1. RISKA APRILYA
3. SARTIKA SARYUDI
4.SARLOTA SERI
5. SANTIANI DAUNLEBOK
JURUSAN KEPERAWATAN
DIPLOMA D KEPERAWATAN
2021
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Defisit Perawatan Diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang
timbul pada pasien gangguan jiwa. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Keterbatasan
perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh
klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau
merawat dirinya sendiri, bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat maka kemungkinan klien
bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi (Nasution,2018).Untuk mengetahui lebih jelas
tentang masalah yang terjadi pada pasien perluh dikaji tentang gangguan yang terjadi pada
pasien yang memicu terjadinya defisit perawatan diri. Seperti perawat perluh mengkaji kejadian
yang mendukung terjadinya defisit perawatan diri pasien. Personal hygiene sangat tergantung
pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya.
Kehidupan sehari-hari yang beraturan, menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak
menghirup udara segar, olahraga, istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat
perhatian.
2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2009), penyebab defisit perawatan diri adalah kelelahan fisik
dan penurunan kesadaran. Ada beberapa dampak yang sering timbul pada masalah defisit
perawatan diri, antara lain:
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
3. Proses Terjadi
a. Faktor predisposisi
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2) Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes melitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4.Rentang Respon
Dermawan (2013) menyatakan bahwa rentang respon defisit perawatan diri sebagai berikut :
1) Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan
perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
Menurut Depkes tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
b. Psikologis
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
a. Data subyektif
b. Data obyektif
6. Jenis
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias
untuk diri sendiri.
7. Mekanisme koping
Stuart (2016) mengungkapkan pada fase gangguan jiwa aktif, pasien menggunakan beberapa
mekanisme pertahanan yang tidak didasari sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengalaman
menakutkan yang disebabkan oleh penyakit mereka.
1) Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah
besar tenaga dalam upaya untuk mengelola ansietas, menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas
sehar-hari.
2) proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan menetapkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
3) Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan dengan
pengalaman internal
4) Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme koping ini adalah
sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seorang menerima informasi yang menyebabkan
rasa takut dan ansietas.
1. Tujuan:
2. Tindakan Keperawatan
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, saudara dapat melakukan tahapan tindakan
yang meliputi:
Sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan
dengan wanita.
1) Berpakaian
3) Bercukur
1) Berpakaian
3) Berhias
Untuk melatih makan pasien perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
Melatih pasien untuk BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I. M., Asti, A. D., & Sumarsih, T. (2019). Proses Evaluasi Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi: Defisit Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa Di Panti
Rehabilitasi X Kabupaten Wonosobo. Proceeding of The URECOL, 215-220.
Danyati, N. P. N. T. (2018). Gambaran Asuham Keperawatan Penerapan TAK Stimulasi
Persepsi : Defisit Perawatan Diri Untuk Mengatasi Defisit Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2018).
Hastuti, Eviana Dwi. Penerapan Komunikasi Terapeutik Dalam Memandirikan Klien Defisit
Perawatan Diri: Mandi Dan Berhias Di RSJ Grhasia. Diss. poltekkes kemenkes yogyakarta,
2018.
https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/DINO_SAPUTRA.pdf
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2588/142500019.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Wati, A. P., & Martini, M. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Token Ekonomi Terhadap
Peningkatan Personal Hygiene Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa
Provonsi Bali. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan STIKes Buleleng, 4(1), 58-63.