk
memisahkan simplisia-simplisia tergantung pada mutu.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan
simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara
lain cahaya matahari, oksigen/udara, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan
air, pengotoran, serangga, dan kapang. Hal yang harus diperhatikan saat
pengepakan dan penyimpanan adalah suhu dan kelembapan udaran. Suhu yang
baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15⁰-30⁰C). untuk simplisia
yang membutuhkan suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5⁰-15⁰C) atau
simplisia yang perlu disimpan pada suhu dingin (0⁰-5⁰C).
8. Pemeriksaan Mutu
Pada setiap penerimaan simplisia harus dilakukan pemeriksaan mutu agar
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam buku standar, seperti Farmakope
Indonesia, Materia Medika Indonesia, atau Farmakope Herbal. Agar selalu
diperoleh simplisia yang bermutu, dilakukan penyimpanan contoh simplisia yang
akan digunakan sebagain pembanding pada saat dilakukan pengujian simplisia
yang baru diterima.
Faktor dari luar dan dalam yang dapat merusak dan menurunkan mutu
simplisia, antara lain : Cahaya, Udara, Reaksi, Dehidrasi, Penyerapan Air,
Pengotor, Serangga, Kapang.

1.3. Alat dan Bahan


1. Alat
- Wadah
- Blender
- Timbangan analitik
- Spatula
- Saringan serbuk
- Koran
- Lemari pengering
2. Bahan
- 1 kg Daun Salam (Daun yang tidak tua, tidak terlalu muda)
- 100 gram dibuat serbuk halus
- Air
1.4. Prosedur Kerja

Pengumpulan bahan simplisia daun dalam sebanyak 1 kg di dapat dari Kp. Pakuwon
Desa Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.

Dipilh daun salam yang daunnya tidak tua dan tidak terlalu muda.

Pilih daun salam yang daunnya tidak busuk dan tidak bolong-bolong.

Setelah terkumpul, daun salam 1 kg lakukan penyortiran (segar). Dilakukan setelah selesai
panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, lakukan
juga dengan menghilangkan tangkai daun pada daun salam.

Lakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba


yang melekat pada daun salam menggunakan air mengalir.

Pencucian dilakukan sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung pada daun salam menggunakan air mengalir.
Lakukan perajangan daun salam dengan cara menual, yaitu mensuwir-suwir daun dimana setiap
daun dipotong menjadi 4-6 bagian daun untuk dijadikan serbuk 100 gram, sisanya tidak disuwir,
dikeringkan dengan sinar matahari langsung, di angin-anginkan dan Sebagian daun dikeringkan
menggunakan lemari pengering.

Lakukan pengeringan untuk yang dibuat serbuk dan yang tidak diolah, pengeringan dengan
sinar matahari dari jam 09.00 pagi sampai jam 11.00 siang selama tiga hari. Sisa daun yang
lainnya dihilangkan menggunakan lemari pengering.

Lakukan penyortiran (kering) untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada
simplisia, misal : pasir, kotoran ungags atau benda asing lainnya.

100 gram dibuat serbuk, dimasukkan ke dalam blender (daun yang sudah disortir), sampai
halus lalu simpan di atas koran/kertas, lalu serbuk kasar yang tadi di saring lagi daunnya
hingga serbuk halus. dan serbuk tidak kasar. Setelah halus, selanjutnya ditimbang lagi
sampai 100 gram dibuat serbuk.

Lakukan pengemasan mesukkan 100 gram serbuk, dan daun salam yang sudah kering ditutup
di wadah yang tertutup rapat terhindar dari cahaya. Simpan pada suhu kamar.
1.5.Data Pengamatan dan Perhitungan
Simplisia hasil (Grana)
Sortasi basah = Rajangan = 250 gram
Sortasi kering = Serbuk = 250 gram
Serbuk Kering = Rajangan = 100 gram
Serbuk setelah = Serbuk = 150 gram
pengayak
Klasifikasi Daun Salam
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylidoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium polyanthum W (Samudra, 2014)
Ciri-ciri
Bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bulat sungsang, pangkal lancip,
sedangkan ujung lancip sampai tumpul, Panjang 5-15 cm, lebar 35-36 mm, terdapat 6-10 urat
daun rateral, pamgkal daun 5-12 mm.

1.6.Pembahasan
Daun salam memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Kita sudah sering menjumpainya di
setiap masakan guna memperkaya rasa. Dan pada kesempatan ini, kelompok kami mendapatkan
tugas untuk pembuatan simplisia dari daun salam yang berupa serbuk dan daun yang sudah
dikeringkan pada hasil akhirnya. Dimana dalam Ilmu Kefarmasian Farmakognosi, daun salam
digunakan untuk mengatasi diare.
Pada pembuatan simplisia daun salam, kami membutuhkan daun salam sebanyak 1 kg yang
mana daun salam yang tidak tua dan tidak terlalu muda, dengan cara pemilihan daun yang baik
dan berkualitas. Setelah tahap pemanenan dan penyortiran yaitu tahap pencucian, dalam proses
ini kami mencuci daun salam sebersih mungkin menggunakan air mengalir yang dibilas sebanyak
5 kali, setalah itu ditiriskan.
Proses selanjutnya yaitu perajangan. Dalam tahap ini, daun salam dirajang secara manual
yaitu dengan cara mensuwir dimana satu lembar menjadi 4-6 lembar potongan yang kemudian
kita jemur selama 3 hari dengan sinar matahari langsung dan ditambah pengeringan dengan
lemari pengering. Setelah itu, simplisia dihaluskan untuk dijadikan serbuk menggunakan blender
sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam wadah bersih kering tertutup rapat terhindar dari
cahaya.

1.7.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan simplisia yang telah saya lakukan, saya dapatsimpulkan
bahwa pembuatan simplisia daun simplisia yang semula beratnya sebanyak 1 kg menjadi 100
gram dibuat serbuk, dan daun yang sudah dikeringkan beratnya menjadi
Simplisia cacahan kering adalah penyusutan simplisia yang terjadi karena penyusutan kadar
air dalam simplisia yang terjadi dalam proses pengeringan sehingga simplisia terhindar dari
mikroba yang menyebabkan pembusukan dan hal lain yang tidak memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai