Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn. V.W DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN


DI RUANG KATRILI RSJ RATUMBUYSANG KALASEY DUA, KECAMATAN
PINELENG KABUPATEN MINAHASA KOTA MANADO

PEMBIMBING :
Nama CT (Clinical Teacher) : Maria Terok, S.Pd, S.SiT, M.Kes
Nama CI (Clinical Instructure) : Ns. Dolvi Bulura, S.Kep

DI SUSUN OLEH :

Nama : Risintiawati Bawinto


NIM : 711440119083
Kelas :3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


D-III KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.V.W Gangguan
Jiwa Halusinasi dengan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori ” dapat diselesaikan dengan
waktu yang telah ditentukan.

Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan Keperawatan Jiwa ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan.

Manado, 19 Novemberber 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................2
A. Latar Belakang......................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. TujuanPenulisan...................................................................................................................4
D. ManfaatPenulisan.................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................5
A. Definisi Halusinasi................................................................................................................5
B. Jenis-Jenis Halusinasi...........................................................................................................5
C. Etiologi.................................................................................................................................6
D. Rentang Respons Neurobiologi............................................................................................9
E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi.................................................................................9
F. Mekanisme Koping.............................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................12
BAB IV..........................................................................................................................................35
PEMBAHASAN............................................................................................................................35
BAB V...........................................................................................................................................36
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................36
A. Kesimpulan.........................................................................................................................36
B. Saran...................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan
menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Widiyanto
dkk, 2016). Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia adalah suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran
melakukan aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2011).
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan
diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat dan bahagia
(Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014,
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu
berkontribusi untuk komunitasnya. Seseorang yang sehatjiwa dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan
kecemasan, merasa lebih puas memberi daripada menerima. Angka penderita gangguan
jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertinya tinggal di negara yang
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang
mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan
skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan demensia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, Indonesia yang
diperkirakan sekitar50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa,
diantaranya adalah skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga
sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta
orang, akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu
juta orang. Pasien dengan diagnosa skizofrenia 70% mengalami halusinasi (Sutinah,
2016). Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamihalusinasi
pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran,
20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya
(Suryenti, 2017).
Dari pengamatan penulis di RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan
Pineleng, Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara, dampak dari halusinasi
tersebut bisa menimbulkan perilaku kekerasan yang dapat melukai orang lain, dan
mencederai diri sendiri seperti pada kasus pasien halusinasi memakan telinga orang lain,
biasanya halusinasi tersebut bersifat menyuruh yang bisa membuat pasien melakukan
sesuatu yang tidak diinginkannya, dan hal tersebut tidak bisa ditahan oleh pasien.
Sehingga diperlukan pemberian asuhan keperawatan dengan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, klien ataupun keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan jiwa secara komprehensif pada pasien dengan halusinasi pendengaran di
Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan Pineleng, Kabupaten
Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
Pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan Pineleng,
Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan Pineleng,
Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan
Pineleng, Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan
Pineleng, Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan
Pineleng, Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.
4) Melaksanakan intervensi keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua,
Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.
5) Mengevaluasi pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua, Kecamatan Pineleng, Kabupaten
Minahasa Kota Manado, Sulawesi Utara.

Manfaat Penulisan
Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan
mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah ganngguan
persepsi : halusinasi pendengaran
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi rumah sakit
dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan
memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan
internal pikiran dan rangsangan eksternal(Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,pengecapan, perabaan,
atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran danpikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran danpikiran sering
terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata.
B. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran (auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam,
memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya). Perilaku
yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri,
marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau panorama yang
luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang muncul
adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada
objek yang dilihat.
3. Halusinasi penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine atau feses
atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti
mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu,
menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa darah, urine atau
feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti gerakan mengunyah
sesuatu, sering meludah, muntah.
5. Halusinasi perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti merasakan
sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada yang menggerayangi
tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah
mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba permukaan kulit, terlihatmenggerakkan
badan seperti merasakan sesuatu rabaan.
6. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas permukaan bumi. Perilaku
yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat seperti
merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akanmerasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjanganjangan
menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebihmemilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang nyata dan tidak
nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah
halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sangguplagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap kekuatan
tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat menagmabil
seluruh perhatian klien dan jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan.
Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, contoh diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau
orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5) Dimensi spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spritual untuk
menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut
malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya memjemput
rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
D. Rentang Respons Neurobiologi
1. Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang lain dan lingkungan.
2. Respon psikosial meliputi
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
c. Emosi berlebihan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikanmasalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
ini meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase yaitu:
1. Stage I (Sleep Disorder) Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
Karakteristik :
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang
lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah di
kampus, di drop out, dst. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangung
terus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal
tersebut sebagai pemecahan masalah.
2. Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety) Halusinasi secara umum ia terima
sebagai sesuatu yang alami.
Karakteristik :
Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas, kesepian,
perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya
kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol
bila kecemasannya diatur, dalam tahapan ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya. Perilaku yang muncul biasanya dalah menyeringai atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,
respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety) Secara umum halusinasi sering
mendatangi klien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa
tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya untuk menjaga jarak antara dirinya
dengan objek yang dipersepsikan klien. Klien mungkin merasa malu karena pengalaman
sensorinya tersebut dan menarik diri dari orang lain dengan intensitas watu yang lama.
Perilaku yang muncul adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf otonom yang
menunjukkan ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat, tekanan darah dan
denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.
4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety) Fungsi sensori menjadi tidak relevan
dengan kenyataan.
Karakteristik :
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu individu cenderung mengikuti petunjuk
sesuai isi halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety) Klien mengalami gangguan dalam menilai
lingkungannya.
Karakteristik :
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan datangnya suara-
suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian
bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh, dan
kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi, menarik diri).
F. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi maladaptif meliputi:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti apa
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi
fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor, misalnya menjauhi
polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu
menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut
dan bermusuhan.
PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI :
SENSORI HALUSINASI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara sering mendengar bisikan-bisikan yang tidak
nyata, bisikan tersebut mengatakan “berkelahi dan bunuh orang yang ada
disekitar”
- Klien mengatakan suara itu datang ketika sedang sendiri
b. Data objektif :
Klien tampak berbicara cepat dengan nada yang pelan tapi sangat terbuka serta dapat
berinteraksi dengan baik.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Ekspresi wajah bersahabat
c. Menunjukkan rasa senang
d. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
e. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
f. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
g. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a.     Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

