Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Mekanika Rekayasa

Mekanika yang dipelajari oleh mahasiswa teknik sipil lebih


menfokuskan pada Statika Bangunan dimana statika bangunan ini
mempelajari keseimbangan gaya, dimana gaya-gaya tersebut dalam
keadaan diam. Tentunya berbeda dengan Ilmu Dinamika, ilmu dinamika
ini mempelajari gerak dan sebab-sebabnya. Tetapi pada tingkatan lebih
lanjut dalam dunia teknik sipil dipelajari juga mekanika akibat beban
statis dan beban dinamis.
` Dalam buku ini akan dipelajari statika bangunan yang mempelajari
tentang kekuatan-kekuatan dan stabilitas dari konstruksi bangunan akibat
beban luar dan atau beban sendiri. Beban luar dan beban sendiri yang
bekerja pada konstruksi akan menimbulkan GAYA-GAYA DALAM yang
lazim disebut M = momen, N = gaya normal/aksial, D = gaya
lintang/geser, serta deformasi (perubahan bentuk) berupa defleksi  dan
rotasi .
Sedang pengertian Rekayasa sendiri berkaitan dengan penerapan kaidah-
kaidah ilmu dalam pelaksanaan (perancangan, pembuatan konstruksi,
pengeporasian kerangka, peralatan, system yang ekonomis dan efisien).
Sehingga kegunaan Mekanika Rekayasa dalam dunia teknik sipil adalah
mempelajari adanya gaya-gaya dalam (M, N, D) dan deformasi (, )
akibat adanya beban luar dan atau beban sendiri yang kemudian hasilnya
dapat dijadikan input dalam perencanaan struktur bangunan.
Setelah didapat Gaya-Gaya Dalam berupa M, N, D, ,  maka
nilai-nilainya dapat diaplikasikan dalam penentuan:
a. Dimensi, perhitungan dimensi akan menentukan ukuran-ukuran dari
konstruksi bangunan secara ilmiah dengan penggunaan bahan
bangunan seefisien mungkin dengan faktor keamanan tertentu.
Pendahuluan 2

b. Kontrol Kekuatan, kontrol ini menekankan pada pemeriksaan apakah


elemen/struktur bangunan cukup kaku/kuat terhadap beban-beban
yang bekerja/direncanakan juga apakah perubahan bentuk, peralihan-
peralihan, lendutan-lendutan dari suatu konstruksi telah memenuhi
syarat sesuai peraturan yang berlaku.
c. Kontrol Stabilitas, stabilitas diperlukan agar bangunan dalam keadaan
kokoh misal bangunan dijamin tidak bergeser dan berguling, materi
stabilitas akan dipelajari lebih lanjut pada perencanaan struktur
bangunan (struktur bagian atas maupun struktur bagian bawah)

1.2. Pemakain Satuan SI dan Simbol


Satuan Sistem Internasional atau System Internasional d’unitas (SI)
pada era global ini diharapkan dipakai secara luas terutama di Indonesia.
Satuan SI yang dikenal antara lain:
Tabel 1.1. Satuan Dasar SI
Kuantitas Satuan Singkatan/Simbol SI
Panjang Meter m
Milimeter = 10-3 m mm
Luas Meter persegi m2
Milimeter persegi mm2
Volume Meter kubik m3
Frekuensi Hertz = 1 putaran per detik Hz
Massa Kilogram kg
Kerapatan Kilogram per meter kubik kg/m3
Gaya Newton N
KiloNewton kN
Tegangan Newton per meter persegi N/m2
Newton per milimeter persegi N/mm2
Pascal (N/m2) Pa
Mega Pascal (MPa) 106 Pa = 106 N/m2 = N/mm2
Interval Suhu Derajat celcius 0C

Catatan:
Besarnya gaya dalam 1 kg.f = 9,807 N  10 N
Pendahuluan 3

Tabel 1.2. Nomenklatur untuk perkalian satuan SI


Faktor perkalian Awalan Singkatan/Simbol SI
1.000.000.000 = 109 Giga G
1.000.000 = 106 Mega M
1.000 = 103 Kilo k
0,001 = 10-3 Mili m
0,000 001 = 10-6 Mikro 
0,000 000 001 = 10-9 Nano n

