Anda di halaman 1dari 11

Oseana, Volume 44, Nomor 1 Tahun 2019 : 15 - 25 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

SENYAWA BIOAKTIF MIKROALGA DAN PROSPEKNYA


DI MASA DEPAN

Oleh
Indyaswan Tegar Suryaningtyas1)

ABSTRACT
BIOACTIVE COMPOUND FROM MICROALGAE AND ITS FUTURE
PROSPECT. Microalgae biomass is potential to be used in various fields, one of which
is as a producer of bioactive compounds. Bioactive compounds from microalgae can
be used extensively in the pharmaceutical industry, cosmetic’s raw materials, food
flavouring substances, and functional food ingredients. In terms of health, the bioactive
compounds have the potential as antioxidants, antiviral, antibacterial, anti-fungal,
anti-inflammatory, anti-tumor, and prevent the effects of malaria, but the potential
for microalgae’s bioactive compound has not been explored well if compared to the
production of terrestrial plants. Some examples of the bioactive compounds that have
been used are carotenoid groups such as lutein, β-carotene, astaxanthin and fucoxanthin;
fatty acid groups such as EPA and DHA; and also some toxin compounds such as domoic
acid. To obtain the optimum yield of bioactive compounds, it requires the right method
in biomass production, compound extraction, compounds isolation and compounds
identification. While testing the activities, it is necessary to do some assays such as
antioxidan, antibiotic, antiviral and anticancer assay. The development of the technology
can improve the potential use of microalgae to synthesis its bioactive compounds.

PENDAHULUAN perhatian adalah senyawa bioaktif alami


yang dihasilkan yang dapat dimanfaatkan
Mikroalga telah dimanfaatkan
di dalam industri farmasi, bahan baku
sebagai bahan baku biomassa yang
kosmetika, dan zat penambah rasa
potensial dalam berbagai macam bidang
makanan serta bahan pangan fungsional.
mulai dari bidang kesehatan, kosmetika,
Kandungan mikroalga seperti asam
industri budidaya, dan bahkan untuk
lemak, protein, klorofil, karotenoid, dan
bahan bakar alternatif pengganti bahan
beberapa vitamin sangat menarik untuk
bakar fosil (Chen et al., 2011). Sebagai
dikembangkan dalam skala komersial
organisme ber sel tunggal, mikroalga
(Raposo et al., 2013). Manfaat dari
dapat menggunakan nutrisi dengan lebih
produk senyawa bioaktif mikroalga
efisien untuk melakukan metabolisme,
memiliki peluang untuk menjadi solusi
pertumbuhan atau menghasilkan
dari berbagai isu kesehatan sebagai
senyawa kimia. Salah satu yang menjadi
antioksidan, antivirus, antibakteri,

1)
Laboratorium Mikroalga, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

15
antijamur, antiradang, antitumor, dan MIKROALGA DAN PRODUK
mencegah efek dari malaria (Hu et al., ALAMINYA
2008). Mikroalga adalah salah satu
Potensi–potensi produk senyawa organisme yang memiliki jenis paling
yang berasal dari mikroalga masih belum bervariasi dan tersebar luas mulai dari air
banyak dipelajari dan dimanfaatkan bila tawar hingga di air laut (Gimpel et al.,
dibandingkan dengan produk senyawa 2015). Mikroalga merupakan organisme
yang dihasilkan oleh tumbuhan darat, prokariotik seperti cyanobakteria, alga
meskipun sebenarnya mikroalga memiliki hijau, diatom dan beberapa kelompok
beberapa kelebihan dibandingkan organisme eukariotik. Salah satu
tumbuhan darat. Kelebihan tersebut kelompok besar mikroalga adalah
diantaranya adalah produksi biomassa alga hijau yang termasuk dalam Filum
yang lebih tinggi hingga 30 kali lebih Chlorophyta dengan karakteristik
cepat dibandingkan tumbuhan darat, lebih utama memiliki pigmen hijau, klorofil,
mudah dikultur dan dipanen, serta tidak seperti Chlorella, Dunaliella, dan
mengurangi lahan pertanian (Richmon et Nannochloropsis. Kelompok yang lain
al., 2013). Keunggulan–keunggulan ini adalah diatom, yang terdiri dari Filum
mendukung pentingnya pengembangan Heterokontophyta dengan anggota yang
mikroalga sebagai penghasil produk berasal dari Genus Phaeodactylum
alami yang potensial dalam industri (Boyd et al., 1997). Beberapa spesies
kesehatan dan farmasi. Dari ribuan jenis mikroalga yang sudah umum digunakan
mikroalga di dunia, hanya sebagian sebagai produk terapi kesehatan untuk
kecil yang sudah dipelajari lebih jauh menyembuhkan penyakit maupun
dan dideskripsikan secara ilmiah sebagai suplemen kesehatan antara lain
(Jijakli et al., 2015). Menurut Richmon adalah spirulina Arthrospira platensis
et al. (2015), keragaman komponen yang merupakan salah satu jenis dari
senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh sianobakteri, dan alga hijau Chlorella
mikroalga diperkirakan 10 kali lebih pyrenoidosa.
beragam daripada produk senyawa Alga hijau telah lama dimanfaatkan
yang dihasilkan oleh tumbuhan darat. sebagai pewarna alami. Namun tidak
Termasuk di dalamnya adalah metabolit banyak diketahui bahwa pigmen yang
sekunder maupun metabolit basal yang terkandung di dalam alga hijau bukan
spesifik terhadap kondisi lingkungan hanya klorofil saja (Hong et al., 2015).
tertentu. Berdasarkan fakta tersebut, Sebagai contoh, Haematococcus
bisa dikatakan bahwa produk senyawa mengandung pigmen yang bervariasi,
bioaktif dari mikroalga memiliki potensi salah satunya adalah astaxanthin (Kim et
besar yang belum banyak terungkap. al., 2016). Astaxanthin banyak digunakan
sebagai bahan suplemen kesehatan karena
memiliki kapasitas sebagai antioksidan
serta memiliki fungsi kesehatan yang lain.

16
Selain Genus Haematococcus sebagai mikroalga menjadi kandidat potensial
genus yang telah banyak dipelajari sebagai sebagai sumber PUFAs di dalam
penghasil Astaxanthin, beberapa spesies produk suplemen kesehatan, antara lain,
Chlorella juga memproduksi senyawa Crypthecodinium, Nannochloropsis,
tersebut. Meskipun demikian, Chlorella Phaeodactylum, Monodus, Nitzchia, dan
dan Haematococcus menggunakan jalur Isocrysis (Munanda et al., 2011).
metabolisme yang berbeda dalam sintesis
senyawa tersebut (Hong et al., 2015).
PEMANFAATAN SENYAWA
Sedangkan Dunaliella salina sudah sejak
BIOAKTIF MIKROALGA
lama dimanfaatkan untuk memproduksi
β-karoten. Ekstrak dari D. salina Mikroalga menghasilkan produk
memberikan sitotoksisitas yang signifikan yang telah banyak dimanfaatkan dalam
terhadap sel neuroblastoma, namun tidak dunia kesehatan. Beberapa contoh
berefek kepada sel normal yang sehat kelompok senyawa bioaktif yang
(Anila et al., 2016). Fukosantin yang berasal dari mikroalga yang sudah
dihasilkan diatom mampu menghambat umum dimanfaatkan antara lain adalah
efek sel kanker dengan memengaruhi karotenoid, asam lemak esensial dan
aktivitas proapoptosisnya. Selain itu, polisakarida (Tabel 1). β-karoten adalah
fucoxanthin juga menunjukkan aktivitas salah satu karotenoid primer yang
antioksidan, antiperadangan, antiobesitas, merupakan bagian dari organ fotosintesis,
antidiabetes, dan antimalaria yang cukup sedangkan astaxanthin adalah contoh
efektif ketika diuji di dalam penelitian dari karotenoid sekunder yang hanya
(Yi et al., 2015; Peng et al., 2011). akan terakumulasi ketika terjadi stimulus
tertentu (Guedes et al., 2011). D. Salina
Selain pigmen, mikroalga secara
adalah mikroalga dengan kandungan
umum memproduksi asam lemak rantai
β-karoten yang tertinggi (hingga 10%
panjang tak jenuh ganda atau biasa disebut
dari berat kering biomasa), disusul oleh
polyunsaturated long-chain fatty acids
Isochrysis sp. di urutan kedua (Prieto et
(PUFAs) yang memiliki banyak manfaat
al., 2011). Astaxanthin telah diproduksi
untuk kesehatan (Chitranjali et al., 2015).
secara komersial dari ekstraksi alga
Selama ini, PUFAs diproduksi dari minyak
hijau Haematococcus sp., sedangkan
ikan. Namun setelah adanya pencemaran
fukosantin dari ekstraksi diatom
logam berat dan isu eksploitasi ikan yang
Phaeodactylum tricornutum sebanyak
berlebihan, alternatif sumber PUFAs pun
16,5 mg/g berat keringnya (Xia et al.,
semakin banyak dicari, dan pilihan yang
2013).
tepat jatuh pada mikroalga. Beberapa

17
Tabel 1. Karotenoid dan asam lemak esensial yang berasal dari mikroalga
(Fu et al., 2017).
Senyawa Spesies mikroalga % berat kering
Karotenoid
Lutein Dunaliella salina 0,4% - 0,8%
β-karoten Dunaliella salina 10%
Fucoxanthin Chaetoceros sp., Cylindrotheca sp., 1,5% - 2,0%
Odontella sp., Phaeodactylum sp.,
Isochrysis sp.
Astaxanthin Haematococcus sp., 1%–8%
H. pluvialis
Asam lemak esensial
Eicosapentaen Phaeodactylum tricornutum, 0.7%–6.1% lipid total
oic acid (EPA) Monodus subterraneus,
Porphyridium cruentum,Amphora sp.
Docosahexaenoic Spirulina platensis, 17.5%–30.2% lipid total
acid (DHA Rhizosolenia setigera,
Thalassiosira stellaris,
Crypthecodinium cohnii, Isocrysis sp.

Selain karotenoid dan senyawa untuk kesehatan apabila digunakan


bioaktif yang lain, mikroalga juga dalam jumlah yang sesuai. DA dalam
berpotensi sebagai sumber asam lemak dosis kecil dimanfaatkan secara medis di
esensial, seperti eicosapentaenoic acid Jepang untuk membasmi cacing di dalam
(EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). usus besar (Berge et al., 1997). Penelitian
Pada diatom, produksi EPA dan DHA Barofsky (2007) menunjukkan bahwa
secara berurutan bisa mencapai hingga DA yang berasal dari ekstrak diatom
17,5%-30,2% dan 0,7%-6,1% dari total Skeletonema costatum memiliki aktivitas
asam lemak yang dihasilkan. Sedangkan antiproliferasi terhadap sel kanker paru.
asam lemak total yang dihasilkan diatom
dapat mencapai 57,8% dari berat kering
EKSTRAKSI DAN PENGUJIAN
selnya (Xia et al., 2013). Diatom juga
SENYAWA BIOAKTIF
diketahui sebagai penghasil senyawa
toksik, seperti domoic acid (DA) yang Mikroalga yang dimanfaatkan
pada tahun 1987 menyebabkan kematian untuk produksi senyawa penting adalah
masal dan komplikasi kesehatan pada strain hasil isolasi dari alam. Isolat tersebut
manusia yang mengkonsumsi kerang dikembangkan dengan kultur hingga
budidaya yang diberi pakan diatom mencapai skala industri lalu kemudian
Pseudonitzschia (Prieto et al., 2011). diekstrak senyawa yang diinginkan.
Senyawa toksik dapat dimanfaatkan Beberapa permasalahan timbul dalam

18
proses isolasi maupun proses kultur (Hernandez-Ledesma & Herrero, 2014).
yaitu kurangnya informasi mengenai Metode SFE menggunakan supercritical
kebutuhan nutrisi untuk tumbuh seperti fluid (SCF) untuk meningkatkan
fosfor, sulfur dan sumber nitrogen; serta efisiensinya. SCF adalah zat/bahan yang
pH optimal, suhu, intensitas cahaya dipanaskan atau diberi tekanan melebihi
dan kepadatan optimal untuk tumbuh. titik kritisnya (critical points). Saat ini,
Setiap strain mikroalga memiliki SCF yang paling banyak digunakan
karakteristik parameter tersendiri untuk untuk tujuan analisis dan ekstraksi adalah
mendapatkan kondisi optimalnya (Fu et karbon dioksida (SC-CO2), terutama
al., 2014). Penelitian mengenai optimasi untuk ekstraksi senyawa – senyawa
pertumbuhan mikroalga dan produksi antioksidan dan lipid. Sedangkan metode
senyawa bioaktifnya mencakup proses PFE membuat agar pelarut berada pada
isolasi yang efisien menjadi kultur suhu dan tekanan yang tinggi untuk
unialgal aksial, ekstraksi dan isolasi mempertahankannya dalam keadaan cair.
yang efektif untuk senyawa bioaktif dan Suhu yang digunakan berkisar antara
analisis strukturalnya, dan penentuan 100o hingga 200o C (Hernandez-Ledesma
bahan kimia dari senyawa bioaktif yang & Herrero, 2014).
potensial.
Proses penapisan atau screening
Pada proses ekstraksi senyawa produk alami senyawa bioaktif dilakukan
bioaktif, semakin tinggi efisiensi proses dengan dua pendekatan, yaitu isolasi
ekstraksi, hasil ekstrak senyawa pun terlebih dahulu atau pengujian terlebih
akan semakin tinggi dan bervariasi. dahulu. Masing–masing pendekatan
Metode ekstraksi yang sering dilakukan berhasil menunjukkan potensi produk
saat ini masih sangat tergantung dengan bioaktif alami, dan saat ini kombinasi
pemilihan pelarut, dan memerlukan antara dua pendekatan tersebut sedang
pelarut organik dalam jumlah besar dan dikembangkan dimana ekstraksi total atau
menghabiskan banyak waktu. Untuk fraksi ekstrak diuji kemudian langsung
mengatasi permasalahan tersebut, banyak dilanjutkan dengan bioassay apabila
dikembangkan teknik ekstraksi yang ditemukan aktivitas biologi yang tinggi
lebih efisien, dengan metode otomatis, (Xia et al., 2013). Sebagai contoh, liquid
hanya memerlukan pelarut organik chromatography–mass spectrometry
yang lebih sedikit, ramah lingkungan, (LC-MS) dan/atau nuclear magnetic
dan lebih efisien dalam pengerjaannya. resonance (NMR) dapat digunakan untuk
Beberapa contoh teknik ekstraksi yang menggambarkan profil karakterisasi
saat ini sedang dikembangkan dan telah kimia dari ekstrak total maupun bagian
menunjukkan hasil yang lebih baik dari ekstrak, ketika ditemukan senyawa
antara lain supercritical fluid extraction baru, senyawa tersebut dipurifikasi dan
(SFE), pressurized fluid extraction dianalisis dengan pengujian biologis
(PFE), ultrasound-assisted extraction, (biological assays). Kombinasi dua
dan microwave-assisted extraction pendekatan tersebut diharapkan dapat

19
lebih cepat, murah, sensitif, mudah menggunakan layar toksisitas sel
dilakukan, dan dapat diulang kembali (toxicity screen) dengan menggunakan
(Xia et al., 2013). sel-sel kanker yang diberi pewarna vital
(seperti MTT 3-(4,5-dimethylthiazol-
Ekstrak mikroalga seperti
2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide
karotenoid dan senyawa bioaktif lainnya
dan sulforhodamine B (Fu et al., 2017).
memiliki potensi sebagai antioksidan.
Sebagai contoh, dolastatin 10, senyawa
Efektivitas ekstrak mikroalga sebagai
dari ekstrak cyanobakteri Symploca sp.
antioksidan diuji dengan beberapa
memiliki potensi sitotoksik kepada sel
metode yang saat ini dikembangkan,
kanker. Struktur dari senyawa ini kemudian
salah satu contoh adalah metode ferric-
menjadi model produksi senyawa sintesis
reducing ability of the plasma atau biasa
auristatin PE yang berikatan dengan
disebut dengan FRAP yang banyak
antibody dan melawan sel kanker (Xia
digunakan untuk mendeteksi antioksidan
et al., 2013). Sedangkan senyawa lain
pada diatom (Fu et al., 2017). Sedangkan
yang juga berpotensi sebagai antikanker
untuk uji antibiotik, metode yang paling
seperti iejimalide A yang merupakan
sering digunakan adalah uji difusi untuk
penghambat produksi V-ATPase; curacin
melihat efektivitas aktivitas antibiotik
A yang memiliki efek antimitosis; dan
terhadap bakteri gram positif, gram
debromoplysiatoxin dan lyngbyatoxin
negatif dan jamur dengan parameter
yang merupakan aktivator protein kinase
luasan bidang yang tidak ditumbuhi
C belum memiliki ijin pemakaian dari
bakteri (Xia et al., 2013). Pengujian
Food and Drug Administration (FDA,
antivirus mikroalga dilakukan dengan
Amerika) (Hernandez-Ledesma &
bermacam metode seperti lempeng mikro
Herrero, 2014). Aktivitas antikanker pada
(microplate). Senyawa hasil ekstraksi
ekstrak mikroalga ini belum sepenuhnya
mikroalga ditemukan terdapat aktivitas
dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker,
perlawanan terhadap beberapa jenis
namun saat ini menjadi alternatif
retrovirus seperti virus herpes, togavirus,
untuk mengurangi efek buruk kanker
rhabdovirus dan bahkan HIV (Fu et
selama obat kanker masih dalam tahap
al., 2017). Salah satu senyawa hasil
pengembangan.
isolasi dari ekstrak mikroalga adalah
Cyanovirin-N, senyawa polipeptida yang
diekstrak dari Nostoc ellipsosporum, BIOSINTESIS SENYAWA BIOAKTIF
yang menunjukkan hasil yang kuat dalam
Produk alam dari mikroalga
melawan virus HIV-1 (Boyd et al., 1997).
termasuk senyawa dengan struktur yang
Sebagai tambahan, steroid dan glikolipid,
kompleks dan bervariasi merupakan hasil
serta polisakarida sulfat yang diekstrak
adaptasi mikroalga terhadap lingkungan
dari mikroalga juga menunjukkan
fisik habitatnya. Misalnya produksi
aktivitas antivirus (Fu et al., 2017).
pigmen untuk memanfaatkan cahaya
Ekstrak mikroalga juga menunjukkan
dan melindungi diri dari paparan sinar
aktivitas antikanker, dengan pengukuran
matahari; produksi terpenoid, isofrenil

20
dan beberapa molekul untuk dapat untuk meningkatkan produksi β-karoten
bersaing dengan spesies lain; produksi pada tiap spesies yang berbeda.
gula dan polimer–polimer yang berperan
dalam kondisi cekaman suhu dan
PROSPEK DI MASA DEPAN
osmosis, serta sebagai cadangan energi
(Gimpel et al., 2015). Kondisi morfologi Pemanfaatan senyawa
dan fisiologi mikroalga mengharuskan biokatif dari mikroalga masih terus
mikroalga untuk beradaptasi lebih dikembangkan, berbagai metode
banyak daripada tanaman darat yang optimasi produksi biomassa, metode
cenderung lebih mudah beradaptasi, ekstraksi, metode isolasi dan identifikasi
sehingga biosintesis senyawa yang senyawa bioaktif, dan metode sintesis
merupakan hasil adaptasi tersebut juga senyawa terus mengalami perkembangan
lebih bervariasi dibandingkan dengan yang semakin baik. Ditambah dengan
produk dari tanaman darat (Richmond et minat masyarakat yang semakin besar
al., 2013). terhadap suplemen yang berasal dari
bahan alami, dapat diperbarui dan mudah
Pemahaman tentang biosintesis
diproduksi, ramah lingkungan, maka
senyawa bioaktif mikroalga diperlukan
prospek mikroalga sebagai bahan pangan
untuk usaha optimasi senyawa
fungsional menjadi semakin tinggi (Chen
yang diinginkan. Sebagai contoh,
et al., 2011). Dalam industri farmasi dan
jalur metabolisme biosintesis lipid
pangan fungsional, ketersediaan bahan
mikroalga telah berhasil dipetakan
baku menjadi kunci keberlanjutan usaha.
dengan pendekatan molekuler. Hal ini
Sulitnya pemenuhan bahan baku akan
mempermudah proses peningkatan
menjadi penghambat tersendiri dalam
produksi PUFA dengan memanfaatkan
suatu industri. Sebagai contoh, saat ini
gen–gen yang telah diketahui berperan
PUFA diperoleh terutama dari ekstrak
dalam jalur metabolismenya. Gen–gen
minyak ikan. Semakin meningkatnya
tersebut direkayasa agar ekspresinya
kebutuhan PUFA tidak sebanding
meningkat, sehingga biosintesis PUFA
dengan tingkat penangkapan ikan yang
pun meningkat (Chitranjali et al.,
ketersediaannya semakin menurun dan
2015). Jalur metabolisme lain yang
diperburuk lagi dengan banyaknya
telah berhasil dipetakan adalah jalur
peraturan pembatasan penangkapan ikan.
biosintesis β-karoten (Anila et al.,
Kondisi seperti ini menjadi penyebab
2016). Anila et al. (2016) melakukan
ketidakpastian masa depan industri PUFA
analisis perbandingan proses biosintesis
yang berasal dari ekstrak minyak ikan,
β-karoten pada beberapa spesies alga
dan mikroalga adalah salah satu alternatif
hijau dan mengambil kesimpulan bahwa
solusi dari permasalahan tersebut (Fu
jalur biosintesis β-karoten bervariasi di
et al., 2017). Bahan baku biomasa
tiap spesies. Hal tersebut menyebabkan
mikroalga lebih mudah diproduksi secara
perlunya penanganan khusus yang
masal, pertumbuhan yang cepat karena
spesifik dalam pemberian perlakuan
efesiensi dalam penggunaan nutrisi dan