1)  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

2)  Perkenalkan diri dengan sopan

3)  Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4)  Jelaskan tujuan pertemuan


5)  Jujur dan menepati janji

6)  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7)  Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.

b.    Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,

frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi

c.    Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan

tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1)  Jelaskan cara menghardik halusinasi

2) Jelaskan Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.


3) Jelaskan Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4) Peragakan cara menghardik, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas

sehari-hari untuk mengontrol halusinasi

5) Minta klien memperagakan ulang

6) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang

sesuai

7) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.


SP 1 KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, situasi pencetus, perasaan, respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak maaf mengganggu, apakah kita bicara? perkenalkan nama saya
Risintiawati Bawinto, bisa di panggil Tia. Saya Mahasiswa Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Manado, saya sedang praktek diruangan katrili hari ini dari jam 08.00 s/d
12.00.” “Nama bapak siapa?” “Senangnya bapak dipanggil apa?” “Baiklah bapak,
bagaimana perasaan bapak hari ini?” “Apa yang membuat perasaan bapak kurang baik?”
“bapak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang mengganggu bapak
dan cara mengontrol suara-suara tersebut, apakah bapak bersedia?” “Berapa lama bapak
mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?” ”bapak mau berbincang-bincang
dimana?” “Baiklah bapak kita akan berbincang-bincang disini saja yah”
2. Fase Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?” “Saya percaya bapak mendengar
suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh
suara yang bapak dengar? Apakah bapak mendengarnya terus menerus atau sewaktu-
waktu?” “Kapan saja bapak mendengar suara itu? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang bapak rasakan ketika mendengar suara itu?
Bagaimana perasaan bapak ketika mendengar suara tersebut?” “Kemudian apa yang
bapak lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?” “Baiklah bapak,
apa yang bapak alami itu namanya Halusinasi. Ada tiga cara untuk mengontrol halusinasi
yang bapak alami yaitu menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas. Hari ini,
bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dan kedua dahulu, tapi dengan jam yang
berbedah hari ini, yaitu dengan menghardik dan bercakap-cakap, apakah bapak
bersedia?” “ kita akan latihan cara pertama saya akan mempraktekan dahulu, baru bapak
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bapak, jika suara itu
muncul katakan dengan keras pergi-pergi saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu
sambil menutup kedua telinga bapak. Seperti ini ya pak. Coba sekarang bapak ulangi lagi
seperti yang saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali pak, bapak sudah bisa
mempraktekkan.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita kita bercakap-cakap dan melakukan latihan
menghardik halusinasi?” “Baiklah pak, seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu
muncul bapak bisa mengatakan pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu.” “bapak lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, atau disaat bapak
mendengar suara tersebut.
Sebelum saya ingin menjelaskan mengisi buku kegiatan harian klien Tn.V.W sudah
bilang tidak usah pakai catatan harian, karena klien sudah bisa mempraktekkan yang
diajarkan. Baiklah bapak, kalau bapak tidak mau, tapi bagaimana kalau sebentar siang
kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan bercakap-cakap untuk
mencegah suara-suara itu muncul, apakah bapak bersedia?” “bapak maunya jam berapa?”
“bapak maunya dimana kita berbincang-bincang?” “Baiklah bapak sebentar saya akan
kesini jam 11:00 ya pak. Saya permisi ya pak. Selamat pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : BERCAKAP-CAKAP