Tabel 1.3. Daftar simbol yang umum dipakai dalam


Mekanika Rekayasa

Simbol Keterangan
A Luas, luas penampang
b Lebar
c Jarak dari sumbu netral
D Gaya lintang
E Modulus elastisitas
e Eksentrisitas
EI Kekakuan lentur
G Modulus elastisitas geser
h Tinggi, tinggi balok
I Momen inersia
l Panjang
M Momen lentur, momen lentur positif bila
menyebabkan tarikan pada serat bawah
MAB Momen di ujung A pada batang AB
Mp Momen plastis
N Gaya aksial di suatu potongan
P Beban terpusat
q Beban terbagi rata, intensitas beban
R Reaksi, radius, resultan gaya
S Modulus irisan (S = I/c)
T Momen torsi
ult Ultimate
V Gaya geser di suatu potongan
yp Jarak titik leleh (yield point)
Z Modulus irisan plastis
Panah bermata satu menunjukkan suatu beban
atau perpindahan translasi
Panah bermata dua menunjukkan kopel atau
rotasi, mengikuti kaidah tangan kanan
Pendahuluan 4

1.3. Pengenalan Struktur Rangka


Sub-bab ini akan mengenalkan beberapa struktur rangka yang
dikenal dalam dunia konstruksi teknik sipil, antara lain:
P1 kN P2 kN
q kN/m’
M kN.m

35/30

l1 l2 l3 l4

(a) Balok Sederhana/Menerus

P3 kN

P2 kN P4 kN

h2
P1 kN
P5 kN
h1

l1 l2 l3 l4

(b) Struktur Rangka Bidang

M kN.m q kN/m’
P1 kN
35/30
P2 kN 35/30 h2
h1 40/40

l1

(c) Struktur Portal Bidang


Pendahuluan 5

q kN/m’

P2 kN 35/30
35/35 h2

35/30
P1 kN

h1 40/40 l1

l1

(c) Struktur Portal Ruang

l2
l2
P kN

h1

l1

l1

(d) Struktur Rangka Ruang

Gambar 1.1. Tipe Struktur Rangka Batang


Pendahuluan 6

1.4. Gaya yang Ada pada Struktur

 Balok (beam)

 Rangka batang bidang (Plane truss)

 Portal bidang (Plane frame)

 Balok Silang (Grids)

 Portal Bidang (Space frame)

Gambar 1.2. Beberapa Tipe Struktur dan Gaya-Gaya pada Struktur

1.5. Pengertian Konstruksi


Konstruksi adalah susunan/rangkaian (model, tata letak) suatu
bangunan. Bangunan teknik sipil yang dikenal antara lain: Bangunan
Gedung (beton, baja, kayu dll), Jembatan, Jalan, Bangunan Keairan
(saluran, bendung, bendungan dll). Perencanaan konstruksi bergantung
pada: fungsinya, beban yang bekerja, material yang digunakan, dimensi,
asumsi sistem struktur yang dipakai, dll.
Pendahuluan 7

1.6. Pengertian Gaya


Gaya adalah penyebab sebuah benda yang awalnya diam
kemudian bergerak, perubahan gerak ini menyebabkan besar dan atau
arah kecepatannya berubah pula. Gaya ditentukan oleh besarnya garis
kerja, arah kerja dan titik tangkapnya. Besarnya gaya (dimensi) yang
dipakai dalam satuan SI adalah N atau kN dan digambarkan pada sebuah
garis. Bila panjang garis diambil suatu perbandingan missal 1 cm  2 kN
maka ini disebut sebagai skala gaya. Arah gaya ialah arah bergeraknya
benda dan diberi tanda panah bermata satu. Letak gaya disebut sebagai
titik tangkap gaya dan titik tangkap gaya terletak pada titik berat benda,
sedang garis yang berimpit dengan gaya itu adalah garis kerja gaya.

P = 30 kN
Garis kerja gaya
A

Gambar 1.3. Menggambar Gaya dengan skala 1 cm : 10 kN, titik A


adalah titik tangkap gaya (titik berat benda)

1.7. Skalar dan Vektor


Skalar ialah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya saja
(panjang, luas, volume, energi) dll. Sedangkan vektor ialah besaran yang
ditentukan oleh arah dan besarnya, missal gaya, kecepatan, impuls, dsb).