21
kemampuannya dalam berfotosintesis software dan tools untuk genomeediting,
mendukung kemudahan untuk produksi metabolisme model dengan skala
biomasa ini (Gimpel et al., 2015). Karena genomik, dan perkembangan omics
mikroalga dikembangkan dalam air, data (transkriptomik, metagenomik,
maka kondisi dan desain tempat kultur proteinomik, metabolomik dan
dapat disesuaikan dengan ketersediaan sebagainya) dapat menyediakan
lahan. Selain itu, dengan kondisi alam informasi untuk optimasi produksi
Indonesia dengan garis pantai yang biomasa maupun meningkatkan produksi
panjang dan mudahnya sumber air laut, senyawa metabolit yang diinginkan dalam
pemilihan lokasi tidak menjadi masalah suatu kultivasi (Hernandez-Ledesma &
yang sulit. Herrero, 2014).
Perkembangan bioteknologi Biomasa mikroalga selain
dewasa ini turut mendukung pemanfaatan menghasilkan senyawa bioaktif, juga
mikroalga sebagai penghasil senyawa menghasilkan produk yang lain seperti
bioaktif. Sebagian besar senyawa bioaktif lipid yang berpotensi menjadi sumber
yang dihasilkan oleh mikroalga adalah bahan bakar alternatif di masa depan
metabolit sekunder, yang secara seluler pengganti bahan bakar fosil. Mikroalga
produksinya rendah. Sehingga produksi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
masal dan ekstraksi tunggal untuk pangan fungsional seperti menjadi
senyawa bioaktif dari kultur mikroalga sumber protein, serat, dan vitamin yang
(tanpa modifikasi dan rekayasa) dirasa baik untuk kesehatan manusia atau
masih kurang ekonomis. Disisi lain, sebagai pakan biota budidaya. Hasil
sintesis senyawa bioaktif dengan bahan ekstraksi mikroalga dapat juga digunakan
kimia buatan juga memerlukan biaya sebagai bahan biomaterial untuk
yang besar untuk biaya produksinya. pembuatan silika. Produksi biomasa
Belum lagi permasalahan proses mikroalga akan menjadi lebih efisien
pembuatan senyawa yang cukup rumit apabila dalam sekali produksi biomasa,
karena struktur senyawa yang kompleks berbagai produk dapat dihasilkan. Hal
membuat senyawa buatan tidak sebagus ini didukung oleh penelitian mengenai
produk alaminya (Fu et al., 2017). Namun biorefinary mikroalga supaya tidak ada
dengan adanya kemajuan bioteknologi, sisa ekstraksi yang terbuang percuma
“pabrik” biomasa mikroalga dapat dibuat (Raposo et al., 2013).
menjadi lebih optimal. Penggunaan
ilmu dan metode mutagenesis, evolusi
adaptif, rekayasa genetika, dan sintesis
biologi merupakan solusi yang terus
dikembangkan. Kemajuan pengetahuan
secara molekuler seperti keberhasilan
sekuensing genom komplit dari beberapa
spesies mikroalga, berkembanganya