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya berkelahi
b. Data objektif :
- Klien tampak tenang
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi cara yang pertama
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar melakukan cara yang telah diajarkan tersebut ketika
halusinasi.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat siang bapak, bagaimana perasaan bapak siang ini?” “Apakah bapak masih
mengenal saya?” “Apakah suara-suara masih muncul?” “Apakah bapak telah melakukan
cara yang telah kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu?” “Coba
sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari.” “Bagus sekali
bapak” “Baiklah bapak sesuai janji kita tadi pagi kita akan belajar cara kedua yaitu
bercakap - cakap dengan orang lain, Apakah bapak bersedia?” “Berapa lama bapak mau
berbincang-bincang?” “bapak mau berbincang-bincang dimana?” “Baiklah bapak”
2. Fase Kerja
“Cara yang selanjutnya, jika bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja bapak
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman bapak untuk berbicara dengan bapak.
Contohnya bu tolong berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar suara-
suara. Sekarang coba bapak praktekkan.” “Iya bagus sekali bapak.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara
dengan bercakap-cakap?” “Jadi sudah 2 cara yang kita latih untuk mengontrol halusinasi
bapak. Bisa sebutkan 2 cara itu apa saja?” ”Bagus sekali bapak.” “Baiklah bapak jangan
lupa bapak lakukan cara yang kedua agar suara-suara yang bapak dengarkan tidak
mengganggu bapak lagi.” “Baiklah bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang tentang manfaat bercakap-cakap dan cara ketiga untuk mengontrol suara-suara
yang bapak dengar dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik/ kegiatan harian,
apakah bapak bersedia?” “Besok saya dinas pagi lagi dari jam 08 sampai dengan jam
02.00, kira kira bapak bisa jam berapa?” “Baiklah bapak, saya akan datang besok jam
09.00 lagi ya pak. Saya permisi dulu, selamat siang.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan masih mendengar suara yang menyuruhnya berkelahi tapi
ketika dia sendiri
b. Data objektif :
- Klien tampak tenang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu
klien lakukan.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi, bapak masih ingat saya?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
masih mendengar suara-suara?” “Apakah bapak telah melakukan 2 cara yang telah
diajarkan untuk mengontrol suara-suara yang menganggu?” “Bagus sekali, bapak.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan kedua cara tadi suara-suara yang
bapak dengarkan berkurang?” “Bagus sekali bapak, dengan cara tersebut suara-suara itu
sudah tidak akan menganggu bapak lagi. Coba sekarang bapak praktekkan lagi
bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan dengan siapa bapak
bisa bercakap-cakap?” “Bagus sekali bapak. Bapak sudah bisa mempraktekkannya.”
“Baiklah bapak sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan bebincang-bincang tentang
melakukan aktivitas fisik/kegiatan harian. Apakah bapak bersedia?” “Berapa lama waktu
kita berbincang-bincang bapak? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang cara
pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara ketiga adalah bapak
menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang
untuk melamun saja.”
”jika bapak mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan dengan
kegiatan lain yang bapak senangi.” “Kira-kira apa kegiatan yang bapak senangi?” “Ya,
jika bapak sedang sendirian atau tidak berbuat apa-apa bapak bisa melakukan kegiatan
tersebut”
3. Fase Terminasi
“tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali bapak mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-
bincang?” ”coba bapak jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?” tolong
nanti bapak praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi ya.”
“Baik saya permisi dulu, selamat pagi.”
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. V.W
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 53 tahun
TTL : Langowan, 7 Agustus 1968
Agama : Kristen
Alamat : Langowan
Tanggal pengkajian : 19 November 2021

II. ALASAN MASUK


Klien masuk RSJ Ratumbuysang pada tahun 1999, sebelum masuk RS klien mengatakan
sering mendengar bisikan-bisikan yang tidak nyata, bisikan tersebut mengatakan “berkelahi
dan bunuh orang yang ada disekitar”. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 November
2021 klien bersifat kooperatif dan sangat terbuka serta dapat berinteraksi dengan baik.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : (√) ya, ( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya : (√) berhasil, ( ) kurang berhasil, ( ) tidak berhasil
3. Masalah penganiayaan :
Pelaku/usia korban/usia saksi/usia
Aniaya fisik :-
Aniaya seksual :-
Penolakan :-
Kekerasan dalam keluarga :-
Tindakan kriminal :-
Jelaskan No.1,2,3 :
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 1999 dirawat di RSJ
Ratumbuysang dan sudah dipulangkan dan menjalani pengobatan rawat jalan dan klien
mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan baik fisik atau seksual tidak ada
kekerasan dalam keluarga
Masalah keperawatan : Tidak ada
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? (√ ) ya () tidak
Hubungan keluarga : Sepupuh klien
Riwayat pengobatan/perawatan : Tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? (perceraian/perpisahan/konflik)
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masalalu yang tidak menyenaangkan

PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital TD : 190/70 mmHg N : 80x/m
SB : 36,5◦C R : 20x/m
2. Ukur TB : - BB : -
3. Keluhan fisik ( ) ya (√) tidak
Jelaskan - -

IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan
: Laki – laki : Meninggal
: Perempuan : Klien

Jelaskan :
Klien Tn. V.W hanya 2 bersaudara, klien anak pertama dan adik dan ayah klien sudah
meninggal. Sementara ibu masih hidup. Klien sebelumnya tinggal serumah dengan ibunya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya, tetapi kurang merawat
dirinya, penampilan klien kurang bersih, tidak rapi dan berbau.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan belum menikah dan klien anak pertama dari 2 bersaudara
c. Peran :
Pasien sebelum masuk RSJ pasien melakukan pekerjaannya sendiri dan pasien dapat
melakukan pekerjaan lainnya di RSJ
d. Ideal diri :
Klien ingin cepat sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga
e. Harga diri:
Klien mengatakan tidak merasa malu maupun harga diri rendah pada dirinya baik
terhadap keluarga maupun yang disekitarnya
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
3. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya adalah ayahnya
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan dengan
orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik antar sesama pasien
Masalah keperawatan : Tidak ada

