Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN AKHIR

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT


(IbM)

IbM DESA SEMBUNG GEDE DALAM PENGEMBANGAN


USAHA KRIPIK SINGKONG

Oleh:

Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja, STP., MP. NIDN : 0020037408


Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE. NIDN : 0019076201
Ir. I Made Nada, M.Erg. NIDN : 0001016134

Dibiayai oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat
Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada
Masyarakat Nomor : 312.21/UN.14.2/PKM.08.00/2015, Tanggal 30 Maret 2015

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN/FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2015
RINGKASAN

Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti padi,


jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi tersebut,
tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan kosong yang tidak
termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan harga yang murah
berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari singkong maka
singkong dapat diolah menjadi produk olahan misalnya tepung singkong, kripik singkong
dan krupuk singkong yang mempunyai potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa
Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan
singkong menjadi kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung
Gede bernama Bapak I Wayan Tantra beserta istri. Hanya saja pengolahan kripik singkong
ini masih sangat sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan
usaha kripik singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah
ada.
Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk
mitra usaha adalah: survey lapangan dan wawancara; pemberian dan pelatihan alat slicer
(pengiris/pencacah) singkong; pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik
singkong dan pemberian ketrampilan pembukuan; pemberian dan pelatihan alat sealer
(perekat) kemasan plastik; penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik
singkong ke instansi terkait; penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas
menjadi sabun padat; monitoring dan pendampingan produksi; evaluasi keberlangsungan.
Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk mitra
kelompok tani adalah : penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani
mitra; pemberian bibit singkong unggul.
Kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik singkong adalah:
a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian kemampuan
membuat administrasi berupa pembukuan sederhana
1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong
Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk terdiri dari : Nama
Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-Seksi meliputi Bidang Bahan Baku,
Bidang Produksi, Bidang Mutu dan Bidang Pemasaran.
2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong
Pelatihan akan disselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam melakukan
pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan, buku kas pengeluaran dan
buku besar.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai berikut :
Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat diputar
dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah singkong yang
dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris, bahan selanjutnya dapat
dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara kontinu.
c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik
Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang disealer. Supaya
kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan pelabelan untuk membangun
suatu merek pada produk. Banyak jenis kemasan yang dapat digunakan untuk
mengemas produk olahan (Susanto dan Sucipta, 1994).
d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan pendampingan
proses perijinan ke instansi terkait
Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang
atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari
produk pesaing (Wilopo, 2007).
Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi identitas bagi
produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai pembeda produk atau jasa
dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing. Sedangkan manfaat merek bagi suatu
bisnis adalah : (1) dapat memberikan identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing,
(3) dapat meningkatkan penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat
pelanggan tidak sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka
peluang untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,
2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada pengusaha
kripik singkong.
Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas
Kesehatan.
e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat
Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun akan meliputi
dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun. Proses
pemurnian merupakan proses yang rumit dan melewati beberapa tahapan.
f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai kelompok tani
mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:
3.1.1. Penyuluhan tentang budidaya singkong
3.1.2. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar
3.1.3. Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot
g. Pemberian bibit singkong unggul
Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong unggul
yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan produktivitas tinggi. Bibit
singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.
h. Monitoring dan pendampingan
Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu dilaksanakan dalam
setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong kelancaran proses produksi.
i. Evaluasi keberlangsungan
Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:
1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong dilakukan evaluasi
dengan melihat peran serta mitra usaha melalui aktivitas diskusi yang berkembang dan
volume produktivitas produk kripik pisang yang dihasilkan perhari.
2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak goreng bekas
menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan evaluasi dengan melihat peran
serta mitra usaha selama ceramah melalui aktivitas diskusi yang berkembang.
3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui pendampingan dan
monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap kesungguhan, minat dan
keberhasilan peserta dalam usaha pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan
pengolahan minyak bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.
4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan produksi minimal 30 % lebih
produk kripik singkong yang dihasilkan dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk
sabun dari pemanfaatan pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.
Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari peningkatan
produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik.
Kegiatan ini berjudul “IbM Desa Sembung Gede dalam Pengembangan Usaha Kripik
Singkong” yang dilaksanakan sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
khususnya dharma yang ketiga yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat, dengan sumber dana
DIKTI Tahun Anggaran 2015.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tentunya
berkat kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu kami haturkan terima kasih kepada DIKTI
selakupenyandang dana, tim pelaksana, Ketua LPPM UNUD dan staf, mitra usaha dan
mitra kelompok tani, serta semua pihak yang juga ikut mendukung kegiatan ini.
Kami menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan ini masih
jauh dari sempurna. Namun demikian kami berharap bahwa pelaksanaan kegiatan dan
laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 30 Oktober 2015

Tim Pelaksana
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Analisis Situasi ................................................................................................... 1
1.2. Permasalahan Mitra ............................................................................................ 4
1.3. Solusi Yang Ditawarkan ..................................................................................... 5
II. TARGET DAN LUARAN ........................................................................................ 9
III. METODE PELAKSANAAN .................................................................................... 10
3.1. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM ........................... 10
3.2. Rencana kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang ada ...... 10
IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI .................................................................. 14
4.1. Kinerja LPM/LPPM/UPPM Dalam Kegiatan PPM ........................................... 14
4.2. Tim Pelaksana .................................................................................................... 15
V. HASIL YANG DICAPAI.......................................................................................... 17
VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ...................................................................... 19
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 20
7.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
7.2. Saran ................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11
LAMPIRAN .................................................................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN

1. Draf Artikel
2. Produk Kegiatan
I. PENDAHULUAN

1.1. ANALISIS SITUASI

Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 kabupaten/kota dengan luas


wilayah 839,33 km2 atau 14,90% dari luas propinsi Bali. Sebagian besar lahan di
Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan
dikenal sebagai daerah agraris. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 kecamatan dan
salah satunya adalah Kecamatan Kerambitan (Anon., 2012a).
Kecamatan Kerambitan terletak kurang lebih 4 km di sebelah Barat Kota
Tabanan. Lokasi kecamatan ini sangat strategis karena merupakan salah satu
kecamatan penyangga lumbung beras Kabupaten Tabanan. Luas area Kecamatan
Kerambitan adalah sebesar 42,39 km2 atau sekitar 5,05% dari luas Kabupaten
Tabanan dengan ketinggian antara 0 - 196 m. Pusat pemerintahan Kecamatan
Kerambitan bertempat di Desa Kerambitan. Wilayah Kecamatan Kerambitan
didominasi sektor pertanian, terutama di pertanian sawah dan perkebunan, sisanya
digunakan untuk pemukiman dan pemanfaatan lainnya. Struktur perekonomian di
Kecamatan Kerambitan masih bercorak agraris dan sebagian besar penduduk masih
menggantungkan sumber kehidupannya di sektor pertanian. Jumlah penduduk di
Kecamatan Kerambitan Tahun 2009 sejumlah 39.336 jiwa. Penduduknya tersebar di
15 desa. Salah satu dari desa yang ada di kecamatan ini adalah Desa Sembung Gede
(Anon., 2012b).
Desa Sembung Gede memiliki luas daerah 6,83 km2 yang merupakan
16,11% dari kecamatan dan 0,81% dari luas kabupaten. Jumlah penduduk desa
sebanyak 3985 jiwa dengan sebagian besar bermata-pencaharian sebagai petani.
Sebagian kecil penduduknya mencari nafkah sebagai buruh di industri sedang dan
industri-industri kecil yang ada di desa. Disamping itu ada pula yang membuat
kerajinan rumah tangga (Anon., 2012b).
Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti
padi, jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi
tersebut, tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan
kosong yang tidak termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan
harga yang murah berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai

1
ekonomis dari singkong maka singkong dapat diolah menjadi produk olahan
misalnya tepung singkong, kripik singkong dan krupuk singkong yang mempunyai
potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa Sembung Gede, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan singkong menjadi
kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung Gede bernama
Bapak I Wayan Tantra. Hanya saja pengolahan kripik singkong ini masih sangat
sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan usaha kripik
singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah ada.
Usaha kripik singkong yang dirintis Bapak I Wayan Tantra dari Banjar
Sembung Gede, Desa Sembung Gede ini setiap harinya mampu memproduksi 35 kg
kripik singkong dari 50 kg singkong yang diolah dan dikemas dengan plastik
menjadi 700 bungkus dengan berat per bungkus berkisar 5 gram yang dijual eceran
Rp. 500,- per bungkus. Tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan kapasitas
produksi tersebut sebanyak 3 orang dengan pendidikan tamatan sekolah dasar.
Kripik singkong yang dihasilkan telah mampu dipasarkan di pasar tradisional Desa
Sembung Gede, warung-warung di Desa Sembung Gede, di Sekolah Dasar No. 1
Sembung Gede dan bahkan telah mampu dipasarkan di Kota Tabanan yaitu di Pasar
Dauh Pala, Tabanan.
Persoalan lain yang dihadapi dalam pengembangan usaha kripik singkong
selama ini adalah terbatasnya volume produksi dan tidak dapatnya memenuhi
permintaan pelanggan. Umbi singkong yang menjadi bahan baku utama tidak mudah
diperoleh sepanjang tahun di desa ataupun di desa sekitarnya. Lebih lanjut, mutu
umbi singkong yang dibeli sering tidak baik sehingga banyak terbuang menjadi
limbah karena apabila diolah akan menghasilkan kripik bertekstur keras dan tidak
memenuhi tuntutan selera pelanggan.
Keterbatasan jumlah produksi juga dikarenakan oleh tidak efisiennya cara
kerja saat pengirisan singkong. Pengirisan umbi dilakukan dengan menggunakan
alat pemotong secara manual/tradisional dengan menggunakan pisau dapur,
sehingga waktu pengirisan singkong lama. Disamping itu, pengirisan secara manual
menghasilkan ketebalan pengirisan yang tidak seragam. Ketidakseragaman
ketebalan irisan singkong mempengaruhi hasil penggorengan kripik singkong.
Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang hanya direkatkan dengan
nyala lilin tanpa dibantu alat sealer. Kemasan yang digunakan juga tidak ada merek

2
ataupun pelabelan sehingga kripik yang dihasilkan tidak memberikan kesan pada
pelanggannya.
Penanganan limbah usaha sudah mulai membebani pengusaha. Minyak
bekas penggorengan dibuang tanpa diberikan perlakukan apapun, sehingga
mencemari tanah dan lingkungan. Selama ini limbah yang dihasilkan dari produksi
belum digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
Usaha kripik sangat potensial untuk dikembangkan karena usaha ini dapat
menyediakan lapangan kerja di desa. Akan tetapi, usaha ini akan berkembang sangat
lambat karena pengusaha kripik belum mampu mengakses permodalan dari bank.
Pengusaha selama ini tidak pernah melakukan administrasi sederhana secara rapi
dan secara terus-menerus. Manajemen usaha yang dilakukan oleh pengusaha kripik
singkong masih sangat sederhana. Pengusaha kripik singkong belum terbiasa untuk
membuat catatan baik catatan keuangan sederhana seperti catatan pengeluaran dan
pemasukan. Disamping itu, usaha kripik singkong belum memiliki struktur
organisasi sehingga belum ada pembagian pekerjaan berdasarkan deskripsi kerja.
Komposisi bumbu kripik, volume produksi dan volume penjualan belum
pernah ditulis dengan benar. Percampuran bumbu hampir selalu dilakukan
berdasarkan pada perkiraan dan ingatan. Cara kerja seperti ini menyebabkan citarasa
kripik singkong hasil olahannya tidak pernah seragam selama berproduksi.
Kelompok tani singkong yang terbentuk mempunyai peran sentral sebagai
penyedia bahan baku bagi pengusaha kripik. Disamping itu karena sifatnya sebagai
tanaman sela, singkong dapat diusahakan oleh kelompok tani tanpa mengganggu
usaha taninya. Jadi dengan adanya usaha pembuatan kripik singkong, pengusaha
kripik dan petani saling diuntungkan. Pengusaha mendapat pasokan bahan baku
secara berkesinambungan dan petani memperoleh penghasilan tambahan.
Walaupun penanaman singkong merupakan usaha sampingan yang
menjanjikan, tetapi kelompok tani belum tergerak untuk meningkatkan usaha
taninya. Hal ini disebabkan oleh sistem budidaya singkong belum diketahui dengan
baik. Disamping itu, bibit singkong yang ditanam bukan merupakan bibit singkong
unggul.
Prioritas permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kripik singkong dan
kelompok tani perlu dicarikan solusinya. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan
karena seperti tercantum dalam Anon. (2012a) bahwa pemerintah Kabupaten
Tabanan berkeinginkan menumbuh-kembangkan industri pedesaan yang berbasis

3
pertanian. Industri pedesaan diharapkan mampu memacu perekonomian masyarakat
desa (petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan
dan pengolahan pascapanen.

1.2. PERMASALAHAN MITRA

Berdasarkan pada analisis situasi di atas, maka permasalahan yang dihadapi


oleh mitra usaha dapat diidentifikasi dan perlu dipriotitaskan, yaitu:
1. Mitra usaha dalam pengembangan usaha kripik singkong selama ini tidak dapat
memenuhi permintaan pelanggan dikarenakan masih terbatasnya volume
produksi yang disebabkan tidak efisiennya cara kerja saat pengirisan singkong
yang hanya menggunakan alat pemotong secara manual/tradisional yaitu
menggunakan pisau dapur sehingga waktu pengirisan singkong lama dan
menghasilkan ketebalan pengirisan yang tidak seragam. Ketebalan pengirisan
singkong yang tidak seragam ini mempengaruhi hasil penggorengan kripik
singkong yang tidak merata.
2. Struktur organisasi usaha kripik belum terbentuk dan ketrampilan dalam
pembuatan pembukuan juga sangat terbatas. Dengan kondisi seperti ini mitra
usaha kripik singkong belum memenuhi syarat minimal dalam upaya mengakses
sumber-sumber permodalan.
3. Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang hanya direkatkan
dengan lilin tanpa dibantu alat sealer dan juga tanpa adanya merek ataupun
pelabelan pada kemasan kripik singkong. Padahal adanya pelabelan pada
kemasan sangat membantu dalam pemasaran produk dan adanya merek pada
kemasan akan membantu lebih dikenalnya produk kripik singkong yang
dipasarkan dimasyarakat.
4. Minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong oleh mitra usaha dibuang
begitu saja tanpa diolah lebih lanjut. Pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi
sabun padat serta pengemasannya dengan memanfaatkan hasil penelitian belum
diketahui oleh warga desa dan mitra usaha. Penyuluhan, pelatihan, dan
pengenalan proses pengolahan minyak bekas menjadi sabun padat dan cara
pengemasannya diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari minyak
goreng bekas dan untuk menambah penghasilan keluarga.

4
5. Kelompok tani belum menguasai sistem budidaya singkong dengan baik
sehingga hasil budidayanya belum dapat memenuhi permintaan pengusaha
kripik singkong.

1.3. SOLUSI YANG DITAWARKAN

1. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM


Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM
untuk mitra usaha adalah:
a. Survey Lapangan dan wawancara.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.
c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan
pemberian ketrampilan pembukuan.
d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.
e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke
instansi terkait.
f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat.
g. Monitoring dan pendampingan produksi.
h. Evaluasi keberlangsungan.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM


untuk mitra kelompok tani adalah :
a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.
b. Pelatihan pembuatan kompos.
c. Pemberian bibit singkong unggul

2. Pelaksanaan kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang ada


Pelaksanaan kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik
singkong adalah:
a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian
kemampuan membuat administrasi berupa pembukuan sederhana
1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong

5
Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk
terdiri dari : Nama Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-
Seksi meliputi Bidang Bahan Baku, Bidang Produksi, Bidang Mutu dan
Bidang Pemasaran.
2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong
Pelatihan akan disselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam
melakukan pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan,
buku kas pengeluaran dan buku besar.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai
berikut :
Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat
diputar dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah
singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris,
bahan selanjutnya dapat dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara
kontinu.
c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik
Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang
disealer. Supaya kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan
pelabelan untuk membangun suatu merek pada produk. Banyak jenis
kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk olahan (Susanto
dan Sucipta, 1994).
d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan
pendampingan proses perijinan ke instansi terkait
Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Wilopo, 2007).
Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi
identitas bagi produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai
pembeda produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing.
Sedangkan manfaat merek bagi suatu bisnis adalah : (1) dapat memberikan
identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing, (3) dapat meningkatkan
penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat pelanggan tidak

6
sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka peluang
untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,
2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada
pengusaha kripik singkong.
Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas
Kesehatan.
e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat
Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun
akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan
pembuatan sabun. Proses pemurnian merupakan proses yang rumit dan
melewati beberapa tahapan.
f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai
kelompok tani mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:
1) Penyuluhan tentang budidaya singkong
2) Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar
3) Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot
g. Pemberian bibit singkong unggul
Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit
singkong unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan
produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan
milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.
h. Monitoring dan pendampingan
Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu
dilaksanakan dalam setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong
kelancaran proses produksi.
i. Evaluasi keberlangsungan
Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:
1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
dilakukan evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha melalui
aktivitas diskusi yang berkembang dan volume produktivitas produk
kripik pisang yang dihasilkan perhari.

7
2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak
goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan
evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha selama ceramah melalui
aktivitas diskusi yang berkembang.
3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui
pendampingan dan monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap
kesungguhan, minat dan keberhasilan peserta dalam usaha
pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan pengolahan minyak
bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.
4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan
produksi minimal 30 % lebih produk kripik singkong yang dihasilkan
dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk sabun dari pemanfaatan
pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.
5) Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari
peningkatan produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.
3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program
Mitra usaha berpartisipasi secara langsung dalam hal :
a. Penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong secara kontinyu untuk
peningkatan volume produksi kripik singkong.
b. Pengemasan kripik singkong dengan plastik yang direkatkan dengan alat
sealer.
c. Pelabelan kemasan kripik singkong.
d. Pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi
sabun.
e. Mempertahankan keberlangsungan produksi dan pemasaran produk.
f. Memberi contoh dan meningkatkan pengetahuan bagi warga desa lain.
Mitra kelompok tani berperan serta dalam: Pembuatan pupuk organik
dan pembuatan dan pemeliharaan demplot.

8
II. TARGET DAN LUARAN

Secara umum target dan luaran yang ingin dicapai berupa terciptanya
teknologi tepat guna yang dapat memberi manfaat kepada mitra dan alat yang sesuai
dengan kebutuhan mitra serta ijin berproduksi untuk mitra pengusaha. Target dan
luaran secara keseluruhan dari kegiatan ini adalah:
1. Terbentuknya struktur organisasi mitra usaha dan perangkat administrasi dari
mitra usaha,
2. Desain dan alat slicer (pengiris/pencacah) dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan
mitra usaha,
3. Mitra usaha mampu mengoperasikan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
sehingga dapat meningkatkan volume produksi kripik singkong dan
menghasilkan kripik singkong dengan ketebalan seragam,
4. Mitra usaha mampu melakukan upaya pemanfaatan pengolahan minyak goreng
bekas menjadi sabun,
5. Produk kripik dari mitra usaha yang dikemas kantong plastik berlabel yang di-
seal sehingga produk lebih menarik dan dikenal di masyarakat serta memperluas
jangkauan pasar yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan mitra
usaha,
6. Mitra usaha memiliki ijin usaha dari Dinas Kesehatan setempat,
7. Mitra kelompok tani mampu membuat pupuk organik dan memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang cukup dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman
singkong.
8. Publikasikan hasil pengabdian dalam jurnal berskala nasional.

9
III. METODE PELAKSANAAN

3.2. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM


Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM
untuk mitra usaha adalah:
a. Survey Lapangan dan wawancara.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.
c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan
pemberian ketrampilan pembukuan.
d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.
e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke
instansi terkait.
f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat.
g. Monitoring dan pendampingan produksi.
h. Evaluasi keberlangsungan.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM


untuk mitra kelompok tani adalah :
a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.
b. Pelatihan pembuatan kompos.

3.3. Pelaksanaan kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang


ada
Pelaksanaan kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik
singkong adalah:
a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian
kemampuan membuat administrasi berupa pembukuan sederhana
1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong
Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk
terdiri dari : Nama Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-
Seksi meliputi Bidang Bahan Baku, Bidang Produksi, Bidang Mutu dan
Bidang Pemasaran.
2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong

10
Pelatihan akan diselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam
melakukan pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan,
buku kas pengeluaran dan buku besar.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai
berikut :
Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat
diputar dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah
singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris,
bahan selanjutnya dapat dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara
kontinu.
c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik
Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang
disealer. Supaya kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan
pelabelan untuk membangun suatu merek pada produk. Banyak jenis
kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk olahan (Susanto
dan Sucipta, 1994).
d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan
pendampingan proses perijinan ke instansi terkait
Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Wilopo, 2007).
Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi
identitas bagi produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai
pembeda produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing.
Sedangkan manfaat merek bagi suatu bisnis adalah : (1) dapat memberikan
identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing, (3) dapat meningkatkan
penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat pelanggan tidak
sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka peluang
untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,
2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada
pengusaha kripik singkong.

11
Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas
Kesehatan.
e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat
Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun
akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan
pembuatan sabun. Proses pemurnian merupakan proses yang rumit dan
melewati beberapa tahapan.
f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dan
kelompok tani mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:
3.3.1. Penyuluhan tentang budidaya singkong
3.3.2. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar
3.3.3. Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot
g. Pemberian bibit singkong unggul
Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong
unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan
produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan
milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.
h. Monitoring dan pendampingan
Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu
dilaksanakan dalam setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong
kelancaran proses produksi.
i. Evaluasi keberlangsungan
Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:
1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong
dilakukan evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha melalui
aktivitas diskusi yang berkembang dan volume produktivitas produk
kripik pisang yang dihasilkan perhari.
2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak
goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan
evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha selama ceramah melalui
aktivitas diskusi yang berkembang.

