Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Bahasa Indonesia
Kesehatan Mental
Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Kelompok 1
XI MIPA 5

Aaqil M Fathan
Agam Adipati Yunan
Muhamad Ridho Akasah
Yudhika Mutiha H Siagian

Guru Pembimbing : Evi Sofia, S.Pd

SMA Negeri 4 Pekanbaru


Jl. Adi Sucipto No.67 Pekanbaru, Riau Kode pos 28125
Telp. (0761)64785, Email: sman4_pekanbaru@yahoo.co.id
2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaran Bahasa
Indonsia dengan judul “ Kesehatan Mental” tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evi Sofia,S.Pd, selaku


guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para
pembaca.

Pekanbaru, 18 Maret 2021

Tim Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I 4
Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
1.4 Manfaat 6
Bab II 7
Pembahasan 7
2.1 Pengertian Kesehatan Mental. 7
2.2 Ciri-ciri Kesehatan Mental. 10
2.3 Gangguan Mental. 11
2.4 Agama dan Kesehatan Mental. 14
Bab III 16
Penutup 16
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 17
Daftar Pustaka 18
Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam


mendorong para ahli Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab
perbedaan tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Selain
itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu memperoleh
ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.Usaha ini kemudian
melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan
mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999: 10).

Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian


dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak
terlepas dari masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari
berbagai problema kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan menambah
permasalahanpermasalahan baru, seperti kecemasan dengan kemewahan
hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan
sehingga nilai kemanusiaan diabaikan.

Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap


kesejahteraan hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan
pentingnya dilakukan pembinaan kesejahteraan hidup bersama ikut
mempercepat perkembangan ilmu kesehatan mental.

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang


mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori
dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism,
operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori
pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai
kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-
teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses
pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula
sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution
(Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan beberapa prinsip dalam belajar,
yakni :

1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu


tujuan
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang
lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam
kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan
yang berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek
intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis
dan sebagainya.
6. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus
benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta
lepas secara verbalistis.
7. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk
belajar.
Kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting dalam
pendidikan guna memahami menunjang keberhasilan pendidikan itu
sendiri. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan
perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pendidikan atau pembelajaran tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan


nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta
didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik
untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu
lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih
banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti
Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS
dan alat ukur lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek
kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting
bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan
sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang
optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi
pendidikan bagi kalangan guru untuk mengetahui kesehatan mental anak
didik dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari kesehatan mental?


2. Bagaimanakah ciri-ciri dari kesehatan mental ?
3. Apa sajakah gangguan kesehatan mental tersebut ?
4. Bagaimanakah keterkaitan antara agama dan kesehatan mental ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan mental.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kesehatan mental.
3. Untuk mengetahui gangguan dari kesehatan mental.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara agama dan kesehatan mental.

1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui lebih dalam makna dari kesehatan mental tersebut.


2. Sebagai masukan bagi mahasiswa dan dosen itu sendiri.
3. Sebagai acuan bagi penyusunan makalah selanjutnya.
Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kesehatan Mental.

Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu


“mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam
bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti
ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene
mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).

Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-


10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah
kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya
gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha
mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan
kesehatan jiwa rakyat.

Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor


penyebab dan gejalagejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga
memudahkan dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat
yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental
yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui
terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut
melalui pendekatanhygiene mental.

Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental


mengalami perkembangan sebagai berikut :

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan


penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).
Pengertian ini terelihat sempit, karena yang dimaksud dengan orang
yang sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan
berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian ini banyak
mendapat sambutan dari kalangan psikiatri (Sururin,2004: 142)
Kembali pada istilah neorosis, pada awalnya kata tersebut berarti
ketidakberesan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli
penyakit dan ahli psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah
laku tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidakberesan susunan
syaraf, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya
sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental (psikologi)
dimasukkan pula dalam istilah tersebut.

b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan


orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan
kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan
penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan
kebahagiaan hidup.

c. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-


fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem
yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan
batin (konflik)

d. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan


dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal
mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain,
terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang


sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit
jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah
dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa,
dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat
menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin
(Sururin,2004: 144).

Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi


sistem tentang prinsipprinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-
prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani (M. Buchori dalam
Jalaluddin,2004: 154) Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental
meliputi pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan
Psikologi, kedokteran, Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama (M.
Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154)

Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang


harmonis. Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan,
pikiran, maupun fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat
keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang akan terjaga. Ia tidak akan
mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi, atau penyakit-
penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki
kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya.

Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat.


Demikian sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung
memiliki mental yang tidak sehat (Yusak Baharuddin, 1999: 13). Orang
yang bermental sehat adalah mereka yang memiliki ketenangan batin dan
kesegaran jasmani.

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan


gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis( penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial) orang yang sehat mental akan senantiasa
merasa aman dan baghagia dalam kondisi apapun, ia akan juga selalu
intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu
mengontrol dan mengandalikan dirinya sendiri.