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan bahwa dirinya memeluk agama Kristen Prostestan
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan bahwa dirinya sebelum masuk RSJ tidak pernah ikut ibadah gereja
dan setelah masuk RSJ sering mengikuti ibadah bersama yang dilaksanakan setiap
hari kamis dan selalu berdoa agar dapat cepat sembuh

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan : (√) tidak rapi
( ) penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan
Penampilan klien tidak rapih, baju yang dipakai hanya itu terus sudah kotor dan berbau.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan : (√) cepat ( ) keras
( ) gagap ( ) inkoheren
( ) apatis ( ) lambat
( ) membisu ( ) tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan
Gaya bicara klien cepat, pelan tapi klien dapat berbicara dengan baik
Masalah keperawatan : Tidak ada
3. Aktivitas motorik : (√ ) lesu ( ) tegang
(√) gelisah ( ) agitasi
( ) tik ( ) grimasen
( ) tremor ( ) kompulsif
Jelaskan
Aktivitas motorik klien baik, tidak tegang, tidak tremor, hanya sedikit gelisah dan lesu
tetapi klien mampu beraktivitas dengan normal

4. Alam perasaan : ( ) sedih ( ) ketakutan


( ) putus asa ( ) khawatir
( ) gembira berlebihan
Jelaskan
Klien mengatakan perasaanya pada saat ini senang karena dapat berbincang-bincang
dengan mahasiswa, tetapi jika sedang sendirian kadang klien merasa gelisah dan
ketakutan
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Afek : ( ) datar ( ) tumpul
( ) labil ( ) tidak sesuai
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian klien merujuk afek positif, dapat berbicara dengan baik dan
menjawab pertanyaan dengan baik
Masalah keperawatan : Tidak ada
6. Interaksi selama wawancara : ( ) tidak kooperatif
( ) mudah tersinggung
( ) kontak mata kurang
( ) defensif
( ) curiga
Jelaskan
Klien saat pengkajian kooperatif dan kontak mata baik
Masalah keperawatan : Tidak ada
7. Persepsi/Halusinasi : (√) pendengaran ( ) penglihatan
( ) perabaan ( ) pengecapan
( ) penciuman
Jelaskan
Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan yang tidak nyata, bisikan tersebut
mengatakan “pukul dan bunuh orang yang ada disekitar”
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori, halusinasi pendengaran
8. Proses berpikir :( ) sircumstansial ( ) tangensial
( ) kehilangan asosiasi ( ) flight of idea
( ) blocking ( ) pengulangan pembicaraan persevarasi
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian proses berpikir klien normal, masih berkaitan dengan konteks
pembicaraan, cuma agak sedikit lari dari pembahasan, namun setelah mengulang
pertanyaan klien bisa menjawab, tidak mengulangi pembicaraan dan melakukan blocking
Masalah keperawatan : Tidak ada
9. Isi piker : ( ) obsesi ( ) fobia
( ) hipokondria ( ) dipersonalisasi
( ) ide yang terkait ( ) pikiran magis
Waham : ( ) agama ( ) somatic
( ) kebesaran ( ) curiga
( ) nihilistic ( ) sisip pikir
( ) siap pikir ( ) kontrol pikir
Jelaskan
Klien saat dilakukan pengkajian tidak menunjukkan perilaku mengarah ke waham dan
klien tidak merasa adanya waham.
Masalah keperawatan : Tidak ada
10. Tingkat kesadaran : ( ) bingung ( ) fobia
( ) hipokondria ( ) disorientasi : waktu, tempat, orang
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian klien dalam tingkat kesadaran composmentis atau sadar,
mampu mengenal waktu, tempat dan orang, keadaan umum baik
Masalah keperawatan : Tidak ada
11. Memori : ( ) gangguan daya ingat jangka panjang
( ) gangguan daya ingat jangka pendek
( ) gangguan daya ingat sekarang
( ) konfabulasi
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian klien tidak memiliki gangguan daya ingat dan dapat
menyebutkan nama-nama anggota keluarga, tempat tinggal dan tanggal lahir
Masalah keperawatan : Tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : ( ) mudah bersedih
( ) tidak mampu berkonsentrasi
( ) tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian konsentrasi klien cukup baik, dan klien dapat menghitung
angka-angka dengan baik penjumlahan dan pengurangan
Masalah keperawatan : Tidak ada
13. Kemampuan penilaian : ( ) gangguan ringan
( ) gangguan bermakna
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian, tidak ada gangguan dalam penilaian, klien mampu mengambil
keputusan
14. Daya tarik : ( ) mengingkari penyakit yang diderita
( ) menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya
Jelaskan
Saat dilakukan pengkajian klien tampak mengingat penyakit yang dideritanya dapat
menjelaskan dengan baik kondisinya saat ini, klien mengatakan dapat mengontrol
penyakitnya dengan meminum obat
Masalah keperawatan : Tidak ada

VI. PERSIAPAN PULANG


1. Makan dan minum : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
Jelaskan
Klien mengatakan dapat makan dengan sendiri tanpa bantuan orang lain, klien
mendapatkan makanan dari RSJ
2. BAB/BAK : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
Jelaskan
Klien mengatakan dapat BAB dan BAK dengan sendiri tanpa bantuan orang lain
menggunakan toilet yang tersedia di RSJ, frekuensi BAB 1x/hari, BAK 3-4x/hari
3. Mandi : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
Jelaskan
Klien mengatakan dapat mandi sendiri, frekuensi mandi 3 hari sekali dan hanya
menyiram badan menggunakan air tidak menggunakan sabun
4. Berpakaian/berhias : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
Jelaskan
Klien mengatakan dapat berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain, tetapi hanya
memakai baju yang disediakan oleh RS
Istirahat / tidur :
(v) tidur siang, lama : 11.00-13.00
(v) tidur malam, lama : 21.00-05.00
(v) kegiatan sebelum/sesudah tidur : klien mengatakan sebelum dan sesudah bangun klien
pergi keluar melihat pemandangan
5. Penggunaan obat : (√) bantuan minimal ( ) bantuan total
Jelaskan
Klien mengatakan penggunaan obat dengan bantuan perawat ruangan yang menyediakan
obat terhadap klien untuk diminum
6. Pemeliharaan kesehatan :
Perawatan lanjutan : (√) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung:( ) ya ( ) tidak
Jelaskan
Klien mengatakan sering dikontrol dengan pemeriksaan tekanan darah dan
mengkonsumsi obat dari RSJ
7. Kegiatan didalam rumah :
Mempersiapakn makan : (√) ya ( ) tidak
Menjaga kerapihan rumah : (√) ya ( ) tidak
Mencuci pakaian : (√) ya ( ) tidak
Mengatur keuangan : (√) ya ( ) tidak
Jelaskan
Klien mengatakan saat dirumah klien dapat mempersiapkan makanan, menjaga kerapihan
rumah dan mencuci pakaian
8. Kegiatan diluar rumah :
Belanja : (√) ya ( ) tidak
Transportasi : (√) ya ( ) tidak
Lain-lain : ( ) ya ( ) tidak
Jelaskan
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ klien biasa bekerja dan bisa pergi berbelanja

VII. MEKANISME KOPING


KOPING Adaptif
(√) mampu berbicara dengan orang lain
(√) mampu menyelesaikan masalah
(√) teknik relaksasi
( ) aktivitas konstruktif
( ) mencederai diri/oranglain/barang
( ) lain-lain
Mal Adaptif
( ) minum alcohol
( ) reaksi lambat/berlebihan
( ) bekerja berlebihan
( ) menghindari

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Klien berhubungan dengan dukungan kelompok spesifik
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan dukungan kelompok, klien
mempunyai teman diRSJ
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik
Klien mengatakan klien tidak mempunyai masalah terkait dengan berhubungan dengan
lingkungan, klien dapat berhubungan dengan orang disekitarnya tanpa rasa malu, dan
sering berbincang dengan teman sesama pasien
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan spesifik
Klien mengatakan bahwa dirinya berpendidikan walau hanya sampai SD
4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan spesifik
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ bekerja jadi kuli bangunan, dan saat masuk RSJ
klien sudah tidak mempunyai pekerjaan
5. Masalah berhubungan dengan perumahan spesifik
Klien mengatakan tidak memiliki masalah terkait perumahan, klien mengatakan memiliki
rumah yang ditinggalkan oleh orangtua, tapi yang tinggal hanya ibunya, kurang lebih
sudah 21 tahun klien meninggalkan rumah dan menjalani perawatan diRSJ
6. Masalah berhubungan dengan ekonomi spesifik
Klien mengatakan untuk ekonomi saat ini tidak ada
7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan karena saat diRSJ
kesehatannya dipantau dan diberi obat sesuai dengan penyakitnya
Masalah keperawatan : Tidak ada

IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


( ) penyakit jiwa ( ) sistem pendukung ( ) lain-lain
( ) faktor predisposisi ( ) kondisi fisik
( ) mekanisme koping ( ) obat-obatan
Jelaskan
Klien saat dikaji mengatakan tidak mengetahui faktor halusinasi yang dialami
Masalah keperawatan : Tidak ada
DATA FOKUS
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan sering mendengar suara yang tidak nyata
2. Klien mengatakan suara yang dia dengar berkata “pukul dan bunuh orang yang ada disekitar”
3. Klien mengatakan frekuensi mandi 3 hari sekali dan hanya menyiram badan menggunakan
air tidak menggunakan sabun
Data Objektif :
1. Klien tampak agak sedikit gelisah dan lesu
2. Klien kadang menatap orang disekitar dengan pandangan tajam
3. Klien tampak tidak rapih, pakaiannya kotor dan berbau

ANALISA DATA
No Data Masalah
.
1. Data Subjektif : Gangguan Persepsi Sensori
- Klien mengatakan sering mendengar suara yang tidak (Gangguan Halusinasi
nyata Pendengaran)
- Klien mengatakan suara yang dia dengar berkata “pukul D.0085
dan bunuh orang yang ada disekitar”

Data Objektif :
- Klien tampak agak sedikit gelisah
2. Data Subjektif : Risiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan suara yang dia dengar berkata “pukul (Halusinasi)
dan bunuh orang yang ada disekitar” D.0146

Data Objektif :
- Klien kadang menatap orang disekitar dengan
pandangan tajam

3. Data Subjektif : Defisit Perawatan Diri


- Klien mengatakan frekuensi mandi 3 hari sekali dan (Gangguan Psikologis)
hanya menyiram badan menggunakan air tidak D.0109
menggunakan sabun