12
3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui
pendampingan dan monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap
kesungguhan, minat dan keberhasilan peserta dalam usaha
pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan pengolahan minyak
bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.
4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan
produksi minimal 30 % lebih produk kripik singkong yang dihasilkan
dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk sabun dari pemanfaatan
pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.
5) Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari
peningkatan produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.
3.4.Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program
Mitra usaha berpartisipasi secara langsung dalam hal :
a. Penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong secara kontinyu untuk
peningkatan volume produksi kripik singkong.
b. Pengemasan kripik singkong dengan plastik yang direkatkan dengan alat
sealer.
c. Pelabelan kemasan kripik singkong.
d. Pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi
sabun.
e. Mempertahankan keberlangsungan produksi dan pemasaran produk.
f. Memberi contoh dan meningkatkan pengetahuan bagi warga desa lain.
Mitra kelompok tani berperan serta dalam: Pembuatan pupuk organik dan
pembuatan dan pemeliharaan demplot.

13
VIII. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1. Kinerja LPM/LPPM/UPPM dalam kegiatan PPM


PPM merupakan salah satu Tridarma Perguruan Tinggi yang merupakan
satu kesatuan dengan dua darma yang lain. PPM dapat diartikan sebagai respon
akademik masyarakat kampus atas kebutuhan, tantangan atau persoalan yang
dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. PPM tidak
harus diartikan sempit dengan fokus pada kegiatan yang mengarah kepada
masyarakat miskin semata. Oleh karena itu, arti dan makna PPM menjadi lebih
luas dengan meliputi seluruh strata sosial masyarakat.
Untuk mewujudkan pelaksanaan PPM ini, maka LPPM telah melakukan
kinerja yang sangat membantu dalam mempermudah pelaksanaan PPM bagi
para dosen selaku Tim pelaksana PPM. Kinerja yang telah dilakukan
diantaranya:
a. Menyusun dan menerbitkan buku panduan pembuatan proposal PPM.
b. Menyampaikan informasi melalui surat dan website segala hal yang terkait
dengan proposal dan pelaksanaan PPM.
c. Menyediakan jurnal PPM untuk publikasi pelaksanaan PPM yang telah
dilakukan.

4.2. Tim Pelaksana


Tim pelaksana dari perguruan tinggi terdiri dari satu orang Ketua
pelaksana kegiatan dan tiga (3) orang anggota pelaksana kegiatan. Tim
pelaksana kegiatan merupakan staf pengajar di Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Dalam menyelenggarkan
kegiatan yang sangat teknis seperti penyuluhan dan pelatihan tentang budidaya
singkong dan pembuatan pupuk organik, tim pelaksana akan melibatkan baik
potensi yang ada di Universitas Udayana maupun pakar yang ada di luar
universitas. Tim pelaksana dari Universitas Udayana adalah:
a. Ketua Tim Pelaksana :
1) Nama : Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja,STP., MP.
2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19740320 200003 2 001
3) Jabatan Fungsional : Lektor
4) Bidang keahlian : Ilmu Keteknikan Pertanian

14
5) Tugas Kepakaran : Mengorganisasikan pelaksanaan pengabdian secara
umum, membuat atau menyusun rencana kerja pengabdian,
mengarahkan/supervisi dan memberikan pelatihan singkat kepada
anggota tim pengabdian, mendesain alat slicer, memberikan pengarahan
dan terlibat langsung pada kegiatan pekerjaan laboratorium dan
lapangan, melakukan verifikasi data pengabdian untuk persiapan
pelaporan bersama dengan anggotan tim peneliti, merangkum dan
menyusun laporan hasil pelaksanaan pengabdian, mengembangkan bahan
naskah publikasi pelaksanaan pengabdian.
b. Anggota Tim Pelaksana :
1) Nama : Dr. Ir. I Wayan Widia, M.SIE
2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19620719 198512 1001
3) Jabatan Fungsional : Lektor
4) Bidang keahlian : Keteknikan Pertanian
5) Tugas Kepakaran : Bertanggungjawab terhadap penyelesaian alat
slicer singkong untuk mitra usaha. Ikut serta dalam pekerjaan
laboratorium untuk pembuatan sabun dari minyak bekas menggoreng dan
pelaksanaan lapangan. Melakukan diskusi dengan Ketua Tim Peneliti
secara kontinu terhadap pelaksanaan pengabdian. Membantu Ketua Tim
Pengabdian dalam penyusunan laporan penelitian dan penyusunan
naskah publikasi.
c. Anggota Tim Pelaksana :
1) Nama : Ir. I Made Nada, M.Erg.
2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19611231 199003 1 015
3) Jabatan Fungsional : Lektor
4) Bidang keahlian : Ergonomi
5) Tugas Kepakaran : Bertanggungjawab terhadap penyelesaian
pabrikasi alat slicer singkong untuk mitra usaha sesuai dengan
pengalaman dalam penelitian. Ikut serta bertanggungjawab dalam
pelabelan kripik singkong dan pelaksanaan lapangan. Melakukan diskusi
dengan Ketua Tim Peneliti secara kontinu terhadap pelaksanaan
pengabdian. Membantu Ketua Tim Pegabdian dalam penyusunan laporan
penelitian.

15
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Sembung Gede,


Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan yang merupakan kegiatan dengan
mitra usaha Keripik singkong, bapak I Wayan Tantra. Pengabdian ini diawali
dengan pertemuan dengan mitra usaha, pembentukan struktur organisasi, penataan
administrasi dan pembukuan. Selanjutnya dilakukan pemberian dan pelatihan alat
slicer (alat pengiris) singkong, dan cara pengemasan kripik singkong dengan
merekatkan pengemasan plastik menggunakan alat sealer. Kemudian dilakukan
pelatihan pengolahan sabun padat dari minyak bekas menggoreng keripik singkong.
Kegiatan untuk mendukung kemandirian pengembangan usaha kripik
singkong, adalah :

5.1. Pertemuan Awal Dengan Mitra Usaha


Pada awal pelaksanaan dilakukan pertemuan dengan mitra usaha kripik
singkong untuk menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini. Disamping itu, dilakukan pula kesepakatan saat penyuluhan dan
demontrasi pembuatan sabun mandi padat, kegiatan ini tidak hanya didengarkan dan
dilihat oleh mitra usaha dan karyawannya, tetapi juga didengarkan dan dilihat oleh
ibu-ibu PKK, pemuda dan pemudi setempat. Selain dilakukan demonstrasi
pembuatan sabun padat juga disampaikan penyuluhan dan pelatihan pembuatan
kompos kepada kelompok tani Subur Taya. Pertemuan dengan mitra usaha
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertemuan dengan Mitra Usaha

16
b. Pembuatan Sabun Mandi Padat di Laboratorium
Sebelum melakukan penyuluhan dan pelatihan pembuatan sabun mandi
padat kepada mitra usaha dan ibu-ibu PKK, pemuda dan pemudi di Desa Sembung
Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terlebih dahulu dilakukan
praktek pembuatan sabun mandi padat di laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Udayana oleh tim pengabdian Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Udayana dengan tujuan memperoleh keberhasilan dalam pembuatan
sabun mandi padat.

c. Pemberian dan pelatihan alat slicer (alat pengiris) singkong


Perancangan dan pemberian alat slicer (alat pengiris) singkong telah
dilakukan. Telah diberikan pula pelatihan penggunaan alat slicer (alat pengiris)
singkong kepada mitra usaha keripik singkong. Prinsip pelatihan dan penggunaan
alat yang telah diberikan sangat sederhana yaitu : alat slicer menggunakan kekuatan
dinamo untuk menggerakan pisau pengiris singkong, sebelum digunakan untuk
mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan menekan tombol on. Setelah
dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong melalui lubang yang sudah
dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang
pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan
bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan diiris
secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam. Sebelum diberikan kepada
mitra usaha, alat slicer (alat pengiris) singkong telah diuji coba terlebih dahulu. Alat
slicer yang diberikan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alat slicer yang diberikan ke Mitra Usaha

17
d. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha keripik singkong.
Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang dibentuk terdiri dari :
Nama Mitra Usaha, Ketua, Bendahara, Seksi-Seksi meliputi Bidang Bahan Baku,
Bidang Produksi, Bidang Mutu dan Bidang Pemasaran. Struktur organisasi mitra
usaha disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi mitra usaha

e. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.


Pemberian alat sealer (perekat) kemasan plastik telah dilakukan. Telah
diberikan pula pelatihan penggunaan sealer (perekat) kemasan plastik keripik
singkong kepada mitra usaha keripik singkong. Sehingga diperoleh pengemasan
keripik singkok menggunakan kantong plastik yang disealer. Alat sealer dan produk
keripik singkong yang disealer disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Alat sealer dan produk keripik singkong yang disealer

18
f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat.

Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas


menjadi sabun padat. Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi
sabun akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan
pembuatan sabun. Proses pemurnian minyak goreng bekas melewati beberapa
tahapan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sabun padat. Proses pembuatan
sabun mandi padat disajikan pada Gambar 5. Untuk jelasnya modul pembuatan
sabun mandi padat disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 5. Proses Pembuatan Sabun Mandi Padat

g. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos.


Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos dari kulit
singkong dengan cara membangun merk untuk mempermudah pemasaran dan
mencitrakan produk. Untuk jelasnya materi pelatihan pembuatan kompos disajikan
pada lampiran 4. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos disajikan pada
Gambar 6.

19
Gambar 6. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos serta contoh produk sabun
mandi padat dengan merk

h. Penyuluhan Pelabelan.
Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya
dari produk pesaing (Wilopo, 2007). Pelabelan produk keripik singkong disajikan
pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelabelan Produk Kripik singkong dan Sabun mandi padat

Untuk detail kegiatan pengabdian dapat dilihat pada instrument foto kegiatan
Lampiran 2.

20
VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan berikutnya yang akan dikerjakan untuk mitra usaha adalah :


a. Proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke instansi terkait.
b. Monitoring dan pendampingan produksi.
c. Evaluasi keberlangsungan.

Tahapan berikutnya yang akan dikerjakan untuk mitra kelompok tani adalah :
a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani
mitra
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai kelompok tani
mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:
1) Penyuluhan tentang budidaya singkong
2) Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar
3) Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot
b. Pemberian bibit singkong unggul
Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong
unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan
produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan
milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.

21
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :


1. Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM
untuk mitra usaha adalah:
a. Survey Lapangan dan wawancara.
b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.
c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan
pemberian ketrampilan pembukuan.
d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.
e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke
instansi terkait.
f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat.
g. Monitoring dan pendampingan produksi.
h. Evaluasi keberlangsungan.

2. Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM


untuk mitra kelompok tani adalah :
a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.
b. Pemberian bibit singkong unggul

3. Kegiatan dapat dikatakan berhasil, karena dapat terlaksana dengan baik dan
respon masyarakat yang tinggi yang terlihat dari keaktifan peserta selama
diskusi berlangsung.

7.2. SARAN
Melihat respon mitra usaha yang tinggi terhadap pelaksanaan
pengabdian ini maka diperlukan kegiatan serupa di daerah-daerah lain yang
mempunyai potensi yang sama dan cukup besar. Kegiatan ini akan lebih
bermanfaat apabila dilakukan secara simultan dan berkelanjutan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2012a. http://tabanankab.bps.go.id/index.php?option=com_ content


&view= article &id=59 &Itemid=71. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Anonimus. 2012b. Selayang Pandang Kabupaten Tabanan 2012. Situs resmi


Kabupaten Tabanan. http://www.tabanankab.go.id/selayang-pandang.
Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Dalimunthe, N. A. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi


Padat. Thesis. Program Studi Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Setiyo, Y., M.S. Utama, W. Tika dan I.B.P. Gunadnya. 2009. Pengembangan Model
Bioremidiasi Menggunakan Kompos pada Lahan Tercemar untuk
Meningkatkan Kualitas Produk Hortikultura (Studi Kasus: Kawasan
Agrowisata Bedugul – Bali). Laporan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai
Prioritas Nasional Batch II.

Susanto, T dan N. Sucipta. 1994. Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. CV.


Family, Blitar.

Wirawan, I P.S. 1999. Perancangan Alat Pencacah Singkong Tipe Lima Pisau.
Skripsi tidak dipublikasikan. Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Wilopo, T. H. 2007. Jurus Jitu Membangun Merek Untuk UKM. Medpress (anggota
IKAPI, Yogyakarta.

23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel Senastek 2015

IbM BUSINESS DEVELOPMENT OF CASSAVA CHIPS IN


SEMBUNG GEDE VILLAGE

Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja1), I Wayan Widia2), I Made Nada4)


1
Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362
Telp/Fax : (0361) 701801, E-mail : dayu_rina@yahoo.co.id
2
Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362
3Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362

Abstract
The aims of the activities of community service was to increase the economic value
of cassava into cassava chips and to implement of appropriate technology in the
business development of cassava chips. The method of community service was field
surveys and interviews, given the right technology equipment for business
development of cassava chips, counseling and training of science and appropriate
technology. Implementation of community service was to a business partner of
cassava chips have been given slicer cassava, made a chart of work, given sealer
for plastic packaging, training for the labeling on the packaging of cassava chips,
training on the processing of edible oils into solid soap, monitoring and mentoring
of production. The conclusion from this community service was the implementation
of activities going on smoothly and there was a two-way discussion of the active
participants with questions and responses to the topic. Activities like this was very
useful for the people in the village. So, the same activities need to be carried out in
other villages that have the same agricultural commodities.

Keywords: slicer, sealer, chips, cassava, solid soap, business

1. PENDAHULUAN

Desa Sembung Gede memiliki luas daerah 6,83 km2 yang merupakan 16,11% dari
kecamatan dan 0,81% dari luas kabupaten. Desa Sembung Gede terletak di Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten tabanan, Povinsi Bali. Jumlah penduduk desa sebanyak 3985 jiwa
dengan sebagian besar bermata-pencaharian sebagai petani. Sebagian kecil penduduknya
mencari nafkah sebagai buruh di industri sedang dan industri-industri kecil yang ada di
desa. Disamping itu ada pula yang membuat kerajinan rumah tangga (Anon., 2012b).
Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti padi,
jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi tersebut,
tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan kosong yang tidak
termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan harga yang murah
berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari singkong maka
singkong dapat diolah menjadi produk olahan misalnya tepung singkong, kripik singkong

24
dan krupuk singkong yang mempunyai potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa
Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan
singkong menjadi kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung
Gede bernama Bapak I Wayan Tantra. Hanya saja pengolahan kripik singkong ini masih
sangat sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan usaha kripik
singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah ada.
Usaha kripik singkong yang dirintis Bapak I Wayan Tantra dari Banjar Sembung
Gede, Desa Sembung Gede ini setiap harinya mampu memproduksi 35 kg kripik singkong
dari 50 kg singkong yang diolah dan dikemas dengan plastik menjadi 700 bungkus dengan
berat per bungkus berkisar 5 gram yang dijual eceran Rp. 500,- per bungkus. Tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan kapasitas produksi tersebut sebanyak 3 orang dengan
pendidikan tamatan sekolah dasar. Kripik singkong yang dihasilkan telah mampu
dipasarkan di pasar tradisional Desa Sembung Gede, warung-warung di Desa Sembung
Gede, di Sekolah Dasar No. 1 Sembung Gede dan bahkan telah mampu dipasarkan di Kota
Tabanan yaitu di Pasar Dauh Pala, Tabanan.
Persoalan lain yang dihadapi dalam pengembangan usaha kripik singkong selama
ini adalah terbatasnya volume produksi dan tidak dapatnya memenuhi permintaan
pelanggan. Umbi singkong yang menjadi bahan baku utama tidak mudah diperoleh
sepanjang tahun di desa ataupun di desa sekitarnya. Lebih lanjut, mutu umbi singkong yang
dibeli sering tidak baik sehingga banyak terbuang menjadi limbah karena apabila diolah
akan menghasilkan kripik bertekstur keras dan tidak memenuhi tuntutan selera pelanggan.
Keterbatasan jumlah produksi juga dikarenakan oleh tidak efisiennya cara kerja saat
pengirisan singkong. Pengirisan umbi dilakukan dengan menggunakan alat pemotong secara
manual/tradisional dengan menggunakan pisau dapur, sehingga waktu pengirisan singkong
lama. Disamping itu, pengirisan secara manual menghasilkan ketebalan pengirisan yang
tidak seragam. Ketidakseragaman ketebalan irisan singkong mempengaruhi hasil
penggorengan kripik singkong. Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang
hanya direkatkan dengan nyala lilin tanpa dibantu alat sealer. Kemasan yang digunakan juga
tidak ada merek ataupun pelabelan sehingga kripik yang dihasilkan tidak memberikan kesan
pada pelanggannya.
Penanganan limbah usaha sudah mulai membebani pengusaha. Minyak bekas
penggorengan dibuang tanpa diberikan perlakukan apapun, sehingga mencemari tanah dan
lingkungan. Selama ini limbah yang dihasilkan dari produksi belum digunakan untuk hal-
hal yang lebih bermanfaat.
Usaha kripik sangat potensial untuk dikembangkan karena usaha ini dapat
menyediakan lapangan kerja di desa. Akan tetapi, usaha ini akan berkembang sangat lambat
karena pengusaha kripik belum mampu mengakses permodalan dari bank. Pengusaha
selama ini tidak pernah melakukan administrasi sederhana secara rapi dan secara terus-
menerus. Manajemen usaha yang dilakukan oleh pengusaha kripik singkong masih sangat
sederhana. Pengusaha kripik singkong belum terbiasa untuk membuat catatan baik catatan
keuangan sederhana seperti catatan pengeluaran dan pemasukan. Disamping itu, usaha
kripik singkong belum memiliki struktur organisasi sehingga belum ada pembagian
pekerjaan berdasarkan deskripsi kerja.

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Bahan dan Alat
Dalam pengabdian ini bahan yang digunakan adalah singkong, bumbu genep Bali,
minyak goreng, bahan untuk membuat sabun yaitu NaOH, pewarna, air. Peralatan yang
digunakan dalam pengabdian ini antara lain yang diberikan kepada mitra usaha berupa
slicer (alat pengiris singkong) dan sealer alat seal untuk pengemas kantong plastik, alat
untuk pembuatan sabun padat yaitu mixer, panci steinless steel, sendok steinless steel, gelas
kaca, gelas ukur, corong, saringan/kain saring.

25
2.2. Metode Pengabdian
Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk
mitra usaha adalah: Survei Lapangan dan wawancara. Diberikan teknologi dan pelatihan
alat slicer (pengiris) singkong. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan
plastik. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat.

2.3. Parameter Pengabdian


Parameter pengabdian yang dilakukan meliputi:

2.3.1. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris) singkong


Alat slicer menggunakan kekuatan dinamo untuk menggerakan pisau pengiris
singkong, sebelum digunakan untuk mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan
menekan tombol on. Setelah dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong
melalui lubang yang sudah dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris
dimasukkan pada lubang pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian
pemasukan bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan
diiris secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam.
2.3.2. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik
Pengemasan kripik singkong menggunakan kantong plastik yang disealer. Supaya
kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan pelabelan untuk membangun suatu
merek pada produk. Banyak jenis kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk
olahan (Susanto dan Sucipta, 1994).
2.3.3. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun
padat
Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun akan meliputi
dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahapan pelaksanaan pengabdian yang telah dilakukan untuk mitra usaha berupa :
3.1. Survei lapangan dan wawancara
Survei lapangan dan wawancara dilakukan terhadap mitra usaha untuk ketersediaan waktu
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian.

3.2. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris) singkong


Alat slicer (pengiris) singkong telah diberikan sebagai bantuan kepada mita usaha.
Telah diberikan pula pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris) singkong kepada mitra
usaha keripik singkong. Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang telah diberikan sebagai
berikut: Alat slicer menggunakan kekuatan dinamo untuk menggerakan pisau pengiris
singkong, sebelum digunakan untuk mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan
menekan tombol on. Setelah dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong
melalui lubang yang sudah dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris
dimasukkan pada lubang pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian
pemasukan bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan
diiris secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam. Alat slicer yang diberikan seperti
pada Gambar 1. dan pelatihan penggunaan alat slicer seperti Gambar 2.

26
Gambar 1. Pemberian bantuan alat slicer

Gambar 2. Pelatihan penggunaan alat slicer


3.3. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik
Pemberian bantuan alat sealer (perekat) kemasan plastik telah dilakukan. Telah
diberikan pula pelatihan penggunaan sealer (perekat) kemasan plastik singkong kepada
mitra usaha keripik singkong. Sehingga diperoleh pengemasan kripik singkong
menggunakan kantong plastik yang disealer. Alat sealer yang diberikan seperti pada
Gambar 3. dan pelatihan penggunaan alat sealer seperti Gambar 4. sedangkan produk kripik
yang dihasilkan seperti Gambar 5.

27
Gambar 3. Pemberian bantuan alat sealer

Gambar 4. Pelatihan penggunaan alat sealer

28
Gambar 5. Produk kripik singkong yang telah berlabel
3.4. Pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat
Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas
menjadi sabun padat. Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun
akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun.
Proses pemurnian minyak goreng bekas melewati beberapa tahapan kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan sabun padat. Pelatihan pembuatan sabun padat seperti Gambar 6. dan
produk sabun yang dihasilkan seperti Gambar 7.

Gambar 6. Pelatihan pembuatan sabun padat

29
Gambar 7. Produk sabun padat yang telah berlabel
3.5. Kesimpulan
Pelaksanaan pengabdian melalui pengembangan usaha kripik singkong ini dapat
memperkenalkan dan memberikan pengetahuan tambahan kepada karyawan mitra usaha
tentang penggunaan alat slicer (pengiris) singkong dan alat sealer (perekat) pengemas
kantong plastik dalam pembungkusan kripik singkong, serta teknologi pengolahan sabun
padat dari minyak bekas menggoreng kripik singkong, sehingga dapat diterapkan di-industri
rumah tangga dan dapat mempertahankan nilai ekonomis singkong dan minyak goreng.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kepada penyandang dana Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, Ketua LPPM UNUD dan staf, mitra usaha
keripik singkong, dan semua pihak yang juga ikut mendukung kelancaran pegabdian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. (2012a) Kabupaten Tabanan. Tersedia pada:
http://tabanankab.bps.go.id/index.php?option=com_ content &view= article &id=59
&Itemid=71[Diakses tanggal 10 Mei 2012].
Anonimus. (2012) Selayang Pandang Kabupaten Tabanan 2012. Situs resmi Kabupaten
Tabanan. Tersedia pada: http://www.tabanankab.go.id/selayang-pandang[Diakses
tanggal 10 Mei 2012].
Dalimunthe, N. A. (2009) Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi
Padat. Thesis, Program Studi Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Susanto, T dan Sucipta, N. (1994) Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. CV. Family,
Blitar.
Wirawan, I P.S. (1999) Perancangan Alat Pencacah Singkong Tipe Lima Pisau. Skripsi
tidak dipublikasikan, Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran.

30
Lampiran 2. Produk Pengabdian

Uji Coba Alat

Proses Pembuatan Sabun

31
Pemberian alat sealer

Pemberian Alat slicer

32
Produk sabun

Pelatihan penggunaan alat slicer

33
Produk kripik

34
Lampiran 3. Modul Pelatihan Pembuatan Sabun Padat

PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT


Pengabdian Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Udayana

j. Proses pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi padat.


4) Pemurnian minyak goreng bekas.
Pemurnian minyak goreng bekas dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
1. Proses penghilangan bumbu (despicing) minyak goreng bekas
a. Ditimbang 100 g minyak goreng bekas yang akan dimurnikan
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml.
b. Dipisahkan minyak dan kotorannya dengan menggunakan
kain kasa.
2. Proses netralisasi
a. Larutan NaOH 15% dibuat (15 g NaOH dilarutkan di dalam
100 ml air).
b. Minyak goreng hasil penghilangan bumbu (despicing)
dipanaskaa pada suhu ± 40°C (hangat-hangat kuku),
dimasukkan larutan NaOH 15% dengan komposisi minyak
: NaOH = 100 g minyak :
5 ml NaOH.
c. Campuran diaduk dengan Mixer selama 10 menit, kemudian
disaring
dengan kain kasa untuk memisahkan kotoran.

Untuk lebih jelasnya diagram alir proses penghilangan bumbu


(despicing) minyak goreng bekas, proses netralisasi, ditunjukkan
pada Gambar 1 dan 2.

35
Minyak Goreng Bekas

Kain Kasa

Minyak goreng hasil penghilangan bumbu


(despicing)

Gambar 1. Diagram alir Proses Penghilangan bumbu (despicing)


minyak goreng bekas

Minyak goreng hasil penghilangan bumbu


(despicing)

Pemanasan + 400C

Larutan NaOH 15 %
(minyak: NaOH = 100g : 5 ml)

Pengadukan dengan mixer


(10 menit)

Filtrasi

Minyak goreng hasil netralisasi

Gambar 2. Diagram alir netralisasi minyak goreng hasil penghilangan


bumbu (despicing)

5) Proses pembuatan sabun mandi padat.

36
Pembuatan sabun mandi padat dapat dilaksanakan dalam skala
rumah tangga, karena tidak memerlukan dana yang relatif
besar.menggunakan peralatan sederhana,mudah membuatnya dan
menghasilkan keuntungan yang besar.
Secara rinci pembuatan sabun mandi padat adalah sebagai
berikut :
1. Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi 40 %.
2. Minyak goreng hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses 450C
3. Larutan NaOH dengan konsentrasi 40 % dan dipanaskan pada proses
450C kemudian dimasukkan dalam mixer dengan komposisi
minyak : NaOH = 1 : 0,5 (100 g minyak : 50 ml NaOH).
4. Campuran diaduk dengan Mixer selama 45 menit.
5. Parfum non alkohol apel (kadar alkohol 5 %) dimasukkan dalam
mixer (1 ml parfum per 100 g minyak) dan pewarna makanan
apple green extra nomor 2093 (kadar warna 14 %) (1 g pewarna
makanan per 100 g minyak) ke dalam campuran dan diaduk
dengan mixer selama 5 menit.
6. Larutan sabun yang telah mengental dimasukkan ke dalam cetakan
sabun dan ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama sehari agar
menjadi padat.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram alir pembuatan sabun
mandi padat Gambar 3.

37
Gambar 3. Diagram alir pembuatan sabun mandi padat (penyabunan)

38
Lampiran 4. Modul Pelatihan Pembuatan Kompos

MEMBUAT KOMPOS
Pelaksanaan IbM Universitas Udayana

Kompos adalah pupuk hasil dari suatu penguraian beraneka bahan organik
seperti limbah hasil pertanian. Untuk mempercepat proses penguraian digunakan
berbagai jenis bakteri, jamur dan jasad renik lainnya dalam kondisi suhu,
kelembaban, dan kandungan oksigen tertentu. Kompos digolongkan sebagai pupuk
yang baik karena terbuat dari bahan alami yakni berasal dari sisa bahan makhluk
hidup, terutama dari sisa tumbuhan dan hewan.
Kandungan gizi pada beberapa limbah hasil pertanian seperti jerami dan daun-
daunan dapat dilihat pada tabel di bawah. Secara umum kedua jenis limbah ini
mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi. Kandungan protein yang tinggi
akan menyebabkan kompos yang dihasilkan akan memiliki kandungan nitrogen
yang cukup tinggi pula.

Tabel 1. Kandungan gizi beberapa limbah hasil pertanian

Potein Lemak
No Jenis Bahan
Kasar Kasar
1. Jerami Padi 5.21 1.17
2. Jerami Kacang Kedele 14.10 3.54
3. Jerami Kacang Tanah 11.31 3.32
4. Jerami Kacang Hijau 15.32 3.59
5. Jerami Kacang Panjang 6.94 3.33
6. Jerami Kacang Tunggak 16.06 3.93
7. Jerami kulit kedele 7.99 5.07
8. Jerami Jagung Segar 9.66 2.21
10. Daun Gamal 18.15 4.37
11. Daun Kaliandra 18.70 2.44
12. Daun Lamtoro 27.55 5.29
13. Daun Dadap 20.05 2.02
14. Daun Jaranan 18.50 1.34
15. Daun Nangka 14.95 2.20
16. Daun Sengon 24.46 4.37
17. Daun Singkong 26.98 8.58
18. Daun Ubi Jalar 15.00 2.73
19. Daun Pisang 14.63 2.72
20. Daun Mimba 12.08 3.13

Beberapa jenis ragi yang merupakan kumpulan dari jasad renik pengurai dapat
digunakan dalam pembuatan kompos. Ragi yang siap pakai sudah ada dipasaran,
misalnya Phoskko® (GP-1) dan Phoskko® (B) yang digunakan secara beurutan.
Kumpulan jasad renik yang juga sudah dijual di pasaran dan siap digunakan adalah
EM4 (Effective Microorganism 4). Dengan menambahkan sekumpulan jasad renik
ini maka lama proses pembuatan kompos dapat disingkat menjadi 2-7 minggu.

39
Cara Membuat Kompos
Ada dua cara utama dalam membuat kompos. Kedua cara tersebut adalah
pembuatan kompos dengan cara dibuka dan satu cara lainnya adalah dengan cara
ditutup. Dalam kenyataannya, dikenal berbagai cara pembautan kompos seperti open
windrow, bokashi dll. yang pada prinsipnya cara pembuatannya adalah berpedoman
pada kedua cara tersebut.

1. Cara dibuka
Pembuatan kompos secara terbuka menyebabkan bahan kompos akan teraliri
udara selama proses pengomposannya. Jenis bahan baku yang sesuai untuk diolah
menjadi kompos seperti ini adalah bahan hasil pertanian seperti hijauan kacang-
kacangan, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Contoh bahan baku yang
disebutkan di atas salah satunya memiliki sifat mengandung protein kasar yang
kecil. Bahan-bahan limbah pertanian lainnya dapat pula diolah secara terbuka
dengan cara menambahkan bahan lain yang kaya akan senyawa karbon seperti arang
sekam. Secara umum, cara pembuatan kompos secara terbuka adalah sbb:
1) Siapkan tempat pengomposan yang teduh dan tidak terkena air hujan.
2) Buat cetakan dari papan kayu, misalnya dengan lebar 1 meter dan panjang
1,5 meter dan tinggi papan kayu 30-40 cm.
3) Hancurkan limbah hasil pertanian, semakin kecil ukuran cacahan limbah
semakin baik. Tetapi hancuran yang terlalu halus juga tidak baik karena
udara tidak akan dapat mengalir dalam hancuran limbah. Hancuran limbah
ini dapat dicampur dengan kotoran ternak.
4) Masukan adonan hancuran limbah pertanian tersebut dalam cetakan kayu,
padatkan secukupnya dan isi cetakan kayu sampai penuh.
5) Bila adonan hancuran limbah padat dalam cetakan kayu terlalu kering, maka
siram dengan air sehingga cukup lembab. Untuk mempercepat proses
pengomposan dapat ditambahkan starter mikroorganisme pengompos (ragi)
dengan cara menyiram secara merata pada adonan hancuran limbah padat
dalam cetakan kayu. Untuk membuat tumpukan bahan kompos, cetakan kayu
dinaikkan secara hati-hati sehingga permukaan cetakan kayu bergeser naik
dari padatan adonan hancuran limbah. Ulangi lagi langkah keempat (4) dan
langkah kelima (5) sehingga ketinggian bahan kompos sekitar 1,5 meter.
6) Setelah 24 jam, tumpukan bahan kompos akan terasa panas, biarkan keadaan
yang panas ini selama 2-4 hari. Bila tumpukan kompos menjadi panas akan
menyebabkan bakteri patogen, jamur dan gulma tidak bisa tumbuh. Tetapi
keadaan bahan kompos yang panas ini jangan dibiarkan sampai lebih dari 4
hari karena akan membunuh mikroorganisme pengompos (ragi). Bila ragi
mati, maka pengomposan akan berlangsung lebih lama.
7) Untuk mengurangi panas dari tumpukan bahan kompos maka setelah hari ke-
4, tumpukan kompos dibongkar dan ditumpuk kembali. Penambahan air
perlu dilakukan bila bahan kompos terlalu kering. Pada saat bahan kompos
menjadi panas, terjadi penguapan air dan untuk mencegahnya tumpukan
bahan kompos ditutup dengan plastik atau penutup lainnya.
8) Cara membongkar dan menumpuk kembali bahan kompos sebaiknya
dilakukan dengan cara bagian bahan kompos dari tumpukan paling atas
dimasukkan ke dalam cetakan kayu paling bawah seperti mengisi bahan
kompos di tahap awal. Bila dilakukan dengan benar maka tumpukan bagian
atas akan berupa tumpukan bahan kompos paling bawah. Dengan begitu,

40
semua bahan kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan
sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai.
Atau balik bahan kompos bila panas terlalu berlebih.
9) Bila panas tumpukan bahan kompos sudah stabil dan warna kompos hitam
kecoklatan dan tinggi tumpukan bahan kompos menyusut hingga 50%, maka
proses pengomposan dihentikan. Proses selanjutnya berupa proses
pematangan selama 14 hari.
10) Secara teoritis, proses pengomposan akan selesai setelah 40-50 hari. Namun
pada kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari
pertumbuhan ragi dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah
matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya
gembur, dan tidak berbau.
11) Untuk memperbaiki penampilan dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya
kompos diayak dan dikemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat
kering dan teduh.

1 2
1 1
3 4
1 1

Keterangan gambar: Siapkan tempat pengomposan (1), buat cetakan


tumpukan kompos yang terbuat dari kayu (2), siapkan
bahan-bahan pembuat kompos (3), buat adonan
hancuran limbah pertanian sebagai bahan kompos dan
padatkan bahan kompos dalam cetakan kayu (4).

Selanjutnya padatan bahan kompos dalam cetakan


ditambahkan air bila terlalu kering dan dapat
ditambahkan ragi untuk mempercepat proses
pengomposan (5). Buat tumpukan bahan kompos
dengan cara menggeser cetakan kayu dan padatkan
bahan kompos dalam cetakan serta tambahkan air bila

41
bahan kompos kering dan tambahkan ragi (6). Tumpuk
bahan kompos sampai mencapai tinggi tumpukan 1,5
meter (7). Lakukan pembalikan tumpukan (8).

5 6
1 1
7 8
1 1

Sumber: http://www.alamtani.com/cara-membuat-kompos.html.

2. Cara ditutup
Cara pembuatan kompos dengan ditutup pada intinya sama dengan cara
dibuka. Biasanya untuk cara ditutup memerlukan ragi untuk mempercepat proses
pengomposan. Ragi dari EM4 sangat baik digunakan untuk mempercepat
penguraian limbah hasil pertanian. Ragi yang berupa cairan siap pakai sudah ada di
pasaran dengan berbagai merek. Ragi ini dapat pula dibuat bila sudah dimiliki
misalnya stok EM4. Ragi dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar tanpa
menggunakan stok EM4. Ragi yang dibuat seperti ini disebut sebagai MOL (jasad
renik lokal).
Bahan baku kompos yang akan dikompos secara ditutup sebaiknya berasal
dari limbah pertanian dengan kandungan portein yang lebih tinggi daripada bahan
kompos yang akan diproses secara dibuka. Contoh bahan limbah pertanian yang
memenuhi untuk diproses secara ditutup adalah serbuk gergaji, sekam padi dan
kotoran kambing. Waktu pengomposan untuk cara ditutup dapat mencapai 10-80
hari dan sangat ditentukan oleh ragi yang ditambahkan. Tahapan pengomposan
secara ditutup adalah:
1) Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Pilih bahan limbah
pertanian yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan kompos
yang dapat digunakan diantaranya hijauan tanaman, ampas tahu, limbah
organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing. Rajang bahan
tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.

42
2) Siapkan ragi (EM4) yang akan mengurai bahan kompos. Cara menyiapkan
ragi: Campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula dan
campurkan dengan baik. Campuran didiamkan selama 1 hari.
3) Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang
halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk
menambah mutu kompos yang akan dihasilkan. Semprotkan ragi EM4 yang
sudah dibuat (tahap 2) dan aduk dengan bahan kompos sampai merata,
tambahkan air dengan cara disemprotkan bila bahan kompos agak kering.
4) Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah
dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari
untuk menjalani proses pengomposan. Keberhasilan pengomposan ditandai
oleh bahan kompos menjadi panas.
5) Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang
dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Ciri Kompos
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
 Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah
 Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat tercampur dengan air
 Bila dianalisis secara kimia nisbah C/N dari kompos sebesar 10 – 20, tergantung
dari bahan baku dan kelembabannya
 Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah
 Setelah menjadi kompos, suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan
 Kompos tidak berbau.

43

Anda mungkin juga menyukai