Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KONTEKS KEBIJAKAN PENGGUNAAN ALAT TANGKAP RAMAH

LINGKUNGAN (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT NELAYAN


TAMBAKLOROK KELURAHAN TANJUNGMAS KOTA SEMARANG)

Dien Riski Ghaisani, Retno Sunu Astuti


Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof H. Soedarto, S.H Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Email: dienrizkyghaesany@gmail.com

Abstrak

Peraturan Daerah Kota Semarang No. 5 Tahun 2012 tentang perikanan mengatur bahwa,
setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikan/pembudidayaan ikan dengan alat yang
dapat merusak ekosistem laut, namun 72,5% dari nelayan di Desa Tambaklorok masih
mnggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah
bagaimana konteks kebijakan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan di Desa
Tambaklorok yang akan dilihat dari kinerja implementasinya dan faktor yang
mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan
subyek penelitian (1) Kelompok Jabatan Fungsional I Dinas Perikanan Kota Semarang, (2)
Kelompok Jabatan Fungsional II Dinas Perikanan Kota Semarang, (3) Ketua forum KUB
Tambaklorok, (4) Koordinator lapangan Tambaklorok, (5)Ketua koperasi Tambaklorok, dan
(6) Masyarakat nelayan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi
partisipasn,wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasilnya, implementasi kebijakan
penggunaan alat tangkap ramah lingkungan di Desa Tambaklorok masih kurang maksimal,
adapun factor yang mempengaruhinya adalah karakter lembaga dan penguasa juga kepatuhan
dan daya tanggap yang sudah baik, namun dari faktor kondisi sosial dan ekonomi masih
kurang.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Alat tangkap Ikan

