Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

KONSEP TEORI

A. Pengertian Mastitis/infeksi payudara


Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.  Mastitis adalah reaksi
sistematis seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan air susu.
Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih saluran payudara. Kondisi biasanya
berhubungan dengan menyusui dan dapat menyebabkan sakit parah jika tidak
terdeteksi dan terobati secepatnya.Infeksi yang muncul karena menyusui ini juga
dikenal dengan istilah mastitis laktasi. Mastitis termasuk satu dari berbagai masalah
ibu menyusui dan tantangan menyusui. Meski kasus mastitis seringnya terjadi pada
ibu menyusui, wanita yang belum pernah melahirkan dan menyusui serta wanita yang
memasuki masa menopause bisa mengalaminya juga
Mastitis biasanya hanya menyerang salah satu payudara saja, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Mastitis menyebabkan
penderitanya mengalami kesulitan saat menyusui, sehingga kegiatan menyusui
menjadi terhambat atau terhenti. Akan tetapi, kegiatan menyusui sebaiknya tetap
dilakukan karena hal ini tidak berbahaya untuk bayi. Kandungan antibakteri dalam
ASI membuat bayi terlindung dari infeksi, dan malah mempercepat penyembuhan.
(Ambarwati, dkk.2008)

B. Penyebab Infeksi Payudara


Pada ibu menyusui, infeksi payudara disebabkan oleh penumpukan ASI di
kelenjar payudara. Penumpukan ini menyebabkan penyumbatan saluran air susu,
sehingga menghasilkan tekanan yang cukup kuat dan menyebabkan ASI merembes ke
jaringan di sekitar payudara. Kandungan protein dalam ASI dianggap tubuh sebagai
benda asing dan sistem kekebalan tubuh akan bereaksi untuk melawannya. Kondisi ini
akan menyebabkan peradangan payudara. Penyumbatan saluran ASI dapat dipicu oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Gangguan atau kelainan yang menyebabkan bayi tidak mampu menyedot ASI
dengan baik.
2. Pengeluaran ASI tidak dilakukan secara teratur.
3. Hanya menggunakan satu payudara untuk menyusui.
Selain penyumbatan saluran air susu, infeksi payudara pada ibu menyusui
juga disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus
agalactiae. Bakteri ini berasal dari permukaan kulit atau mulut bayi yang masuk
ke dalam saluran susu, melalui celah pada puting payudara atau pembukaan
saluran air susu. Bakteri juga dapat berasal dari air susu yang tidak dikeluarkan
hingga habis. Pada wanita yang tidak sedang menyusui, infeksi payudara bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1. Cedera pada payudara.
2. Sistem kekebalan tubuh rendah, termasuk wanita yang pernah menjalani
pengobatan tumor dengan radioterapi.
3. Gangguan kesehatan, seperti diabetes.
4. Tindikan pada payudara.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi payudara
atau mastitis, yaitu:
1. Terlalu lelah atau stres.
2. Kurangnya asupan nutrisi.
3. Merokok.
4. Pernah mengalami infeksi payudara sebelumnya.
5. Menggunakan bra yang terlalu ketat.
6. Sedang dalam masa menyusui selama beberapa minggu pertama pasca
melahirkan
7. Puting payudara sakit dan terluka seperti pecah-pecah
8. Memberikan tekanan berlebih pada payudara, seperti menggunakan sabuk
pengaman terlalu kencang atau membawa tas berat sehingga menghambat
aliran ASI
9. Selalu menggunakan satu posisi menyusui bayi. (WHO.2010)
C. Gejala Infeksi Payudara
Gejala utama infeksi payudara adalah payudara membengkak, berwarna
kemerahan, terasa hangat, dan menimbulkan rasa nyeri ketika disentuh. Gejala
lainnya adalah:

1. Demam.
2. Menggigil.
3. Tubuh terasa lelah dan lemas.
4. Mual dan muntah.
5. Keluar cairan yang mengandung nanah.
6. Muncul benjolan pada payudara.
7. Pembesaran kelenjar getah bening di area ketiak atau leher. (Cahyanto,Erindra
Budi.2020)

D. Faktor Predisposisi
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita
dibawah usia 21 tahun dan di atas 35 tahun
2. Paritas
Primipara ditemukan sebagai factor resiko
3. Serangan sebelumnya
  Serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis
5. Gizi
Misalnya asupan garam dan lemak yang tinggi,anemia,gizi buruk
6. Faktor Kekebalan dalam ASI
Faktor ini dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.Tetapi
menurut studi di Gambia menyatakan bahwa kadar factor ini rendah,pertahanan
ini rendah,pertahanan efektif dapat berkurang,dan resiko mastitis berulang
meningkat
7. Stres dan kelelahan
Misalnya wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin
istirahat,tetapi tidak jela apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau
tidak. (Indarti. 2006)

