"Weladalahh, iki kepiye lak tugasku durung mari?!" Kata seorang gadis berkulit
cokelat khas Asia Tenggara yang sedang berjalan tergesa-gesa di salah satu universitas
terbaik Indonesia. Ia bernama Arum. Arum merupakan seorang mahasiswi asal kota
Gandrung, Banyuwangi. Kulitnya yang coklat langsat, hidungnya yang kecil tidak terlalu
mancung, dan wajahnya yang keturunan Osing terlihat biasa saja saat melihatnya. Namun,
saat ia melebarkan senyuman di bibirnya yang merah ranum dan melepaskan ikatan dirambut
gelombangnya seukuran bahu itu, ia dapat menarik perhatian siapa saja yang melihatnya.
Para mahasiswa akan berdecak kagum, sedangkan beberapa mahasiswi lainnya akan menatap
dengan pandangan sinis. Ia benar-benar tipe wanita yang sempurna saat menebarkan
senyuman sumringahnya kepada semua orang yang ia temui. Dengan sifat ramah dan sopan
itu membuat ia dapat memiliki banyak teman.
“Ola boa tarde meu nome e Arcelio Henriques Filipe. Halo nama saya Arcelio
Henriques Filipe, kalian semua bisa memanggil saya Arcelio. Saya adalah pengusaha dari
Portugal yang lahir di Indonesia.” Arcelio menyampaikan perkenalannya dengan senyum
yang ramah, ia menyampaikan pengetahuannya tentang perdagangan dengan fasih dalam
bahasa Indonesia. Arum fokus menuliskan poin-poin penting yang bisa ia jadikan sebagai
bahan tulisan. Mata Arcelio menangkap sosok Arum yang dikelilingi oleh cahaya putih. Ia
tersenyum dan melanjutkan presentasinya tentang kondisi perekonomian Maluku setelah
datangnya Bangsa Portugis.
Malam hari, ketika Arcelio berada di meja kerja dalam apartemennya, dia membaca
sepucuk surat yang diberikan Arum dan mengambil ponselnya. “Halo, Arum. Ini Arcelio”,
sapanya dalam panggian. “Boa noite senhor Arcelio.” (Selamat malam, Tuan Arcelio.), jawab
Arum dengan riang karena Arcelio Filipe benar-benar menerima permintaannya untuk
meneleponnya. “Tuan Filipe yang terhormat, sebelumnya saya mohon maaf karena saya
lancang untuk memberikan surat dan meminta tolong untuk-“ “Nah, it’s okey, saya sangat
bersedia untuk siapapun yang membutuhkan bantuan, apa lagi mahasiswi pintar sepertimu
yang menyanjung saya dengan mengatakan bahwa saya orang yang baik.”, sahut Arcelio
dengan candaan. Arum menjelaskan tentang tugasnya dari topik yang ia angkat, yaitu
rempah-rempah dan kehidupan rakyat Maluku dalam jajahan Bangsa Portugis. Arcelio
menyatakan kesediannya untuk menjadi narasumber dan mengajak Arum untuk bertemu di
Pasar Blambangan dan berbincang-bincang tentang rempah-rempah.