Data Objektif :
- Klien tampak tidak rapih, pakaiannya kotor dan berbau

POHON MASALAH
Akibat Risiko perilaku menciderai orang lain/diri sendiri

Core Problem
Halusinasi pendengaran/penglihatan

Penyebab
Isolasi sosial

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085) b.d gangguan pendengaran (halusinasi)
2. Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) b.d halusinasi
3. Defisit Perawatan Diri (D.0109) b.d gangguan psikologis
RENCANA KEPERAWATAN
Inisial Pasien : Tn. V.W Diagnosa Medis : Halusinasi
Ruang : Katrili
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan Persepsi Setelah dilakukan - Verbalisasi Manajemen Halusinasi (I.03112)
Sensori (D.0085) b.d tindakan mendengar - Melakukan SP 1,2,3
gangguan pendengaran keperawatan bisikan - Monitor perilaku yang
(halusinasi) selama 2 x 5 jam mengindikasi halusinasi
diharapakan - Monitorn isi halusinasi
(L.09083) Persepsi - Pertahankan lingkungan
Sensori Membaik yang aman
- Diskusikan perasaan dan
respons terhadapa halusinasi
- Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis.melakukan
aktivitas)
2. Risiko Perilaku Setelah dilakukan - Perilaku melukai Pencegahan Perilaku Kekerasan
Kekerasan (D.0146) b.d tindakan diri (I.14544)
halusinasi keperawatan sendiri/oranglain - Monitor adanya benda yang
selama 2 x 5 jam berpotensi membahayakan
diharapkan (mis.benda tajam, tali)
(L.09076) Kontrol - Latih mengurangi kemarahan
Diri Meningkat secara verbal dan non verbal
(mis.relaksasi)
3. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan - Verbalisasi Dukungan Perawatan Diri :
(D.0109) b.d gangguan tindakan keinginan Mandi (I.11352)
psikologis keperawatan melakukan - Jelaskan manfaat mandi dan
selama 2 x 5 jam perawatan diri dampak tidak mandi terhadap
diharapkan - Mempertahanka kesehatan
(L.11103) n kebersihan diri
Perawatan Diri
Meningkat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Jumat, 19 November 2021
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Gangguan Persepsi Sensori - Memonitor perilaku yang S : Klien mengatakan mendengar
(D.0085) b.d gangguan mengindikasi halusinasi suara bisikan yang tidak nyata
pendengaran (halusinasi) Hasil : Klien mengatakan bisikan itu O : Klien tampak sedikit gelisah
datang jika klien sedang sendiri A : Masalah belum teratasi
- Memonitor isi halusinasi P : Intervensi dihentikan
Hasil : Klien mengatakan mendengar
bisikan berupa menyuruh untuk
memukul seseorang
- Mempertahankan lingkungan yang
aman
Hasil : Berbincang diruangan yang
terbuka dan banyak orang
- Mendiskusikan perasaan dan respons
terhadapa halusinasi
Hasil : Klien mengatakan jika bisikan
itu datang akan meras gelisah
- Menganjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
Hasil : Klien sudah bisa mengontrol
halusinasi dengan cara mengahardik
- Menganjurkan melakukan distraksi
(mis.melakukan aktivitas)
Hasil : Klien melakukan aktivitas
seperti berjalan-jalan keliling ruangan
dan keluar melihat pemandangan
Risiko Perilaku Kekerasan - Memonitor adanya benda yang S : Klien mengatakan dengan
(D.0146) b.d halusinasi berpotensi membahayakan (mis.benda teknik relaksasi napas dalam dan
tajam, tali) memukul bantal dapat
Hasil : Klien tampak tidak memegang mengendalikan kemarahannya
atau menyimpan benda tajam dalam O : Klien tampak tenang
saku celana atau memegang benda A : Masalah teratasi
tajam P : Intervensi dihentikan
- Latih mengurangi kemarahan secara
verbal dan non verbal (mis.relaksasi)
Hasil : Klien mulai melakukan
relaksasi napas dalam dan
mengendalikan kemarahan dengan
cara memukul bantal
Defisit Perawatan Diri - Menjelaskan manfaat mandi dan S : Klien mengatakan mulai saat
(D.0109) b.d gangguan dampak tidak mandi terhadap ini akan rajin mandi minimal 1
psikologis kesehatan hari sekali dan menggunakan
Hasil : Klien tampak mengerti dan sabun
memahami apa yang telah O : Klien tampak langsung pergi
disampaikan untuk mandi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Hari Sabtu, 20 November 2021