Abstract
The regional regulation of Semarang No. 5 year 2012 about fisheries regulates that, every
person is forbidden to do fishing/fish cultivation with tools that can damage marine
ecosystems, but 72.5% of fishermen in Tambaklorok village still uses unenvironmentally
friendly capture device. The purpose of this research is how the policy context of the use of
environmentally friendly capture equipment in Tambaklorok village that will be seen from its
implementation performance and the factors that influence it. The method of the study used is
qualitative descriptive with the subject of research (1) Group of Functional Department I
Fisheries Office of Semarang, (2) Group of Functional Department II Fisheries Office of
Semarang, (3) Head of forum KUB Tambaklorok, (4) Coordinator of the Field Tambaklorok,
(5) Head of the Cooperative Tambaklorok. The data collection techniques used are
participatory observation techniques, in-depth interviews, and documentation. As a result, the
implementation of the policy of the use of environmentally friendly capture equipment in
Tambaklorok village is still less maximum, the factors influencing it is the character of the
institution and the ruler also the compliance and responsiveness is good, but from the social
and economic condition factors are still lacking.
Keywords: implementation, policy, fish capture tool
1
A. PENDAHULUAN mengeluarkan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik
Kota Semarang sebagai salah satu kota Indonesia Nomor: 2/PERMEN-KP/2015
besar di Provinsi Jawa Tengah memiliki tentang Larangan Penggunaan Alat
beberapa daerah pesisir yang terdiri dari Penangkapan Ikan Puket Hela (Trawls) dan
empat Kecamatan di antaranya Semarang Pukat Tarik (Seine nets). Larangan
Utara, Semarang Barat, Genuk, Tugu. penggunaan alat tangkap tidak ramah
Salah satu kecamatan dengan jumlah lingkungan di Kota Semarang sendiri
kelompok nelayan terbanyak adalah didasari oleh Peraturan Daerah Nomor 5
Kecamatan Semarang Utara tepatnya Tahun 2012 tentang Perikanan Pasal 51
Kelurahan Tanjung Mas dengan jumlah ayat 1 yang berbunyi :“Setiap orang
kelompok nelayan 1091 atau sebesar dilarang melakukan penangkapan ikan
77,7% dari jumlah keseluruhan kelompok dan/atau pembudiyaan ikan dengan
nelayan di 4 (empat) kecamatan pesisir di menggunakan bahan kimia, bahan
Kota Semarang1. Seiring dengan semakin biologis, bahan peledak, alat atau cara
banyaknya jumlah nelayan wilayah pesisir atau bangunan yang dapat merugikan atau
dalam menangkap ikan, maka perlu adanya membahayakan kelestarian sumberdaya
kebijakan dalam pembinaan nelayan agar pesisir, sumberdaya ikan dan/ atau
nelayan dapat menangkap ikan sesuai lingkungannya...”
dengan Peraturan Undang-Undang RI
Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Adanya pelarangan tersebut
Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun berkaitan dengan dampak dari penggunaan
2004 Tentang Perikanan Dalam Pasal 9 alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
Ayat 1 yang menyatakan : “Setiap orang selain membahayakan juga dapat merusak
dilarang memiliki, menguasai, membawa ekosistem laut, dibuktikan pada penelitian
atau menggunakan alat penangkapan atau yang telah dilakukan oleh Desi Sinta dkk
alat bantu penangkapan ikan yang (Sinta, 2018) tentang “Evaluasi Penerapan
merusak keberlanjutan sumberdaya ikan.“ Kebijakan Pelarangan Penggunaan Pukat
Menurut Carld Friedrich, kebijakan Hela (Trawls)” bahwa penggunaan alat
dipandang sebagai suatu arah tindakan tangkap ikan tidak ramah lingkungan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok seperti pukat hela (trawls) dapat merusak
atau pemerintah dalam suatu lingkungan berbagai ekosistem laut, serta ikan-ikan
tertentu yang memberikan hambatan- yang seharusnya tidak dibutuhkan juga
hambatan dan peluang-peluang terhadap banyak yang ikut mati. Selain itu, juga
kebijakan yang diusulkan untuk mengatasi dapat mengakibatkan ikan yang didapat
dalam rangka mencapai suatu tujuan atau menjadi tidak segar yang mengakibatkan
merealisasikan suatu sasaran tertentu ikan tidak layak di konsumsi. Menurut
(Winarno, 2007, p. 17). Kemudian Ahmadi (Ahmadi, 2011, p. 114) bahwa alat
menindaklanjuti peraturan tersebut, pada tangkap ramah lingkungan adalah berbagai
tahun 2015 Kementerian Kelautan dan peralatan yang digunakan oleh nelayan
Perikanan Republik Indonesia dalam menangkap ikan yang tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
1
Sementara menurut Sutrisno dalam
Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan dalam
angka 2017 (Ahmadi, 2011, p. 116) bahwa alat tangkap
2
ramah lingkungan adalah alat tangkap ikan Tabel 1
yang sangat aman bagi ikan dan Jenis Alat Tangkap Perikanan di
lingkungan. Alat tangkap ikan yang ramah Tambaklorok, Semarang Utara
Tahun 2017
lingkungan ini seperti: jaring insang,
trammela net, bubu lipat ikan, bubu No Jenis Alat Tangkap Jumlah %
1. Alat tangkap tidak Sodo 89 7%
rajungan, pancing ulir, rawai dasar, rawai ramah lingkungan Bagan perahu 25 2%
hanyut, pancing tundu, dan pole and line. Pukat pantai 346 27%
Jaring udang 74 6%
Namun, pada implementasinya Pukat hela (trawls) 385 30%
Pukat tarik (seine nets) 373 29%
kebijakan penggunaan alat tangkap ramah Jumlah 1292 72,5%
lingkungan dapat dikatakan belum 2. Alat tangkap yang Dogol (cantrang lampara 2 O,4%
ramah lingkungan dasar)
maksimal terutama di Kota Semarang. Jaring insang hanyut 137 28%
Ripley dan Franklin dalam (Winarno, Tramelnet 150 31%
2007, pp. 148–149) menyatakan bahwa Trapnet (bubu) 200 41%
Jumlah 489 27,4%
implementasi adalah apa yang terjadi
setelah undang-undang yang ditetapkan Sumber:Dinas Perikanan dalam
menghasilkan suatu program, kebijakan, angka 2017
keuntungan, dan hasil yang nyata.
Tindakan-tindakan implementasi dilakukan Implementasi terkait konteks
oleh aktor para birokrat yang dimaksudkan kebijakan larangan penggunaan alat
untuk membuat program yang akan tangkap tidak ramah lingkungan
berjalan. Adapun tidak maksimalnya bermaksud untuk meningkatkan kesadaran
implementasi kebijakan tersebut karena dan kepatuhan kelompok nelayan di Desa
fakta dilapangan masih banyak nelayan Tambaklorok agar tetap menjaga
yang menggunakan alat tangkap tidak ekosistem laut dengan menggunakan alat
ramah lingkungan, terutama di Kota penangkap ikan yang ramah lingkungan.
Semarang. Salah satu desa di Kelurahan Hal tersebut diatur dalam Peraturan Daerah
Tanjung Mas yakni Desa Tambaklorok Kota Semarang No. 5 Tahun 2012 tentang
merupakan desa yang sebagian besar perikanan. Dalam peraturan tersebut, setiap
penduduknya bermata pencaharian sebagai orang dilarang melakukan penangkapan
nelayan yakni lebih dari 50% penduduk di ikan/pembudidayaan ikan dengan alat yang
Desa Tambaklorok bekerja sebagai dapat merusak ekosistem laut. Peraturan
nelayan dan 72,5% dari nelayan tersebut Menteri No. 5 tahun 2015 menjelaskan
menggunakan alat tangkap yang tidak tentang alat tangkap ikan yang dilarang
ramah lingkungan sebagaimana terlihat berupa puka hela (trawls) dan pukat tarik
dalam tabel berikut: (seine nets). Masih tingginya persentase
nelayan di Desa Tambaklorok yang
menggunakan alat tangkap tidak ramah
lingkungan, mendorong peneliti untuk
meneliti lebih lanjut bagaimana konteks
kebijakan penggunaan alat tangkap ramah
lingkungan di Desa Tambaklorok yang
akan dilihat dari kinerja implementasinya
mulai dari jumlah penggunaan alat tangkap
3
ikan, jenis, hingga hasil tangkapan. reduksi data, Display data, dan
Kemudian factor yang mempengaruhinya, pengambilan keputusan serta verifikasi.
yang akan peneliti kaji dari karakteristik Untuk menguji kualitas data pada
lembaga dan penguasa menurut Marilee S. penelitian ini dilakukan dengan teknik
Grindle dalam (Subarsono, 2006), kondisi triangulasi.
lingkungan social dan ekonomi menurut
Van Metter dalam (Nugroho, 2014), serta
kepatuhan dan daya tanggap menuru C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Grindle dalam (Nugroho, 2014). 1. Kinerja Implementasi dalam
Program Penggunaan Alat
B. METODE PENELITIAN
Tangkap Ramah Lingkungan di
Penelitian ini merupakan penelitian Desa Tambaklorok
kualitatif jenis deskriptif yang bertujuan
Terdapat 4 dimensi yang berada didalam
untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
digunakan dalam menganalisis kinerja
kejadian yang ada (Sukmadinata, 2016).
implementasi dalam program penggunaan
Hal ini didasarkan pada pertimbangan
alat tangkap ramah lingkungan yaitu (1)
bahwa peneliti ingin memahami, mengkaji
jumlah pengguna alat tangkap ramah
secara mendalam serta memaparkannya
lingkungan (2) jumlah pengguna alat
tentang Analisis Kebijakan Konteks
tangkap tidak ramah lingkungan (3) jenis-
Penggunaan Alat Tangkap Ramah
jenis alat tangkap ikan (4) jumlah hasil
Lingkungan (Peraturan Daerah Nomor 5
tangkapan ikan, adapun hasil dari
tahun 2012) di Desa Tambaklorok Kota
penelitian menunjukan bahwa, jumlah
Semarang. . Lokasi yang diambil dalam
penggunaan alat tangkap ramah
penelitian adalah Desa Tambaklorok
lingkungan yang digunakan masyarakat
Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan
nelayan tambaklorok sesuai dengan data
Semarang Utara dengan subyek penelitian:
dari Dinas Perikanan Kota Semarang
(1) Kelompok Jabatan Fungsional I Dinas
berjumlah 489 alat. Masyarakat nelayan
Perikanan Kota Semarang, (2) Kelompok
tambaklorok rata-rata mempunyai jenis
Jabatan Fungsional II Dinas Perikanan
alat tangkap ramah lingkungan seperti
Kota Semarang, (3) Ketua forum KUB
dogol, jaring insang hanyut, jaring
Tambaklorok, (4) Koordinator lapangan
tramelnet, dan trapnet atau jaring bubu.
Tambaklorok, (5)Ketua koperasi
Kemudian penggunaan alat tangkap tidak
Tambaklorok, dan (6) Masyarakat nelayan.
ramah lingkungan masih sangat tinggi
Jenis data yang digunakan adalah kata-
mencapai 1292 alat. Penggunaan alat
kata,tindakan,dan dokumen lainnya.
tangkap yang paling sering digunakan oleh
Sumber data primer diperoleh dari
masyarakat Tambaklorok diantaranya
informan semntara sumber data sekunder
adalah alat tangkap jarring tramelnet, sodo,
didapatkan melalui sumber lainnya. Teknik
dan pukat tarik, atau dengan kata lain
pengumpulan data yang digunakan dalam
beberapa warga Desa Tambaklorok mulai
penelitian ini adalah teknik observasi
menggunakan alat tangkap ramah
partisipasn,wawancara mendalam, dan
lingkungan.
dokumentasi. Langkah analisis dan
interpretasi data yang dilakukan adalah:
4
Gambar 1. Alat tangkap yang digunakan ke alat tangkap biasa dan hasil yang
Nelayan Desa Tambaklorok didapat dari penggunaan alat tangkap
ramah lingkungan tidak begitu signifikan.