E. Diagnosis Infeksi Payudara


Sebagai langkah awal diagnosis, akan melakukan menanyakan riwayat
kesehatan terkait gejala yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik juga akan
dilakukan untuk mendeteksi adanya benjolan di payudara. Untuk ibu menyusui
melakukan pemeriksaan terhadap sampel ASI di laboratorium guna mendeteksi
keberadaan bakteri penyebab infeksi dan menentukan jenis antibiotik yang cocok bagi
penderita. Menganjurkan pasien, baik yang sedang menyusui maupun tidak, untuk
menjalani pemeriksaan lainnya bila ada kecurigaan ke penyakit lain. Di antaranya:

1. USG payudara, untuk mendeteksi dan memeriksa benjolan atau tumor pada


payudara.
2. Mammografi, untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara yang dapat
disebabkan oleh infeksi payudara.
3. Biopsi payudara, yaitu pemeriksaan laboratorium terhadap sampel jaringan
payudara untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel kanker.
4. MRI, untuk mendapatkan gambaran kondisi payudara secara lebih detail dan
mendeteksi tumor atau tanda kanker payudara. (Cahyanto, Erindra Budi, dkk.
2020)

F. Pengobatan Infeksi Payudara


Penanganan utama untuk infeksi payudara adalah pemberian obat antibiotik.
Antibiotik digunakan selama 10-14 hari sesuai petunjuk dokter. Biasanya keluhan
akan membaik dalam waktu 2-3 hari sejak awal pengobatan. Meski demikian,
antibiotik sebaiknya tetap dikonsumsi hingga periode pengobatan berakhir agar
infeksi tidak muncul kembali. Selain penanganan terhadap infeksi, ada beberapa
tindakan yang dapat dilakukan di rumah untuk meredakan gejala yang dialami, yaitu:
1. Berikan kompres hangat pada area payudara yang mengalami infeksi untuk
meredakan rasa nyeri. Lakukan selama 15 menit, 4 kali sehari.
2. Konsumsi obat pereda nyeri, seperti iburofen dan paracetamol, sebagai langkah
lainmeredakan nyeri.
3. Jaga kebersihan selama menyusui. Hindari menggunakan pengering, selalu cuci
tangan, dan jaga kebersihan puting dan bayi.
4. Hindari dehidrasi. Minum lebih banyak cairan.
5. Istirahat cukup dan makan makanan ibu menyusui.
6. Menyusui dari payudara yang tidak terinfeksi dan kosongkan kedua payudara
dengan alat pompa ASI pada payudara yang terinfeksi.
7. Hindari mengenakan pakaian yang terlalu ketat, termasuk bra, hingga gejala
infeksi menurun.
8. Lakukan aktivitas menyusui secara teratur untuk meredakan infeksi.
9. Periksa ke dokter dalam 1-2 minggu untuk memastikan apakah infeksi telah
sembuh. (WHO. 2010)

G. Komplikasi Infeksi Payudara


Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi payudara, yaitu:

1. Abses payudara, yaitu munculnya nanah di payudara dan terasa nyeri. Tindakan


operasi kecil diperlukan untuk mengeluarkan nanah dari dalam payudara.
2. Infeksi jamur. Penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi payudara dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur secara berlebih dalam tubuh. Kondisi ini dapat
menyebabkan puting berwarna merah serta payudara terasa nyeri dan panas.
Bercak putih atau kemerahan juga dapat ditemukan di mulut bayi. Jika ditemukan
gejala-gejala tersebut, dokter akan memberikan obat antijamur sebagai langkah
pengobatan. (Ambarwati, dkk. 2008)

H. Pencegahan Infeksi Payudara


Ada beberapa tindakan perawatan payudara yang dapat dilakukan untuk mencegah
infeksi payudara, yaitu:

1. Bersihkan payudara dengan handuk hangat untuk meningkatkan aliran ASI.


2. Gunakan teknik atau posisi yang berbeda ketika menyusui.
3. Gunakan payudara secara bergantian ketika sedang menyusui.
4. Kosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang menyusui untuk mencegah
pembengkakan dan penyumbatan saluran ASI. Jika bayi sudah berhenti menyusu
dan payudara belum sepenuhnya kosong, gunakanlah alat pompa ASI untuk
memompa ASI dan mengosongkan payudara.
5. Hindari penggunaan sabun ketika membersihkan puting.
6. Pijat payudara secara teratur untuk memperlancar saluran ASI.
7. Perbanyak konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi.
8. Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat.
9. Hindari menindik puting payudara karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
(WHO.2010)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari. 2008. Asuhan  Kebidanan Nifas Yogyakarta: Mitra


Cendiki
Cahyanto, Erindra Budi, dkk. 2020. Asuhan kebidanan Komplementer Berbasis
Bukti. CV Al Qalam Media Lestari
Indarti.
2006. Asuhan Kebidanan  pada Ibu  Nifas Ny. S dengan Mastitis diPuskema
s Kedawung II Sragen.Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: STIKES Kusuma
Husada.
WHO, Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya. 2010. Perpustakaan Nasional

Anda mungkin juga menyukai