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Gangguan Persepsi Sensori - Memonitor perilaku yang S : Klien mengatakan sudah
(D.0085) b.d gangguan mengindikasi halusinasi mengetahui cara mengontrol halusinasi
pendengaran (halusinasi) Hasil : Klien mengatakan dengan cara menghardik, bercakap-
bisikan itu datang jika klien cakap dengan teman dan menyibukkan
sedang sendiri diri dengan beraktivitas dan memahami
- Memonitor isi halusinasi tentang obat yang diberikan perawat
Hasil : Klien mengatakan O : Klien tampak tenang karena telah
mendengar bisikan berupa diberikan obat
menyuruh untuk memukul A : Masalah teratasi
seseorang P : Intervensi dihentikan
- Mempertahankan lingkungan
yang aman
Hasil : Berbincang diruangan
yang terbuka dan banyak orang
- Mendiskusikan perasaan dan
respons terhadapa halusinasi
Hasil : Klien mengatakan jika
bisikan itu datang akan meras
gelisah
- Menganjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
Hasil : Klien sudah bisa
mengontrol halusinasi dengan
cara mengahrdik, bercakap-
cakap dengan teman
- Menganjurkan melakukan
distraksi (mis.melakukan
aktivitas)
Hasil : Klien melakukan
aktivitas seperti berjalan-jalan
diruangan dan keluar melihat
pemandangan

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/waktu Implementasi Evaluasi
Juamat 19 SP 1 S : Klien mengatakan mendengar
Novembe Orientasi: suara bisikan yang tidak nyata, yaitu
r 2021, - BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) menyuruh untuk memukul seseorang
Jam 09.00 - Mengucapkan salam kepada klien O : Klien tampak sedikit gelisah, klien
Hasil: klien membalas salam dan tersenyum memperagakan cara menghardik
- Menanyakan perasaan klien dengan sangat baik
Hasil: klien mengatakan perasaannya saat ini gelisah A : SP 1 Tercapai
- Menyampaikan topik yang akan dibicarakan P : Lanjutkan SP 2
Hasil: topik yang akan dibahas mengenai cara
menghardik halusinasi
- Kontrak tempat dan waktu
Hasil: klien mengatakan di tempat tidur klien, selama
20 menit
Tahap Kerja
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan sudah mengetahuinya
sebelumnya
- Memperagakan cara menghardik
Hasil: klien tampak meperhatikan saat diperagakan
- Meminta klien untuk memperagakan kembali cara
menghardik
Hasil: klien dapat memperagakan dan mengulang
Kembali cara menghardik
- Memantau penerapan cara menghardik ini
Hasil: klien dapat menerapkan cara mengardik
halusinasi yang telah diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah melakukan cara
menghardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan perasaan masih agak gelisah
- Membuat jadwal latihan
Hasil: klien mengatakan tidak usah membuat jadwal
karena klien sudah bisa mempraktekkan dan
mengingat yang telah diajarakan
- Memberitahu kepada klien bahwa ada cara kedua
yang dapat mengendalikan suara-suara tersebut
Hasil: klien tampak senang dan menyetujui untuk
dilakukan cara kedua
- Kontak waktu, tempat
Hasil: klien mengatakan ditempat yang sama saja
Jumat, 19 SP 2 S : Klien mengatakan mendengar
Novembe Orientasi suara bisikan yang tidak nyata yaitu
r 2021, - Mengucapkan salam kepada klien menyuruh untuk memukul seseorang,
Jam 11.00 Hasil : klien tampak merespon salam yang diberikan klien mengatakan senang mengikuti
- Menanyakan apakah suara-suara itu masih muncul cara kedua dan ketiga dalam
Hasil: klien mengatakan sudah tidak muncul lagi mengendalikan halusinasi
- Apakah cara yang dilatih kemarin sudah dipakai O : Klien tampak berinteraksi dengan
Hasil: klien mengatakan klien masih mengingatnya baik, klien dapat melakukan teknik
- Menyampaikan topik yang akan dibahas yang kedua yaitu bercakap-cakap
Hasil: topik yang akan dibahas yaitu mengontrol dengan orang lain
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain A : SP 1 dan SP 2 Tercapai
- Kontrak waktu P : Lanjutkan SP 3
Hasil:mengontrak waktu dengan klien kira-kira 10
menit
Tahap Kerja
- Mengajarkan kepada klien jika suara mulai datang
langsung mencari teman untuk berbicang-bincang
Hasil: saat diberi penjelasan klien tampak
memperhatikan dengan baik
- Mencontohkan cara meminta tolong kepada teman
untuk mengobrol halusinasi jika datang
Hasil:“Tolong!!, saya mulai mendengar suara-suara.
Ayo mengobrol dengan saya!. Saat dicontohkan klien
tampak memperhatikan dan mengulangi kata tersebut
Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah mengikuti cara
mengahardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan perasaan klien lebih legah
dan lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: klien mengatakan akan memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada klien bahwa ada cara ketiga
yang dapat mengendalikan suara-suara tersebut
Hasil: klien tampak senang dan menyetujui untuk
dilakukan cara ketiga
- Kontak waktu, tempat
Hasil: klien mengatakan ditempat yang sama saja dan
dilakukan besok