1.8. Menyusun Gaya


Bila dua gaya atau lebih bekerja pada satu sistem diganti dengan
satu gaya yang ekivalen, maka gaya ekivalen ini disebut dengan resultan
gaya (R). Mengganti dua gaya atau lebih menjadi sebuah R disebut
menyusun gaya sedang gaya-gaya yang diganti kemudian disebut sebagai
komponen gaya. Untuk menyusun gaya dapat digunakan dua cara: Cara
Analitis dan Cara Grafis.
Pendahuluan 8

1.8.1. Menyusun dua gaya dengan satu garis kerja yang arahnya sama

P1 P2
A ekivalen dgn A R
P1 P1 + P2
P2

Gambar 1.4. Menyusun Dua Gaya yang Searah

1.8.2. Menyusun dua gaya dengan satu garis kerja yang berlawanan arah

A A
P1 P2 ekivalen dgn R
P1 P2
P2 - P1

Gambar 1.5. Menyusun Dua Gaya yang berlawanan arah

1.8.3. Menyusun dua gaya yang arah garis kerjanya berlainan

P1 R P1
R

  P1’=P1
180o-
A P2 A P2

(a) Cara Jajaran Genjang Gaya (b) Cara Segitiga Gaya

Gambar 1.6. Menyusun Dua Gaya yang berlainan arah

a. Cara Grafis
Prosedur jajaran genjang gaya adalah arah gaya P1 dipindahkan
pada ujung gaya P2 ditarik sejajar gaya P1 tanda dan arah gaya P2
dipindahkan pada ujung gaya P1 ditarik sejajar gaya P2 tanda , maka
Pendahuluan 9

besar dan arahnya R didapat dari penarikan garis lurus dari titik tangkap
P1 dan P2 ke pertemuan dua garis tersebut.
Prosedur segitiga gaya adalah dilakukan dengan cara memindahkan gaya
P1 ke ujung P2 yang sejajar dengan garis kerja P1, maka garis ketiga hasil
penarikan titik awal P1 dengan ujung P2 adalah besar dan arahnya R.

b. Cara Analitis.
Cara analitis ini sebenarnya mengaplikasikan dalil sinus sbb:

 a
b
a
b  
c p c
a b c
 
sin  sin  sin 
2 2 2
Dalil sinus: a = b + c + 2pc

Contoh:

P1 = 6 kN

 = 35o
A P2 = 8 kN

Tentukan arah dan besarnya resultan gaya R cara analitis dan cara
grafis
Penyelesaian:
P1
R
a. Cara Analitis

 P1’=P1
 180o-
A P2

Cara Segitiga Gaya


R= 6  8  2.6.8.cos 35
2 2 o

R= 36  64  78,639  13,366 kN, dan arahnya adalah sbb:


Pendahuluan 10

P1 R

Sin Sin (180   )
P1.Sin (180   ) 6.Sin (180  35)
Sin    0,2575
R 13,366

maka  = arc. Sin 0,2575 = 14,9210 = 14055’14’’

b. Cara Grafis
Gambarlah semua data yang ada memakai mistar ukur dan busur
derajat serta buatlah skala gambar tertentu, misal 1 cm : 1 kN.

P1 = 6 kN R

 = 350

A
P2 = 8 kN

Skala gambar 1 cm : 1 kN

Dari hasil pengukuran didapat harga R = 13,4 kN,  = 14050’

1.9. Menyusun lebih dari dua gaya dgn arah garis kerja yang berlainan
Untuk menyusun lebih dari dua gaya dengan arah kerja yang
berlainan, maka harus diuraikan lebih dahulu satu persatu ke arah sumbu
X atau sumbu Y kemudian resultan R didapat dengan cara analitis dan
grafis seperti aplikasi teori sebelumnya (sub-bab 1.8). Cara grafis atau cara
analitis tetap menguraikan gaya Pi menjadi dua komponen yaitu menjadi
komponen (mengurai gaya) ke arah X dan Y. Proyeksi arah X menjadi P xi
= Pi.Cos i dan arah Y menjadi Pyi = Pi. Sin i.
Pendahuluan 11

a.. Cara Analitis

P2 P2sin2

P1sin1
P1
2
P2cos2 3 1
X
P3cos3 P1cos1

P3sin3
P3

Cara Analitis

n
XR = P1cos1 + P2cos2 + P3cos3 atau XR =  P cos 
i 1
i i

n
YR = P1sin1 + P2sin2 + P3sin3 atau YR =  P sin 
i 1
i i

Maka R = X R  YR
2 2

YR Y
Sedang arah dari R  tg  =  = arc tg R
XR XR

b. Cara Grafis

P2

P3
P1

R 

Gambar 1.6. Cara segi banyak gaya terbuka


Pendahuluan 12

Cara segi banyak gaya terbuka atau poligon gaya terbuka dilakukan
dengan cara sbb:
 Gambarlah semua data yang ada memakai mistar ukur dan busur
derajat serta buatlah skala gambar tertentu, misal 1 cm : 1 kN.
 Pindahkan gaya P1 disembarang tempat tetapi besar dan arah garis
kerjanya P1 tetap
 Pindahkan gaya P2 pada ujung gaya P1 tetapi besar dan arah garis
kerjanya P2 tetap
 Pindahkan gaya P3 pada ujung gaya P2 tetapi besar dan arah garis
kerjanya P3 tetap
 Tarik sebuah garis lurus (garis terakhir) dari titik awal gaya P1 menuju
ujung gaya P3 sehingga menjadi poligon tertutup, maka besar dan
arah R akan didapat dengan cara mengukur garis terakhir tersebut.

Metode grafis juga bisa memakai cara jajaran genjang gaya, caranya sbb:

Y R1,2 akibat P1 & P2

P2

R P1


X

P3

Prosedur pengerjaan cara jajaran genjang gaya dilakukan dengan cara sbb:
 Arah gaya P1 dipindahkan pada ujung gaya P2 ditarik sejajar gaya P1,
arah gaya P2 dipindahkan pada ujung gaya P1 ditarik sejajar gaya P2
maka akan didapat besar dan arahnya R1,2 akibat gaya P1 & P2
Pendahuluan 13

 Kemudian arah R1,2 dipindahkan pada ujung gaya P3 ditarik sejajar


gaya R1,2; arah gaya P3 dipindahkan pada ujung gaya R1,2 ditarik
sejajar gaya P3 maka akan didapat besar dan arahnya R akibat gaya P3
& R1,2 atau akibat gaya P1, P2 dan P3

1.10. Keseimbangan Gaya


Ada kalanya saat kita menyusun gaya terjadi keadaan khusus,
maksudnya terjadi keadaan setimbang (saling meniadakan antara gaya
yang satu dengan gaya lainnya), sehingga akan didapat R = 0. Cermati
gambar-gambar di bawah ini:

A
P1 P2
P1 P2 = P1

Gambar 1.5. Menyusun dua Gaya yang berlawanan arah,


dengan R = 0, karena besar dan arah kerja
gaya P1 dan P2 adalah sama

P2

P3
P1

P4
Gambar 1.6. Cara segi banyak gaya terbuka, didapat
R = 0, karena ujung gaya P4 berimpit
dengan titik awal gaya P1
Pendahuluan 14

1.11. Menyusun gaya-gaya yang sejajar

P3

P2
P1 P4

Gaya-gaya P1, P2, P3, …, Pn yang sejajar akan bertemu disebuah


bertemu pada titik yang jauhnya tak terhingga, gaya padanannya akan
melalui titik tersebut, maka gaya padanannya akan sejajar pula dengan
gaya-gaya P1, P2, P3, …, Pn.
Besarnya gaya padanannya  R   P
Mencari letak garis kerja R dapat ditentuka dengan rumus:
R. X  P1.x1  P2 .x2  P3 .x3  P4 .x4

Dimana R   P maka jarak X dapat dihitung:


P1.x1  P2 .x2  P3 .x3  P4 .x4
X 
P1  P2  P3  p4

Secara umum rumus tersebut di atas dapat berupa persamaan sebagai


berikut:
n
Pi.xi
X 
i 1 Pi
P3 Tentukan letak titik O
secara sembarang, maka
x1, x2, x3 dan x4
X adalah jarak gaya-gaya
O a P terhadap titik O, maka
x1 titik a adalah letak garis
kerja R sejauh X dari
P2 R titik O
P1 P4
x2
x3
x4
Pendahuluan 15

1.12. Menyusun gaya yang bekerja pada banyak titik sebuah benda
Untuk menyusun lebih dari dua gaya dengan arah kerja yang
berlainan dan letaknya tidak pada satu titik , maka harus diuraikan lebih
dahulu satu persatu ke arah sumbu X atau sumbu Y kemudian resultan R
didapat dengan cara analitis dan grafis seperti aplikasi teori sebelumnya
(sub-bab 1.8). Cara grafis atau cara analitis tetap menguraikan gaya Pi
menjadi dua komponen yaitu menjadi komponen (mengurai gaya) ke arah
X dan Y.
Proyeksi arah X menjadi PXi = Pi.Cos i
Proyeksi arah Y menjadi PYi = Pi. Sin I
n
Rx   Pi. cos i
i 1

n
Ry   Pi. sin i
i 1

R  ( Rx 2  Ry 2 )

tgR= Ry/Rx
Menurut Varignon:
n
M R   ( Pi. yi. cos i  Pi.xi sin i)
i 1

Jarak R terhadap titik (o,o):


aR = MR/R
atau dengan cara lain:
Mx =  Pi.yi
My =  Pi.xi
M R  ( Mx)  ( My)
Pendahuluan 16

P2 P2sin2
Y

P1sin1
P1
2
x2 1
x1 P1cos1
P2cos2
y2
y1
X
P3 (o,o)
P3sin3 y4
4
y3 P4cos4
x4
3
x3 P4
P3cos3 P4sin4

Y
Ry R

R
RX

aR
X
(o,o)
Pendahuluan 17

Contoh soal:
Diketahui gaya-gaya seperti gambar di bawah ini, hitung R, R, MR dan aR

P1sin1 P1 = 20 N

2 cm 300
P1cos1
1 cm
X
(o,o)
P2cos2 2
1
450

P2 = 30 N P2sin2
Penyelesaian:
P1cos1 = 20. cos30 = 17,321 N
P1sin1 = 20. sin30 = 10 N
P2cos2 = 30. cos225 = -21,213 N
P2sin2 = 30. sin225 = -21,213 N
Rx = P1cos1 + P2cos2
= 17,321 + (-21,213) = -3,892 N
Ry = P1sin1 + P2sin2
= 10 + (-21,213) = -11,213 N

R  (3,892) 2  (11,213) 2  140,879  11,869 N

Ry  11,213
tg R    2,88
Rx  3,892
R = arc.tg2,88 = 70,8510 = 70051’6”
 = 1800 + 70051’6” = 250051’6”

Rx

R Ry
Pendahuluan 18

MR = [(17,321.1) + (-21,213)(-2)] – [(-10.2) + (-21.213)(-1)]


= 59,747 – 41,213 = 18,534
MR 18,534
aR    1,56cm
R 11,869
atau dengan cara lain
Mx = 17,321.1 + 21,213.2 = 59,747 N
My = -10.2 – 21,213.1 = - 41,213 N
MR = Mx + My = 59,747 + (-41,213) = 18,534 N
MR 18,534
aR    1,56cm
R 11,869

Latihan soal:
1. Hitung besar dan arahnya R secara grafis dan analitis, bila diketahui
gaya-gaya sebagai berikut:
P1 = 3 kN, 1 = 300
P2 = 2,8 kN, 2 = 600
P3 = 2,3 kN, 3 = 1350
P4 = 3,1 kN, 4 = 2100
P1 = 3,7 kN, 1 = 3000
Untuk lebih mengetahui bagaimana letak gaya-gaya tersebut gambarkan
dulu gaya-gaya tersebut dalam sumbu kartesian 2D (dua dimensi)

2. Uraikan gaya-gaya tersebut di bawah ini, sesuai dengan garis kerjanya


masing-masing.

300
350

Anda mungkin juga menyukai