2.2 Ciri-ciri Kesehatan Mental.

Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:

1. Memiliki sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri.


2. Aktualisasi diri.
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psiskis yang
ada.
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri ( mandiri).
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Di samping itu pula, untuk memahami jiwa yang sehat, dapat diketahui
dari beberapa ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat. Dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan
batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut :

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstuktif pada kenyataan


meskipun kenyataan itu buruk banginya.
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran
dikemudian hari.
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif
dan konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
2.3 Gangguan Mental.

Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau


perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan
maupun tindakan.

Ada beberapa jenis penyakit mental, dengan beberapa gangguan


dalam setiap kategori. Ini bervariasi dari ringan sampai parah dan adalah
mungkin bagi gangguan ini dapat me Ada empat jenis penyakit mental:

1. Gangguan organik otak

Jenis gangguan ini adalah akibat langsung dari fisik (seluruh tubuh)
perubahan dan penyakit yang mempengaruhi otak. Hal ini
menyebabkan perubahan untuk beberapa derajat kebingungan dan
delusi selain kecemasan dan kemarahan. Beberapa penyakit ini
adalah:
A. penyakit degenerative :

a) Huntington : penyakit-penyakit genetik yang terdiri dari


gerakan abnormal, demensia, dan masalah psikologis.
b) Multiple Sclerosis : gangguan sistem kekebalan tubuh yang
mempengaruhi sistem saraf pusat (otak & saraf tulang
belakang).
c) Pikun
d) Parkinson : gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan.

B. Kardiovaskular : Gangguan-gangguan Ini berhubungan dengan


jantung, stroke, dan gangguan yang berhubungan dengan
tekanan darah tinggi.

C. Trauma diinduksi : Ini semua berhubungan dengan cedera otak,


perdarahan dan gegar otak.

D. Intoksikasi : Obat dan Alkohol terkait, obat dan gejala


penarikan alcohol
2. Mood dan Kecemasan

Beberapa gangguan utama dalam kategori ini adalah: depresi,


fobia, gangguan Panic. Ini bisa begitu ringan. Beberapa penyebab
penyakit ini disebabkan oleh situasi sebelumnya, misalnya: terutama
peristiwa traumatis, seperti korban pelecehan seksual dan veteran
perang biasanya memiliki kepanikan dan fobia.

3. Gangguan kepribadian

Ada 3 kelompok gangguan kepribadian :

1) Odd Perilaku yang tidak biasa - termasuk


a. Kepribadian paranoid: perasaan bahwa setiap orang dan
segala sesuatu diketahui mereka namun pada kenyataannya
hal ini tidak benar.
b. Skizofrenia Kepribadian – apatis terhadap orang lain dan
tidak ada keinginan untuk bersosialisasi.

2) Dramatis, atau perilaku emosional tak menentu.


Ini termasuk di dalamnya :
a. Antisocial: menghindari orang
b. Borderline kepribadian-menentu emosi dan berhubungan
dengan orang.
c. Munafik kepribadian-perhatian pencari-manipulator –
Cenderung melebih-lebihkan hubungan-”semua orang
mencintai saya”.

3) Cemas takut.
Termasuk:
a. Avoidant : gangguan kepribadian-takut mengambil risiko,
mudah tertipu, hiper-sensitif, menghindari segala sesuatu
yang mencakup interaksi sosial.
b. Dependent: gangguan kepribadian-karena kelalaian, miskin,
telah ditinggalkan dan merasa itu akan terjadi lagi.
c. Obsesif-kompulsif : gangguan kecemasan, menarik pikiran
dan obsesi tentang hal-hal yang tidak nyata
4. Gangguan psikotik

Gangguan psikotik adalah kumpulan penyakit yang sangat


mempengaruhi proses otak dan berpikir. Orang-orang ini mengalami
kesulitan berpikir rasional dan penilaian mereka terganggu. Hidup
kehidupan sehari-hari menjadi sangat sulit. Namun, untuk yang
terburuk dari gangguan ini ada perawatan yang tersedia. Gejala yang
paling umum penyakit ini biasanya delusi dan halusinasi. Delusi
percaya fakta tertentu bahkan setelah fakta-fakta tersebut telah
terbukti salah. Halusinasi mirip dengan delusi dalam keyakinan yang
salah, namun halusinasi dirasakan dengan indra dan tidak pikiran.
”Mendengar hal” atau “melihat sesuatu” adalah contoh dari halusinasi.
Beberapa gejala lain adalah: perilaku aneh (mungkin berbahaya untuk
diri sendiri atau orang lain), kurangnya kebersihan pribadi, penurunan
minat dalam melakukan hal-hal, pola bicara aneh yang tidak
dimengerti, perubahan suasana hati, kesulitan hubungan, lambat atau
gerakan-gerakan aneh.