Sabtu, 20 SP 3
Novembe Orientasi
r 2021, - Mengucapkan salam kepada klien
Jam 09.00 Hasil : klien tampak merespon salam yang diberikan
dan klien tampak senang
- Menanyakan apakah apakah 2 cara itu efektif
Hasil: klien mengatakan 2 cara yang telah diajari itu
sangat membantu mengontrol dan menghardik
halusinasi klien
- Apakah cara yang dilatih kemarin sudah dipakai
Hasil: klien mengatakan klien massih mengingatnya
- Menyampaikan topik yang akan dibahas
Hasil: topik yang akan dibahas yaitu mengontrol
halusinasi dengan melaksanakan aktivitas
Tahap Kerja
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
Hasil: saat diberi penjelasan klien tampak
memperhatikan dengan baik
- Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
Hasil: klien mengatakan klien sudah mempunyai
jadwal sebelumnya tentang aktivitas klien sehari-hari
- Menyusun jadwal aktitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih upayakan pasien
mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur
malam,7 hari dalam seminggu
Hasil : klien sudah paham, mampu mengungat dan
bisa mempraktekkan yang telah diajarkan
Terminasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti cara
mengahardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan perasaan klien lebih nyaman
sekarang kareena sudah mengetahui banyak cara
dalam mengontrol halusinasi
- Menanyakan 3 cara yang sudah diajarkan
Hasil: klien dapat menyebutkan 3 cara yang telah
diajarkan
- Menganjurkan kepada klien agar tidak lupa untuk
selalu mepraktekkan cara mengontrol halusinasi yang
telah diajaran
- Hasil: klien menyetujui
- Kontak waktu, tempat
Hasil: -

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah halusinasi
pendengaran Tn. V.W setelah dilakukan tindakan selama 2 hari mendapatkan hasil yang cukup
baik pada pasien artinya pasien mengalami peningkatan kemampuan juga dalam mengontrol
halusinasi, penurunan risiko perilaku kekerasan, terjadi peningkatan untuk merawat diri dan
meminum obat dalam setiap harinya sesuai anjuran dokter.
Asuhan keperawatan ini sesuai dengan teori pendapat Notoatmojo (2010) bahwa
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi
tentang objek atau yang berkaitan dengan pengetahuan. Menurut Nurdiana (2007), bahwa salah
satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya halusinasi adalah
kurangnya peran keluarga dalam perawatan terhadap anggota yang menderita halusinasi.
Ekonomi juga berperan dalam merawat pasien halusinasi disertai pendidikan yang tinggi
mempengaruhi cara merawat pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Penulis berasumsi bahwa keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien disebabkan oleh
keinginan mereka untuk sembuh sehingga mereka selalu mengikuti apa yang telah diajarkan
untuk melawan halusinasi. Dari pihak rumah sakit juga telah membantu merawat pasien dalam
mengontrol kebutuhan minum obat secara teratur. Penulis juga berasumsi, hal yang
menyebabkan pasien 1 sering keluar masuk mungkin dikarenakan faktor keluarga yang kurang
memperhatikan aktivitas pasien salah satunya adalah waktu minum obat. Mungkin saja pasien
merasa sudah sehat sehingga obatnya tidak diminum kembali.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Pasien Tn. V.W dengan masalah
Halusinasi Pendengaran yang dilakukan di Ruang Katrili RSJ Ratumbuysang Kalasey dua,
Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Kota Manado, Sulawesi Utara maka dapat
disimpulkan :
1. Kesimpulan Pasien
1) Hasil Pengkajian pada Tn. V.W didapatkan data subyektif pasien mengatakan mendengar
suara yang sangat jelas berupa perintah untuk memukul seseorang. Pasien mengatakan
mendengar suara bisikan itu disaat sendirian dan sedang melamun. Saat suara bisikan itu
datang, pasien menutup telinga dan menghardik suara tersebut. Data objektif yang
didapatkan pasien tampak gelisah
2) Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian Tn. V.W adalah Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
3) Intervensi Keperawatan di masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
adalah Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi, Monitor isi halusinasi, Diskusikan
perasaan dan respons terhadap halusinasi, Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
halusinasi, Anjurkan melakukan distraksi (mis. Melakukan aktivitas), ajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, dan
melakukan aktivitas.
4) Pelaksanaan tindakan pasien Tn. V.W dengan cara mengajarkan Strategi Pelaksanaan
(SP) pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran. Implementasi Tn. V.W
berlangsung selama 2 hari dalam kondisi mampu mengontrol halusinasi dan minum obat
secara teratur di setiap harinya.
5) Evaluasi pada studi kasus ini adalah Pasien Tn. V.W mampu membina hubungan saling
percaya, pasien kooperartif, pasien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatann hendaknya mengkuti langkah-langkah
proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya yang dilakukan secara
sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mampu melakukan SP Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran yang telah diajarkan oleh perawat disetiap jadwal yang telah dibuat bersama
agar halusinasi tidak kambuh kembali.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil asuhan keperawatan jiwa ini dapat menjadi referensi lain serta dapat
menjadi acuan untuk dikembangkan kembali dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi I. Jakarta: EGC Dalami, dkk. 2014. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.Jakarta: CV. Trans Info Media. Direja, A.H.S. 2011.
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida dan Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes,
2018.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2018, badan peneliti &
pengembangan Depkes RI. Jakarta. Keliat, B.A Dkk, (2014).
Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta : EGC Manurung, S. 2011. Keperawatan
Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Muhit, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori
dan Aplikasi). Yogyakara: ANDI Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma (2015) Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 3
Skizofrenia hal.137: Jogyakarta. MediAction. Rahayu, D.R. 2016. Asuhan Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi dengan pasien Ny. S di ruang Bima Instalasi Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Universitas Muahammadiyah: Purwokerto. Rasmun.
2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: CV.
Sagung Seto. Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan
Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Trimeilia (2011) asuhan keperawatan klien Halusinasi
Jakarta : Trans Info Media Wawan dan Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha

Anda mungkin juga menyukai