2. Faktor yang Mempengaruhi


Penggunaan Alat Tangkap Tidak
Ramah Lingkungan pada
Masyarakat Nelayan
Tambaklorok

Hasil penelitian terkait Analisis Konteks


Kebijakan Penggunaan Alat Tangkap
Ramah Lingkungan menunjukan bahwa
dari segi (1) Karakteristik Lembaga dan
Sumber: Dokumentasi peneliti Penguasa, hasilnya adalah penanggung
jawab dari pelaksanaan kebijakan di Desa
Masyarakat nelayan Tambaklorok
Tambaklorok adalah Dinas Perikanan Kota
menggunakan alat tangkap berdasarkan
semarang bagian Kelompok Jabatan
dengan setiap jenis ikan yang ditangkap
Fungsional II dan dibantu dengan BBPI
dan jenis musimnya. Seperti alat tangkap
Kota Semarang dalam mengawasi jalannya
sodo masih digunakan karena menurut
program implementasi Perda No 5 Tahun
masyarakat nelayan Tambaklorok hanya
2012 tentang Perikanan di Kota Semarang.
alat tangkap sodo yang bisa cepat
Dinas Perikanan sudah berupaya untuk
menangkap udang dengan jumlah banyak.
berkomitmen dengan peraturan yang
Masyarakat nelayan Tambaklorok sudah
diberikan, pendekatan yang dilakukan
mencoba memakai jaring yang telah
Dinas Perikanan yaitu setiap bulan sekali
diberikan oleh pemerintah namun hasilnya
mengadakan pertemuan dengan
tidak ada dan masyarakat nelayan
perwakilan-perwakilan masyarakat nelayan
Tambaklorok merasa bahwa sebaiknya
Tambaklorok, pihak Pemerintah Kota
berganti ke alat tangkap yang biasanya saja
Semarang dan Dinas Perikanan Kota
agar masyarakat nelayan Tambaklorok bisa
Semarang juga sudah memberikanan
mendapatkan hasil yang diharapkan. Hasil
sosialisasi. Hubungan yang terjalin antara
tangkapan juga lebih banyak saat nelayan
pemerintah kota dengan masyarakat Desa
menggunakan alat tangkap yang biasa
Tambaklorok juga dapat dikatakn berjalan
yakni berkisar antar 9,9kg/hari hingga
dengan baik, masyarakat antusias setiap
21,69kg/hari dengan pendapatan 150.000 –
ada pertemuan begitupun pihak Pemerintah
1.000.000, sedangkan dengan
Kota Semarang juga antusias dalam
menggunakan alat tangkap ramah
mengadakan dan mengisi pertemuan
lingkungan pendapatan yang diperoleh
tersebut. (2)Kondisi Sosial Lingkungan
oleh nelayan hanya berkisar 200.000
dan Ekonomi menujukan hasil bahwa
hingga 500.000 saja. Hal ini menunjukan
selama ini masyarakat Desa Tambaklorok
bahwa kinerja Implementasi dalam
memiliki tingkat pendidikan rata – rata
Program Penggunaan Alat Tangkap Ramah
hanya sampai pada jenjang Sekolah Dasar,
Lingkungan di Desa Tambaklorok, karena
kemudian hasil penelitian menunjukan
pada akhirnya masyarakat memilih beralih
5
bahwa 90% penduduk Desa Tambaklorok pemerintah. Masyarakat nelayan
ternyata bekerja seabgai nelayan dengan Tambaklorok selalu terlibat dan ikut serta
pendapatan yang tidak menentu. Jumlah dalam program-program yang diberikan
tanggungan keluarga dari setiap nelayan oleh pemerintah, seperti sosialisasi tantang
juga cukup banyak, yakni dari 970 KK alat tangkap ramah lingkungan dan
miskin tersebut yang memiliki jumlah pembuatan jaring ramah lingkungan
tanggungan keluarga ≤ 3 adalah 595 KK, bersama-sama dengan Menteri Kelautan
tanggungan jumlah keluarga ≥ 4 adalah Ibu Susi.
358 KK, dan jumlah tanggungan keluarga
≥ 8 adalah 18 KK. Dalam hal ini D. KESIMPULAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan Hasil implementasi kebijakan cukup baik
(KKP) memberikan sejumlah uang sebesar karena masyarakat tertarik dan antusias
100 juta pada setiap kelompok nelayan di untuk mengikuti program akan tetapi
Tambaklorok, namun kendalanya adalah masih kurang maksimal karena masih
bantuan modal saat ini sudah tidak banyak masyarakat yang lebih memilih
dijalankan karena adanya permasalahan menggunakan alat tangkap tidak ramah
yang menjadikan masyarakat nelayan lingkungan dengan alasan ekonomi.
Tambaklorok merasa tidak adil karena Adapun faktor pendukung dari kelancaran
bantuan yang diberikan KKP tidak bisa kebijakan ini adalah: Karakteristik
menyeluruh hanya kelompok nelayan yang lembaga dan penguasa: adanya tanggung
dekat saja yang bisa mendapatkan bantuan jawab, komitmen, dan hubungan baik antar
modal, selain itu adanya modal justru instansi terkait maupun dengan warga,
menimbulkan ketergantungan dari nelayan Kepatuhan dan Daya Tanggap: Antusiasme
Desa Tambaklorok. Selain itu, dari pihak dan partisipasi warga yang cukup tinggi.
pemerintah juga sudah bekerjasama Sedangkan faktor penghambat berkaitan
dengan Menteri perikanan untuk dengan kondisi sosial lingkungan dan
memberikan modal mendirikan koperasi di ekonomi yakni, tingkat pendidikan yang
Tambaklorok. (3) Kepatuhan dan Daya rendah, jumlah tanggungan keluarga yang
Tanggap, dalam aspek ini terlihat bahwa cukup banyak, penghasilan yang rendah,
pemahaman mereka tentang penggunaan dan pengelolaan modal yang kurang baik.
alat tangkap ramah lingkungan sesuai Maka saran yang dapat peneliti berikan
dengan Peraturan Menteri Nomor 2 tahun terkait hasil penelitian adalah:
2015 tentang Perikanan masih kurang, mempertahankan dan melanjutkan aspek
namun respon dari masyarakat sudah yang telah berjalan baik, meningkatkan
cukup antusiasme masyarakat terhadap koordinasi antar lembaga, meningkatkan
program dan upaya apa saja yang intensitas kegiatan, mengadakan fasilitas
dilakukan untuk mengembangkan program penunjang lainnya, dan mengadakan
penggunaan alat tangkap ramah pelatihan secara rutin.
lingkungan. Masyarakat nelayan
Tambaklorok mngaku sangat senang DAFTAR RUJUKAN
dengan program-program dukungan
Ahmadi, R. (2011). Memahami Metode
implementasi penggunaan alat tangkap
Penelitian Kualitatif. Malang:
ramah lingkungan yang diberikan oleh Universitas Negeri Malang.
6
Nugroho, R. (2014). Public Policy: Teori,
Manajemen, Dinamika, Analisis,
Konvergensi, dan Kimia Kebijakan.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Kelompok Gramedia.
Sinta, D. dkk. (2018). Evaluasi Penerapan
Kebijakan Pelarangan Penggunaan
Pukat Hela (Trawls) Kecamatan Sei
Kepayang Barat Kabupaten Asahan.
Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Subarsono, A. (2006). Analisis Kebijakan
Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukmadinata, N. S. (2016). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Winarno, B. (2007). Kebijakan Publik:
Teori dan Proses. Jakarta: Media
Pressindo.
Buku Data Laporan Tahunan Dinas
Perikanan Dalam Angka 2017

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Republik Indonesia Nomor 2 / PERMEN-
KP / 2015 tentang Larangan Penggunaan
Alat Penangkap Ikan Pukat Hela (Trwals)
dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5


Tahun 2012 tentang Perikanan Bagian Tiga
Larangan Pasal 51

Peraturan Undang-Undang RI Nomor 45


Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004
Tentang Perikanan, pada Pasal 9 Ayat 1

Anda mungkin juga menyukai