22
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
Mikroalga memiliki potensi Anila, N. D. P. Simon, A. Chandrashekar,
sebagai bahan baku senyawa bioaktif G. A. Ravishankar and R.
yang saat ini dibutuhkan sebagai solusi Sarada. 2016. Metabolic
kesehatan. Senyawa–senyawa bioaktif engineering of Dunaliella
seperti astaxanthin, fucoxanthin, salina for production of
EPA, DHA, adalah contoh dari ketocarotenoids, Photosynth.
beberapa senyawa yang diproduksi Res. 127 : 321–333.
oleh mikroalga yang potensial secara
Barofsky, A. and G. Pohnert. 2007.
ekonomi dan secara kesehatan. Senyawa
Biosynthesis of polyunsaturated
yang diproduksi mikroalga masih
short chain aldehydes in the
banyak yang belum terungkap, yang
diatom Thalassiosira rotula.
mungkin memiliki dampak yang besar
Org. Lett. 9 (6) : 1017–1020.
bagi dunia kesehatan. Sangat besar
kemungkinan perkembangan penemuan Berge, J. P., N. Bourgougnon, D.
senyawa – senyawa tersebut, begitu Carbonnelle, V. Le Bert,
pula dengan potensi pasar yang besar. C. Tomasoni, P. Durand
Informasi mengenai karakter senyawa, and C. Roussakis. 1997.
manfaat senyawa, dan potensinya Antiproliferative effects of an
perlu untuk diteliti dan diketahui agar organic extract from the marine
pemanfaatannya bisa lebih optimal. diatom Skeletonema costatum
Pengujian efektivitas dan aktivitas (Grev) Cleve against a non-
senyawa metabolit seperti pengujian small-cell bronchopulmonary
antimikrobia, antivirus, antikanker, carcinoma line (NSCLC-N6),
efek imunologi, juga perlu dilakukan, Anticancer Research.17 (3c) :
bersamaan dengan dikembangkannya 2115–2120.
metode ekstraksi, metode isolasi senyawa Boyd, M. R., K. R. Gustafson, J. B.
dan preservasinya. Sebagai kesimpulan, McMahon, R. H. Shoemaker,
walaupun masih terus dikembangkannya B. R. O’Keefe, T. Mori, R.
usaha optimasi produksinya, senyawa J. Gulakowski, L. Wu, M. I.
bioaktif yang dihasilkan mikroalga Rivera, C. M. Laurencot, M. J.
memiliki potensi yang besar sebagai Currens, J. H. Cardellina, R. W.
solusi bermacam masalah kesehatan di Buckheit, Jr, P. L. Nara, L. K.
masa depan. Pannell, R. C. Sowder and L.
E. Henderson. 1997. Discovery
of cyanovirin-N, a novel
human immunodeficiency
virus inactivating protein that
binds viral surface envelope
glycoprotein gp120: potential