Gangguan psikotik yang utama adalah:

a. Skizofrenia : orang-orang ini memiliki gejala yang bertahan


lebih lama dari enam bulan, gejala seperti delusi, dan halusinasi
adalah gejala biasa dari gangguan ini.
b. Schizophreniform : Orang-orang yang menderita gangguan ini
juga memiliki gejala Schizophrenia, tetapi tidak bertahan lebih
lama dari enam bulan.
c. Gangguan schizoafektif : orang-orang ini memiliki keduanya
skizofrenia dan suasana hati lain atau gangguan afektif seperti
gangguan bipolar.
d. Gangguan Delusional : orang-orang ini memiliki delusi bahwa
terakhir tidak kurang dari sebulan. Delusi ini dapat pikiran aneh
seperti yang diikuti, atau, mirip dengan paranoia, orang lain
berpikir yang ganging melawan mereka
e. Penyalahgunaan Obat : gangguan psikotik-psikotik yang
disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan, gejala-
gejala ini biasanya bingung dan gagap dalam bicara, delusi, dan
halusinasi.
2.4 Agama dan Kesehatan Mental.

Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan


manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-
faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan
sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan,
hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung
mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini
merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi
kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of
man).

Beberapa temuan dalam bidang kedokteran dijumpai sejumlah


kasus yang membuktikan adanya hubungan antara agama dengan
kesehatan mental manusia. Orang yang merasa takut langsung akan
kehilangan nafsu makan, atau buang air. Atau dalam keadaan kesal dan
jengkel, maka perut seseorang akan merasa kembung. Dalam kedokteran
dikenal ada beberapa macam pengobatan antara laing dengan
menggunakan bahan-bahan kimia, cairan suntik atau dengan meminum
obat. Atau bisa juga dengan menggunakan sorot sinar laser, getaran arus
listrik, dan lain sebagainya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional
dengan cara pijat, suntik jarum sampai keperdukunan.

Ketika saraf tubuh manusia terputus dengan dunia luar , maka


mereka akan dapat berhubungan dengan dunia khayal atau dalam arti lain
mereka akan berhalusinasi sehingga meraka tidak akan sadarkan diri
untuk beberapa waktu. Rasa halusinasi ini terjadi ketika manusia merasa
takut karena berdosa atau melakukan sesuatu yang membuat dirinya
mengecil dari orang lain, penuhkeraguan ketika memutuskan sesuatu
permasalahan, mereka akan terbawa jauh dari kenyataan hidup yang
sebenarnya. Dan orang yang seperti ini tidak akan mengalami kemajuan
sama sekali baik dari sisi keagamaan maupun dari sisi sosialnya. Jika
seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang, hormon dan
kimiawinya, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan
yang terjadi dalam kejiwaan ini disebut dnegan spektrum hidup.

Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya


dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa,
terletak pada sikap peyerahan diri seseorang terhadap sesuatu kekuasaan
Yang Maha Tinggi. Sikappasrah yang semacam ini diduga akan memberi
sikap positif seperti rasa bahagia, rasa aman, senang, puas, sukses,
merasa dicintai.

Sikap yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan mendasar


manusia yang harus dipenuhi sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka
kondisi yang seperti ini akan membawa manusia dalam keadaan yang
tenang dan normal sehingga manusia dapat melaksanakan aktivitas
keseharian mereka dengan penuh rasa percaya diri dan merasakan
ketenangan dalam diri mereka karena sebagian dari kebutuhan dasar
mereka sudah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar mereka belum
terpenuhi, maka manusia akan merasa cemas, khawatir, ragu-ragu dan
tidak merasakan ketenagan dalam hidupnya sehingga ketika mereka
beraktivitas mereka tidak akan maksimal dan hasil yang mereka peroleh
pun tidak akan
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan
dan penyakit jiwa, maupu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi
masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya
keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan
berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada
semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144).

Maka dari itu ada beberapa ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan


kedalam enam kategori, yaitu:

1. Memiliki sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri.


2. Aktualisasi diri.
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psiskis yang
ada.
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri ( mandiri).
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Ada beberapa jenis penyakit mental, dengan beberapa gangguan
dalam setiap kategori. Ini bervariasi dari ringan sampai parah dan adalah
mungkin bagi gangguan ini dapat me Ada empat jenis penyakit mental:

1. Gangguan organik otak


2. Mood dan Kecemasan
3. Gangguan kepribadian
4. Gangguan psikotik
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-
faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan
sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan,
hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung
mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini
merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi
kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of
man).

3.2 Saran

Dari kesimpulan di atas kami menyarankan kepada semua pihak


bahwa kesehatan mental sesorang sangat penting untuk diperhatikan
karena ciri-ciri dan ngangguan mental pada seseorang dapat diamati dari
tingkah laku maupun sikap yang ditunjukkan seseorang tersebut.
Daftar Pustaka

http://luluasegaf.wordpress.com/2010/12/19/kesehatan-mental-dan-
implikasinya-dalampembelajaran/

http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/pengertian-kesehatan-mental-
dankonsep.html http://www.dikutip.com/2010/10/definisi-kesehatan-
mental.html http://krewengcool.blogspot.com/2011/07/agama-dan-kesehatan-
mental-psikologi.html http://aris-anakpintar.blogspot.com/2011/06/agama-dan-
kesehatan-mental.html http://radensomad.com/hubungan-agama-dan-
kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai