Anda di halaman 1dari 2

Pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama satu tahun terakhir berdampak secara langsung pada

berbagai lini kehidupan di seluruh dunia. banyak negara-negara di dunia yang telah memberlakukan
social/physical distancing. Bahkan ada sebagian negara yang sampai memberlakukan lockdown
(karantina wilayah) diberbagai daerah termasuk di Indonesia juga sudah memberlakukan keduanya,
tapi penyebaran virus corona ini masih belum hilang sampai saat ini. Hal ini memberikan dampak
buruk pada kehidupan masyarakat, salah satunya pada tatanan perekonomian dunia dan Indonesia.
Seperti sudah menjadi kesepakatan informal global, suatu Negara boleh melarang masuknya warga
negara lain yang memiliki kasus positif tinggi melalui moda transportasi apapun. Ini artinya, Negara
dengan status positif Covid-19 yang tinggi akan terkucilkan dari ekosistem global dalam konsep
perdagangan internasional.

hal inilah yang membuat terpuruknya perekonomian, yaitu tak lain dan tak bukan, salah satunya
disebabkan oleh perlambatan arus perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan beberapa negara
menunda ekspor produk penting seperti, bahan makanan untuk mengamankan pasokan kebutuhan
dalam negerinya atau menunda impor produk yang dianggap dapat menularkan virus SARS–CoV–2.
Penundaan tersebut secara nyata mengakibatkan perdagangan barang menurun di tahun 2020
sebesar 5,3% dibandingkan tahun 2019. Akan tetapi, perdagangan internasional di tahun 2021
mengalami peningkatan akibat dari berbagai kebijakan berbagai negara yang memberikan “doping”
kepada perekonomian seperti insentif dan subsidi. Dalam hukum perdagangan internasional,
kebijakan tersebut dapat dilakukan oleh negara-negara, namun dengan pengaturan yang sangat
ketat sebagaimana termuat dalam berbagai perjanjian di World Trade Organization (WTO).

Hukum perdagangan internasional melalui The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual


Property Rights (TRIPS) telah memberikan jaminan pelindungan atas hak kekayaan intelektual bagi
industri farmasi yang berhasil menciptakan suatu obat selama 20 tahun. Hal ini membuat banyak
produsen vaksin bertindak secara restriktif untuk melakukan ekspor bahkan tidak mau memberikan
kelonggaran memproduksi vaksin secara lokal pada negara-negara tertentu karena dianggap tidak
dapat melindungi hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh industrinya. Sejatinya, situasi pandemi
seperti sekarang, kebutuhan akan vaksin sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan
kesehatan kepada seluruh umat manusia, baik pada negara maju atau negara berkembang. Banyak
perusahaan farmasi yang mampu memproduksi vaksin bertindak secara tidak etis karena
mengutamakan negara yang mampu bukannya negara yang membutuhkan dengan dalih untuk
menutupi mahalnya biaya riset.

di Indonesia Pandemi COVID-19 ini pun membuat perekonomian ekspor dan impor jadi melambat,
menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan buat penambahan kasnya, dan banyak
juga perusahaan yang akhirnya memutuskan untuk membatasi produksinya karena kurangnya
permintaan barang dari para konsumen. Untuk pembatasan tidak hanya dilakukan di Indonesia saja,
tetapi di luar negeri juga menerapkan hal yang sama. Sehingga perusahaan kesulitan mendapatkan
bahan baku. Karna bahan baku langka, jadi harga bahan baku meningkat. Lalu perusahaan lebih milih
untuk mengurangi produksinya, dan tidak hanya produksi aja yang dikurangi tetapi juga mengurangi
sumber daya dan pengurangan karyawannya.

Dari data Badan Pusat Statistik terkait perekonomian ekspor impor di Indonesia tahun 2021, Nilai
ekspor Indonesia April 2021 mencapai US$18,48 miliar. Dibanding April 2020 nilai ekspor naik cukup
signifikan sebesar 51,94 persen. Ekspor nonmigas April 2021 mencapai US$17,52 miliar.Dibanding
ekspor nonmigas April 2020, naik 51,08 persen.

Dan Nilai impor Indonesia April 2021 mencapai US$16,29 miliar, turun 2,98 persen dibandingkan
Maret 2021 atau naik 29,93 persen dibandingkan April 2020.Impor migas April 2021 senilai US$2,03
miliar, turun 11,22 persen dibandingkan Maret 2021 atau naik 136,86 persen dibandingkan April
2020. Impor nonmigas April 2021 senilai US$14,26 miliar, turun 1,69 persen dibandingkan Maret
2021 atau naik 22,10 persen dibandingkan April 2020. Jadi perekonomian Ekspor dan Impor di
Indonesia pada tahun ini mengalami peningkatan pada sektor Ekspor dan mengalami penurunan
pada sektor Impor

Anda mungkin juga menyukai