23
applications to microbicide Gimpel, J.A., J.S. Hyun, N. G. Schoepp
development, Antimicrobial and S. P. Mayfield. 2015.
Agents and Chemotherapy. 41 Production of recombinant
(7) : 1521–1530. proteins in microalgae at pilot
Chen, C.Y., K.L. Yeh, R. Aisyah, R, greenhouse scale.Biotechnology
D.J. Lee and J.S. Chang. 2011. and Bioenginering. 112 (2) :
Cultivation, photobioreactor 339–345.
design and harvesting of Guedes, A.C., H.M. Amaro and F.X.
microalgae for biodiesel Malcata. 2011. Microalgae as
production: A critical review. sources of carotenoids.Marine
Bioresource Technology, 102 : Drugs 9 (4) : 625–644.
71–81.
Hernandez-Ledesma, B.and M. Herrero.
Chitranjali, T., P. Chandran and G.
2014. Bioactive Compounds
Kurup, 2015. Omega-3
from Marine Foods: Plant and
fatty acid concentrate from
Animal Sources, in: IFT Press,
Dunaliella salina possesses
Wiley Blackwell, Chichester.
anti-inflammatory properties
Xix. 437p.
including blockade of NF-
kappaB nuclear translocation, Hong, M.E., S. K. Hwang, W. S. Chang,
Immunopharmacol. B. W. Kim, J. Lee and S.J. Sim.
Immunotoxicol. 37 (1) : 81–89. 2015. Enhanced autotrophic
Fu, W.Q., G. Paglia, M. Magnúsdóttir, astaxanthin production from
E. A. Steinarsdóttir, S. Haematococcus pluvialis under
Gudmundsson, B. Ø. Palsson, high temperature via heat stress-
Ó. S. Andrésson and S. driven Haber-Weiss reaction.
Brynjólfsson. 2014. Effects Appl. Microbiol. Biotechnol. 99
of abiotic stressors on lutein (12) : 5203–5215.
production in the green Hu, Q., M. Sommerfeld, E. Jarvis, M.
microalga Dunaliella salina,
Ghirardi, M. Posewitz, M.
Microbial Cell Factories 13. 3.
Seibert and A. Darzins. 2008.
Fu, W. D.R. Nelson, Z.Yi., M. Xu, B. Microalgal triacylglycerols
Khraiwesh, K. Jijakli, A. as feedstocks for biofuel
Chaiboonchoe, A. Alzahmi, production: perspectives and
D. Al-Khairy, S. Brynjolfsson advances. Plant J. 54 (4) : 621–
and K. Salehi-Ashtiani. 639.
2017. Bioactive Compounds
from Microalgae: Current Jijakli, K., R. Abdrabu, B. Khraiwesh,
Development and Prospects. D. R. Nelson, J. Koussa and
Studies in Natural Products K. Salehi-Ashtiani. 2015.
Chemistry. 54 : 199-225. Molecular genetic techniques

24
for algal bioengineering. Raposo, M.F.D., R.M.S.C. de Morais and
Biomass and Biofuels A.M.M.B. de Morais. 2013.
from Microalgae.Springer Health applications of bioactive
International Publishing, compounds from marine
Basel, Switzerland. pp. 155– microalgae. Life Sci. 93 (15) :
171. 479–486.
Kim, D.Y., D. Vijayan, R. Praveenkumar, Richmond, A. and Q. Hu. 2013. Handbook
J.I. Han, K. Lee, J. Y. Park, of Microalgal Culture: Applied
W.S. Chang, J. S. Lee and Y. K. Phycology and Biotechnology,
Oh. 2016. Cell-wall disruption second ed., John Wiley & Sons,
and lipid/astaxanthin extraction Ltd, Chichester.xvi, 719 pages.
from microalgae: Chlorella
Xia, S.K. Wang, L. Wan, A. Li, Q.
and Haematococcus.Bioresour.
Hu and C. Zhang. 2013.
Technol. 199 : 300–310.
Production, characterization,
Mutanda, T., D. Ramesh, S. Karthikeyan, and antioxidant activity of
S. Kumari, A. Anandraj and fucoxanthin from the marine
F. Bux. 2011. Bioprospecting diatom Odontella aurita. Mar.
for hyper-lipid producing Drugs 11 (7) : 2667–2681.
microalgal strains for
Yi, Z.Q., M. Xu, M. Magnusdottir, Y.
sustainable biofuel production.
Zhang, S. Brynjolfsson and
Bioresour. Technol. 102 (1) :
W. Fu. 2015. Photo-oxidative
57–70.
stress-driven mutagenesis
Peng, J., J. P. Yuan, C. F. Wu and J. H. and adaptive evolution on the
Wang. 2011. Fucoxanthin, a marine diatom Phaeodactylum
marine carotenoid present in tricornutum for enhanced
brown seaweeds and diatoms: carotenoid accumulation, Mar.
metabolism and bioactivities Drugs 13 (10). 6138–6151.
relevant to human health, Mar.
Drugs 9 (10) : 1806–1828.
Prieto, A., J.P. Canavate and M. Garcia-
Gonzalez. 2011. Assessment
of carotenoid production by
Dunaliella salina in different
culture systems and operation
regimes. J. Biotechnol. 151 (2)
: 180–185.

25

Anda mungkin juga menyukai