Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali
dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari
– hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi
( Mansjoer, 2008). Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam
kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan.
(Ben-zion, 2010). Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama
masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
kehamilan trimester pertama (Sarwono,2008).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, Frekuensi kejadian
adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang dikemukakan :
1. Faktor organik
Karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat kehamilan serta resustensi yang menurunkan dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
2. Faktor psikologik
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan
manjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Faktor endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
C. Tingkatan dan tanda gejala hiperemesi gravidarum
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I ( Ringan )
a. Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
b. Ibu merasa lemah.
c. Nafsu makan tidak ada.
d. Berat badan menurun.
e. Merasa nyeri pada epigastrium.
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
g. Tekanan darah menurun.
h. Turgor kulit berkurang.
i. Mata cekung.
2. Tingkat II ( Sedang )
a. Penderita tampak lemah dan apatis.
b. Turgor kulit mulai jelek.
c. Lidah mengering dan tampak kotor.
d. Nadi kecil dan cepat.
e. Suhu badan naik (dehidrasi).
f. Mata mulai ikteris
g. Berat badan turun dan mata cekung.
h. Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
i. Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
3. Tingkat III ( Berat )
a. Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
b. Dehidrasi berat.
c. Nadi kecil, cepat dan halus.
d. Suhu meningkat dan tensi turun.
e. Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopati
wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan penurunan mental.
f. Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini
dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksit. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan
akibat perdarahan gastrointestinal (Sarwono, 2008).

E. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan
pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun
kelainan organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis; pada jantung menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak
menyebabkan perdarahan bercak dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi
lemak pada tubuli kontroli (Kusuma, 2015).

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4
bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makana dalam
jumlah kecil tapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Hindari makanan
berminyak dan berbau lemak.
d. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun
terlalu dingin.
e. Usahakan defekasi teratur.
2. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak
berkurang diperlukan pengaobatan :
a. Tidak memberikan obat yang teratogen.
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin.
3. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap dirumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran
darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologi
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan
fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino secara intravena (Kusama, 2015).

Anda mungkin juga menyukai